Anda di halaman 1dari 13

PROBLEMATIKA REKAYASA BUDIDAYA

TANAMANAN

KASUS PENYAKIT PADA TANAMAN JERUK SIAM

PAPER

Oleh :

Ariani Puspita : 20160210080

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
September, 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengantar
Jeruk siam merupakan salah satu dari sekian banyak spesies jeruk yang
sudah dikenal dan dibudiayakan secara luas. Jeruk siam merupakan anggota
dari kelompok jeruk keprok yang memiliki nama ilmiah Citrus nobilis. Secara
sistematis klasifikasi jeruk siam adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rutales
Family : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus nobilis sin. Citrus reticulata
(Deptan, 2012)
Memiliki nama jeruk siam karena jeruk ini berasal dari Siam
(Thailand). Sampai saat ini, belum ada data resmi mengenai kapan dan di mana
jeruk siam pertama kali di datangkan di Indonesia. Akan tetapi, ada daerah
yang mempunyai catatan yang cukup tentang kisah awal masuknya jeruk siam
di wilayahnya, seperti di Kalimantan Barat. 
Macam-macam jeruk siam tersebut tidak jauh berbeda satu dengan
lainnya. Perbedaannya biasanya dalam hal warna kulit, keharuman dan rasa
yang sedikit berbeda. Perbedaan ini biasanya timbul karena berbeda daerah
penanamannya. Tempat penanaman yang berbeda tentunya mempunyai
karakteristik faktor alam yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap
karakteristik buahnya. 
2. Kasus
Pak Kholik mempunyai kebun seluas 2000 m2 yang ditanami dengan
tanaman Jeruk Siam. Dia baru pertama kali mengusahakan Jeruk Siam. Pada
saat tanaman berumur 4 tahun,buah kurang, rontok, daun kaku ada bercak
hitam, ada yang daunnya kena kupu kecil-kecil warnanya putih. Pak Kholik
menduga tanamannya terserang penyakit, namun tidak tahu penyakit apa,
penyebabnya apa, dan bagaimana cara pengendaliannya. Dia khawatir tanaman
jeruknya akan hancur. Pupus sudah harapannya bisa menikmati keuntungan
sebagaimana yang pernah dibacanya dalam suatu majalah. Pak Kholik
membutuhkan bantuan anda untuk menjelaskan apa yang terjadi dengan kebun
Jeruknya dan bagaimana solusinya.

3. Rumusan Masalah
1. Apa OPT yang menyerang kebun Jeruk Pak Kholik ?
2. Bagaimana gejala serta tanda yang terdapat pada buah yang terkena OPT?
3. Bagaimana cara mengendalikan OPT?

4. Tujuan
1. Dapat mengetahui berbagai macam OPT yang menyerang kebun pak
Kholik.
2. Dapat mengetahui penyebaran, gejala, dan tanda tanaman yang terserang
OPT.
3. Mengetahui cara mengendalikan dan mencegah OPT.
BAB II
ANALISIS
A. Hama Kupu Putih (Peloncat Flatid Putih)
Hama kupu putih pada jeruk siam ini diketahui berasal dari kelompok
peloncat tumbuhan (planthopper) flatid warna putih (famili Flatidae, ordo
(Hemiptera)). Dari kenampakan serangga maka kupu putih yang menyerang
sangat mirip dengan spesies flatid putih Anormenis chloris. Jenis-jenis
serangga flatid jarang dilaporkan menyebabkan kerusakan ekonomis pada
tanaman budidaya. Nilai kehadiran serangga kupu putih (flatid putih) ini
menjadi penting karena waktu serangan terjadi pada musim kemarau yang
panjang. Serangan serangga flatid putih ini dapat meningkatkan resiko mati
pucuk muda selama musim kemarau. (Ameilia, 2008).

