Anda di halaman 1dari 27

BAB 1.

LATAR BELAKANG

1.1 Pendahuluan
Kentang ( Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman yang masuk ke
dalam komoditas sayuran dan dibudidayakan dikawasan dataran tinggi. Kentang
adalah sumber karbohidrat yang kaya akan protein. Di Indonesia dibudidayakan di
kawasan dengan elevasi 900 sampai 2.000 meter dari permukaan laut. Tanaman
kentang mengalami berbagai perubahan morfologi tanaman dan umbi serta
penurunan produksi umbi sebagai respon terhadap suhu tinggi (Handayani et al.,
2013). Faktor biotik dan abiotik dari agroekosistem kawasan tersebut sangat
sesuai dan kondusif untuk hidup dan berkembangnya nematoda, salah satunya
adalah nematoda sista kuning.
Nematoda sista kuning merupakan OPT (Organisme Pengganggu
Tumbuhan) yang menyerang tanaman kentang. Nematoda sista kuning memiliki
beberapa spesies, salah satunya adalah Globodera rostochiensis. Keberadaaan G.
rostochiensis ini sangat merugikan budidaya tanaman kentang karena merupakan
parasit penting pada tanaman kentang yang mempunyai daya rusak yang sangat
tinggi sehingga dapat menurunkan produksi sampai 70%. Selain itu mampu
membentuk sista yang dapat bertahan hidup sampai 30 tahun sehingga nematoda
ini relatif sulit dikendalikan dan daya reproduksi yang tinggi.
Gejala serangan yang khas dari G. rostochiensis ini adalah terjadi klorosis
pada daun khususnya pada pertanaman kentang umur 60-80 hari. Pada akar
nampak nematoda betina berwarna kuning keemasan yang menempel pada akar
tanaman dan umbi kentang. Di Indonesia nematoda sista ini termasuk ke dalam
Organisme Penggangu Tanaman Karantina A1 yang seharusnya tidak boleh ada
(Dariyanto, 2003). Selain itu ekspor umbi dan benih kentang akan terhambat
apabila di suatu daerah atau negara telah diketahui pertanaman kentangnya
terserang oleh G. rostochiensis (Soeroto, 2003).
Pengamatan nematoda sangat penting dilakukan karena dapat mengetahui
jenis nematoda yang menyerang, dapat menggunakan pengendalian yang tepat
dan dapat melakukan pencegahan kerugian ekonomi sebelum ledakan hama
nematoda terjadi sehingga menjaga hasil produksi. Tindakan pencegahan
penyebaran OPT tersebut dilakukan dengan beberapa cara yaitu penggunaan
varietas tahan (toleran), teknik budidaya, pestisida nabati, agen hayati, pestisida
kimia, dan karantina (mencegah penyebaran nematoda dari daerah terinfeksi ke
daerah lain). Bagian yang cukup penting dalam pengembangan PHT
(pengendalian hama terpadu), strategi pengendalian nematoda harus didasarkan
pada konsep pengendalian yang tepat dengan menggabungkan beberapa
komponen pengendalian yang sudah tersedia, disertai dukungan kebijakan

1
operasional dan kebijakan teknis (Mustika, 2005). Sebelum dilakukan identifikasi
nematoda maka harus mengekstrak sampel. Ekstrak sempel pada sista nematoda
yaitu dengan media tanaman seperti tanah. Salah satu teknik identifikasi nematoda
yang sering digunkan adalah secara morfologi.

1.2 Tujuan
Tujuan dari magang mandiri yaitu :
1. Untuk mengetahui teknik identifikasi sista Globodera rostochiensis di Balai
Besar Karantina Tumbuhan Surabaya.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri sista Globodera rostochiensis.

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Kentang merupakan tanaman semusim yang penting dan memiliki


potensi untuk diekspor ke negara lain serta banyak digunakan sebagai sumber
karbohidrat atau makanan pokok bagi masyarakat dunia setelah gandum, jagung
dan beras (Hidayah et al., 2017). Berikut merupakan klasifikasi tanaman kentang :
Devisi               : Spermatofita
Subdevisi        : Angiospermae
Kelas                : Dikotiledon
Ordo                : Solanales
Famili               : Solanaceae
Genus              : Solanum
Spesies            : Solanum tuberosum L
Nematoda (nama tersebut berasal dari kata Yunani, yang artinya benang)
berbentuk memanjang, seperti tabung, kadang- kadang seperti kumparan, yang
dapat bergerak seperti ular. Mereka hidup di dalam air, baik air laut maupun air
tawar, di dalam film air, di dalam tanah, di dalam jaringan jasad hidup berair.
Nematoda yang menyebabkan kerusakan pada tanaman hampir semuanya hidup
didalam tanah, baik yang hidup bebas didalam tanah bagian luar akar dan batang
didalam tanah bahkan ada beberapa parasit yang hidupnya bersifat menetap
didalam akar dan batang (Dropkin, 1991).
Nematoda sista kuning (Globodera) merupakan nematoda yang
hidupnya bersifat menetap didalam akar. Nematoda sista kuning (Globodera)
adalah nematoda utama pada kentang. Nematoda sista kuning (Globodera)
memasuki wilayah Indonesia melalui bibit kentang impor. Adanya faktor lain
yang mendukung yaitu inang kentang yang tersedia, suhu lingkungan yang sesuai
mendukung pertumbuhan dan perkembangan nematoda (Manan, 2006).
Gejala serangan nematoda sista kuning (NSK) menyerang tanaman
kentang apabila dilakukan skala lapang maka gejala yang dilihat yaitu
pertumbuhan tanaman terhambat karena tanaman merasa merana. Kelayuan
sementara namun segara pulih apabila kelembapan tanah dan udara meningkat

