Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PENYAKIT REBAH KECAMBAH (Pythium spp.

)
PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merril)

Pengampu:
Dosen : 1. Maria’Azizah, S.P. M.Si
2. Dr. Ir. Suharjono, MP
Teknisi: 1. Rina Sofiana, S. ST
2. Prayitno, SP

Anggota kelompok 5:
Ahmad Farhan Athollah (A41200007)
Ayudia Putri Riswanda (A41200191)
Bethari Dian Kinasih (A41200985)
Mohammah Nur Syafi’ Wahidi (A41201057)
Moch. Rizal Kurniawan (A41200453)
Muhammad Yusa Bi Ashfa (A41200114)

PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2023
A. DESKPRIPSI PATOGEN
Kedelai termasuk ke dalam tanaman yang mudah terserang cendawan saat
fase pertumbuhan awal hingga pembentukan polong. Cendawan yang sering
menyerang tanaman kedelai adalah Pythium spp. Klasifikasi dari Pythium spp.
adalah sebagai berikut.
Kingdom : Chromalveolata
Filum : Heterokontophyta
Kelas : Oomycetes
Ordo : Pythiales
Famili : Pythiaceae
Genus : Pythium
Spesies : Pythium spp.
Banyak cendawan dari golongan Pythium spp. yang bisa meyebabkan
berbagai macam penyakit, diantaranya Pytihium aphanidermatum (Edison) Fitzp.,
Pytium debaryanum Auct. Non R. Hesse, Pythium irregulare Buisman, Pythium
myriotylum Drechs, dan Pythium ultimum Trow. Spesies Pythium spp. ini
umumnya berada di dalam tanah dan menyebabkan penyakit seperti rebah
kecambah, busuk biji, busuk akar dan busuk lunak. Penyakit yang banyak
diindikasi yang disebabkan oleh Pythium spp. adalah penyakit rebah kecambah
(damping off). Cendawan Pythium spp. dapat menyerang dan menyebabkan
kematian pada bibit kedelai yang baru ditanam, bahkan patogen ini dapat
menginfeksi perakaran dan batang yang belum maupun yang sudah muncul saat
pertumbuhan.
Ciri morfologi Pythium spp. berdasarkan hasil penelitian (Akhsan dkk.,
2021) secara makroskopis adalah koloni cendawan memiliki warna putih pada
media tumbuh PSA. Selain diamati secara makroskopis juga diamati secara
mikroskopis. Pengamatan secara mikroskopis pada cendawan Pythium spp.
mencirikan memiliki klamidospora, miselium kasar, sporangium yang berbentuk
bulat dan lonjong, sporangium akan membentuk spora yang dapat bergerak di air
yakni zoozpora. Miselium pada Pythium spp. berbentuk ramping, memiliki hifa
somatik, dapat hidup di tanah sebagai pengurai bahan organik yang mati dan dapat
juga hidup sebagai parasit pada bibit tanaman yang masih muda pada berbagai
bibit tanaman yang rentan.

Gambar 1. A. Koloni Pythium spp., B. Konidia Jamur Pythium spp.

Sumber: (Akhsan dkk., 2021)

Hasil penelitian lain dari (Sujadmiko, 2012) menunjukkan penampakan


Pythium spp secara mikroskopis adalah genus Phytium spp. mempunyai miselium
kasar, lebarnya 7µm. Sporangium bulat dan jorong. Pada perkecambahan secara
tidak langsung protoplast sporangium keluar dan membentuk gelembung
(vesicle), selanjutnya dalam vesicle mengalami differensiasi membentuk zoospora
berflagel di luar sporangium. Sporangium umumnya mempunyai bentuk yang
tidak teratur (presporangium). Oospora berbentuk halus dengan tebal (berdiamter
17-19 µm) hasil pembuahan antara anteridium dengan oogonium. Di media
biakan, jamur ini banyak membentuk klamidospora bulat berukuran 21-39 µm4.

