LATAR BELAKANG
1.1 Pendahuluan
Kentang ( Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman yang masuk ke
dalam komoditas sayuran dan dibudidayakan dikawasan dataran tinggi. Kentang
adalah sumber karbohidrat yang kaya akan protein. Di Indonesia dibudidayakan di
kawasan dengan elevasi 900 sampai 2.000 meter dari permukaan laut. Tanaman
kentang mengalami berbagai perubahan morfologi tanaman dan umbi serta
penurunan produksi umbi sebagai respon terhadap suhu tinggi (Handayani et al.,
2013). Faktor biotik dan abiotik dari agroekosistem kawasan tersebut sangat
sesuai dan kondusif untuk hidup dan berkembangnya nematoda, salah satunya
adalah nematoda sista kuning.
Nematoda sista kuning merupakan OPT (Organisme Pengganggu
Tumbuhan) yang menyerang tanaman kentang. Nematoda sista kuning memiliki
beberapa spesies, salah satunya adalah Globodera rostochiensis. Keberadaaan G.
rostochiensis ini sangat merugikan budidaya tanaman kentang karena merupakan
parasit penting pada tanaman kentang yang mempunyai daya rusak yang sangat
tinggi sehingga dapat menurunkan produksi sampai 70%. Selain itu mampu
membentuk sista yang dapat bertahan hidup sampai 30 tahun sehingga nematoda
ini relatif sulit dikendalikan dan daya reproduksi yang tinggi.
Gejala serangan yang khas dari G. rostochiensis ini adalah terjadi klorosis
pada daun khususnya pada pertanaman kentang umur 60-80 hari. Pada akar
nampak nematoda betina berwarna kuning keemasan yang menempel pada akar
tanaman dan umbi kentang. Di Indonesia nematoda sista ini termasuk ke dalam
Organisme Penggangu Tanaman Karantina A1 yang seharusnya tidak boleh ada
(Dariyanto, 2003). Selain itu ekspor umbi dan benih kentang akan terhambat
apabila di suatu daerah atau negara telah diketahui pertanaman kentangnya
terserang oleh G. rostochiensis (Soeroto, 2003).
Pengamatan nematoda sangat penting dilakukan karena dapat mengetahui
jenis nematoda yang menyerang, dapat menggunakan pengendalian yang tepat
dan dapat melakukan pencegahan kerugian ekonomi sebelum ledakan hama
nematoda terjadi sehingga menjaga hasil produksi. Tindakan pencegahan
penyebaran OPT tersebut dilakukan dengan beberapa cara yaitu penggunaan
varietas tahan (toleran), teknik budidaya, pestisida nabati, agen hayati, pestisida
kimia, dan karantina (mencegah penyebaran nematoda dari daerah terinfeksi ke
daerah lain). Bagian yang cukup penting dalam pengembangan PHT
(pengendalian hama terpadu), strategi pengendalian nematoda harus didasarkan
pada konsep pengendalian yang tepat dengan menggabungkan beberapa
komponen pengendalian yang sudah tersedia, disertai dukungan kebijakan
1
operasional dan kebijakan teknis (Mustika, 2005). Sebelum dilakukan identifikasi
nematoda maka harus mengekstrak sampel. Ekstrak sempel pada sista nematoda
yaitu dengan media tanaman seperti tanah. Salah satu teknik identifikasi nematoda
yang sering digunkan adalah secara morfologi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari magang mandiri yaitu :
1. Untuk mengetahui teknik identifikasi sista Globodera rostochiensis di Balai
Besar Karantina Tumbuhan Surabaya.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri sista Globodera rostochiensis.
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
3
kembali. Gejala pada tanaman terlihat botak (Patch Symptom) di mana ada
sekelompok tanaman yang rimbun daunnya lebih tipis karena pertumbuhan
tanamannya terhambat, kanopinya menguning, tumbuh merana dan sebagian
daunnya berwarna kuning cerah. Apabila dilakukan pengamatan setiap satu
tanaman kentang terhadap gejala khususnya pada perakaran tanaman kentang
yang terserang nematoda sista kuning dibandingkan dengan tanaman kentang
yang tidak terserang nematoda sista kuning, maka akan terlihat gejala seperti
percabangan perakaran yang tidak normal, akar terlihat lebih gemuk,
membengkak dan terlihat sista menempel pada permukaan akar (Mai, 1997).
