Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN HAMA PENYAKIT TANAMAN PERKEBUNAN DAN BUAH-

BUAHAN

“Hama Penyakit Pada Tanaman Tebu(Saccharum Officinarum), Jeruk (Citrus),


Nanas (Ananas Comosus), Dan Pepaya (Carica Papaya)”

OLEH :

MAYANG TRI SYALSABILLAH


D1E117038

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan
mengalamigangguan oleh binatang atau organisme kecil. Hewan dapat disebut
hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya.
Hama tumbuhan adalah organisme yang menyerang tumbuhan sehingga
pertumbuhan dan perkemabanganya terganggu. Hama dari jenis serangga dan
penyakit merupakan kendala yang dihadapi olehsetiap para petani yang selalu
mengganggu perkembangan tanaman budidaya danhasil produksi pertanian. Hama
dan penyakit tersebut merusak bagian suatutanaman, sehingga tanaman akan layu
dan bahkan mati. Dalam kegiatan pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis-
jenis hama (nama umum, siklushidup, dan karakteristik), inang yang diserang,
gejala serangan, mekanisme penyerangan termasuk tipe alat makan serta gejala
kerusakan tanaman menjadisangat penting agar tidak melakukan kesalahan dalam
mengambillangkah/tindakan pengendalian(Surahman, 2007).
Gangguan hama dan penyakit pada tumbuhan dapat dialami oleh berbagai
sistemorgan pada tumbuhan. angguan ini dapat disebabkan karena kelainan
genetis, kondisilingkungan yang tidak sesuai, atau karena serangan hama dan
penyakit. gangguan hama dan penyakit dalam skala besar pada tanaman budidaya
dapat mengganggu persediaan bahan pangan bagi manusia
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui hama dan penyakit pada tanaman nanas
2. Untuk mengetahui hama dan penyakit pada tanaman tebu
3. Untuk mengetahui hama dan penyakit pada tanaman pepaya
4. Untuk mengetahui hama dan penyakit pada tanaman jeruk
5.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman nanas merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh hingga