3
kembali. Gejala pada tanaman terlihat botak (Patch Symptom) di mana ada
sekelompok tanaman yang rimbun daunnya lebih tipis karena pertumbuhan
tanamannya terhambat, kanopinya menguning, tumbuh merana dan sebagian
daunnya berwarna kuning cerah. Apabila dilakukan pengamatan setiap satu
tanaman kentang terhadap gejala khususnya pada perakaran tanaman kentang
yang terserang nematoda sista kuning dibandingkan dengan tanaman kentang
yang tidak terserang nematoda sista kuning, maka akan terlihat gejala seperti
percabangan perakaran yang tidak normal, akar terlihat lebih gemuk,
membengkak dan terlihat sista menempel pada permukaan akar (Mai, 1997).
Nematoda sista kuning mempunyai ciri-ciri berwarna kuning sampai
coklat muda, mengkilat, berbentuk bulat, dan tidak berlubang. Sista tersebut dapat
terlihat dengan mata telanjang, menempel berdekatan pada perakaran, sebagian
yang berwarna coklat jatuh ke tanah apabila perakaran digoyangkan. Pada
serangan berat produksi ubi kentang akan lebih ringan (rendah) dibandingan
dengan bobot ubi bibit yang dipakai (Rembulan et al., 2013)
Metode ekstraksi yang digunakan pada nematoda sista kuning adalah
metode fanwick yang sistemnya lebih mirip dengan metode elutrasi yang telah
dimodifikasi. Metode ekstraksi sista menggunakan metode fanwick karena lebih
mudah digunakan dan lebih banyak mendapatkan sista (Marks dan Brodie, 1998)
Identifikasi nematoda dapat dilakukan dengan pustaka atau publikasi
ilmiah atau menggunakan kunci identifikasi dalam bentuk cetak maupun
elektronik. Adapun ciri-ciri morfologis utama Globodera rostochiensis yaitu sista
berbentuk membulat (globose) dengan ukuran panjang 470 - 1.008 μm dan rata-
rata 638,08 μm, lebar sista 357 – 744 μm, dengan rata-rata 490,33 μm, antara
vulva dengan anus terdapat lebih dari 12 pararel ridges. Nematoda Globodera
rostochiensis dalam perkembangannya melalui tahapan stadium telur, larva dan
dewasa (Mulyadi et al., 2003).

4
BAB 3. GAMBARAN UMUM DAERAH MAGANG MANDIRI

3.1 Definisi Karantina Tumbuhan


Berdasarkan undang-undang Nomor 21 Tahun 2019, Karantina tumbuhan
adalah tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya Organisme
Pengganggu Tumbuhan dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam
negeri atau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia. Tugas dan
fungsi karantina hewan dan tumbuhan adalah mencegah masuk, tersebar dan
keluarnya Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina (OPTK).
Karantina tumbuhan yaitu cara pengendalian OPT melalui perundang-
undangan. Karantina tumbuhan juga sebagai pembatas secara hukum dalam lalu
lintas komoditas pertanian dengan tujuan mencegah dan menghambat menetapnya
hama dan penyakit tanaman di daerah yang belum diketahui adanya pengganggu
tanaman. Pemberlakuan karantina tumbuhan dimaksudkan untuk mencegah
masuknya hama dan patogen dan melindungi tanaman-tanaman pangan,
hortikultura, dan perkebunan dari hama dan patogen asing. Karantina tumbuhan
dilaksanakan oleh petugas-petugas karantina yang ditempatkan di wilayah kerja
yang ditemukan (Pusposendjodo, 2005).