Nematoda sista kuning mempunyai ciri-ciri berwarna kuning sampai
coklat muda, mengkilat, berbentuk bulat, dan tidak berlubang. Sista tersebut dapat
terlihat dengan mata telanjang, menempel berdekatan pada perakaran, sebagian
yang berwarna coklat jatuh ke tanah apabila perakaran digoyangkan. Pada
serangan berat produksi ubi kentang akan lebih ringan (rendah) dibandingan
dengan bobot ubi bibit yang dipakai (Rembulan et al., 2013)
Metode ekstraksi yang digunakan pada nematoda sista kuning adalah
metode fanwick yang sistemnya lebih mirip dengan metode elutrasi yang telah
dimodifikasi. Metode ekstraksi sista menggunakan metode fanwick karena lebih
mudah digunakan dan lebih banyak mendapatkan sista (Marks dan Brodie, 1998)
Identifikasi nematoda dapat dilakukan dengan pustaka atau publikasi
ilmiah atau menggunakan kunci identifikasi dalam bentuk cetak maupun
elektronik. Adapun ciri-ciri morfologis utama Globodera rostochiensis yaitu sista
berbentuk membulat (globose) dengan ukuran panjang 470 - 1.008 μm dan rata-
rata 638,08 μm, lebar sista 357 – 744 μm, dengan rata-rata 490,33 μm, antara
vulva dengan anus terdapat lebih dari 12 pararel ridges. Nematoda Globodera
rostochiensis dalam perkembangannya melalui tahapan stadium telur, larva dan
dewasa (Mulyadi et al., 2003).
4
BAB 3. GAMBARAN UMUM DAERAH MAGANG MANDIRI
5
3.3 Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK)
Organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) merupakan semua
organisme pengganggu tumbuhan yang ditetapkan pemerintah untuk dicegah
masuknya kedalam dari tersebarnya di wilayah negara Replublik Indonesia.
Berdasarkan keberadaannya, OPTK terbagi menjadi 2 kategori yaitu OPTK
Kategori A1 dan Kategori A2. OPTK Kategori A1 adalah organisme pengganggu
tumbuhan karantina yang belum ada di Negara Indonesia, sedangkan OPTK
Kategori A2 adalah organisme pengganggu tumbuhan karantina yang sudah ada di
wilayah Negara Republik Indonesia namun masih terbatas di wilayah wilayah
tertentu. OPTK Golongan I merupakan OPTK yang tidak dapat dibebaskan dari
media pembawa dengan cara perlakuan. OPTK Golongan II merupakan OPTK
yang dapat dibebaskan dari media pembawa dengan craa perlakuan (BBKP
Surabaya, 2020).
6
a. Persyaratan Wajib
1. Dilengkapi sertifikat karantina tumbuhan (phytosanitary certificate) dari
begara asal dan negara transit
2. Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan
3. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina tumbuhan ditempat-
tempat pemasukan untuk keperluan tindakan karantina tumbuhan
b. Persyaratan Tambahan
Persyaratan tambahan akan dikenakan apabila dalam suatu keadaan yang
ditetapkan berdasarkan hasil Analisa Resiko Organisme Pengganggu Tumbuhan
(AROPT) dinilai memiliki potensi tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan
terhadap tumbuhan sehingga harus dilakukan untuk mencegah penyebaran
organisme pengganggu tumbuhan. Persyaratan tumbuhan terdiri dari persyaratan
teknis dan persyartan kelengkapan dokumen. Ketentuan mengenai persyaratan
teknis dan/atau persyaratan kelengkapan dokumen sebagai berikut :
1. Surat izin pemasukan benih tumbuhan
2. Sertifikat perlakuan yang menyertai sertifikat kesehatan tumbuhan
(phytosanitary certificate) dari negara asal
3. Surat keterangan negara asal
4. Rencana kedatangan alat angkut
5. Daftar muatan kapal
6. Cargo manifest
7. Bill of lading
8. Airway bill
9. Packing list
10. Passenger declaration
7
Tahun 2019 mengenai tentang persyaratan dan tatacara Tindakan Karantina
Tumbuhan terhadap pemasukan media pembawa Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia tindakan
karantina sebagai berikut :
1. Pemeriksaan
Tindakan pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui kelengkapan dan
kebenaran isi dokumen serta untuk mendeteksi organisme pengganggu tumbuhan
karantina. Media pembawa yang telah diperiksa persyaratan administratifnya dan
masih berada dalam alat angkut dapat dikenakan tindakan sebagai berikut :
a. Bukan media pembawa, tidak dilakukan tindakan karantina
b. Merupakan media pembawa yang pemasukannya dikenakan tindakan
pengasingan dan pengamatan, maka dilakukan tindakan pengasingan dan
pengamatan
c. Tidak memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan, dilakukan tindakan
penolakan
d. Termasuk jenis media pembawa yang dilarang pemasukannya, dilakukan
tindakan penolakan
e. Persyaratan dokumen tidak lengkap , dilakukan tindakan penahanan
f. Dokumen persyaratan tidak sah dan/atau tidak benar, dilakukan tindakan
penolakan
g. Dokumen persyaratan lengkap, sah dan benar, dilakukan tindakan
pemeriksaan kesehatan.