50-150 cm,mempunyai batang pendek yang tertutup oleh daun-daun dan akarnya.
Batang mempunyai panjang 20–30 cm dengan bagian bawah berkisar antara 2–3,5
cm dan atas sebesar 5,5–6,5 cm.Bentuk batang beruas-ruas pendek dengan
panjang ruas antar 1–10 mm (Lisdina, 1997). Prihatman (2000) mengatakan
bahwa penyebaran buah nanas di Indonesia dibawa oleh bangsa Spanyol pada
abad ke-15. Kondisi lahan dan iklim Indonesia yang memungkinkan dalam
pertumbuhan nanas, menyebabkan nanas banyak dibudidayakan baik sebagai
tanaman pekarangan maupun budidaya perkebunan dalam skala yang besar. Salah
satu kendala faktor biotik pada produksi nanas adalah serangan penyakit busuk
hati. Busuk hati (Heart Rot)disebabkan oleh patogen jamurPhytophthora sp.
mampu hidup di dalamtanah dengan waktu yang lama(Sari et al, 2014).
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L) merupakan salah satu komoditi
utama perkebunan di Indonesia. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.)
merupakan komoditas penting sebagai bahan baku utama penghasil gula yang
memiliki banyak manfaat dalam rumah tangga maupun industri (makanan,
minuman, alkohol/bahan bakar dan sebagainya) (Naiola, 1986). Salah satu
kendala dalam budidaya tebu adalah serangan berbagaijenis hama yang dapat
terjadi sepanjang pertumbuhan tanaman (Purnomo, 2006).Kerugian atau
kerusakan yang diakibatkan oleh serangan hama dirasakanmeningkat (Untung
dalam Kristianto, 2005). Perkebunan tebu di Indonesia tidak pernah bebas dari
gangguan berbagaihama seperti hama ulat penggerek batang / pucuk, kutu bulu
putih, kutu perisai,uret, rayap, tikus sawah, dan lain-lain. Kerugian yang
ditimbulkan bervariasiantara tingkat rendah sampai tingkat berat, tergantung pada
spesies organismenya (Sidauruk et al., 2013).
Tanaman pepaya merupakan herba menahun dan tingginya mencapai 8 m.
Batang tak berkayu, bulat, berongga, bergetah dan terdapat bekas pangkal daun.
Dapat hidup pada ketinggian tempat 1m 1.000m dari permukaan laut dan pada
suhu udara 22°C-26°C. Pada umumnya semua bagian dari tanaman baik akar,
batang, daun, biji dan buah dapat dimanfaatkan.
Pepaya merupakan tanaman yang cukupbanyak dibudidayakan di
Indonesia. Padaumumnya, para petani menanam pepaya ditanah pekarangan atau
perkebunan. Ditanah pekarangan tanaman pepaya biasaditanam di depan atau di
samping rumahdan digunakan untuk mencukupikebutuhan sayuran atau buah-
buahan bagikeluarga (Warisno, 2003).
Tanaman jeruk mempunyai akar tunggang panjang dan akar serabut
(bercabang pendek kecil) serta akar-akar rambut (Soelarso, 1996). Menurut
Departemen Pertanian (2005) bahwa sentra produksi jeruk yang ada sekarang
belum berbentuk dalam suatu hamparan tetapi merupakan kantong-kantong
produksi yang sempit dan terpencar di kawasan sentra produksi, dengan tingkat
pemeliharaan yang bervariasi dan belum optimal serta pengelolaan pascapanennya
yang sederhana dan pemasaran yang tidak berpihak kepada petani.
Provinsi Sulawesi Tenggara sendiri memproduksi buah jeruk yang cukup
banyak. Menurut Badan PusatStatistika Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun
2018 jeruk siam merupakan komoditas buah terbesar yang banyakdiproduksi
dibandingkan buah lainnya. Sehingga perlu adanya pemeliharaan yang baik bagi
tanaman jeruk. Namunsering kali terdapat masalah dari hasil produksi jeruk, yakni
hasil produksi jeruk yang berkurang. Salah satu faktorutama yang menyebabkan
hal tersebut adalah penyakit yang menyerang tanaman jeruk. Seiring
perkembanganteknologi, peneliti membangun sistem yang digunakan untuk
mempermudah mendeteksi penyakit yang menyerangtanaman jeruk. Sistem ini
mendeteksi penyakit jeruk berdasarkan citra daun jeruk. Sistem dibangun
karenadiagnosis penyak it berdasarkan pengamatan optik pada daun tanaman
jeruk yang dilakukan biasanya mengalamikekeliruan atau kurang tepat. Sehingga
dengan adanya sistem dan dengan penanganan yang tepat pada penyakityang
menyerang tanaman jeruk, dapat mengatasi berkurangnya hasil produksi. Sistem
ini dibangun untukmembantu petani jeruk dalam mengatasi hal tersebut. Sistem
ini dapat mengenali tiga penyakit jeruk, yaitu penyakitkanker pada daun jeruk,
penyakit embun jelaga (sooty mold), dan penyakit ulat peliang (Friska,et al. 2018)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil

Penyakit busuk hati nanas

Hama kutu bulu putih nanas

p
enyakit pokkah boeng

Pe
nyakit daun menguning pepaya
-Hama kutu daun jeruk

-Penyakit kanker jeruk

3.2. Pembahasan
A. Penyakit Busuk Hati Pada Nanas

Gejala awal serangan penyakit busuk hati terdapat pada pangkal daun
berupa perubahan warna menjadi kuning atau coklat akibat gejala nekrotik pada
pangkal daun. Bila daun dicabut mudah terlepas dari tanaman. Pangkal daun yang
sudah berwarna coklat menjadi busuk dan berbau tidak sedap, sehingga tanaman
menjadi mati. Pada beberapa jenis tanaman gejala yang ditimbulkan oleh
Phytophthora sp. dimulai dari pangkal batang atau daun. Seperti pada tanaman
kacang hijau, gejala serangan Phytophthora sp. berupa gejala hawar pada pangkal
batang, kadang-kadang pada ujung batang, tanaman menjadi layu dan mati.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phytophthora spp yang dapat berkembang
secara cepat pada kondisi tanah yang basah danlembab. (Hardiningsih, 2011).