B. GEJALA SERANGAN
Gejala serangan yang ditimbulkan cendawan Pythium spp. pada benih
kedelai adalah benih yang terinfeksi akan lunak dan busuk sebelum berkecambah.
Benih yang busuk akan ditempeli dengan tanah yang ada disekitarnya, sehingga
membuat benih sukar ditemukan dalam tanah yang terinfestasi. Bibit tanaman
yang masih mudah juga dapat mati sebelum atau saat akan muncul ke permukaan
tanah. Gejala yang paling umum yang disebabkan oleh Pythium spp. adalah
tanaman yang terinfeksi akan layu, kolaps dan menggulung dan kemudian
menjadi kering dan mati. Tanaman kedelai yang sudah terinfeksi oleh Pythium
spp. akan mudah dicabut karena perakaran tanaman tidak berkembang dan rusak.
Menurut (Sujadmiko, 2012) gejala serangan yang ditampakkan oleh
Pythium spp. pada bibit kelapa sawit adalah daun bibit tanaman menjadi buram,
sedikit lemas dan layu, serta warna daun yang mulanya hijau berubah menjadi
kecoklatan hingga kuning cerah dengan ditandai bercak jaringan mati (nekrotik)
yang berwarna ungu. Semakin lama dibiarkan, gejala serangan akan semakin
meluas dengan daun menjadi coklat dan rapuh. Gejala ini akan mulai tampak pada
daun tua meskipun terkadang daun pupus dan membusuk. Gejala pada akar yang
ditimbulkan adalah akar yang terinfeksi akan sedikit lunak apabila dipegang dan
apabila dicabut sisa hypodermis akar akan tertinggal di dalam tanah.
C. PENULARAN PATOGEN
Menurut Syahriani, 2021 Penularan Jamur Phytium spp. dapat menginfeksi
pada fase panas yang cukup lama, cuaca yang basah, lembab, dan penyakit akan
lebih buruk di lahan dengan pengolahan drainase tanah yang buruk. Berbeda
dengan jamur patogen busuk batang, Pythium spp. mampu menginfeksi tanaman
kedelai kapan saja. Busuk batang ini biasanya dapat menyerang pada saat
bunga jantan (malai) terbentuk. Penularan Phytium spp. ke tanaman lain ini juga
dapat ditularkan melalui tanah maupun udara. Beberapa penyebab yang dapat
menyebarkan patogen ini antara lain melalui bahan tanaman, air (drainase yang
kurang baik), tanah, alat-alat pertanian yang digunakan, dan hewan seperti
serangga. Hal ini perlu diwaspadai, agar tidak mudah melekat dan terbawa ke
tanaman lain.
D. PENYEBARAN PATOGEN
Badan karantina pertanian menerangkan sejarah telah berulangkali
membuktikan bahwa hama atau penyakit pada makhluk hidup, termasuk hewan
dan tumbuh-tumbuhan, dapat menular dari satu wilayah ke wilayah negara lain
melalui lalu lintas manusia atau benda-benda yang menjadi media pembawa.
organisme pengganggu tumbuhan dapat menyebar melalui tanaman hidup dan
bagian tanaman. Dengan demikian penyebaran atau metode penyebaran ke daerah
lain dapat disebabkan

1. Tidak dilakukannya isolasi/karantina benih (ketika datang dari negara lain


atau wilayah lain)
2. Melalui lalu lintas manusia atau benda-benda yang menjadi media pembawa
3. Melalui tanaman hidup dan bagian tanaman seperti terbawanya pada benih
(kurang intens /teliti saat pengujian benih)

E. PENGENDALIAN PATOGEN
Salah satu penyebab menurunnya hasil panen adalah penyakit busuk pada
batang kedelai sehingga mengakibatkan tanaman rebah dan mati, sehingga perlu
adanya pengendalian yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya penularan
penyakit tersebut, beberapa metode yang dapat dilakukan baik secara fisik
maupun kimia diantaranya seperti:

1. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan ketika bagian tanaman terindikasi terserang oleh
penyakit.Pemangkasan menggunakan gunting yang bersih agar terhindar oleh
bakteri lain, lalu hasil potongan tsb dibakar agar tidak menyebar ke tanaman lain
Upaya pengendalian secara fisik dapat dilakukan dengan cara memangkas bagian
tanaman yang terinfeksi kemudian membakarnya
2. Menggunakan bahan kimia
Pengguanaan bahan kiam adalah pilihan paling terahir dikarenakan bahan
kimia susah untuk dihilangkan dalam jangka pendek sehingga hasil panen
mengandung residu dari sisa sisa penggunaan pestisida kimia. Untuk
menggunakan bahan kimia dianjurkan untuk membaca aturan pakai dan
menggunakan dosis yang tepat sesuai dengan anjuran pakai. Sedangkan
pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida
(Ethaboxam, Mefenoxam, Oxathiapiprolin, dan Pyraclostrobin), CaCl2,
Ca(NO3)2, dan KNO3
3. Menggunakan metode inokulasi beberapa bakteri.
Metode ini bertujuan agar bakteri baik memberikan imun kepada tanaman
agar tidak mudah terserang penyakit salah satunya ialah bakteri Bacillius sp. Cara
pengaplikasian nya menggunakan kultur invitro untuk mengetahui tingkat
efektifitasnya dalam menahan tumbuhnya penyakit . Isolat Bacillus sp. 1 sebagai
isolat dengan daya hambat terbaik, digunakan dalam pengamatan skala green
house (Udayana dkk., 2022)
F. CARA PENGUJIAN MENURUT ISTA
Blotter test adalah salah satu metode untuk menginkubasi cendawan pada
benih agar dapat tumbuh pada media kertas saring lembab. Prosedur blotter test
menurut ISTA dalam penelitian (Asal dkk., 2019) adalah sebagai berikut.

1) Benih kedelai disterilkan dengan menggunakan NaOCl 3% selama 3 menit


2) Benih kedelai yang telah disterilkan dibilas menggunakan akuades steril
sebanyak 3 kali ulangan
3) Kertas saring sebanyak 3 lapis diletakkan dalam masing-masing cawan petri
4) Kertas saring dilembabkan dengan menggunakan akuades steril
5) Sejumlah 10 benih kedelai diletakkan pada tiap-tiap cawan petri
6) Benih kedelai diinkubasi menggunakan sinar n-UV selama 12 jam dan tanpa
sinar n-UV selama 12 jam pada tiap harinya
7) Pengamatan dilakukan setiap hari untuk mengetahui daya berkecambah,
persentase infeksi cendawan terhadap benih maupun kecambah
8) Untuk membantu pengamatan dapat menggunakan mikroskop stereo atau
compound
9) Perhitungan persentase infeksi cendawan dapat menggunakan rumus
DAFTAR PUSTAKA

Akhsan, N., S. Sila, E. A. Syaifuddin, dan I. Kurniati. 2021. Identifikasi jamur


rhizosfer di lahan tanaman bawang merah (allium ascalonicum l.) bergulma
di desa bendang raya kecamatan tenggarong. Journal of Tropical AgriFood.
4:99–106.
Asal, L., S. Utara, D. Metode, B. Test, A. Hanif, F. Pertanian, U. Muhammadiyah,
dan S. Utara. 2019. Jurnal pertanian tropik jurnal pertanian tropik. 6(2):311–
318.
Sujadmiko, H. 2012. PENGARUH kelembaban tanah terhadap laju infeksi jamur
phytium sp dan rhizoctonia sp penyebab penyakit blas pada pembibitan pre
nursery kelapa sawit (elaeis guineensis jacq). Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara. 17(2):103–108.
Udayana, U., L. Mikrobiologi, dan U. Udayana. 2022. Journal of biological
sciences. 9(September):325–337.

Anda mungkin juga menyukai