2. Penyakit Antraknosa
Penyakit antraknosa pada tanaman jeruk telah lama dipelajari, para
peneliti, di India dilaporkan sejak tahun 1933, penyakit ditemukan pada
tanaman jeruk di seluruh daerah di negara India (Reddy dan Murti, 1985).
Menurut Burnett, 1972. Penyakit antraknosa yang dahulu dikenal disebabkan
oleh Gloeosporioides limetticolum Clausen.
Jamur dapat menyerang buah, daun, ranting dan tunas (buah muda),
secara cepat menutupi buah, pengaruhnya bervariasi mulai dari bercak halus
kecil, sampai bercak mendalam, muncul kanker. Ciri khas bercak daun tampak
cokelat muda melingkar sampai lonjong berkembang pada daun. Sebagaimana
bercak dewasa, pusat bercak sering jatuh memberikan kenampakan seperti
lobang tembak. Daun yang terinfeksi berat kemungkinan tampak kurang
menarik (Burnett, 1972).

3. Gugur Prematur
Dalam berkebun kadangkali ditemui keadaan buah yang belum masak
bahkan bisa dibilang masih kecil namun sudah gugur dari pohon. Keadaan ini
disebut penyakit buah gugur prematur. Penyakit ini disebabkan oleh jamur
Fusarium sp., Colletotrichum sp., dan Alternaria sp. Bagian yang diserang
jamur tersebut adalah buah dan bunga. Gejala penyakit terlihat dua-empat
minggu sebelum panen ( Sukri & Rakhmad. 2016 )
Berdasarkan gejala di lapangan diduga buah jeruk terinfeksi penyakit
busuk Alternaria yang disebabkan oleh jamur Alternaria sp. Menurut (Elfina
et. al. 2011) penyakit yang disebabkan oleh Alternaria sp pada buah gejalanya
bercak kecil berwarna gelap yang akhirnya meluas dan terdapat titik hitam di
atas kulit. Buah yang terserang akan mengalami kerontokan. Kadang kadang
gejala penyakit ini hampir sama dengan gejala antraknosa. Gugur prematur
juga bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1. Rontok bunga/bakal buah karena faktor fisik
Pada saat musim penghujan dengan curah hujan yang tinggi seperti saat
ini bisa menjadi penyebab utama rontoknya bunga tanaman buah anda. Dalam
kondisi basah, benang sari lengket satu sama lain karena terikat oleh air,
sehingga tidak bisa bertemu dan membuahi kepala putik. Sebaliknya di musim
kemarau, suhu panas yang ekstrim disertai dengan pengaruh kelembaban yang
rendah di siang hari, juga dapat menjadi faktor penyebab rontoknya
bunga/bakal buah. Untuk mengatasi rontok karena faktor fisik dapat
menggunakan plastik penutup pada kuntum bunga.

2. Rontok bunga/bakal buah karena faktor fisiologis kimiawi


Pada saat tanaman memasuki fase generatif (berbunga dan berbuah)
unsur hara yang banyak diperlukan adalah P dan K. Kandungan nutrisi,
khususnya hara fosfat (P) dan kalium (potassium=K) yang tak mencukupi
dalam tanah atau media tanam tabulampot bisa menjadi faktor penyebab utama
kerontokan bunga dan bakal buah atau pentil buah yang sedang mengalami
proses pembesaran. Kerontokan bunga dan bakal buah ini akan semakin parah
jika pasokan air dari dalam tanah ke tanaman juga terbatas. Untuk mengurangi
kerontokan pada buah ataupun bunga dapat menggunakan  pupuk kalium, baik
dalam bentuk tunggal (Kalium Chloride, KCl) maupun dalam bentuk majemuk
(Kalium nitrate, KNO3). Dan selalu menjaga asupan air pada tanaman.
3. Rontok bunga karena faktor biologis
Pasca persarian bunga (bertemunya benangsari dan putik) seharusnya
diikuti oleh pembentukan bakal buah yang akan berkembang menjadi buah
sempurna. Namun sering terjadi bakal buah rontok karena terserang beberapa
jenis hama maupun penyakit buah. Hama-hama ini umumnya menyerang pada
saat pembentukan kelopak bunga hingga pembentukan bakal buah sesudah fase
persarian bunga. Jenis hama seperti ulat akan memakan bakal buah yang baru
terbentuk, sedangkan hama penggerek menghisap cairan sel bakal buah yang
baru terbentuk. Sedangkan untuk hama  serta beragam jenis kutu penghisap
cairan sel yang mengeluarkan sejenis madu yang disukai oleh semut.