a. Gejala Serangan

Pada daun terjadi perubahan warna menjadi hijau belang-belang kuning


dan ujungnya nekrotis. Daun-daun muda bila dicabut pagian pangkalnya akan
terlihat membusuk dengan bau busuk dan warna coklat. Pembusukan terjadi pada
daerah perakaran. Hal ini dapat menyebabkan tanaman menjadi mati
b. Pengendalian

1. Cara Kultur Teknis


Memperbaiki drainase tanah, mengurangi kelembaban sekitar kebun
2. Cara Mekanis
memotong/mencabut tanaman yang sakit.
3. Cara Biologi
Dengan menggunakan agen antagonis Trichoderma sp. Menurut laporan
penggunaan 200 gram Trichoderma kompos/lubang yang diaplikasikan pada 2
minggu sebelum tanam mampu menekan intensitas serangan Phytophthora sp.
4. Cara Kimiawi
Mencelupkan bibit dalam suspensi fungisida, antara lain bubur bordeaux atau
kaptafol, atau dengan pestisida berbahan aktif Mankozeb 80%.
Hama Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna lanigera) pada Tanaman Nanas

Serangga Ceratovacuna lanigera (Homoptera: Aphididae) merupakan


salah satu jenis hama penting pada tanaman tebu. Hama ini juga dikenal dengan
nama kutu bulu putih atau sugarcane woolly aphid. Kutu bulu putih terdapat pada
permukaan bawah daun tebu, mengisap cairan daun sehingga daun menjadi
kering.
a. Gejala

Umumnya, gejala serangan kutu bulu putih tebu (C. lanigera) diikuti
dengan serangan jamur embun jelaga yang dapat menutupi permukaan daun.
Serangan berat dari hama ini dapat menurunkan produksi gula sebesar 40%. Hama
ini juga bersifat sebagai vektor atau pembawa virus penyakit garis
kuning/sugarcane yellow leaf virus (SCYLV).

b. Pengendalian

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara pengendalian hayati


menggunakan musuh alami seperti parasitoid dan predator. Pengendalian secara
kimiawi dilakukan pada saat populasi hama tinggi, menggunakan insektisida
sistemik berbahan aktif Malathion atau Dimethoate. Bahan tanaman yang akan
ditanam harus bebas dari kutu bulu putih.

B. Penyakit Pokkah Boeng

Pokkah boeng yang disebabkan oleh jamur Fusarium moniliforme Sheldon


menjadi masalah dan menyebabkan kematian batang tebu 10-38% POJ 2878
(Martin et al., 1989). Pokkah boeng sendiri merupakan istilah bahasa Jawa yang
berarti penyakit yang menyerang bagian pucuk. Ada tiga stadia gejala pokkah
boeng, yaitu: Fase 1 (Pb1): Helaian daun tebu muda yang terserang F.
Moniliforme biasanya menunjukkan gejala khlorosis, yang terkadang kemudian
berkembang sehingga daun muda mengkerut, tidak bisa membuka,
terpelintir/membelit, dan memendek sampai berubah bentuk dan rusak dan
terkadang tampak garis-garis merah. Fase 2 (Pb2) merupakan stadium di mana
ruas-ruas batang tebu menjadi pendek, pipih dan terkadang bengkok. Jika dibelah
bagian dalam batang terlihat luka yang menyerupai anak tangga. Pelepah daun
tidak mampu tumbuh dengan baik. Sedangkan gejala Pb3 biasanya berbentuk
busuk pucuk.