Apabila media pembawa sudah diturunkan dari alat angkut maka dapat dikenakan
tindakan sebagai berikut :
a. Bukan media pembawa, tidak dilakukan tindakan karantina
b. Merupakan media pembawa yang pemasukannya dikenakan tindakan
pengasingan dan pengamatan, maka dilakukan tindakan pengasingan dan
pengamatan
c. Termasuk jenis media pembawa yang dilarang pemasukannya, dilakukan
tindakan pemusnahan
8
d. Tidak memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan, dilakukan tindakan
penolakan
e. Persyaratan dokumen tidak lengkap , dilakukan tindakan penahanan
f. Dokumen persyaratan tidak sah dan/atau tidak benar, dilakukan tindakan
penolakan
g. Dokumen persyaratan lengkap, sah dan benar, dilakukan tindakan
pemeriksaan kesehatan.
Apabila dokumen persyaratan lengkap, sah dan benar maka, terhadap
media pembawa dapat dilakukan tindakan pemeriksaan kesehatan. Tindakan
pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan diatas alat angkut, apabila :
a. Media pembawa berasal dari negara atau transit di negara yang tertular wabah
b. Alat angkut media pembawa berasal dari negara atau transit di negara yang
tertular wabah
c. Media pembawa berasal dari negara atau transit di negara yang mempunyai
resiko tinggi
d. Berdasarkan pertimbangan Petugas Karantina Tumbuhan, pemeriksaan media
pembawa perlu dilakukan di atas alat angkut.
Media pembawa yang telah dilakukan pemeriksaan kesehatan diatas alat
angkut dapat dilakukan penolakan jika media pembawa tidak bebas OPTK
golongan I serta busuk dan rusak. Dapat dikenakan tindakan perlakuan diatas alat
angkut apabila media pembawa tidak bebas OPTK gologan II. Dapat dilakukan
pembebasan, apabila telah bebas dari OPTK atau dapat dibebaskan dari OPTK
golongan II setalah dilakukan tindakan perlakuan. Sedangkan media pembawa
yang telah diturunkan dari alat angkut dan telah melalui proses pemeriksaan
kesehatan, dapat dilakukan tindakan pemusnahan, jika media pembawa tidak
bebas OPTK golongan I serta busuk dan rusak. Dikenakan tindakan perlakuan,
apabila media pembawa tidak bebas dari OPTK golongan II. Serta dapat
dikenakan tindakan pembebasan, apabila terbukti bebas dari OPTK atau bebas
dari OPTK golongan II setelah diberi perlakuan.
9
2. Pengasingan
Tindakan pengasingan dilakukan untuk mengamankan media pembawa
dengan cara penyegelan dan menempatkan di bawah penguasaan dan pengawasan
Petugas Karantina Tumbuhan. Pemilik atau kuasa media pembawa yang
dikenakan tindakan ini, harus melengkapi persyaratan dokumen yang kurang
dengan diberi jangka waktu empat belas hari kerja. Namun, jika dalam kurun
waktu tersebut kelengkapan persyaratan dokumen tidak dipenuhi akan dilakukan
tindakan penolakan.
3. Pengamatan
Tindakan ini dilakukan terhadap media pembawa dengan
menempatkannya di suatu lokasi terisolasi, sehingga apabila pada media pembawa
tersebut terdapat OPTK tidak akan menyebar ke lingkungan sekitar. Tindakan
pengasingan dan pengamatan dilakukan dalam kurun waktu tertentu untuk
mendeteksi kemungkinan adanya OPTK yang karena sifatnya memerlukan waktu
lama, sarana dan kondisi khusus (suhu, iklim dan ketinggian tempat).