4. Rontok bunga karena faktor lain


Penyebab rontok bunga: ketiadaan serangga penyerbuk sehingga benang
sari bunga tidak bisa menyerbuki kepala putik, tidak adanya angin sebagai
media penyerbukan. Contohnya pada tanaman panili, beberapa varietas salak,
serta varitas buah naga.

4. Citrus Tristeza Virus


Salah satu penyakit penting yang perlu dievaluasi ketahanan terhadap
tanaman jeruk adalah penyakit virus tristeza virus (Dwiastuti, 2011). Virus
Tristeza virus (CTV) merupakan penyakit yang disebabkan oleh Closterovirus
yang menyerang tanaman jeruk di Indonesia secara endemik (Muharam &
Sulyo 1988).
Berdasarkan observasi dan referensi yang dikumpulkan, ada tiga strain
CTV yang menimbulkan gejala berbeda. (Bar-Joseph et al.1979, Dwiastuti
1989, Dwiastuti 1993, Dwiastuti & Triwiratno 1994a, Dwiastuti & Triwiratno
1994b), yaitu strain lemah menyebabkan nekrosis floem (floem necrosis) pada
jeruk nipis, jeruk siam, dan jeruk keprok, strain moderat menyebabkan lekuk
batang memanjang (stem pitting) pada jeruk manis, pamelo, dan strain ganas
(severe strain) menyebabkan benih menguning (seedling yellow) pada jeruk
asam dan grapefruit.
Terjadinya serangan CTV dengan strain dan keparahan berbeda dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain penularan oleh aphid, reaktivitas
serologi, double stranded RNA (dsRNAs), dan pola hibridisasi. Perbedaan
strain CTV dapat dibedakan melalui ekspresi karakter biologinya (Zhou et al.
2007).
Selain kerusakan langsung oleh isapan imago dan nimfa, kutu kebul
sangat berbahaya karena dapat bertindak sebagai vektor virus. Yang dapat
menyebabkan kehilangan hasil sekitar 20 – 100 %. Sampai saat ini tercatat 60
jenis virus yang ditularkan oleh kutu kebul (Ditlinhorti, 2012).
Gejala infeksi pada tanaman berupa kerusakan pada jaringan pembuluh
tapis (floem), terlihat adanya lekukan atau celah – celah memanjang pada
jaringan kayu pada batang, cabang atau ranting (stem pitting) dan gejala
pemucatan tulang daun (vein clearing) berupa garis – garis putus atau
memanjang pada tulang daun yang tembus cahaya, 2 minggu sampai 2 bulan
setelah terinfeksi. Pertumbuhan tanaman menjadi merana, kerdil dan daun kecil
– kecil. Kadang – kadang muncul gejala daun kecil kaku serta tepinya
melengkung ke atas (cupping). Gejala lain yang dapat muncul adalah “vein
crocking”. Pada T. Citricidus diketahui virus melekat pada stilet (alat
penghisap). (Dwiastuti dan Triwiratno. 2014)
Virus mempunyai zarah-zarah berbentuk batang yang lentur atau benang
dengan ukuran 10-12 x 2.000 mm. Virus dapat menular secara mekanis melalui
tanaman tali putri dan alat pada waktu melakukan perbanyakan dan
pemangkasan. Penularan secara alami di lapang dapat terjadi dengan perantara
kutu daun sebagai vektor yaitu Toxoptera citricida Kirk., T. Aurantii Fonsc.,
Aphis citricidus Kirk., A. tavaresi Del Garcio, A. citricola Van der Goot, A.
gossypii, A. spiraecola Patch., Ferrisia virgata Ckll. dan Myzus persicae Sulz.
Kutu daun ini sudah dapat menularkan virus jika mengisap tanaman sakit
selama 5 detik dengan masa inkubasi 5 detik dan hanya dapat menularkan
secara efektif bila 27 ekor kutu daun secara bersama-sama menularkan pada
tanaman sehat. Efektivitasnya hanya terjadi dalam waktu singkat.
Perkembangan penyakit ini dipengaruhi oleh varietas, suhu dan populasi
serangga penular. Suhu antara 28-36 °C selama 10 hari dapat menekan gejala
pada daun. (Agung dan Riana. 2015).
BAB III
ISI
A. Permasalahan
Berdasarkan dari analisis diatas dapat diketahui bahwa tanaman buah
Jeruk Siam yang dimiliki Pak Kholik terserang beberapa penyakit yang
disebabkan oleh OPT berupa virus, jamur maupun hama. Beberapa penyakit
pada jeruk siam Pak Kholik antara lain :

