Anda di halaman 1dari 11

METODE PENGUJIAN KESEHATAN BIJI (BENIH)

LAPORAN PRAKTIKUM

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Praktikum Pengantar Teknologi Pertanian

Oleh
Kelompok : L/5h
Rosyidatul Fitriani (151510501034)
Zulfa Nuril Hikmah (151510501001)
Anisa Haryanti (151510501003)
Nur Fadila Purwanto (151510501011)
Risca Rezicca (151510501018)
Dipta Linggar W. N. A (151510501040)
Wahyu Budi Utomo (151510501095)
Anindiya Salsabila (151510501148)
Hiksa Maulana Saputra (151510501172)

LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
FAKULTAR PERTANIAN
UNIVERSITAS JE MBER
2016
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia tercatat lebih dari 8.000 varietas padi unggul, varietas padi hibrida
dan padi lokal atau tradisional yang biasa ditanam petani. Akan tetapi, dengan
adanya program Revolusi Hijau yang mengintroduksikan varietas padi unggul,
keanekaragaman padi lokal menurun secara drastis. Varietas padi unggul yang bisa
berkali-kali ditanam dengan perlakuan yang baik, serta hasil dari panen varietas ini
bisa dijadikan benih kembali. Petani yang biasa menanam sampai 10 kali lebih
dengan hasil yang hampir sama, varietas padi yang hasilnya akan maksimal bila
sekali ditanam, tetapi benih keturunannya akan ditanam kembali maka hasilnya
akan berkurang, memang varietas dibuat atau direkayasa oleh pemiliknya untuk
sekali tanam dan varietas padi lokal adalah varietas padi yang sudah lama
beradaptasi di daerah tertentu. Sehingga varietas ini mempunyai, karakteristik
spesifik lokasi di daerah tersebut karena setiap varietas mempunyai keunggulan dan
kelemahan tersendiri (Sri Utami, 2013).
Varietas lokal mempunyai sifat adaptasi/kesesuaian daerah tertentu, produksi
rendah, berbatang tinggi dan kuat, berumur dalam/panjang, tidak respon terhadap
input/pemupukan dan berpenampilan masih beragam, mempunyai rasa nasi yang
enak dan disenangi banyak konsumen serta mempunyai harga pasar tinggi.
Karakteristik varietas padi tradisional (lokal) belum teridentifikasi dengan baik
sehingga potensi dan peluang pengembangannya sebagai varietas padi lokal belum
diketahui. Penampilan populasi varietas lokal di lapangan terlihat masih beragam
terutama karakter tinggi tanaman, umur masak, bentuk dan warna gabah.
Berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan petani selain itu benih varietas
lokal yang digunakan petani bermutu rendah karena diperoleh dari hasil panen padi
petani secara terus menerus dan diwarisi turun temurun. Budi daya tanaman,
pembenihan merupakan salah satu faktor pokok yang harus diperhatikan dan untuk
menentukan produksi padi. Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara
dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi tanaman. Kualitas benih sendiri bisa
ditentukan dalam proses perkembangan dan kemasakan benih, panen, perontokan,
pembersihan pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan
dipersemaian (AAK, 1990).
Penggunaan benih bermutu tinggi adalah prasyarat penting untuk
menghasilkan produksi tanaman yang menguntungkan secara ekonomis. Benih
tanaman berkualitas ditentukan oleh banyak faktor, terutama benih kemurnian dan
perkecambahan. Namun, banyak faktor lain seperti berbagai kehadiran benih
penyakit yang ditularkan, vigor benih, dan ukuran biji yang penting ketika
mempertimbangkan pembelian benih (Gusti Ayu, 2014).
Benih merupakan salah satu input dasar dalam kegiatan produksi tanaman,
tidak terkecuali dalam usaha tani padi. Penggunaan benih bermutu tinggi
merupakan prasyarat penting untuk menghasilkan produksi tanaman yang
menguntungkan secara ekonomis. Menggunakan benih yang bermutu diharapkan
dapat meningkatkan produksi persatuan luas, mendapatkan keseragaman
pertanaman dan produk yang dihasilkan, serta dapat mengurangi serangan hama
dan penyakit. Sebaliknya, penggunaan benih bermutu rendah akan menghasilkan
persentase pemunculan bibit yang rendah, bibit yang kurang toleran terhadap
cekaman abiotik, sensitif terhadap penyakit tanaman dan dapat menjadi sumber
inokulum bagi penyakit terbawa benih (Ikrarwati dkk, 2014).
Pemilahan benih padi sebelum disemai/ditebar dapat dilakukan dengan
perendaman benih ke dalam larutan garam 3% atau direndam dalam larutan ZA
(225 g ZA/l air), benih yang tenggelam menunjukkan benih yang baik. Sebelum
disebar, benih direndam selama 24 jam, kemudian diperam selama 24 jam. Apabila
memilihan benih tidak baik dan hasilnya tidak akan baik, sehingga perawatan
seperti pemberian pupuk dan pemberantasan hama penyakit sudah dilakukan
dengan benar. Semua benih padi yang ditanam tidak akan membuahkan hasil yang
memuaskan apabila yang ditanam adalah benih yang jelek. Benih padi bisa
dikatakan baik apabila jenisnya murni, bernas, kering, sehat, bebas dari penyakit
dan bebas dari campuran dari biji rerumputan yang tidak dihendaki, apabila
sebelum menanaman petani meneliti benih tersebut dengan teliti dan memenuhi
kriteria tersebut biasanya mampu menghasilkan tanaman yang sehat (Iskandar
Ishaq, 2009).
1.2 Tujuan
1. Mengetahui macam-macam uji kesehatan benih, tujuan dilakukannya pengujian
benih, dan mengetahui ciri-ciri biji sakit.
2. Mengevaluasi kesehatan benih sebelum disebarkan keberbagai tempat untuk
pertanaman.
3. Mengevaluasi efek dari fungisida untuk keperluan perlakuan benih.
4. Mengevaluasi usaha pengendalian penyakit dilapangan dalam rangka mencegah
mencegah penyakit yang ditularkan ke biji.
BAB 2. METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum Pengantar Teknologi Pertanian dengan acara Metode
Pengujian Kesehatan Biji (Benih) yang dilakukan pada Kamis 24 Maret 2016 mulai
15.00 sampai selesai yang bertempat di UPT. Agroteknopark Jubung.