4. Perlakuan
Tindakan perlakuan dapat dilakukan melalui cara fisik maupun kimiawi. Tindakan
perlakuan ini dilakukan untuk membebaskan media pembawa dari OPTK
golongan II atau sebagai persyaratan tambahan.
5. Penahanan
Penahanan dilakukan untuk mengamankan media pembawa dengan cara
menempatkannya dibawah penguasaan dan pengawasan petugas karantina
tumbuhan dalam waktu tertentu karena persyaratan karantina belum sepenuhnya
terpenuhi.
6. Penolakan
Penolakan dilakukan apabila :
a. Setelah dilakukan pemeriksaan diatas alat angkut, atau tidak bebas dari OPTK
yang ditetapkan oleh pemerintah, busuk, rusak, atau merupakan jenis-jenis
yang dilarang pemasukanya.
b. Setelah dilakukan penahanan, keseluruhan persyaratan yang harus dilengkapi
dalam batas waktu yang ditetapkan tidak dapat terpenuhi.
10
c. Setelah diberi perlakuan diatas alat angkut dan tidak dapat dibebaskan dari
OPTK.
7. Pemusnahan
Tindakan pemusnahan terhadap media pembawa dapat dilakukan dengan
cara membakar, memanaskan, mengubur, menghancurkan dan/atau cara lain
sehingga media pembawa tidak dimungkinkan menjadi sumber penyebaran
OPTK. Pelaksanaan tindakan ini disertai dengan terbitnya Berita Acara
Pemusnahan. Fasilitas yang diperlukan untuk tindakan ini menjadi tanggung
jawab pemilik atau kuasa.
8. Pembebasan
Pembebasan terhadap media pembawa dilakukan apabila :
a. Bebas dari OPTK
b. Setelah dilakukan pengamatan dan pengasingan bebas dari OPTK
c. Dapat dibebaskan dari OPTK
d. Seluruh persyaratan yang diwajibkan terpenuhi
e. Tindakan pembebasan disertai dengan terbitnya sertifikat pelepasan atau
sertifikat kesehatan atau sertifikat sanitasi untuk pengeluaran.
11
BBKP Surabaya tentu memiliki visi dan misi dalam menjalankan tugas sebagai
berikut :
Visi BBKP Surabaya yaitu menjadi garda terdepan pelayanan karantina
yang tangguh, profesional, modern dan terpercaya di jawa timur pada tahun 2019.
Dengan mempertimbangkan tugas pokok dan fungsi, prioritas nasional, kebijakan
kementrian pertanian dan badan karantina pertanian ditetapkan misi BBKP
Surabaya sebagai berikut :
1. Melindungi kelestarian sumber daya hayati hewani dan nabati dari ancaman
serangan hama dan penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) serta pengawasan lalu lintas
komoditi pertanian segar yang memenuhi standard keamanan pangan,
2. Meningkatkan manajemen operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan,
3. Mewujudkan Sistem Manajeman Mutu Pelayanan dengan
mengimplementasikan secara konsisten ISO 9001:2015 / SNI 19- 9001-2015,
4. Mewujudkan kompetensi sebagai Laboratorium Penguji (Testing Laboratory)
dengan mengimplementasikan secara konsisten ISO/IEC 17025:2017,
5. Mendorong terwujudnya peran perkarantinaan Surabaya dalam akselerasi
ekspor komoditas pertanian yang akseptabel dan mampu bersaing di pasar
internasional,
6. Mendukung keberhasilan program agribisnis dan ketahanan pangan Jawa
Timur,
7. Membangun masyarakat cinta karantina pertanian di Jawa Timur
12
Kepala Balai
Kepala Bagian
Umum
Kepala Kepala Seksi Kepala Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi
Seksi Informasi & Seksi Informasi & Pengawasan Pengawasan
Pelayanan Sarana Pelayanan Sarana & &
Operasional Teknis Operasional Teknis Penindakan Penindakan
Karantina Karantina Karantina Karantina Karantina Karantina
Hewan Hewan Tumbuhan Tumbuhan Hewan Tumbuhan
Kelompok Jabatan
Fungsional
13
BAB 4. METODELOGI MAGANG MANDIRI
14
3. Pengenalan kegiatan di Laboratorium Mini Balai Besar Karantina Pertanian
Surabaya Wilayah Kerja Tanjung Perak.