2. Karena Hama Kupu Putih


Kebun jeruk siam Pak Kholik dimungkinkan telah terkena serangan
hama peloncat flatid putih dikarenakan terdapat banyak kupu-kupu bewarna
putih disertai daun yang kaku diakibatkan cairan pada daun dihisap oleh
serangga peloncat flatid putih ini dan apabila hal ini tidak segera diambil
sebuah tindakan maka akan mati.
Hama jenis-jenis peloncat flatid jarang dilaporkan menyebabkan
kerugian ekonomis pada tanaman budidaya. Namun demikian bilamana
populasi serangga tiap individu pohon sudah tinggi dan dalam skala luas serta
dalam musim kemarau yang panjang maka kehadiran serangga flatid putih ini
dapat memperbesar tekanan terhadap tanaman jati muda berupa peningkatan
resiko mati pucuk di lapangan.

3. Karena Penyakit Antraknosa


Tanaman jeruk pak Kholik menunjukan gejala bercak hitan pada daun
tanamannya, hal ini menunjukan bahwa tanaman jeruk pak Kholik terjangkit
penyakit antraknosa dimana ciri khas dari antaknosa ini apabila serangan
ringan pada daun muda akan memperlihatkan gejala bintik-bintik nekrosis
berwarna cokelat, kemudian seiring bertambahnya umur daun gejala nekrotik
meluas dan disertai dengan klorosis (Wahyudi, 2008).

4. Karena Gugur prematur


Kebun jeruk Pak Kholid terserang penyakit gugur prematur yang
ditandai dengan buah yang belum mencapai masak bahkan masih berukuran
kecil namun sudah gugur dari pohon. Untuk mencegah menyebarnya penyakit
gugur prematur Pak Kholid bisa menerapkan pencegahan yang sudah
dijabarkan di atas atau menurut (Sukri dan Rakhmad, 2016) bisa
menggunankan fungisida Benomyl (Benlate) atau Caprafol.

5. Karena Citrus Tristeza Virus


Sesuai uraian penyakit Tristeza di atas maka kebun jeruk siam Pak
Kholik dimungkinkan terserang hama kutu kebul ( kupu putih ) terlebih dahulu
kemudian hama menularkan penyakit tirsteza yang disebabkan oleh
Closterovirus. Gejala yang nampak pada buah jeruk siam Pak Kholik sesuai
dengan dijelaskan di atas yaitu daun kecil yang menjadi kaku. Tanpa
penanganan lebih lanjut maka buah jeruk siam Pak Kholik akan menunjukkan
kerusakan yang lebih parah.

6. Pengendalian serta Pencegahan

Untuk mencegah ataupun mengobati penyakit pada tanaman yang


disebabkan oleh OPT dapat dilakukan dengan berbagai cara. Tergantung pada
jenis OPT yang menyerang tanaman, adapun beberapa cara untuk mengatasi
permasalahan pada kebun Pak Kholik sebagai berikut :

1. Hama Kupu Putih (Peloncat Flatid Putih)


Pengendalian hama seperti peloncat flatid putih di atas dapat dilakukan
dengan aplikasi insektisida sistemik melalui batang (bor atau bacok oles), dan
penyemprotan bagian bawah daun, rantingranting, dan batang muda jati
dengan insektisida racun lambung. (Anggraeni, 2010).

