Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA JAMUR

OLEH :
FADIA REZIKA HERWANDA
2003110290

DOSEN PENGAMPU:
Dra. ATRIA MARTINA, M.Si
RODESIA MUSTIKA ROZA, M.Si

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
PEMBUATAN BIAKAN MURNI DAN BIAKAN INDUK
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Jamur merupakan tumbuhan yang banyak dijumpai di alam, berbagai jenis

jamur tumbuh subur pada musim penghujan atau pada kondisi kelembaban relatif

tinggi. Jamur yang berperan sebagai dekomposer dalam rantai makanan

memungkinkan jamur biasa hidup dan tumbuh pada substrat organik yang mulai

lapuk. Beberapa jenis jamur kayu memiliki nilai komersil yang cukup tinggi

karena berpotensi dijadikan sebagai obat dan pangan alternatif, diantaranya jamur

tiram atau oyster mushroom, jamur kuping, jamur shitake , jamur maitake dan

berbagai jenis jamur lainnya (Rosmiah et al. 2020).

Jamur tiram putih (Pleurotus astreatus) merupakan jenis jamur kayu yang

dapat dikonsumsi dan bernilai gizi lebih tinggi dibandingkan jamur kayu lainnya.

Jamur tiram mengandung protein, lemak, fosfor, besi, thiamine dan riboflavin

lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur lain juga mengandung 18 macam

asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung

kolesterol. Kebutuhan konsumsi jamur tiram meningkat sebanding dengan

pertumbuhan jumlah penduduk,sehingga produksi jamur dengan mengandalkan

produksi alami tidak dapat memenuhi permintaan pasar sehingga perlu upaya

budidaya jamur tiram. Budidaya jamur tiram dapat dikelola usaha skala kecil,

menengah dan besar (industri). Jamur tiram putih dapat dibudidayakan di

Indonesia, karena iklim di Indonesia sangat cocok untuk pertumbuhan badan buah

(Gunawan 2000).
Biakan murni atau sering disebut juga biakan generasi F0 merupakan asal

mula bibit di peroleh. Pada kultur murni media yang sering digunakan adalah

media Potato Dextrosa Agar (PDA) yang memiliki kandungan nutrisi berupa air,

protein dan karbohidrat yang berasal dari substrat kentang dan gula. Produksi

budidaya jamur tiram putih meliputi 4 fase yaitu fase pembuatan biakan

murni/kultur murni (F0), pembuatan biakan induk (F1), pembibitan indukan (F2)

dan fase produksi (F3). Namun masalah utama budidaya jamur tiram putih

(Pleurotus ostreatus) terkendala oleh ketersediaan biakan murni F0 yang memiliki

harga jual mahal dan hanya diperoleh ditempat tertentu (Suparti & Karimawati

2017).

Tahapan produksi jamur tiram, indukan jamur biakan murni (F0) yang

akan digunakan berupa bagian jamur yang dianggap banyak mengandung

miselium (spora jamur). Bagian yang sering digunakan sebagai sumber indukan

berasal dari lamella (gills) yang terletak tepat di bawah tudung jamur (pileus),

berwarna putih, lunak, memiliki bentuk berlapis dan rapat seperti insang. Lamella

sendiri diselubungi oleh lapisan hymenium yang banyak mengandung kumpulan

dari basidiospora yang terdapat di luar bagian jamur. Indukan miselium F0 (filial

atau anakan) bisa juga didapat dengan cara isolasi atau membelah bagian badan

buah jamur (stipe) dan diambil bagian tengahnya yang seperti busa agar didapat

indukan miselium yang lebih steril. Langkah dalam budidaya jamur dengan

menyiapkan bibit F0 memerlukan alat-alat yang khusus dan memerlukan teknik

yang rumit yang disebut teknik aseptik, untuk menghindari terjadinya kontaminasi

atau menjaga kemurnian bibit (Suprapti & Djarwanto 2009). Berdasarkan uraian

diatas maka praktikum ini penting dilakukan untuk mengetahui cara pembuatan
biakan murni untuk biakan induk dan mengetahui bagian-bagian yang dapat

diisolasi dalam budidaya jamur.

