Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Jamur merupakan organisme eukariot (sel-selnya mempunyai inti sejati) yang


digolongkan ke dalam kelompok cendawan sejati dengan dinding sel jamur terdiri atas zat
kitin. Tubuh atau soma jamur disebut hifa yang berasal dari spora dan sel jamur tidak
mengandung klorofil. Jamur memperoleh makanan secara heterotrof dari bahan organik
yang ada di sekitar dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh hifa kemudian diserap.
Jamur tiram membentuk struktur reproduksi seksual yang berada di dalam struktur tubuh
buah yang bentuknya mencolok dan ukurannya makroskopik.

Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi tinggi antara lain
protein, lemak, fosfor, besi, thiamin dan riboflavin. Jamur tiram mengandung 18 macam
asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol. Jenis
asam amino yang terkandung dalam jamur tiram adalah isoleusin, lisin, methionin,
sistein, penilalanin, tirosin, treonin, triptopan, valin, arginin, histidin, alanin, asam
aspartat, asam glutamat, glisin, prolin, dan serin.

Pembibitan merupakan tahapan budidaya yang memerlukan ketelitian tinggi karena harus
dilakukan dalam kondisi steril dengan menggunakan bahan dan peralatan khusus. Awal
budidaya jamur membutuhkan biakan murni yang bebas dari kontaminasi dan memiliki
sifat-sifat genetic yang baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Keberhasilan seorang
pengusaha atau petani jamur dalam budidaya jamur sangat tergantung pada cara
pemeliharaan dan penyimpanan biakan murni miselium jamur, sehingga jamur tetap
mempunyai produktivitas yang tinggi. Dengan demikian miselium atau biakan murni
miselium merupakan inti yang sangat menentukan dalam budidaya jamur. Dalam
kegiatan pembibitan dikenal istilah BMM yaitu Biakan Murni Miselium.

Biakan murni merupakan tahap awal didalam pembuatan bibit jamur. Pembuatan biakan
murni ini diperlukan ketelitian, kebersihan, dan keterampilan. Sumber bibit jamur
bersumber dari tubuh buah jamur itu sendiri. Tubuh buah jamur yang baik digunakan
sebagai sumber bibit harus memiliki sifat produktivitas tinggi, sehat, dan masih segar.
Setelah tubuh buah jamur tersedia, maka persiapan selanjutnya adalah menyiapkan media
tumbuh dan mengenting. Media tumbuh yang digunakan adalah agar kentang dextrosa
(PDA) dan modifikasinya. Pertama-tama tubuh buah jamur dibersihkan dari kotoran,
kemudian diiris dan dientingkan kedalam media tumbuh. Media tumbuh yang telah
ditulari (dienting) selanjutnya diinkubasikan diruang aseptik pada suhu 30 – 34 oC.

1.2 Tujuan

1. Agar mahasiswa mampu menyiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk
membuat biakan murni jamur konsumsi
2. Agar mahasiswa mampu membuat biakan murni/ mengisolasi jamur konsumsi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembuatan biakan murni jamur konsumsi