3.2 Tujuan Karantina


Tujuan karantina pertanian menurut BBKP Surabaya (2018) sebagai
berikut:
1. Terjaganya sumber daya alam hayati hewan dan tumbuhan dari serangan
OPTK
2. Terjaminya keamanan produk pertanian yang berasal dari hewan dan
tumbuhan
3. Pengendalian importasi dan percepatan eksportasi melalui pencegahan
masuk dan keluarnya media pembawa OPTK
4. Memberdayakan masyarakat dalam pelaksanaan perkarantinaan
5. Mewujudkan pelayakan prima

5
3.3 Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK)
Organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) merupakan semua
organisme pengganggu tumbuhan yang ditetapkan pemerintah untuk dicegah
masuknya kedalam dari tersebarnya di wilayah negara Replublik Indonesia.
Berdasarkan keberadaannya, OPTK terbagi menjadi 2 kategori yaitu OPTK
Kategori A1 dan Kategori A2. OPTK Kategori A1 adalah organisme pengganggu
tumbuhan karantina yang belum ada di Negara Indonesia, sedangkan OPTK
Kategori A2 adalah organisme pengganggu tumbuhan karantina yang sudah ada di
wilayah Negara Republik Indonesia namun masih terbatas di wilayah wilayah
tertentu. OPTK Golongan I merupakan OPTK yang tidak dapat dibebaskan dari
media pembawa dengan cara perlakuan. OPTK Golongan II merupakan OPTK
yang dapat dibebaskan dari media pembawa dengan craa perlakuan (BBKP
Surabaya, 2020).

3.4 Media Pembawa OPTK


Media pembawa organisme pengganggu tumbuhan karantina (MP-OPTK)
merupakan media yang dapat membawa organisme pengganggu tumbuhan
karantina. Media tersebut dapat berupa tumbuhan dan bagian-bagiannya dan/atau
benda lain yang dapat membawa organisme pengganggu tumbuhan karantina.
Alat angkut media pembawa adalah semua alat transportasi darat, air, dan udara
yang digunakan untuk melalu-lintaskan media pembawa (BBKP Surabaya, 2020).

3.5 Persyaratan Pemasukan Media Pembawa Tumbuhan


Persyaratan karantina tumbuhan diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian
No 09/Permentan/OT.140/2/2009 tentang Persyaratan dan Tatacara Tindakan
Karantina Tumbuhan Terhadap Pemasukan Media Pembawa Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.
Setiap media pembawa yang dimasukkan kedalam wilayah Indonesia harus
memenuhi persyaratan wajib dan persyaratan tambahan. Persyaratan wajib dan
persyaratan tambahan sebagai berikut :

6
a. Persyaratan Wajib
1. Dilengkapi sertifikat karantina tumbuhan (phytosanitary certificate) dari
begara asal dan negara transit
2. Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan
3. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina tumbuhan ditempat-
tempat pemasukan untuk keperluan tindakan karantina tumbuhan
b. Persyaratan Tambahan
Persyaratan tambahan akan dikenakan apabila dalam suatu keadaan yang
ditetapkan berdasarkan hasil Analisa Resiko Organisme Pengganggu Tumbuhan
(AROPT) dinilai memiliki potensi tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan
terhadap tumbuhan sehingga harus dilakukan untuk mencegah penyebaran
organisme pengganggu tumbuhan. Persyaratan tumbuhan terdiri dari persyaratan
teknis dan persyartan kelengkapan dokumen. Ketentuan mengenai persyaratan
teknis dan/atau persyaratan kelengkapan dokumen sebagai berikut :
1. Surat izin pemasukan benih tumbuhan
2. Sertifikat perlakuan yang menyertai sertifikat kesehatan tumbuhan
(phytosanitary certificate) dari negara asal
3. Surat keterangan negara asal
4. Rencana kedatangan alat angkut
5. Daftar muatan kapal
6. Cargo manifest
7. Bill of lading
8. Airway bill
9. Packing list
10. Passenger declaration

3.6 Tindakan Karantina


Tindakan karantina tumbuhan atau tindakan karantina merupakan tindakan
yang dilakukan petugas karantina tumbuhan berupa tindakan pemeriksaan,
pengasingan, pengamatan perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan,
dan/atau pembebasan terhadap media pembawa. Menurut Undang-undang No 16

7
Tahun 2019 mengenai tentang persyaratan dan tatacara Tindakan Karantina
Tumbuhan terhadap pemasukan media pembawa Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia tindakan
karantina sebagai berikut :
1. Pemeriksaan
Tindakan pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui kelengkapan dan
kebenaran isi dokumen serta untuk mendeteksi organisme pengganggu tumbuhan
karantina. Media pembawa yang telah diperiksa persyaratan administratifnya dan
masih berada dalam alat angkut dapat dikenakan tindakan sebagai berikut :
a. Bukan media pembawa, tidak dilakukan tindakan karantina
b. Merupakan media pembawa yang pemasukannya dikenakan tindakan
pengasingan dan pengamatan, maka dilakukan tindakan pengasingan dan
pengamatan
c. Tidak memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan, dilakukan tindakan
penolakan
d. Termasuk jenis media pembawa yang dilarang pemasukannya, dilakukan
tindakan penolakan
e. Persyaratan dokumen tidak lengkap , dilakukan tindakan penahanan
f. Dokumen persyaratan tidak sah dan/atau tidak benar, dilakukan tindakan
penolakan
g. Dokumen persyaratan lengkap, sah dan benar, dilakukan tindakan
pemeriksaan kesehatan.
Apabila media pembawa sudah diturunkan dari alat angkut maka dapat dikenakan
tindakan sebagai berikut :
a. Bukan media pembawa, tidak dilakukan tindakan karantina
b. Merupakan media pembawa yang pemasukannya dikenakan tindakan
pengasingan dan pengamatan, maka dilakukan tindakan pengasingan dan
pengamatan
c. Termasuk jenis media pembawa yang dilarang pemasukannya, dilakukan
tindakan pemusnahan