II. METODE

2.1 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, Pisau/ scalpel, pinset,
cawan petri, bunsen.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, jamur tiram, alcohol
70%, Medium PDA steril.

2.2 Cara Kerja

Tubuh buah jamur tiram dibersihkan dengan alcohol 70%. Tubuh buah
dipotong bagian dasarnya dengan scalpel steril. Tangkai bawah jamur disayat
secara searah. Lalu tubuh buah dibelah, usahakan jaringan dalam tubuh buah yang
terbelah tidak tersentuh apapun. Jaringan yang terletak diujung atas tangkai jamur
disayat menggunakan pinset steril. Kemudian, potongan jamur diinokulasi pada
medium PDA dan diinkubasi.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Adapun hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1 2 3

Gambar 1: Tahap-tahap pembuatan biakan murni dan biakan induk 1) sampel


jamur 2) Proses desinfektan sampel 3) Pengambilan jaringan
jamur dan inokulasi ke medium PDA.

A B C

D E F
Gambar 2. Medium yang telah ditumbuhi Jamur hari ke- 5 A) OKJ S1(1) B)
OKJ S1(2) C) OKJ S1(3) D) ARK S1(1) E) ARK S1(2) F) ARK
S1(3)

3.2 Pembahasan

Pembibitan merupakan tahapan budidaya yang memerlukan ketelitian

tinggi karena harus dilakukan dengan kondisi steril dengan menggunakan bahan

dan peralatan khusus. Dalam kegiatan pembibitan dikenal istilah pembiakan tahap

pertama (F1), pembiakan tahap kedua (F2), dan pembiakan tahap ketiga (F3).

Setelah mencapai pembiakan tahap ketiga (F3), bibit siap diinokulasikan di media

tanam untuk ditumbuhkan menjadi jamur dewasa siap konsumsi. Biakan murni

jamur budidaya yang dimiliki tidak dapat digunakan terus menerus sebagai

sumber atau induk untuk perbanyakan bibit (Isnayati 2019).

Praktikum ini menggunakan 2 isolat jamur tiram yang diambil dari pasar

Arengka dan di rumah budidaya OKY jamur tiram. Jamur tiram yang diambil dari

pasar Arengka diberi kode isolat (ARK) yang diinokulasikan sebanyak 3 kali

ulangan sedangkan jamur tiram yang diambil dari rumah budidaya OKY jamur

tiram diberi kode isolat OKJ yang diinokulasikan sebanyak 3 kali ulangan. Jamur

yang dipilih adalah jamur yang memiliki ukuran yang besar, dalam keadaan yang

sehat dan segar seperti yang dapat dilihat pada gambar 1. Menurut Marzuki et al.

(2021) menyatakan bahwa isolasi jamur tiram dilakukan dengan cara mengambil

bagian steril dari tubuh buah jamur tiram menggunakan silet. Bagian yang steril

merupakan bagian jamur yang tidak terkena kontak dengan lingkungan luar yaitu

bagian tengah. Silet yang digunakan terlebih dahulu diberi alkohol untuk

memastikan silet tersebut steril. Pemindahan bagian tubuh buah jamur dilakukan
di laminar air flow (LAF) dan di dekat bunsen. Setelah itu, hasil isolasi

diinkubasikan pada suhu kamar hingga mulai tumbuh miselium dari jamur tiram.

Salah satu tahap yang paling penting dalam pembuatan biakan murni yaitu

media biakan. Media yang digunakan pada praktikum ini adalah media PDA

(Potato Dextrosa Agar). Berdasarkan komposisinya PDA termasuk dalam media

semi sintetik karena tersusun atas bahan alami (kentang) dan bahan sintesis

(dextrose dan agar). Kentang merupakan sumber karbon (karbohidrat), vitamin

dan energi, dextrose sebagai sumber gula dan energi, selain itu komponen agar

berfungsi untuk memadatkan medium PDAMedia semi sintetik seperti PDA

memiliki kandungan karbohidrat yang cukup sehingga baik digunakan untuk

pertumbuhan jamur (Arifah 2019).