2.2 Alat dan Bahan


2.2.1 Alat
1. Plastik

2.2.2 Bahan
1. Benih Padi

2.3 Cara Kerja


1. Membuuat kelompok (5-7 orang /kelompok atau menyesuaikan).
2. Masing-masing kelompok mengerjakan pengujian kesehatan benih dengan cara
pemeriksaan biji kering.
3. Mengambil biji padi secara sampling sebanyak 50-100 gr/kelompok, dan
lakukan pemeriksaan secara kering.
4. Memeriksa biji dilakukan terhadap hal hal sebagai berikut : (1) bernas tidaknya
biji padi, (2) warna biji, (3) biji bercak, (4) ada tidaknya kotoran, (5) jamur
dipermukaan biji, (6) sklerotia, dsb. Hitunglah berapa jumlahnya dan
persentasenya dari masing- masing parameter tersebut, dan buatlah
dokumentasinya.
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Parameter Uraian Presentase Dokumentasi

Terdapat beberapa benih


Bernas Bernas 71 %
yang bernas dan
Tidaknya Biji Tidak Bernas 29
beberapa benih yang
Padi %
tidak bernas.

Terdapat benih yang


Warna Biji Bersih 25%
bersih dan terdapat benih
Kusam 40%
yang kusam.

Terdapat titik berwarna


kehitaman menandakan
Biji Bercak Bercak 27%
adanya bercak pada
benih padi

Tidak terdapat kotoran


Ada Tidanya
pada permukaan benih 0% -
Kotoran
padi
Terdapat jamur yang
Jamur berwarna kehitaman,
Dipermukaan yang berwarna putih Jamur 8%
Biji menunjukkan adanya
jamur
Dari 100 benih tidak
terdapat sklerotia atau
Sklerotia 0% -
benang hifa pada
permukaan benih
3.2 Pembahasan
Benih padi yang diperoleh dari kebun percobaan UPT. Agrotechnopark Jubung
dilakukan penggujian dan pengamatan tentang kesehatan benih padi.
Dari hasil pengamatan terhadap kesehatan benih telah diketahui presentasi sakit dan
tidaknya benih. Jika dilihat dari pengamatan 100 butir padi, presentase
terbanyaknya yaitu biji bernas yang mencapai 71% biji tidak bernas 29%.
Kemudian presentase yang lain yaitu: warna biji yang berwana bersih 25% dan
yang kusam 40%, biji padi bercak 27%, biji yang masih ada kotoran sebanyak 0%,
biji yang berjamur sebanyak 8%, kemudian biji yang sklerotia 0%.
2). Jelaskan macam-macam uji kesehatan benih ?
Menurut Inggit winarni (2013) Secara umum terdapat tiga macam uji kesehatan
benih antara lain:
1. Pengamatan Biji Kering
metode ini jumlah biji diperiksa apakah tercampur dengan kotoran-kotoran,
seperti sisa tanaman, sklerotia, galls, insekta, dan sebagainya. Selain itu hendaknya
juga dilakukan pengamatan terhadap gejala-gejala penyakitnya (bercak-bercak dan
perubahan warna, serta bernas tidaknya biji). Adanya tanda-tanda penyakit yang
menempel atau tumbuh dipermukaan biji seperti tubuh buah dan jamur, miselia,
spora dan sebagainya. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar
atau bisa dilakukan dengan menggunakan mata secara langsung tanpa adanya
perantara.
2. Pencucian Biji
Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan Sejumlah biji dalam air
kemudian digoyang-goyangkan. Air cucian tersebut dapat langsung diamati dengan
mikroskop, atau disentrifugal dulu baru diamati. Cara ini dapat digunakan untuk
mendeteksi jamur yang melekat atau yang tumbuh pada permukaan biji, seperti :
Helminthosporium sp, Piricularia sp, Fusarium sp, Alternaria sp, dsb. Melalui
metode kontaminasi yang berada dipermukaan biji atau spora yang dihasilkan oleh
jamur yang telah menginfeksi biji.
3. Cara inkubasi
· Pengujian dengan metode kertas
· Pengujian dengan metode agar
· Pengujian dengan batu bata, tanah, pasir dsb.
· Metode Growing on test
Pengujian kesehatan benih dilakukan untuk mengetahui jenis patogen yang
dibawa oleh benih. Karena patogen terbawa benih menyebabkan kerugian yaitu
pertumbuhan tanaman yang kurang baik, Selain itu mikroorganisme yang terbawa
benih dapat menurunkan kualitas seperti menurunnya daya kecambah benih,
kerusakan bentuk fisik dan warna benih bahkan beberapa mikroorganisme tertentu
tidak saja menurunkan kualitas benih, juga menyebabkan benih yang terinfeksi itu
menjadi sangat beracun. Uji kesehatan benih memiliki tujuan tujuan benih yang