C. Penyakit Daun Menguning Pada Tanaman Pepaya


a. Gejala
Gejala daun menguning pada tanaman pepaya bisa saja  sama sama kuning
tetapi penyebabnya berbeda beda , sehingga cara penanggulangannya  berbeda
pula. Gejala penyakit daun menguning dapat disebabkan oleh serangan jamur
yang membusukkan akar.Gejala daun menguning ada juga disebabkan serangan
kutu kutu daun yang selanjutnya membawa virus kuning.Ada juga daun
menguning disebabkan serangan jamur  bercak daun,bakteri  dll.
b. Pengendalian
Penyakit daun menguning pada pepaya dapat dikendalikan dengan cara
menyemprotkan enzim fitofit untuk pemulihan, tetapi amati jika ada hama seperti
kutu daun, trips, kutu putih dll. Serta juga harus diamati bagian tanaman yang
busuk terserang jamur atau bakteri, harus dikendalikan dengan pestisida yang
telah direkomendasi pemerintah ataupun pestisida organik lainnya,

D. Penyakit Kanker Jeruk( Xanthomonas axonopodispv)


Penyakit kanker yang disebabkan oleh pathogen Xanthomonas
axonopodispv. citri, merupakan penyakit utama yang disebabkan oleh bakteri
pada jeruk di dunia (Davies et al 2003).
a. Gejala
Gejala awal berupa bercak putih pada sisi bawah daun yang selanjutnya
warna hijau gelap, kadang-kadang berwarna kuning di sepanjang tepinya. Bagian
tengah terbentuk gabus warna coklat. Luka terjadi pada bagian atas dan bawah
daun. Pada buah ditandai dengan gejala serupa dengan di daun tetapi bagian tepi
tidak berwarna kuning dapat dilihat pada (gambar 1A. Penyakit Kanker Jeruk
( Xanthomonas axonopodis pv.)
Infeksi patogen terjadi melalui stomata, lentisel dan luka, terutama pada
jaringan-jaringan muda sedang tumbuh. Pada keadaan lembab karena adanya
embun yang sangat tebal, bakteri keluar dari luka seperti gabus atau melalui
percikan air hujan. Bakteri juga dapat tersebar melalui serangga dan manusia.
Xanthomonas axonopodis pv. citri dapat bertahan sangat lama dalam kanker-
kanker pada jaringan berkayu. Untuk jangka waktu pendek dapat bertahan ada
tanaman atau tanah. Serangan ulat peliang daun (Phylocnistis citrella)
mempermudah terjadinya penetrasi pada daun.
b. Pengendalian
Kanker jeruk dapat dikendalikan dengan fungisida berbahan aktif Copper,
dan Antibiotika seperti Streptomisin dan Kloromisetin. Pengendalian secara kultur
teknis dilakukan dengan cara tidak menanam jenis yang rentan disekitar jenis
komersial. Penyemprotan hanya perlu dilakukan pada musim hujan sebelum
terdapat serangan berat.

 Hama Kutu Daun Jeruk


Nimfa atau imago kutu daun umumnya menyerang daun pucuk tanaman, tangkai
daun dan batang muda dengan cara menghisap cairan tanaman yang bisa
menyebabkan helaian daun menggulung. Pucuk daun muda dapat menyediakan
nutrisi yang lebih baik dan memudahkan kutu daun dalam menghisap cairan
tanaman sebagai sumber makanannya. Koloni kutu daun ini berwarna hitam dan
merupakan penular virus penyebab penyakit Tristeza. Kutu ini menghasilkan
embun madu yang melapisi permukaan daun sehingga merangsang jamur tumbuh
(embun jelaga). Di samping itu, kutu juga mengeluarkan toksin melalui salivanya
sehingga timbul gejala kerdil, deformasi dan terbentuk puru pada helaian daun.