Berdasarkan hasil praktikum dari pembuatan biakan murni pada inkubasi

hari ke-5 yang ditunjukkan pada gambar 2 menunjukan kontaminasi hal ini terjadi

karna pada saat kami melakukan proses inokulasi potongan jamur tiram tersebut

kedalam medium PDA, ruangan laboratorium habis digunakan untuk praktikum

lainnya sehingga di udara ruangan kerja banyak dikelilingi oleh bakteri

kontaminasi yang tidak diinginkan. Sebaiknya pada saat proses inokulasi

praktikan harus memperhatikan tingkat keaseptisan dari segi apapun. Menurut

Widiwurjani dan Guniarti (2016) menyatakan, dalam budidaya jamur pembuatan

bibit merupakan tahapan yang memerlukan ketelitian tinggi karena harus

dilakukan dengan keadaan steril, mulai dari ruangan kerja, bahan media dan

peralatan khusus yang digunakan. Keberhasilan budidaya jamur ditentukan oleh

kualitas media tanam, proses budidaya, dan kualitas bibit yang digunakan.

Menurut Suparti & Karimah (2017) menyatakan bahwa kualitas indukan jamur
yang tidak bagus juga akan mempengaruhi pertumbuhan miselium jamur sehingga

dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi dengan organisme lain.

DAFTAR PUSTAKA

Arifah SP. 2019. Gula Pasir Sebagai Pengganti Dektrosa Pada Komposisi PDA

Untuk Efisiensi Biaya Praktikum Dan Penelitian Di Laboratorium

Fitopatologi. Jurnal Teknologi dan Manajemen Pengelolaan

Laboratorium (Temapela). 2(1): 28-32.

Gunawan AW. 2000. Usaha Pembibitan Jamur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Isnayati, Riyadi S, dan Khairunnas, MI. 2019. Budidaya Jamur Tiram Tanpa

Menggunakan Plastik Baglog. Indonesia Journal Of Laboratory. 2(1): 14-

21.

Marzuki BM, Suryana S, Kusmoro J, Irawan B, dan Naziah Y. 2021. Optimasi

Media Bibit Induk Jamur Tiram Coklat (Pleurotus leorotus). Biotika

Jurnal Ilmiah Biologi. 19(2): 75-85.

Rosmiah, Aminah IS, Hawalid, dan Dasir. 2020. Budidaya Jamur Tiram Putih

(Pluoretus ostreatus) Sebagai Upaya Perbaikan Gizi dan Meningkatkan

Pendapatan Keluarga. Jurnal Altifani. 1(1): 31-35.

Suparti dan Karimawati N. 2017. Pertumbuhan Bibit F0 Jamur Tiram dan Jamur

Merang pada Media Umbi Talas dengan Konsentrasi yang Berbeda.

Bioeksperimen. 3(1): 64-72.


Suprapti S dan Djarwanto. 2009. Pedoman Budidaya Jamur Shitake dan Jamur

Tiram. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Badan Penelitian

dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan Bogor.

Widiwurjani dan Guniarti. 2016 . Potensi Bibit Jamur Tiram Hasil Biakan Dari

Agroindustri. Jurnal UPN Veteran. 2(1) :196-204.


PENGOMPOSAN DAN PEMBUATAN BAGLOG
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus L.) adalah salah satu komoditas

pertanian yang termasuk ke dalam famili Agaricaceae yang dibudidayakan dan

memiliki nilai ekonomis yang tinggi, karena mengandung gizi dan rasa yang

cukup lezat. Selain kandungan gizinya yang tinggi, jamur tiram putih mempunyai

manfaat untuk kesehatan yaitu sebagai protein nabati yang tidak mengandung

kolesterol sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit darah tinggi dan jantung.

Budidaya jamur tiram putih di Indonesia belum dapat untuk memenuhi kebutuhan

konsumen setiap hari. Penurunan produksi menyebabkan Indonesia belum mampu

memenuhi kebutuhan jamur bagi masyarakat dalam maupun luar negeri

(Ramdhani & Roedy 2020).