Pengenalan dilaksanakan di CFS (Container Freight Station), Tanjung
Perak. Kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan pengamatan terhadap
kegiatan bongkar muat kontainer-kontainer di tanjung perak, serta melakukan
pemeriksaan sampling media pembawa dari luar negeri pada kontainer dan
praktik administrasi terhadap media pembawa yang akan dikirim baik ke luar
negeri maupun keluar negeri. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan
gambaran mengenai kegiatan yang dilakukan di CFS (Container Freight
Station), Tanjung Perak.
4. Wawancara/Diskusi
Wawancara/ diskusi dilakukan bersama pembimbing PKL serta analis dan
bagian administrasi. Kegiatan ini bertujuan untuk melengkapi data yang
didapat.
5. Studi Pustaka/Kajian Literatur
Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan referensi mengenai hasil
kegiatan PKL. Serta membandingkan teori yang ada dengan keadaan
sesungguhnya di lapangan.
15
8. Nampan
4.4.2 Bahan
1. Tanah perakaran dari tanaman kentang
2. Sheer solution
3. Objek glass
4. Cover glass
16
tanah yang terdapat pada corong. Partikel berat yang tercampur dengan tanah
akan mengendap pada bagian dasar elutriator dan partikel yang ringan akan
mengambang lalu keluar mengikuti aliran air dan tertampung oleh saringan
(sleve).
6. Buka aliran air dari kran kedua secara perlahan mempercepat pengisian
elutriator agar partikel yang ringan tetap menambang dan semakin cepat
terdorong keluar dengan mengikuti aliran air.
7. Pertahankan kecepatan air yang keluar dari kedua kran tersebut diatas sampai
semua media/sampel tanah yang terdapat pada corong habis tercuci. Apabbila
proses tersebut selesai tutup kembali kedua kran air diatas.
8. Ambil saringan (sieve) yang berisi material, dengan menggunakan kuas lalu
pisahkan material yang berukuran besar/kasar secara hati-hati dan tampung
pada wadah (petridis) dan kering anginkan.
9. Partikel yang halus ditampung pada saringan yang paling bawah sendiri mesh
dengan cara alirkan air dari botol semprot secara perlahan-lahan sampai tidak
ada lagi partikel halus yang terdapat pada saringan (sieve).
10. Bersihkan dan keringkan semua peralatan yang telah digunakan lalu simpan
pada tempat yang telah disediakan.
17
1. Sista Globodera rostochiensis yang telah disimpan pada wadah (petridis),
kemudian menaruhnya di objek glass dan dilakukan pembelahan dari tubuhnya
menggunakan pen cutter serta bersihkan.
2. Sista yang telah dibelah dibersihkan dengan menggunakan larutan sheer
solution. Sheer solution bertujuan untuk membersihkan telur yang ada dalam
sista Globodera rostochiensis.
3. Kemudian dilakukan pengamatan sidik pantat dengan bku referensi dan
mendokumentasi hasilnya.
18
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
No Gambar Keterangan
.
1. a.) Jarak vulva
dengan anus:90,91
μm
b.) Diameter vulva:
23,79 μm
c.) Granek rasio:3,82
μm
d.) Jumlah rigde:16
Perbesaran: 40X
Sumber: dokumen
pribadi
2. a.) Jarak vulva
dengan anus: 75,92
μm
b.) Diameter vulva:
25,30 μm
c.) Granek rasio: 3,0
μm
d.) Jumlah rigde:9
Perbesaran: 40X
Sumber: dokumen
pribadi
19
5.2 Pembahasan
a. Klasifikasi dan Habitat Sista Globodera rostochiensis
Klasifikasi Nematoda G. rostochiensis (Hadisoeganda, 2006), sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Ordo : Tylenchida
Famili : Heteroderidae
Genus : Globodera
Spesies : G. rostochiensis
Nematoda sista kuning memiliki kekerabatan erat didalam genus
Globodera yang mengandung banyak kekhususan dan hama atau patogen paling
berhasil sebagai parasitik tanaman pertanian. Nematoda pembentuk sista aadalah
hama atau patogen daerah temperatur atau daerah dengan iklim temperatur seperti
daerah dataran tinggi tropik. Mampu beradaptasi terhadap variasi lingkungan yang
luas, pada kebanyakan daerrah subtropik nematoda pada umumnya adalah parasit
akar. Morfologi Globodera Spp. mempunyai ukuran yang berbeda. Ukuran
tersebut dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini.
