Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL PENELITIAN

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


JURUSAN PERLINDUNGAN TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU

Judul : Eksplorasi, Identifikasi dan Mekanisme Antagonis


Cendawan Endofit Asal Tanaman Kacang Hijau Terhadap
Patogen Cercospora sinensis
Nama : Reksi Dimas Danendro
NPM : E1K02038
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Tunjung Pamekas, M.Sc.
Pembimbing Pendamping : Ir. Nadrawati, MP

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu bahan pangan yang banyak
dibudidayakan beberapa negara Asia seperti Indonesia, Thailand, Filipina dan India. Kacang
hijau dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan karena memiliki kandungan protein dan
karbohidrat yang tinggi (Rahman dan Triyono, 2011). Kacang hijau juga memiliki peranan
sangat penting dalam pemenuhan protein setelah kedelai dan kacang tanah. Permintaan yang
terus meningkat baik dimanfaatkan untuk konsumsi maupun industri olahan (Kementerian
Pertanian, 2012). Peningkatan kebutuhan kacang hijau di Indonesia berjalan seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk pada setiap tahun nya ( Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
2017.)
Upaya untuk meningkatkan produksi kacang hijau dapat dilakukan peningkatan melalui
ekstensifikasi dan intensifikas Data Kementerian Pertanian (2021), produksi kacang hijau di
Provinsi Bengkulu mengalami penurunan sejak tahun 2014 hingga 2018 sebesar 810 ton.
Rendahnya produksi kacang hijau di Bengkulu disebabkan antara lain adalah luas panen yang
semakin sedikit dan produktivitas lahan yang kurang optimal serta serangan penyakit bercak
daun. Luas panen kacang hijau di Bengkulu mengalami fluktuasi selama lima tahun terakhir,
2014 hingga 2018 berturut-turut yaitu, 208.016 ha. 229.475 ha, 223.948 ha, 206.469 ha, dan
197.508 ha. Peningkatan produksi kacang hijau di Bengkulu perlu dilakukan peningkatan luas
panen dan pemanfatan teknologi baru yang dapat mengendalikan penyakit bercak daun.
Patogen yang menghambat pertumbuhan tanaman kacang hijau yaitu bercak daun yang
disebabkan cendawan Cercospora sinensi. Serangan penyakit bercak daun terjadi pada
permukaan daun dengan bercak berbentuk bulat dan tidak beraturan. Bercak daun biasanya

1
menyerang pada saat tanaman berumur 30-35 mst dan menyerang hampir seluruh bagian
tanaman dan berpengaruh terhadap pembentukan polong pada tanaman. Menurut
(Wahyudin et al., 2015)
Seluruh fase pertumbuhan kacang hijau dapat diserang penyakit bercak daun di lapangan,
umumnya gejala penyakit timbul pada umur 30–35 hari (Hardaningsih et al., 1993).
Selanjutnya bercak daun akan bertambah selama pembungaan sampai pengisian polong (Ilag,
1978). Kehilangan hasil akibat serangan penyakit ini dapat mencapai 47% (AVRDC, 1978),
bahkan pada serangan berat kehilangan hasil dapat lebih dari 58% (Fernandez dan
Shanmugasundaram, 1988). Penyakit bercak daun dikendalikan oleh gen dominan
tunggal (Singh,1982).
Cendawan endofit merupakan cendawan yang keseluruhan siklus hidupnya menempati
jaringan tanaman yang hidup tetapi tidak memperlihatkan gejala infeksi penyakit. Jamur
endofit diketahui bersifat baik bagi tanaman melalui beberapa mekanisme, yaitu
meningkatkan resistensi terhadap beberapa patogen dan serangan hama, memacu
pertumbuhan, serta meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan (Setyaningrum et al., 2016)
Diketahui cendawan endofit mempunyai kemampuan untuk menghasilkan metabolit
sekunder yang sering berdampak terhadap pertumbuhan inangnya, seperti meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap kondisi cekaman biotik dan abiotik, maupun meningkatkan
pertumbuhannya (Irawati et al., 2017). Cendawan endofit memiliki kemampuan yang spesifik
dan unik karena menghasilkan senyawa bioaktif yang bermanfaat bagi tanaman sehingga
dapat membuat tanaman terhindar dari stress. Menurut Schulz & Boyle (2006) mengatakan
bahwa endofit akan mendapat keuntungan berupa adanya pasokan nutrisi, terlindungi dari
tekanan lingkungan yang kurang menguntungkan, yang membantu dalam upaya reproduksi
dan kolonisasi dalam interaksi antara mikrob endofit dengan inangnya. Cendawan endofit
yang berasal dari tanaman kacang hijau di Indonesia saat ini belum banyak dilaporkan. Oleh
karena itu perlu dilakukan ekplorasi cendawan endofit asal tanaman kacang hijau supaya
mendapatkan isolasi serta mengevaluasi potensi cendawan endofit sebagai cendawan patogen
dengan melakukan uji pategenesitas cendawan endofit.
1.2 Rumusan Masalah
Penyakit bercak daun C. sinensis merupakan penyakit yang banyak menyerang tanaman
kacang hijau. Rendahnya produksi kacang hijau dipengaruhi oleh beberapa faktor salah
satunya gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT). Penggunaan cendawan endofit
dalam pengendalian beberapa jenis organisme pengganggu tanaman terutama patogen
penyakit yang maupun berpengaruh terhadap tingkat toleransi tanaman untuk menghadapi