Pembuatan media tanam jamur tiram ini perlu dilakukan pengomposan

dikarenakan dalam media tanam jamur tiram ini terdapat serbuk gergaji yang

memiliki bahan organik atau senyawa kompleks yang perlu diurai menjadi

senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna oleh jamur dalam

pertumbuhannya. Proses pengomposan bermanfaat untuk mengubah limbah yang

semula tidak bermanfaat menjadi bahan yang lebih bermanfaat dan menjadi

bahan yang aman dan tidak berbahaya .Bahan organik yang terdapat pada serbuk

kayu sengon tidak dapat langsung diserap oleh jamur tiram sehingga diperlukan

proses penguraian bahan organik terlebih dahulu dengan cara dikomposkan. Salah
satu faktor yang mempengaruhi budidaya jamur tiram putih selain faktor

lingkungan yaitu media tanam jamur tiram putih. Media tanam jamur yang

digunakan harus dibuat menyerupai kondisi tempat tumbuh jamur tiram di alam.

Bahan dasar yang digunakan dalam media jamur tiram adalah serbuk gergaji,

disamping itu terdapat bahan tambahan lain, misalnya bekatul, gips, kapur, dan

lain-lain (Masefa dan Lia 2016).

Media tumbuh jamur atau biasa disebut baglog merupakan media tumbuh

jamur yang terbuat dari campuran serbuk gergaji, bekatul, dan berbagai nutrisi

lainnya yang dapat membantu pertumbuhan jamur. Pada media tersebut nantinya

akan dikelola dan dirawat supaya tumbuh jamur yang dapat dikonsumsi. Istilah

baglog diartikan sebagai kantung (bag) media berbentuk kayu gelondongan (log).

Ketika plastik media diberi lubang atau di sobek, dari lubang tersebutlah jamur

akan tumbuh. Salah satu cara untuk memanfaatkan serbuk gergaji adalah dengan

menjadikannya sebagai bahan utama jamur tiram putih karena tingginya limbah

gergaji yang disebabkan oleh produksi kayu perabotan rumah tangga di Indonesia

yang terbuang dan tidak dimanfaatkan lagi. Untuk mengurangi limbah serbuk

gergaji salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan sebagai bahan utama

dari media tanam jamur tiram putih yang bernilai ekonomis dan ramah lingkungan

(Hunaepi et al. 2018). Berdasarkan uraian diatas maka penting praktikum ini

untuk dilakukan untuk memahami teknik pengomposan substrat tanam dan

mengetahui cara pembuatan baglog.


II. METODE

2.1 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu sekop, terpal, sendok,

ember.

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu serbuk kayu, dedak,

kapur, gipsum, dolomit, EM 4, plastik PP, karet gelang, dan cincin paralon.

2.2 Cara Kerja

Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
2.2.1 Pengomposan
Persiapkan semua bahan yang akan digunakan. Semua bahan yang
sudah dipersiapkan dicampur sampai merata. Lalu, bahan yang sudah
tercampur merata ditambahkan air secukupnya sampai kelembapan
mencapai ±60-70% yang ditandai dengan substrat yang digenggam akan
meggumpal dan tidak akan pecah. Kemudian media yang sudah tercampur
dimasukkan ke dalam terpal dan dibiarkan selama 5 hari untuk proses
pengomposan.Setelah 3 hari pengomposan, substrat kompos dibalik dan
dimasukkan lagi dalam terpal sampai hari ke 5.
2.2.2 Pembuatan Baglog
Media tanam yang sudah selesai dikomposkan dimasukkan ke dalam
plastik PP dan dipadatkan. Media tanam yang sudah siap dikemas
dimasukkan dan disusu rapi satu persatu ke dalam drum besi yang airnya
telah dipanaskan untuk sterilisasi selama 5-7 jam. Lalu, baglog yang sudah
steril ditempatkan di tempat yang bersih. Setelah itu dimasukkan bibit
kedalam baglog dan disisakan sekitar 10 cm pada bagian mulut baglog
untuk pemasangan cincin paralon. Media yang sudah dipadatkan
kemudian diikat dengan menggunakan karet gelang. Setelah itu, baglog
siap diinkubasi di kumbung jamur hingga tumbuh jamur.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.2 Pembahasan