8
d. Tidak memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan, dilakukan tindakan
penolakan
e. Persyaratan dokumen tidak lengkap , dilakukan tindakan penahanan
f. Dokumen persyaratan tidak sah dan/atau tidak benar, dilakukan tindakan
penolakan
g. Dokumen persyaratan lengkap, sah dan benar, dilakukan tindakan
pemeriksaan kesehatan.
Apabila dokumen persyaratan lengkap, sah dan benar maka, terhadap
media pembawa dapat dilakukan tindakan pemeriksaan kesehatan. Tindakan
pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan diatas alat angkut, apabila :
a. Media pembawa berasal dari negara atau transit di negara yang tertular wabah
b. Alat angkut media pembawa berasal dari negara atau transit di negara yang
tertular wabah
c. Media pembawa berasal dari negara atau transit di negara yang mempunyai
resiko tinggi
d. Berdasarkan pertimbangan Petugas Karantina Tumbuhan, pemeriksaan media
pembawa perlu dilakukan di atas alat angkut.
Media pembawa yang telah dilakukan pemeriksaan kesehatan diatas alat
angkut dapat dilakukan penolakan jika media pembawa tidak bebas OPTK
golongan I serta busuk dan rusak. Dapat dikenakan tindakan perlakuan diatas alat
angkut apabila media pembawa tidak bebas OPTK gologan II. Dapat dilakukan
pembebasan, apabila telah bebas dari OPTK atau dapat dibebaskan dari OPTK
golongan II setalah dilakukan tindakan perlakuan. Sedangkan media pembawa
yang telah diturunkan dari alat angkut dan telah melalui proses pemeriksaan
kesehatan, dapat dilakukan tindakan pemusnahan, jika media pembawa tidak
bebas OPTK golongan I serta busuk dan rusak. Dikenakan tindakan perlakuan,
apabila media pembawa tidak bebas dari OPTK golongan II. Serta dapat
dikenakan tindakan pembebasan, apabila terbukti bebas dari OPTK atau bebas
dari OPTK golongan II setelah diberi perlakuan.

9
2. Pengasingan
Tindakan pengasingan dilakukan untuk mengamankan media pembawa
dengan cara penyegelan dan menempatkan di bawah penguasaan dan pengawasan
Petugas Karantina Tumbuhan. Pemilik atau kuasa media pembawa yang
dikenakan tindakan ini, harus melengkapi persyaratan dokumen yang kurang
dengan diberi jangka waktu empat belas hari kerja. Namun, jika dalam kurun
waktu tersebut kelengkapan persyaratan dokumen tidak dipenuhi akan dilakukan
tindakan penolakan.
3. Pengamatan
Tindakan ini dilakukan terhadap media pembawa dengan
menempatkannya di suatu lokasi terisolasi, sehingga apabila pada media pembawa
tersebut terdapat OPTK tidak akan menyebar ke lingkungan sekitar. Tindakan
pengasingan dan pengamatan dilakukan dalam kurun waktu tertentu untuk
mendeteksi kemungkinan adanya OPTK yang karena sifatnya memerlukan waktu
lama, sarana dan kondisi khusus (suhu, iklim dan ketinggian tempat).
4. Perlakuan
Tindakan perlakuan dapat dilakukan melalui cara fisik maupun kimiawi. Tindakan
perlakuan ini dilakukan untuk membebaskan media pembawa dari OPTK
golongan II atau sebagai persyaratan tambahan.
5. Penahanan
Penahanan dilakukan untuk mengamankan media pembawa dengan cara
menempatkannya dibawah penguasaan dan pengawasan petugas karantina
tumbuhan dalam waktu tertentu karena persyaratan karantina belum sepenuhnya
terpenuhi.
6. Penolakan
Penolakan dilakukan apabila :
a. Setelah dilakukan pemeriksaan diatas alat angkut, atau tidak bebas dari OPTK
yang ditetapkan oleh pemerintah, busuk, rusak, atau merupakan jenis-jenis
yang dilarang pemasukanya.
b. Setelah dilakukan penahanan, keseluruhan persyaratan yang harus dilengkapi
dalam batas waktu yang ditetapkan tidak dapat terpenuhi.