2
kondisi lingkungan yang ekstrim, tetapi informasi mengenai pemanfataan cendawan endofit
dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman kacang hijau belum banyak diperoleh. Maka dari
itu eksplorasi dan uji patogenesitas cendawan endofit tanaman kacang hijau terhadap penyakit
bercak daun penting dan perlu dilakukan.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi cendawan endofit potensial dari
jaringan tanaman kacang hijau serta untuk mengetahui patogenesitas cendawan endofit pada
tanaman kacang hijau.
1.4 Hipotesis Penelitian
Pada tanaman kacang hijau terdapat sejumlah cendawan endofit yang memiliki
mekanisme antagonis berupa kompetisi antar ruang nutrisi dan oksigen, hiperparasitisme, dan
antibiosis terhadap patogen Cercospora sinensis.
II. METODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan November 2023 sampai bulan Januari
2024 di Laboratorium hayati, Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.
2.2 Rancangan percobaan
Pengujian pada penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) non
faktorial. Sampel tanaman kacang hijau tersebut di ambil dari dua lokasi yaitu lahan sawah
agroteknologi Universitas Bengkulu dengan luas 50 meter dan jarak tanaman 20-30 cm antar
tanaman dan juga lahan percobaan proteksi tanaman yaitu enam varietas kacang hijau Vima 1,
Vima 2, Vima 3, Vima 4, Vima 5, dan Kutilang yang telah ditanam didalam polybag.
2.3 Tahapan Penelitian
2.3.1 Pengambilan Sampel Tanaman Kacang Hijau
Cendawan endofit di ambil dari sempel tanaman kacang hijau sehat dan
tanaman kacang hijau terserang penyakit bercak daun C. Sinensis. Sampel tanaman
kacang hijau utuh di cabut dan di bersihkan kemudian dimasukan kedalam plastik
bening dengan pada bagian akar di selimuti tisu basah. Kemudian sampel tanaman
langsung dibawa ke laboratorium untuk dilakukan tahap selanjutnya.
2.3.2 Isolasi Cendawan Endofit
Cendawan endofit diisolasi dari tanaman kacang hijau sehat, baik dari bagian
batang, ranting/batang dan daun, dengan metode (Irawati et al., 2017) yang
dimodifikasi. Bagian tanaman dicuci dengan air mengalir dan kemudian
dikeringanginkan. Selanjutnya bagian daun tanaman sehat dipotong-potong dengan
ukuran 1 cm x 1 cm, dan batang dipotong kemudian didisinfeksi dengan cara