Metode pembuatan bibit jamur tiram yang dikenal di indonesia dapat dibedakan menjadi dua
sistem. Sistem yang pertama dilakukan melalui cetakan spora dan yang kedua dilakukan
dengan melalui kultur jaringan. Metode kultur spora jarang dilakukan karena produksi yang
dihasilkan banyak mengalami penyimpangan dari induknya. Metode yang banyak dilakukan
adalah metode kultur jaringan sepenuhnya mengacu pada dasar – dasar mikrobiologi. Metode
kultur jaringan tersebut setelah menggunakan eksplan untuk mendapatkan biakan murni.
Biakan murni adalah bibit awal dari jamur tiram. Bibit inilah yang kemudian diperbanyak
untuk bibit induk dan bibit tanam. (Suriawiria, 2000, Sugianto, 2002).
Pembibitan jamur pada suatu media biakan dan bibit induk memerlukan kondisi dan teknik
aseptis oleh sebab itu diperlukan dasar pengetahuan tentang mikrobiologi sebab biakan
tersebut harus murni dan tidak boleh terkontaminasi oleh jasad mikro lain. Kemampuan
untuk menguasai teknik tersebut mutlak harus dikuasai oelh seorang pembibit jamur.
Pembibitan jamur sebaiknya dilakukan di tempat yang bersih dan tidak banyak angin,
sehingga tujuan untuk mendapatkan biakan jamur yang murni seperti yang diinginkan dapat
tercapai. Pekerjaan ini biasanya dilakuakn didalam kotak inokulasi atau (laminar air flow)
berlapis (Gunawan, 2001).
Rangkaian pembibitan jamur kayu dengan dua metode tersebut diatas selalui melalui tahapan
pembuatan biakan murni sehingga dikenal dengan metode Biakan Murini Miselium (BMM).
Penumbuhan biakan murni dapat dilakukan pada berbagai macam media tetapi yang paling
banyak digunakan adalah media Potatos Dextros Agar (PDA) (Gunawan, 2000; Sugianto
2004). Rangkaian metode BMM diawali dari persiapan alat, bahan, dan pembuatan biakan
murni. Pembuatan biakan murni membutuhkan tiga tahap yang meliputi pengambilan spora
atau jaringan dari jamur, pembuatan media agar (PDA), proses inokulasi (Sugianto, 2005).
1. Pengambilan Spora atau Jaringan Jamur : dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah
metode pelaksanaannya dalam mengambil(mengisolasi) bagian tanaman, seperti protoplasma,
sel, jaringan dan organ, serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik. Jamur yang akan
dijadika tetua atau sumber spora harus dipilih dari strain yang unggul, sehat dan memilki
daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan. Spora terletak dibawah tudung tepatnya pada
insang. Tudung dibersihkan dan permukaannya didesifektan dengan alkohol 70% kemudian
dipotong dengan pisau steril. Spora ditangkap atau dicetak dengan bantuan kertas filetr. Hasil
cetakan spora disimpan pada lemari pendingin. Spora dikecambahkan pada cawan petri yang
telah diisi dengan media agar, kemudian di inokulasikan pada biakan agar miring pada tabung
reaksi. Dalam hal ini memerlukan kecermatan dan penguasaan teknik mikrobiologi yang
tinggi. Namun kesulitan dalam pembuatan bibit ini dapat diatasi dengan cara kultur jaringan,
disamping tingkat keberhasilannya tinggi juga waktunya relatif singkat. Kelebihan lain
kerana bibit diambil jaringan induk amka kemungkinan ketidaksesuaian anatara sifat induk
dengan turunan relatif lebih kecil (Sugianto,2004).