2. Penyakit Antraknosa
Pengendalian penyakit antraknos pada tanaman jeruk siam dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu :
 Kultur teknis
1) Penggunan bibit yang bukan berasal dari cangkokan.
2) Menjaga agar tanaman pada kondisi optimum dengan memperbaiki
kondisi tanah (drainase dan kesuburan tanah yang baik).
3) Sanitasi terhadap bagian atau sisa-sisa tanaman yang dapat menjadi
sumber infeksi, kemudian dibakar.
 b. Kimiawi
1) Penggunaan fungisida yang efektif sesuai dengan anjuran.
3. Solusi Pada Gugur prematur
Menurut (Indonesia Bertanam, 2017) ada empat langkah pencegahan
secara organik supaya tanaman jeruk terhindah dari gugur prematur yaitu :
1. Pada saat pengolahan lahan dianjurkan penaburan jamur Trichoderma di
lubang tanam. Jamur Trichoderma ini secara alami akan melindungi perakaran
tanaman jeruk serta melawan jamur-jamur patogen pembawa penyakit.
2. Tanaman jeruk umur 3 bulan setelah tanam, dianjurkan kembali
menaburkan jamur Trichoderma ke lubang tanam. ataupun juga bisa dengan
cara penyemprotan Trichoderma cair ke tanaman jeruk.
3. Tanaman jeruk umur 12 bulan setelah tanam, dianjurkan kembali
menaburkan jamur Trichoderma ke lubang tanam. ataupun juga bisa dengan
cara penyemprotan Trichoderma cair ke tanaman jeruk.
4. Tanaman jeruk umur lebih 1 tahun dianjurkan penaburan Trichoderma
setiap 6 bulan sekali.

4. Solusi Pada Citrus Tristeza Virus


Pengendalian Citrus Tristeza Virus ini dapat dilakukan dengan cara
sanitasi kebun, memusnahkan tanaman yang terserang, kemudian
pengendalian CTV yang dilakukan dengan pengendalian vektor dan
penggunaan batang-bawah toleran. Vektor serangga dapat dikendalikan
menggunakan insektisida jenis Dimethoate, Monocrotophos, Methidation atau
Phosmaphamidon. Di Blok Fondasi tidak boleh ada 27 ekor atau lebih aphid
yang menyerang tiap tanaman jeruk. Pengawasan dengan cara memasang
perangkap kuning sangat membantu dan dapat diamati setiap hari.  Batang-
bawah JC yang biasanya digunakan di Indonesia termasuk toleran terhadap
CTV.  Di negara-negara penghasil jeruk alternatif yang banyak ditempuh
adalah preimunisasi, yaitu usaha menginfeksi tanaman sehat dengan strain
lemah virus CTV.  Guna mencegah penularan ulang virus tersebut melalui
aphid. Di Indonesia telah ditemukan beberapa strain lemah CTV yang
berpotensi, namun penelitian-penelitian yang mantap masih perlu dilakukan
sebelum metode ini dapat diterapkan di lapang.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis mengenai berbagai macam OPT dapat disimpulkan
bahwa tanaman pak kholik terserang hama kupu putih, penyakit antraknose, gugur
prematur dan Citrus Tristeza Virus. Pengendalian serta pencegahan berbagai OPT
tersebut dapat dilakukan dengan cara bilogis, mekanik, dan kimawi.
DAFTAR PUSTAKA

Agung, Rahmadsyah., Riana. 2015. Seluk Beluk Penyakit Tristeza Bagi Jeruk.
http://jitunews.com/read/18072/seluk-beluk-penyakit-tristeza-bagi-
jeruk#ixzz4sf5YaxlA/. Diakses pada tanggal 14 September 2017).

Ameilia, Z.,S., 2008. Hama-hama Dominan Jati (Tectonae grandis L.f). USU
eRepository. Medan.
Anggraeni I., Hama, Penyakit dan Gulma Hutan Tanaman. Bogor: Pusat Litbang
Peningkatan Produktivitas Hutan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan Kementrian Kehutanan, 2010.
Arif Meftah Hidayat. 2013. Pengenalan Buah Jeruk Siam.
http://www.anakagronomy.com/2013/05/pengenalan-buah-jeruk-siam-
citrus.html.Diakses pada 15 September 2017 pukul 11.16

Bar-Joseph, M, Garnsey, SM, Gonsalves, D, Moscovitz, M, Purcifull, DE, Clark,


MF & Loebenstein, G 1979, ‘The use of enzyme-linked immunosorbent
assay for detection of citrus tristeza virus’, Phytophatology, vol. 69, no. 2,
pp. 190-4.