3
menyelupkan ke dalam natrium hipoklorit 1% selama 3 menit. Di disinfeksi daun dan
batang dilakukan secara terpisah. Setelah itu, potongan batang tanaman kacang hijau
yang telah disinfeksi dibelah. Kemudian potongan daun dan batang diinokulasi di
dalam cawan petri yang telah berisi PDA (Potato Dextrose Agar) padat. Semua proses
inokulasi dilakukan didalam encase Selanjutnya cawan petri diinkubasikan dalam suhu
kamar selama 4 hari. Hifa cendawan yang tumbuh pada jaringan tanaman dipindahkan
ke medium PDA baru. Koloni cendawan yang tumbuh dimurnikan agar diperoleh
biakan murni.
2.3.3 Isolasi Cendawan Patogen Cercospora sinensis
Patogen di ambil dari lahan yang sama degan sampel tanaman kacang hijau
sehat, selanjutnya patogen diisolasi dari tanaman kacang hijau berumur 35-80 MST
yang menunjukkan gejala penyakit bercak daun, dari bagian tanaman kacang hijau
yang bergejala bercak daun. Isolasi patogen dilakukan dengan terlebih dahulu
menginkubasi daun kacang hijau yang telah diambil pada petri steril yang telah diberi
kertas saring steril didalamnya kemudian dibasahi menggunakan aquades. Daun
dimasukkan pada petri dan diinkubasi hingga tumbuh hifa-hifa dari bagian daun.
Kemudian hifa yang tumbuh di isolasi pada cawan petri berisi PDA kemudian
diinkubasikan selama 4 hari dalam suhu laboratorium (±30˚C). Koloni jamur yang
tumbuh dimurnikan agar diperoleh biakan murni.
2.3.4 Karakterisasi Cendawan Endofit dan Patogen
Isolat cendawan endofit dan isolat patogen yang telah diperoleh kemudian
dikarakterisasi dan diidentifikasi secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan
secara makroskopis meliputi : warna, pertumbuhan diameter, ketebalan koloni, dan
ada tidaknya miselium udara. Secara mikroskopis diamati bentuk hifa, ukuran konidia
atau spora, ada tidaknya klamidiospora, serta bentuk dan ukuran fialid. Kemudian
isolat akan diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi Domsch (1980), dan
Shurleff and Charles (1987), dan Barnett (1960).
2.3.5 Uji Biakan Ganda Cendawan Endofit dan Patogen
Penelitian pengujian ini menggunakan metode biakan ganda (dual culture)
(Dharmaputra et al., 1999), dengan mengambil masing-masing biakan murni yang
tergolong cendawan endofit dan patogen C. sinensis hasil karakterisasi menggunakan
cork borer berdiameter 7 mm, kemudian diinokulasikan ke dalam cawan petri yang
berisikan media PDA secara berhadapan dengan jarak 30 mm. Pengujian ini diulang
sebanyak 3 kali. Skema penempatannya ditampilkan dalam gambar sebagai berikut :

4
A P
30mm 30mm

R2 A R1 A

Gambar 1. Uji biakan ganda

Ket : A = Potongan koloni cendawan endofit


P = Potongan koloni cendawan patogen
R1 = Jari-jari koloni patogen yang menjauhi koloni cendawan endofit
R2 = Jari-jari patogen yang mendekati koloni cendawan endofit
Selanjutnya semua cawan petri diinkubasi pada suhu kamar. Variabel yang diamati
adalah presentase hambatan (%).
Presentase hambatan dihitung pada hari ke-8 setelah inkubasi dengan rumus :
R 1−R 2
Hambatan = x 100 %
R1
Ket : R1 = Jari-jari koloni patogen yang menjauhi koloni cendawan endofit
R2 = Jari-jari koloni patogen yang mendekati koloni cendawan endofi

2.3.6 Uji Mekanisme Antagonis Cendawan Endofit dan Patoggen Secara In


Vitro
Mekanisme antagonisme di identifikasi berdasarkan Farida (1992) yang meliputi :
a. Kompetisi ruang, nutrisi, dan oksigen: kompetisi antara cendawan endofit
dengan cendawan patogen dalam memperebutkan ruang, nutrisi, dan oksigen
diamati dengan cara melihat jenis jamur yang lebih cepat memenuhi cawan
petri.
b. Antibiosis: pengamatan antibiosis dilakukan dengan mengukur lebar zona
kosong (hambatan) dan melihat ada atau tidaknya perubahan warna pada
medium akibat senyawa antibiotik yang dihasilkan cendawan endofit.
c. Lisis dan parasitisme: pengamatan mekanisme lisis dan parasitisme dilakukan
dengan mengamati hifa cendawan endofit uji yang tumbuh di atas cendawan
patogen dengan cara mengambil dan menumbuhkan hifa cendawan endofit dan
cendawan patogen menggunakan jarum ent, lalu diletakkan di atas gelas objek
untuk diamati secara mikroskopis.