2
Semua bagian bauh dapar dapat diisolasikan sebagai bahan untuk membuat biakan murni.
Namun jaringan yang terletak diatas ujung tangkai lebih disukai, karena pada bagian ini
miselium pada umumnya akan tumbuh aktif (Sugianto, 2002; Gunawan, 2005).
2.2. Pembuatan Media Agar (PDA).
Media biakan didefinisikan suatu substrat atau wahana untuk pertumbuhan jamur.
Berdasarkan pada macam bahan yang digunakan, media untuk membiakan jamur ada tiga
macam, yaitu : media alam, media semi sintetik, dan media sintetik. Media lam dicirikan
dengan komposisi zat gizi yang terkandung didalamnya tidak dapat diketahui dengan pasti,
kandungannya berubah – ubah tergantung pada macam bahan alam yang digunakan. Ciri
media smei sintetik selain bahan alam yang digunakan ditambah dengna bahan kimia yang
komposiisnya diketahui dengan pasti, contohnya adalah PDA. Sedangkan pada media sintetik
semua kandungan nutrisi bahan tersebut dapat diketahui dengan pasti, contoh czapek agar.
Media untuk menumbuhkan jamur pangan pada umumnya merupakan media lam media semi
sintetik (Gunawan, 2005). Suginato (2004) menjelaskan bahwa media yang umum digunakan
untuk membuat biakan murni dari jamur kayu adalah PDA (Potatoes Dextrose Agar), PDAY
Amandemen (Potatoes Dextrose Yeast Agar), dan MEA (Malt Extracs Agar). Diantara
ketiganya PDA merupakan media yang paling murah dan akurasi hasilnya dan sering
digunakan. Adanya kontaminan sanagat mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan miselium,
maka dari itu sebelum digunakan media disterilkan, dibebaskan dari kehidupan jasad makro.
Cara yang umum digunakan adalah panas lembab (cara basah) dengan menggunakan
autoklav. Tekanan yang diperlukan 15 lb selama 15 menit pada temperatur 1210C.
2.3. Inokulasi dari Biakan Murni.
biakan murni ditetapkan sebagai biakan yang diberi kode F1 atau keturunan F1. Biakan murni
F1 diperbanyak pada agar – agar miring dan jika seluruh permukaan agar – agarnay telah
dipenuhi miselium maka biakan ini merupakan keturuna F 2 atau biakan induk F2(Gunawan,
2005).
Kelemahan Metode Biakan Murni Miselium (BMM) adalah berdasarkan hasil evaluasi dan
pengalaman bertahun – tahun dari peneliti maka metode BMM memiliki beberapa kelemahan
antara lain: (1). Waktu dari persiapan sampai diperoleh bibitnturunan ke tiga diperlukan
waktu ideal 132 hari. Jika bibit harus melalui tahap pengujian sampai pengukuran Efisiensi
Biokonversi waktu yang diperlukan 252 hari. Konsekuensi dari hal itu maka menyebabkan
harga bibit jamur kayu relatif mahal. Upaya – upaya yang selama ini dilakukan oleh para
pemerhati di bidang pembibitan jamur masih berkisar mencari formula untuk mempercepat
proses pembibitan. Hal ini tetap tidak membawa perubahan berarti karena metode yang
digunakan tetap. Jalan satu – satunya untuk mempercepat proses pembibitan maka sangat
diperlukan metode yang jauh lebih efektif dan efesien tetapi hasilnya minimal sama
kualitasnya dengan metode BMM. Setelah melalui proses kajianyang panjang ternyata ada
metode yang snagat memberikan harapan untuk mempercepat proses pembibitan jamur kayu
dengan metode TEL (Sugianto,2013).

3
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat


Kegiatan praktikum dilaksanakan pada jam.... tanggal... 04 2022 di laboratorium ruangan
AKN Rejang Lebong.

3.2 Alat dan bahan


Alat: Bahan:

Petridis, gunting scapel, pinset, lampu Jamur tiram segar 250 gram, media PDA,
spirtus, korek api, tisu, handsprayer, LAF alkohol 70 %, klorok 5% 1 liter, aquades.

3.3 Prosedur kerja


1. Satu jam sebelum proses isolasi, ruang isolasi dan LAF di bersihkan dan di sterilisasikan
menggunakan alkohol 70%.
2. Hidupkan lampu spirtus dan letakkan semua lata dan bahan di dalam LA.
3. Bersihkan tubuh buah jamur dari kotoran, lalu bilas dengan aquadest, celupkan kedalam
larutan clorok selama 10 detik, dibilas dengan aguadest, lalu ditiriskan dan letakkan diatas
petridis steril yang sudah dialasi tisu diruang enting.
4. Iris tubuh buah jamur 0,5-1 cm pada bagian dalamnya dengan pisau scapel steril, ambil
menggunakan pinset, lalu tularkan kedalam media PDA.
5. Tutup kembali botol kaca/tabung reaksi/petridis dengan kapas/aluminium foil.
6. Inkubasikan selama 1-2 minggu dalam ruang gelap.
7. Bersihkan semua alat yang dipakai dan letakkan ketempat asalnya.

4
BAB IV ISI

4.1 Hasil

4.2 Pembahasan

Biakan murni adalah bibit awal dari jamur tiram. Bibit inilah yang kemudian diperbanyak
untuk bibit induk dan bibit tanam. Biasanya biakan murni dibuat dari media PDA yang
ditanam eksplan (bagian) dari indukan jamur kemudian eksplan tersebut berkembang
menjadi miselium yang merambat di permukaan PDA, inilah yang disebut dengan sistem
kultur jaringan, namun sebenarnya tidak hanya sistem kultur jaringan yang bisa kita
lakukan, karena ada cara lain untuk menghasilkan biakan murni. 