10
c. Setelah diberi perlakuan diatas alat angkut dan tidak dapat dibebaskan dari
OPTK.
7. Pemusnahan
Tindakan pemusnahan terhadap media pembawa dapat dilakukan dengan
cara membakar, memanaskan, mengubur, menghancurkan dan/atau cara lain
sehingga media pembawa tidak dimungkinkan menjadi sumber penyebaran
OPTK. Pelaksanaan tindakan ini disertai dengan terbitnya Berita Acara
Pemusnahan. Fasilitas yang diperlukan untuk tindakan ini menjadi tanggung
jawab pemilik atau kuasa.
8. Pembebasan
Pembebasan terhadap media pembawa dilakukan apabila :
a. Bebas dari OPTK
b. Setelah dilakukan pengamatan dan pengasingan bebas dari OPTK
c. Dapat dibebaskan dari OPTK
d. Seluruh persyaratan yang diwajibkan terpenuhi
e. Tindakan pembebasan disertai dengan terbitnya sertifikat pelepasan atau
sertifikat kesehatan atau sertifikat sanitasi untuk pengeluaran.

2.7 Profil Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya


Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya adalah salah satu Unit
Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Badan Karantina Pertanian – Kementerian
Pertanian sebagai hasil penggabungan antara UPT Balai Besar Karantina Hewan
Tanjung Perak dan UPT Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Perak. UPT
ini dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
22/Permentan/Ot.140/4/2008 tanggal 3 April 2008 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian.
UPT Balai Besar Karantina Hewan Tanjung Perak pertama kali dibentuk
Pada Tahun 1978 dengan nama Balai Karantina Kehewanan Wilayah III
Surabaya,  sedangkan Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Perak dibentuk
pada tahun 1980 dengan nama Karantina Tumbuhan Cabang Pelabuhan Tanjung
Perak. Sebagai sebuah organisasi yang berperan penting dalam bidang pertanian

11
BBKP Surabaya tentu memiliki visi dan misi dalam menjalankan tugas sebagai
berikut :
Visi BBKP Surabaya yaitu menjadi garda terdepan pelayanan karantina
yang tangguh, profesional, modern dan terpercaya di jawa timur pada tahun 2019.
Dengan mempertimbangkan tugas pokok dan fungsi, prioritas nasional, kebijakan
kementrian pertanian dan badan karantina pertanian ditetapkan misi BBKP
Surabaya sebagai berikut :
1. Melindungi kelestarian sumber daya hayati hewani dan nabati dari ancaman
serangan hama dan penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) serta pengawasan lalu lintas
komoditi pertanian segar yang memenuhi standard keamanan pangan,
2. Meningkatkan manajemen operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan,
3. Mewujudkan Sistem Manajeman Mutu Pelayanan dengan
mengimplementasikan secara konsisten ISO 9001:2015 / SNI 19- 9001-2015,
4. Mewujudkan kompetensi sebagai Laboratorium Penguji (Testing Laboratory)
dengan mengimplementasikan secara konsisten ISO/IEC 17025:2017,
5. Mendorong terwujudnya peran perkarantinaan Surabaya dalam akselerasi
ekspor komoditas pertanian yang akseptabel dan mampu bersaing di pasar
internasional,
6. Mendukung keberhasilan program agribisnis dan ketahanan pangan Jawa
Timur,
7. Membangun masyarakat cinta karantina pertanian di Jawa Timur

2.8 Struktur Organisasi BBKP Surabaya


Struktur organisasi BBKP Surabaya terdiri dari kepala balai, kepala bagian
umum, kepala bidang karantina hewan, kepala bidang karantina hewan, kepala
bidang karantina tumbuhan dan kepala bidang pengawasan dan penindakan.
Struktur organisasi BBKP Surabaya.

12
Kepala Balai

Kepala Bagian
Umum

Kepala Sub- Kepala Sub- Kepala Sub-


Bagian Bagian Bagian
Program & Kepegawaia Keuangan &
Evaluasi n & Tata Perlengkapan
Usaha

Kepala Bidang Kepala Bidang Kepala Bidang


Karantina Hewan Karantina Tumbuhan Pengawasan &
Penindakan

Kepala Kepala Seksi Kepala Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi
Seksi Informasi & Seksi Informasi & Pengawasan Pengawasan
Pelayanan Sarana Pelayanan Sarana & &
Operasional Teknis Operasional Teknis Penindakan Penindakan
Karantina Karantina Karantina Karantina Karantina Karantina
Hewan Hewan Tumbuhan Tumbuhan Hewan Tumbuhan

Kelompok Jabatan
Fungsional

Gambar 2.1 struktur organisasi BBKP Surabaya

13
BAB 4. METODELOGI MAGANG MANDIRI

4.1 Waktu dan Tempat Pelaksaan


Kegiatan magang mandiri dilaksanakan pada 13 Januari 2020 - 13
Februari 2020. Tempat pelaksanaan di laboratorium Uji Karantina Tumbuhan
Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya, Jl. Letjen Suprapto No. 67 Waru,
Sidoarjo.