bermutu atau tidak, seperti dikatakan kuswanto (1997) terdapat 10 tujuan uji
kesehatan benih yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah dalam benih terdapat mikroorganisme yang bersifat
patogen
2. Untuk mengetahui apakah dalam benih terdapat nematoda
3. Untuk mengetahui kesehatan benih secara fisiologis
4. Untuk membandingkan antara seed lot
5. Untuk menentukan jenis inokolum yang menginfeksi benih
6. Untuk mengevaluasi kesehatan benih sebelum disebarkan keberbagai tempat
sebelum usaha tani
7. Untuk mengevaluasi efek dari pestisida yang dipakai untuk perawatan benih
8. Untuk mengetahui usaha pemberantasan penyakit
9. Untuk survei penyakit benih tingkat regional maupun nasional guna
mendeteksi penyebaranya
10. Untuk karantina dalam mencegah masuknya penyakit benih dan mencegah
terjadinya penyebaran penyakit benih.
3). Apakah pada benih padi yang terdapat bercak, jamur dipermukaan dan sklerotia
akan berpengaruh pada pertumbuhan ?
Dalam benih padi terdapat bercak yang berwarna kehitaman yang umum terdapat
di negara penghasil padi dunia (tropis dan subtropis). Apabila benih yang akan
digunakan dalam pembibitan sudah mengalami sklerotia akan tidak menghasilkan
bibit yang terbaik dan selalu mengalami beberapa masalah yang akan dialami oleh
petani dan bisa menyebabkan hasilnya menurun. Terutama pada pertanaman yang
kurang baik keadaannya atau yang bisa dikatakan kekurangan air atau unsur hara.
4). Sebut dan jelaskan patogen yang menginfeksi kesehatan benih padi ?
Aktifitas patogen-patogen tersebut menyerang tanaman, menyebabkan terjadinya
penurunan produksi padi baik kuantitas maupun kualitas. Benih padi terdapat
beberapa patogen yang menimbulkan penyakit tanaman padi di lapangan yang
dapat terbawa benih dan adanya jamur gudang yang dapat menginfeksi benih dalam
penyimpanan. Beberapa jamur yang terbawa benih padi yang ditemukan adalah
Helminthosporium oryzae (penyakit Bercak Coklat pada tanaman padi),
Plasmopara viticola (terdapat pada daun yang masih muda). moniliforme, Pythium
debaryanum (jamur patogen yang menyebabkan kecambah busuk dan
membusuknya akar pada tanaman budidaya), Aspergillus spp (jenis jamur udara
yang berserabut), Alternaria padwickii, Curvularia, Cercospora oryzae dll (Lisa
Navitasari dkk, 2013).
5). Bagaimana usaha yang dapat dilakukan untuk meminimalisir agar benih tidak
terinfeksi patogen ?
Jamur merupakan salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir
semua bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga
buahnya. Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya
buah, akan menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun,
akan menyebabkan bercak–bercak kecokelatan. Bercak – bercak tersebut akan
keluar jamur berwarna putih atau oranye yang dapat meluas ke seluruh permukaan
ranting atau daun sehingga pada akhirnya kering dan rontok. Jamur- jamur yang
tergolong bersifat patogen terhadap tumbuhan (Inggit winarni,2013).
Sehingga dari pengamatan dapat disimpulkan bahwa padi tersebut mempunyai
presentase produksi yang tinggi. Perbandingan antara benih padi yang sehat dengan
benih yang tidak sehat lebih banyak yang sehat. Kemungkinan tumbuhnya sangat
besar dan termasuk benih yang mempunyai mutu yang baik.
BAB 4 PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Metode pengujian mutu benih diantaranya: metode pemeriksaan biji kering,
pencucian biji, dan cara inkubasi.
2. Terdapat sepuluh tujuan pengujuan benih.
3. Patogen terbawa benih menyebabkan kerugian yaitu pertumbuhan tanaman yang
kurang baik dan tersedianya sumber inokulum patogen sejak awal tanaman
tumbuh di lapangan.
4. Benih yang bermutu adalah benih yang terhindar dari berbagai macam organisme
yang bersifat patogenik maupun non patogenik yang berupa sampah.
5. Jamur yang terbawa benih padi adalah Helminthosporium oryzae, Fusarium
solani, F. moniliforme, Phoma sp., Chaetomium sp., Aspergillus spp., Alternaria
padwickii, Curvularia, Cercospora oryzae.