C. Martasari, A. Supriyanto, Hardiyanto, D. Agisimanto, dan H. Mulyanto. 2004.


Keragaman Jeruk Siam di Indonesia.
http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/publikasi/prosiding/prosiding-
seminar-jeruk-siam-nasional-surabaya-15-16-juni-2004/keragaman-jeruk-
siam-di-indonesia/. Diakses pada 15 September 2017 pukul 11.24.

Deptan, 1994. Jeruk Siam. Departemen Pertanian, Jakarta. 

Ditlinhorti. 2012 Kutu Kebul. http://ditlin.hortikultura.pertanian.go.id/index.php?


option=com_content&view=article&id=100&Itemid=228. Diakses pada
tanggal 14 September 2017).

Dwiastuti ME & Triwiratno, A 1994a.’ Identifikasi strain lemah virus triteza jeruk
(CTV) di Jatim, menunjang program imunisasi jeruk’, Prosiding Seminar
Regional I PFI, vol. IV, no. 3, hlm. 56-8.

Dwiastuti, ME & Triwiratno, A 1994b, ‘Uji filterisasi isolat lemah CTV dengan
tanaman indikator filter’, Prosiding Simposium Hortikultura Nasional,
Malang, 1994, hlm 529- 34.

Dwiastuti, ME & Triwiratno, A. 2014 Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah
Subtropika Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/gejala-dan-pengendalian-penyakit-
tristeza-pada-jeruk/ Diakses pada tanggal 14 September 2017.
Dwiastuti, ME 1989, ‘Penampakan gejala penyakit tristeza isolat kuat dan lemah
dengan cantuman pada jeruk nipis’, Prosiding PFI, 1989, Denpasar, hlm.
268-9.

Dwiastuti, ME 1993, ‘Citrus triteza virus (CTV) Strain and identification by


monoclonal antibody’, Paper presented in South East Asia Symposium on
Biology and Control Crop Pathogens 2-4 February 1993., Bogor,
Indonesia.

Dwiastuti, ME 2011, ‘Simultaneous infection of mandarin (Citrus reticulata


Blanko.) with tristeza virus and liberobacter asiatus in Indonesia’,
Proceeding the international Seminar on Natural Resources, Climate
Change and Food Security Developing Countries-June 27-28-2011, Book
1 Surabaya.
Elfina, Y, Ali, M dan Maysaroh, S. 2011. IDENTIFIKASI GEJALA DAN
PENYEBAB PENYAKIT BUAH JERUK IMPOR DIPENYIMPANAN
DI KOTA PEKANBARU. Program Studi Agroteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Riau.
H. Rahmat Rukmana. 2009. Jeruk Besar Potensi dan Prospeknya. Yogyakarta. PT
Kanisius IKAPI.

Indonesia Bertanam. 2017. Mengatasi Penyakit Tanaman Jeruk.


https://indonesiabertanam.com/2017/01/02/mengatasi-penyakit-tanaman-
jeruk/. Diakses pada tanggal 16 September 2017.
Muharam, A & Sulyo Y 1986, ‘Imunisasi tanaman jeruk’, Bull.Penel. Hort., vol.
14, no. 2, hlm. 105-115.
Ningsih, R, Mukarlina, Linda, R. 2012. Vol 1 (1): 1 – 7 Isolasi Dan Identifikasi
Jamur Dari Organ Bergejala Sakit Pada Tanaman Jeruk Siam (Citrus
nobilis var. microcarpa). Program Studi Biologi, Fakultas MIPA,
Universitas Tanjungpura.
Sukri, M. Zayin,. MP & Rakhmad, H, S.Pd, M.Kom. Penanganan Hama dan
Penyakit Tanaman Jeruk Dalam Desain Sistem Pakar Diagnosis Penyakit
Menggunakan Metode Euclidean Distance. Seminar Nasional Hasil
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2016. Politeknik Negeri Jember.
Tim Penulis PS.1999. Peluang Usaha dan Pembudidayaan Jeruk Siam. Bogor. PT.
Penebar Swadaya IKAPI.

Zhou, Y, Chang-Yong, Z, Zhen, S, Ke-hong, L & Fang-Yun, Y 2007,


‘Characterization of Citrus tristeza virus isolates by indicators and
molecular biology methods’, Agric,Sci.In China, vol. 6, no. 5, pp. 573-9.

Anda mungkin juga menyukai