4.2 Sasaran Kegiatan


Kegiatan magang mandiri yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui
teknik identifikasi sidik pantat nematoda sista kuning pada tanah tanaman kentang
di Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya.

4.3 Tahapan Kegiatan Magang Mandiri


Metode yang dilaksanakan pada kegiatan Magang Mandiri di
Laboratorium Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya antara lain :
1. Pengenalan Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya Secara Umum
Pengenalan dilaksanakan di aula Laboratorium Balai Besar Karantina
Pertanian Surabaya melalui pemberian materi yang dilakukan oleh Staf Balai
Besar Karantina Pertanian Surabaya yang berpengalaman dibidangnya.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai keadaan umum,
wilayah kerja Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya serta hal-hal dasar
mengenai karantina beserta peraturan-peraturan
2. Pengenalan kegiatan di Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya Wilayah
Kerja Juanda Pengenalan dilaksanakan di Kargo, Bandara Juanda.
Kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan pemeriksaan langsung serta
teknik administrasi terhadap media pembawa yang akan dikirim baik ke luar
negeri maupun keluar area serta sampling media pembawa dari luar negeri.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kegiatan
administrasi yang dilakukan di Kargo, Bandara Juanda.

14
3. Pengenalan kegiatan di Laboratorium Mini Balai Besar Karantina Pertanian
Surabaya Wilayah Kerja Tanjung Perak.
Pengenalan dilaksanakan di CFS (Container Freight Station), Tanjung
Perak. Kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan pengamatan terhadap
kegiatan bongkar muat kontainer-kontainer di tanjung perak, serta melakukan
pemeriksaan sampling media pembawa dari luar negeri pada kontainer dan
praktik administrasi terhadap media pembawa yang akan dikirim baik ke luar
negeri maupun keluar negeri. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan
gambaran mengenai kegiatan yang dilakukan di CFS (Container Freight
Station), Tanjung Perak.
4. Wawancara/Diskusi
Wawancara/ diskusi dilakukan bersama pembimbing PKL serta analis dan
bagian administrasi. Kegiatan ini bertujuan untuk melengkapi data yang
didapat.
5. Studi Pustaka/Kajian Literatur
Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan referensi mengenai hasil
kegiatan PKL. Serta membandingkan teori yang ada dengan keadaan
sesungguhnya di lapangan.

4.4 Alat dan Bahan


4.4.1 Alat
1. Kuas ukuran paling kecil
2. Pen cutter
3. Mikroskop kompon
4. Mikroskop stereo
5. Cawan Petri
6. Alat Fanwick
7. Saringan dengan ukuran mesh 850 μm dan saringan dengan ukuran mesh 250
μm

15
8. Nampan

4.4.2 Bahan
1. Tanah perakaran dari tanaman kentang
2. Sheer solution
3. Objek glass
4. Cover glass

4.5 Metode Pelaksanaan


4.5.1 Metode ekstraksi pada sista Globodera rostochiensis yaitu :

Sumber: Dokumen Pribadi


Gambar 4.1 Metode Fanwick
1. langkah pertama dengan cara mengambil sampel tanah dari tanaman kentang
secukupnya dan meletakkannya ke nampan, kemudian angin-anginkan sampai
tanah menjadi kering.
2. Letakkan unit fanwick pada tempat yang datar dan rata dan pastika masing-
masing komponen sudah terpasang dengan benar.
3. Ambil sampel tanah dan masukkan dalam corong/mulut corong lalu letakkan
pada elutriator.
4. Letakkan saringan (sieve) ukuran mesh tepat dibawah pancuran guna
menapung material yang keluar dari unit fanwick.
5. Alirkan air dari kran pertama (untuk menghidupkan nozel penyemprotan yang
terletak pada bagian atas corong) secara perlahan guna mencuci media/sampel

16
tanah yang terdapat pada corong. Partikel berat yang tercampur dengan tanah
akan mengendap pada bagian dasar elutriator dan partikel yang ringan akan
mengambang lalu keluar mengikuti aliran air dan tertampung oleh saringan
(sleve).
6. Buka aliran air dari kran kedua secara perlahan mempercepat pengisian
elutriator agar partikel yang ringan tetap menambang dan semakin cepat
terdorong keluar dengan mengikuti aliran air.
7. Pertahankan kecepatan air yang keluar dari kedua kran tersebut diatas sampai
semua media/sampel tanah yang terdapat pada corong habis tercuci. Apabbila
proses tersebut selesai tutup kembali kedua kran air diatas.
8. Ambil saringan (sieve) yang berisi material, dengan menggunakan kuas lalu
pisahkan material yang berukuran besar/kasar secara hati-hati dan tampung
pada wadah (petridis) dan kering anginkan.
9. Partikel yang halus ditampung pada saringan yang paling bawah sendiri mesh
dengan cara alirkan air dari botol semprot secara perlahan-lahan sampai tidak
ada lagi partikel halus yang terdapat pada saringan (sieve).
10. Bersihkan dan keringkan semua peralatan yang telah digunakan lalu simpan
pada tempat yang telah disediakan.