Bibit Jamur tiram putih dan jamur merang dapat berasal dari miselium yang dapat diambil
dari biakan murni atau F0 yang dibiakan dengan media PDA (Potatoes Agar Dextrose).
Miselium dapat diperbanyak dalam cawan petri atau tabung miring yang berisi media
PDA. Miselium yang diambil dari koloni selanjutnya, dapat diinokulasi pada media F1.
F0 merupakan Pembibitan tahap satu menghasilkan kultur biakan murni yang merupakan
media khusus berisi miselium bibit jamur yang memiliki sifat unggul dan produktivitas
yang tinggi. Kultur murni ini kemudian digunakan untuk tahap selanjutnya. Dalam
pembuatan kultur murni ada beberapa tahap yakni pembuatan media, pemilihan indukan
jamur, isolasi, dan inkubasi. Pertumbuhan biakan murni adalah memisahkan satu jenis
spesies dengan spesies lainnya, hanya mengambil satu spesies saja. Teknik biakan murni
ini dilakukan dengan media buatan, dengan membuat suatu media agar yang diberi
nutrisi, dan protein sebagai makanan mikroba agar mikroba yang ditumbuhkan tetap
hidup.

Metode yang digunakan dalam penumbuhan biakan murni adalah metode totol untuk
media PDA, biasanya metode totol ini digunakan untuk jamur tiram. metode ini dilakukan
dengan memindahkan mikroba jamur tiram yang tumbuh dalam media PDA biakan
campuran menggunakan jarum ose yang telah prjar diatas Jampu Bunsen, kemudian
ambil mikroba dengan ose. kemudian totolkan ditengah-tengah pada media agar. Tunggu
sampai 48 jam diinkubasi.

5
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kegiatan praktikum dapat disimpulkan bahwa:

a) biakan murni adalah bibit awal untuk budidaya jamur konsumsi.


b) F0 Istilah yang diberikan untuk biakan murni cendawan pada media kultur aseptik
seperti PDA (Potato Dextrose Agar).
c) Potato Dextrose Agar adalah suatu media tumbuh yang biasa digunakan dalam
kultur cendawan. Media PDA terdiri dari ekstrak kentang, gula golongan
monosakarida dektrose dan agar sebagai pemadat media.

5.2 SARAN

Untuk kegiatan praktikum selanjutnya sebaikya kegiatan praktikum dilakukan di dalam


ruangan laboratorium untuk mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme lain
seperti bakteri dan virus yang menyebabkan jamur tidak tumbuh pada media PDA.

6
DAFTAR PUSTAKA

Cahyana YA, Muchrodji, Bakrun M.1999. Jamur tiram, Pembibitan, Pembudidayaan,


Analisis Usaha.  Bogor.  PT Penebar Swadaya, Anggota IKAPI.
Gunawan, 2001. Usaha Pembibitan Jamur. Penebar Swadaya. Bogor. 112 hal.
Djarijah, N.M dan Djarijah, A.S. 2001. Budidaya Jamur Tiram. Kanisius. Yogyakarta.
            67 hal.
   Suriawiria. 2002. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta. Kanisius.
Sugianto, A. 2002. Topik Ekologi Jamur Tiram Putih dan Apek Budidayanya. PPS Unpad.
Bandung 71 hal.
Sugianto, A, 2004. Respon Jamur Tiram Putih Terhadap Substrat Bervariasi Rasio C/N
dan Penambahan Nutrisi AGS+. Disertasi. PPs Universitas Padjadjaran bandung.
Sugianto, A. 2005. Pengujian Model Injeksi Nutrisi Cair AGS+ Pada Jamur Tiram
Putih (Pleurotus ostreatus) Dengan Substrat Bervariasi Rasio C/N. Journal AGRITEK Vol.
13 No.1 : 18 – 23 hal.
Sugianto, A. 2013. Buku ajar Teknik Pembibitan dan Budidaya Jamur. Universita Islam
Malang

Anda mungkin juga menyukai