5
2.3.7 Uji Patogenisitas Cendawan Endofit
Uji patogenesitas cendawan endofit dilakukan dengan metode Bioassay.
Pertama bibit kacang hijau disemai dalam media tanah dengan ditambah pupuk
kandang yang sudah steril. Uji patogenensitas dilakukan pada bibit kacang hijau umur
7 hari setelah tanam (HST). Uji dilakukan dengan menggunakan 3 bibit tanaman
kacang hijau sehat dalam satu cawan petri berdiameter 14 cm yang telah diberi kertas
saring lembab sebelumnya. Kemudian batang tanaman kacang hijau dilukai
menggunakan jarum steril dan diberi cendawan endofit yang diambil menggunakan
cork borer dari media biakan. Kegiatan yang sama dilakukan untuk semua cendawan
endofit yang didapat. Selanjutnya untuk perlakuan patogen, 3 bibit tanaman kacang
hijau sehat dimasukkan kedalam cawan petri dan dilukai menggunakan jarum steril
dan diberi dengan cendawan patogen C. sinensis. Sebagai kontrol disiapkan juga 1
cawan petri steril yang berisi 3 bibit kacang hijau dan dilukai bagian batang tanaman
kacang hijau namun tidak ditempeli cendawan endofit ataupun patogen, kemudian
semua cawan petri diinkubasi pada suhu 30˚C selama 7 hari. Variabel yang diamati
yaitu gejala yang muncul berupa panjang bercak pada batang dan diamati setelah 1
minggu. Perbandingan besar panjang bercak pada tanaman yang diberi cendawan
endofit dan patogen C. sinensis pada uji patogenesitas dapat menjadi indikator suatu
cendawan endofit mampu menghambat pertumbuhan patogen pada tanaman kacang
hijau .
2.3.8 Data Penunjang
a. Suhu dan kelembaban udara diukur menggunakan higrometer pada saat
pengambilan sampel tanaman cabai di lokasi pengambilan sampel.
b. Suhu tanah diukur mengunakan termometer tanah, pada saat pengambilan
sampel tanaman cabai di pengambilan sampel.
c. Titik koordinat lokasi pengambilan sampel dengan menggunakan data GPS
2.3.9 Analisis Data
Data akan disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan gambar. Data uji
patogenesitas yang diperoleh akan dianalisis secara statistik menggunakan analisis
varian (ANAVA) pada taraf 5%. Jika antar perlakuan berbeda nyata maka akan diuji
lanjut dengan menggunakan DMRT 5%.

6
DAFTAR PUSTAKA
Barnet, H.L. 1960. Illustrasted Genera of Imperfect Fungi. Burges Publishing Company.
United States of America.
Dharmaputra, OS, Gunawan, AW, Wulandari, R, & Basuki, T. 1999. Cendawan
kontaminan dominan pada bedengan jamur merang dan interaksinya dengan jamur
merang secara in-vitro. Jurnal Mikrobiologi Indonesia. 4(1): 14-18.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2017. Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan
Produksi Aneka Kacang Dan Umbi. Jakarta: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Domsch KH, Gams W & Anderson TH. 1980. Compendium of Soil Fungi. Volume 1.
Academic Press, London.
Iiag, Lina L. (1978), Mungbean diseases in the philipppines. Proc. Internal. Mungbean
Symp. I, AVRDC : 154-156
Irawati, A. F. C., Mutaqin, K. H., Suhartono, M. T., Sastro, Y., Sulastri., & Widodo.
2017. Eksplorasi dan pengaruh cendawan endofit yang berasal dari akar tanaman
cabai terhadap pertumbuhan benih tanaman cabai. Jurnal Hortikultura. 27(1):
105-112.
Irawati, AFC, Kikin HM, Maggy TS, Yudi S, Sulastri, & Widodo. 2017. Eksplorasi dan
Pengaruh Cendawan Endofit yang Berasal dari Akar Tanaman Cabai Terhadap
Pertumbuhan Benih Cabai Merah. Jurnal Hortikultura. 27(1): 105-112.
Kementerian Pertanian. 2021. Produksi Kacang Hijau Menurut Provinsi Bengkulu Tahun
2014-2018 (Produksi per hektar). http://www.pertanian.go.id Diakses pada
tanggal 03 September 2023.
Kementerian Pertanian. 2021. Produksi Kacang Hijau Menurut Provinsi.
http://www.pertanian.go.id diakses pada tanggal tanggal 03 September 2023.
Rahman, T. And Triyono, A. 2011. Pemanfaatan kacang hijau (Phaseolus radiatus L)
menjadi susu kental manis kacang hijau. Prosiding snapp: sains,
teknologi, 2(1):223-230.
Schulz, B & Boyle, C 2006, ‘What are endophytes, Soil Biology: Microbial Root
Endophytes, 9 : 1-13.
Setyaningrum, T & Ratih, W. 2016. Karakterisasi Isolat Jamur Endofit Penicillium sp.
dan Trichoderma sp. Sebagian Plant Growth Promoting Fungi (PGPF). J. Tanah
dan Air, 13 (2) : 115-120.
Singh. D.P. 1982. Genetics and breeding of blackgram and greengram. Res. Bulletin,
Exp. Station. Dep. Plant Breeding Coll. Agric., Partnagar, U.P. India.

Anda mungkin juga menyukai