4.5.2 Metode pemotongan sidik pantat nematoda pada sista Globodera


rostochiensis :

Gambar 4.2 Penggunaan mikroskop untuk mengamati sista Globodera


rostochiensis

17
1. Sista Globodera rostochiensis yang telah disimpan pada wadah (petridis),
kemudian menaruhnya di objek glass dan dilakukan pembelahan dari tubuhnya
menggunakan pen cutter serta bersihkan.
2. Sista yang telah dibelah dibersihkan dengan menggunakan larutan sheer
solution. Sheer solution bertujuan untuk membersihkan telur yang ada dalam
sista Globodera rostochiensis.
3. Kemudian dilakukan pengamatan sidik pantat dengan bku referensi dan
mendokumentasi hasilnya.

4.5.3 Teknik Identifikasi

Gambar 4.3 Teknik identifikasi secara morfometri pada sista Globodera


rostochiensis
Teknik identifikasi pada sista Globodera rostochiensis menggunakan teknik
identifikasi secara morfometri. Teknik identifikasi secara morfometri yaitu teknik
identifikasi yang awalnya menetukan morfologi Globodera rostochiensis
kemudian dilakukan pengukuran berdasarkan pustaka yang ada. Globodera
rostochiensis termasuk kelompok nematoda bentuk sista (non-vermiform)
sehingga teknik identifikasi dilakukan dengan sidik pantat didalam proses siklus
hidupnya.

18
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil
No Gambar Keterangan
.
1. a.) Jarak vulva
dengan anus:90,91
μm
b.) Diameter vulva:
23,79 μm
c.) Granek rasio:3,82
μm
d.) Jumlah rigde:16

Perbesaran: 40X
Sumber: dokumen
pribadi
2. a.) Jarak vulva
dengan anus: 75,92
μm
b.) Diameter vulva:
25,30 μm
c.) Granek rasio: 3,0
μm
d.) Jumlah rigde:9

Perbesaran: 40X
Sumber: dokumen
pribadi

19
5.2 Pembahasan
a. Klasifikasi dan Habitat Sista Globodera rostochiensis
Klasifikasi Nematoda G. rostochiensis (Hadisoeganda, 2006), sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Ordo : Tylenchida
Famili : Heteroderidae
Genus : Globodera
Spesies : G. rostochiensis
Nematoda sista kuning memiliki kekerabatan erat didalam genus
Globodera yang mengandung banyak kekhususan dan hama atau patogen paling
berhasil sebagai parasitik tanaman pertanian. Nematoda pembentuk sista aadalah
hama atau patogen daerah temperatur atau daerah dengan iklim temperatur seperti
daerah dataran tinggi tropik. Mampu beradaptasi terhadap variasi lingkungan yang
luas, pada kebanyakan daerrah subtropik nematoda pada umumnya adalah parasit
akar. Morfologi Globodera Spp. mempunyai ukuran yang berbeda. Ukuran
tersebut dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini.
Tabel 5.1 Perbandingan Ukuran Spesies Globoderaa Lainnya.

Sumber: Colin C. Fleming and Thomas O. Powers


Pengamatan morfometri dilakukan terhadap diameter vulva basin serta
jarak antara anus dan vulva basin, serta menghitung jumlah tonjolan kutikula
(ridges) antara anus dan vulva basin. Jumlah tonjolan kutikula (ridges) memiliki
ciri yang khas. Ciri yang khas tersebut dapat dilihat pada gambar 5.2 dibawah ini.