Praktikum ini menggunakan media tanam jamur tiram putih yaitu serbuk

gergaji, bekatul dan kapur. Serbuk gergaji memiliki kandungan lignin dan nutrisi

yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur tiram. Pemilihan serbuk kayu

dimaksudkan agar nutrisi yang terkandung di dalamnya dapat digunakan oleh

jamur, untuk pertumbuhan jamur tiram menjadi lebih baik . Begitupun dengan

dedak yang dapat menjadi alternatif media tumbuh dari jamur karena

mengandung protein, selulosa, serat, nitrogen, lemak, dan P2O5 untuk nutrisi bagi

pertumbuhan jamur tiram. Kapur atau dolomit berfungsi untuk mengontrol pH

media tanam, untuk pertumbuhan jamur yang optimal. Media dengan pH yang

sesuai dengan pertumbuhan jamur dapat mempengaruhi ketersediaan beberapa

unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur. EM 4 merupakan kultur

campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan yang dapat digunakan

sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme

(Asegab 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Asegab M. 2011. Bisnis Pembibitan Jamur Tiram, Jamur Merang dan Jamur

Kuping. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.

Hunaepi, Fitri, Linda M. 2018. Pengelolaan Limbah Baglog Jamur Tiram Menjadi

Pupuk Organik Komersil. Jurnal Solma. 7(2): 14-27.

Ramdhani AH, dan Roedy S. 2020. Pengaruh Lama Pengomposan pada Berbagai

Suhu Sterilisasi Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jamur

Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Jurnal Produksi Tanaman. 8 (3): 275-

281.

Masefa dan Lia. 2016. Pengaruh Kapur dan Dolomit terhadap Pertumbuhan

Miselium dan Produksi Jamur Tiram Coklat (Pleurotus cystidiosus).

Online Jurnal of Natural Science. 5(1) : 11-20.


PRAKTIKUM LAPANGAN

“KUNJUNGAN KE RUMAH JAMUR NANDO”


(a) (b)

Gambar 1. a) Penampakan luar gerbang rumah jamur Nando b) Penampakan

dalam rumah jamur Nando.

Kunjungan ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 1 Juni 2023 dari

pukul 11.00-13.30 WIB. Praktikan yang mengambil mata kuliah budidaya jamur

beserta dua dosen pengampu mengunjungi Rumah Jamur Nando yang merupakan

satu-satunya tempat wisata edukasi,terutama edukasi seputar budidaya jamur di

Provinsi Riau. Rumah Jamur Nando terletak di Jalan Singkong, Kecamatan

Tenayan Raya, Kota Pekanbaru. Pemilik tempat ini didirikan oleh pemuda yang

bernama Bayu Fernando pada tahun 2015 . Ia adalah seseorang Mahasiswa


lulusan Pendidikan Biologi Universitas Riau. Bayu Fernando mendirikan rumah

jamur ini sejak beberapa tahun belakangan, ini dimulai dari hobinya dan sesuai

juga dengan jurusan kuliahnya sebagai mahasiswa pendidikan biologi. Awalnya ia

membuka usaha rumah jamur ini hanya memanfaatkan lahan sebelah rumahnya

yang tidak tergarap dengan membuat kreativitas sedemikian rupa. Ia melihat

adanya peluang bisnis sekaligus memberikan ilmu terkait budidaya jamur di

Pekanbaru. Di rumah jamur Nando ini sendiri pengunjung yang biasanya banyak

didominasi anak sekolah, wisatawan yang bisa melihat dan belajar langsung

proses bagaimana pembuatan jamur, Untuk tarifnya sendiri cukup terjangkau, di

hari Senin-Jum’at tarifnya adalah sebesar Rp.15.000/orang, sementara di

hari Sabtu-Ahad tarifnya adalah sebesar Rp. 20.000/orang dengan waktu

operasional setiap hari mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 17.00 WIB.