Bioekologi Secara umum kutu berukuran antara 1-6 mm, tubuh lunak, berbentuk
seperti buah per, mobilitas rendah dan hidup secara berkoloni. Perkembangan
optimum terjadi pada saat tanaman bertunas. Satu generasi berlangsung selama 6-
8 hari pada suhu 25°C dan 3 minggu pada suhu 15°C (#balitjestro). Bentuk kutu
kadang bersayap, kadang tidak bersayap. Pada daerah tropis yang perbedaan
musimnya kurang tegas, kutu ini tinggal pada inangnya sebagai betina yang
vivipar partenogenesis. Kutu dewasa biasanya berpindah tempat untuk
menghasilkan individu dan membentuk koloni baru. upaya pengendalian yang
dapat kita lakukan adalah dengan melakukan monitoring, diutamakan pada tunas-
tunas muda dan memusnahkan bagian yang terserang. Pengaturan jarak tanam di
awal penanaman juga penting dipertimbangkan karena berpengaruh terhadap
perkembangan dan penyebaran hama ini. Selain itu, kita juga dapat menggunakan
predator contohnya dari famili Coccinellidae sp. (kumbang koksi predator). Untuk
pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida
berbahan aktif Dimethoate, Alfametrin, Abamektin dan Sipermetrin dengan cara
penyemprotan terbatas pada tunas-tunas yang terserang dan apabila serangan
parah dapat dikendalikan dengan Imidaklopind.
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan


mengalamigangguan oleh binatang atau organisme kecil. Hewan dapat disebut
hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya.

4.2. Saran
Sebaiknya pada saat mengamati hama dan penyakit dilapangan, mahasiswa
didampingi oleh asisten praktikum agar tidak terjadi kekeliruan.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, N. 2008. Identifikasi Hama Tanaman. Jurusan Hama dan Penyakit


Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Makasar

Friska Rahayu Lestari, Jayanti Yusmah Sari, ST, M.Kom, Sutardi, S.Kom., M.T.
Ika Purwanti,Ningrum Purnama, S.Kom., M.Cs.,2018,.Deteksi penyakit
tanaman jeruk siam berdasarkan citra daun menggunakan segmentasi
warna RGB-HSV.Seminar NasionalTeknologi Terapan Berbasis
Kearifan Lokal (SNT2BKL), ISSBN : 978-602-71928-1-2

Ganestya Indina Sari, Luqman Qurata Aini, Abdul Latief Abadi. 2014.Pengaruh
pemberian kompos terhadap perkembangan penyakit busuk hati
(Phytophthora sp.) pada tanaman nanas (Ananas comosus). Jurnal HPT
Volume 2 Nomor 4.

Hardiningsih, S. 2011. Phytophthora sp. Penyebab Penyakit Rebah Semai pada


Kacang Hijau dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Kacang-
kacangan dan Umbi-umbian. Malang.

Kristianto, F., 2005. Keanekaragaman Spesies Serangga di Pertanaman


Kubis(Brassica oleraceae) di Desa Pagar Jaya Kota Pagaralam.
Skripsi.Indralaya: Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Purnomo. 2006. Parasitisasi Dan Kapasitas Reproduksi Cotesia FlavipesCameron


(Hymenoptera: Braconidae) Pada Inang Dan Instar YangBerbeda di
Laboratorium. Jurnal HPT Tropika. 6 (2): 87- 91

Semangun, H. 2007. Penyakit-penyakit Hortikultura di Indonesia. Ed ke-2.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sidauruk, D. L., Tobing, M. C., Tarigan, M. U., 2013. Daya ParasitasiTetrastichus


Sp. (Hymenoptera : Eulophidae) pada Pupa PhragmatoeciaCastaneae
(Lepidoptera : Cossidae) di Laboratorium. Jurnal
OnlineAgroekoteknologi. 1 (2): 76- 87
Warisno. 2003. Budidaya Pepaya.Kanisius. Yogyakarta.

Yulianti, T. 2020. Status Dan Strategi Teknologi Pengendalian Penyakit Utama


Tebu Di Indonesia. Vol. 19 (1):1-16

Anda mungkin juga menyukai