Tabel 5.1 Perbandingan Ukuran Spesies Globoderaa Lainnya.
20
Gambar 5.2 tonjolan kutikula (ridges) Globodera Spp.
21
J2: 21-23 (umumnya 22) (Fleming dan Dolan, 1986). Dapat diketahui dari
identifikasi kedua gambar menunjukkan nematoda sista kuning Globodera
rostochiensis.
Dalam sista terdapat telur dimana didalam telur tersebut terdapat juvenil.
Juvenil yang keluar dari sista dinamakan J2, J2 dapat keluar melalui vulva.
Keluarnya J2 karena terjadinya eksudat akar. Jumlah telur sekitar 300 hingga 600
tergantung pada ukuran kista. Nematoda sista kuning mempunyai 4 fase juvenile
dan fase dewasa. Siklus hidup Nematoda sista kuning dimulai dari J2 pada saat
tanaman berumur 8 hari dan diakhiri dengan pembentukan sista pada saat tanaman
berumur 56 hari setelah tanaman bertunas (Asyiah, 2004). Juvenil 2 yang
menginfasi ke tanaman inang. J2 tertarik pada pertumbuhan ujung akar, dekat titik
pertumbuhan atau akar literal dengan menembus dinding sel epidermal,
menggunakan stilet dan kemudian menembus dinding sel bagian dalam,
meninggalkan sel yang pecah. Selanjutnya nematoda menetap dengan kepala
22
menancap ke stele dan memulai memakan pada sel didalam percycle cortek atau
endodermis.
Berdasarkan gambar 5.3 dalam sista terdapat telur dimana didalam telur
tersebut terdapat juvenil. Juvenil yang keluar dari sista dinamakan J2, J2 dapat
keluar melalui vulva. Keluarnya J2 karena terjadinya eksudat akar. Didalam telur
masih J1, dari J2 kemudian langsung menjadi J3 yang bentuk filifom. Pada bentuk
J3 bentuk filifom nematoda bisa menjadi jantan atau betina. Pada siklus diatas
terdapat tahap pembentukan menjadi sista kembali karena itu sebagai pertahanan.
Selama nematoda terdapat makanan akan menjadi filifom, apabila kondisi
lingkungannya kekurangan makanan maka akan menjaadi sista kembali.
23
Sedangkan gejala kerusakan yang nampak dibawah tanah adalah terdapat sista
yang berwarna kuning emas sampai coklat. Gejala yang sama akibat infeksi
nematoda selain puru, yaitu rumpun tanaman yang jarang, tanaman kerdil, daun
menguning, dan rata-rata menjadi layu akibat kehilangan vigor (Roberts dan
Mullens, 2002).
24
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil magang mandiri, identifikasi nematoda sista kuning yang
diamati yaitu Globodera rostochiensis. Identifikasi sista Globodera rostochiensis
dilakukan dengan menggunakan teknik identifikasi secara morfometri yang
diilakukan dengan cara mengukur jarak antara vulva dengan anus, diameter vulva,
granek rasio (panjang tubuh dibagi lebar tubuh yang paling lebar) dan jumlah
ridge dengan ekstraksi tanah menggunakan metode fanwick.
6.2 Saran
Diharapkan kedepannya informasi-informasi yang berhubungan dengan
sista Globodera rostochiensis perlu diperbarui agar lebih akurat.
25
DAFTAR PUSTAKA
Dariyanto. 2003. Status penyebaran dan kerugian nematoda sista kuning pada
tanaman kentang. Lokakarya Nematoda Sista Kuning. 1-8.
Mark and B.B Brodie. 1998. Potato Cyst Nematodes Biology, distribution and
control. Agriculture and Food Science Centre, Queen’s University of
Belfast and Departement of Plant Pathology Cornell University, New
York, USA.
26
Selamet, Supramana, M. S. Sinaga, Ali. N, Kikin. H. M. 2019. Morfologi dan
Morfometri Nematoda Sista Kentang (Globodera spp.) Asal Dataran
Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Fitopatologi, 15 (2) : 77-84.
27