(a) (b)

Gambar 2. a) Pemilik rumah jamur Nando sedang sharing ilmu terkait jamur b)

Praktikan beserta dosen sedang mendengarkan pemaparan materi oleh

pemilik rumah jamur Nando


Wisata edukasi Rumah Jamur Nando ini memiliki tempat yang rindang

dan dilengkapi dengan gazebo serta tempat bermain anak sehingga paling tepat

untuk dijadikan pilihan wisata edukasi. Wisata ini menawarkan pengalaman

wisata yang edukatif, murah dan unik. Adapun yang dibudidayakan disini adalah

jenis jamur tiram. Disini, kami diberikan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang

sangat bermanfaat, seperti sharing dan diskusi bagaimana membudidayakan jamur

yang baik dan benar, praktik secara singkat tentang bagaimana cara membuat

media tanam jamur, kami juga dapat melihat secara langsung berbagai macam

jamur yang sudah diawetkan mulai dari jamur tiram, jamur kuping, jamur

Ganoderma, jamur enoki, dll. Sekaligus dapat mencicipi berbagai makanan olahan

dari jamur yang telah tersedia seperti jamur krispi, es krim jamur, nugget jamur,

bakso jamur dll.

a b

c d
Gambar 3. a) Penampakan rumah kumbung jamur b) Foto bersama praktikan

budidaya jamur c) Penampakan jamur tiram putih yang tumbuh di

baglog d) Penampakan jamur tiram merah yang tumbuh di baglog

Setelah kami diberikan pemaparan materi mengenai jamur, kami diajak

berkeliling oleh bang Nando selaku pemilik tempat wisata ini untuk melihat

rumah kumbung jamur sebagai tempat budidaya. Tak hanya itu kami juga ikut

serta dalam memetik jamur tiram secara langsung. Kami melihat beribu baglog

jamur tiram mulai dari jamur tiram putih bahkan jamur tiram merah. Di dalam

kumbung jamur kami melihat baglog yang sudah ditumbuhi banyak jamur dan ada

juga baglog yang sudah mati, karna pada umumnya baglog dapat bertahan sekitar

5-7 bulan. Ia mengatakan rumah jamur harus disiapkan dalam kondisi yang sedikit

lembab, dan tidak perlu cahaya matahari yang terlalu intens mengenai rumah

jamur agar tidak menggangu pertumbuhan jamur. Jika cuaca kota Pekanbaru

cukup panas, ia cukup menyemprotkan air ke media tanam jamur untuk menjaga

kelembaban jamur sedangkan jika cuaca sejuk biasanya jamur akan lebih cepat

panen. Saat ini bang Nando sudah bisa memproduksi 30 kilo jamur tiram yang

nantinya dia akan jual dan mendistribusikan nya ke pedagang-pedagang pasar

bahkan restoran. Ia mengatakan bahwa usaha budidaya jamur ini cukup

menjanjikan melihat permintaan pasar yang cukup tinggi. Omset yang didapatkan

Nando perbulannya bisa mencapai 6-10 juta. Omset tersebut belum termasuk dari

kunjungan ke rumah jamur. Untuk kunjungan ke rumah jamur di tahun 2018 ini

saja sudah mencapai 2000 orang lebih. Dalam satu media tanam mereka dapat

memanen jamur 5 sampai 6 kali. Bahkan untuk membuat media tanam jamur juga

tidak memerlukan biaya yang terlalu mahal. Ia memanfaatkan limbah seperti


serbuk gergaji dan dedak sementara limbah baglog yang sudah mati dapat

dipergunakan untuk membuat kompos. Jamur yang dihasilkan juga dapat diolah

menjadi banyak produk seperti es krim jamur, nugget, jamur krispi, bakso krispi,

abon jamur, sate jamur dengan nilai gizi dan nutrisi yang tinggi. Sehingga dalam

kunjungan kami kali ini,dapat membuka mindset kami bahwasanya budidaya

jamur dapat dijadikan peluang bisnis yang menjanjikan. Bang nando cukup

menginspirasi kami karna yang berawal dari hobi dan memanfaatkan basic ilmu

nya ketika kuliah dulu dapat mengantarkan dia menjadi pemuda yang sukses

dalam berwirausaha.

Anda mungkin juga menyukai