5.2 Saran
Pelaksanaan praktikun Uji Kesehatan Benih belum begitu jelas. Dalam
praktikum hendaknya dapat terorganisir dengan baik, mengingat waktu yang
diberikan cukup singkat, sementara materi yang diberikan mencangkup banyak hal.

DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Yogyakarta: Kasinius.

Ikrarwati dan A. M. Yukti. 2014. Evaluasi Mutu Fisiologis dan Patologis Benih
Padi Varietas Ciherang dan Hipa 8. Buletin Pertanian Perkotaan, 4(1): 27-
37.

Inggit Winarni. 2013. Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Patogen Pada Benih Padi
Dan Kedelai. Matematika, Sains, Dan Teknologi, 14 (2): 135-141.

Ishaq, Iskandar. 2009. Petunjuk Teknis Penangkaran Benih Padi. Lembang : Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (Bptp) Jawa Barat Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

Kuswanto, Hendarto. 1997. Analisi Benih. Andi : Yogyakarta.

Lisa. N, L. Soesanto, A. Y. Rahayu. Pengaruh Aplikasi PSEUDOMONAS


FLUORESCENS P60 Terhadap Mutu Patologis, Mutu Fisiologis, dan
Pertumbuhan Bibit Padi IR 64. HPT Tropika, ISSN(1411-7525). 13(2): 179-
190.

Risnawaty R. 2013. Identifikasi Cendawan Terbawa Benih Pada Padi Lokal


Aromatik Pulu Mandoti, Pulu Pinjan, dan Pare Lambau Asal Kabupaten
Enrekang, Sulawesi Selatan. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan,
FAPERTA Unhas.

Sri Utami. 2013. Uji Viabilitas Dan Vigoritas Benih Padi Lokal Ramos Adaptif
Deli Serdang dengan Berbagai Tingkat Dosis Irradiasi Sinar Gamma di
Persemaian. Agrium, 18(2): 158-161.

Sutariati G. A. K, Zul’aiza, S. Darsan, LD. M. A. Karsa, S. Wangadi, LA. Mudi.


2014. Invigorasi Benih Padi Gogo Lokal Untuk Meningkatkan Vigor dan
Mengatasi Permasalahan Dormansi Fisiologis Pascapanen. AGROTEKNOS.
4(1): 10-17.

Anda mungkin juga menyukai