20
Gambar 5.2 tonjolan kutikula (ridges) Globodera Spp.

Sumber: Colin C. Fleming and Thomas O. Powers

Terdapat tumpang tindih jumlah cuticular ridges yang dimiliki oleh G.


rostochiensis dan G. pallida. Cuticular ridge dari G. rostochiensis berjumlah 12–
31 sedangkan G. pallida 8–20. Selain itu spesies G. pallida mengandung cuticular
ridges kurang dari 12 (Stone, 1973). Namun, terdapat pola perineal menunjukkan
bahwa jumlah cuticular ridges ialah 9-21 menunjukkan bahwa NSK yang
merupakan spesies campuran antara G. rostochiensis dan G. pallida (Selamet et
al., 2019).

b. Hasil Identifikasi sista Globodera rostochiensis


Hasil identifikasi secara morfometri pada sista Globodera pada gambar ke
1 antara lain mengukur jarak antara vulva dengan anus: 90,91 μm , diameter
vulva: 23,79 μm , granek rasio (panjang tubuh dibagi lebar tubuh yang paling
lebar): 3,82 μm, jumlah ridge: 16. Pada gambar ke 2 antara lain mengukur jarak
antara vulva dengan anus: 75,92 μm, diameter vulva: 25,30 μm , granek rasio
(panjang tubuh dibagi lebar tubuh yang paling lebar): 3,0 μm , jumlah ridge: 9.
Namun berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan tidak ditemukannya juvenil
pada sista Globodera rostochiensis. Ciri-ciri sista Globodera rostochiensis pada
bagian juvenil antara lain bentuk knob J2: permukaan anteriorbulat, panjang stylet

21
J2: 21-23 (umumnya 22) (Fleming dan Dolan, 1986). Dapat diketahui dari
identifikasi kedua gambar menunjukkan nematoda sista kuning Globodera
rostochiensis.

c. Siklus Hidup Globodera spp.

Sumber: Colin C. Fleming and Thomas O. Powers


Gambar 5.3 siklus hidup dari nematoda sista kuning Globodera spp.

Dalam sista terdapat telur dimana didalam telur tersebut terdapat juvenil.
Juvenil yang keluar dari sista dinamakan J2, J2 dapat keluar melalui vulva.
Keluarnya J2 karena terjadinya eksudat akar. Jumlah telur sekitar 300 hingga 600
tergantung pada ukuran kista. Nematoda sista kuning mempunyai 4 fase juvenile
dan fase dewasa. Siklus hidup Nematoda sista kuning dimulai dari J2 pada saat
tanaman berumur 8 hari dan diakhiri dengan pembentukan sista pada saat tanaman
berumur 56 hari setelah tanaman bertunas (Asyiah, 2004). Juvenil 2 yang
menginfasi ke tanaman inang. J2 tertarik pada pertumbuhan ujung akar, dekat titik
pertumbuhan atau akar literal dengan menembus dinding sel epidermal,
menggunakan stilet dan kemudian menembus dinding sel bagian dalam,
meninggalkan sel yang pecah. Selanjutnya nematoda menetap dengan kepala

22
menancap ke stele dan memulai memakan pada sel didalam percycle cortek atau
endodermis.
Berdasarkan gambar 5.3 dalam sista terdapat telur dimana didalam telur
tersebut terdapat juvenil. Juvenil yang keluar dari sista dinamakan J2, J2 dapat
keluar melalui vulva. Keluarnya J2 karena terjadinya eksudat akar. Didalam telur
masih J1, dari J2 kemudian langsung menjadi J3 yang bentuk filifom. Pada bentuk
J3 bentuk filifom nematoda bisa menjadi jantan atau betina. Pada siklus diatas
terdapat tahap pembentukan menjadi sista kembali karena itu sebagai pertahanan.
Selama nematoda terdapat makanan akan menjadi filifom, apabila kondisi
lingkungannya kekurangan makanan maka akan menjaadi sista kembali.

d. Dinamika Populasi Nematoda Sista Kuning


Pada kondisi tidak ada inang, infestasi nematoda sista kuning mampu
bertahan selama 20-30 tahun. Kondisi diapause (terbentuk karena kondisi tidak
ada inang), J2 tidak akan terstimulasi untuk keluar dari sista, namun baru akan
keluar kalau sudah ada tanaman inang yang sesuai. Nematoda sista kuning yang
terintroduksi ke dalam daerah baru membutuhkan waktu 2-3 tahun untuk bisa
menyesuaikan diri pada kondisi pertumbuhan yang baru. Proporsi juvenil yang
pecah bervariasi tergantung pada kondisi lingkungan seperti suhu tanah dan kadar
kelembapan tanah. Sista menetas 30-33% per tahun. Terdapatnya nematoda sista
kuning dipengaruhi beberapa faktor yaitu budidaya, suhu dan ketinggian tempat,
serta tekstur tanah (Syauqi, 2016). Pada tanah dingin akan terjadi penurunan
menjadi 18%, pada suhu tanah diatas 30% menjadi 95%. Tipe tanah berpasir
mampu menstimulasi hingga 60% sedangkan tipe tanah lempung dan lumpur
hanya 32%.

e. Gejala Kerusakan Nematoda


Gejala kerusakan nematoda dapat dibagi kedalam 2 kategori diatas tanah dan
diibawah tanah. Gejala kerusakan diatas tanah akibat serangan nematoda sista
kuning, anatar lain : 1.) tanaman menjadi kerdil, sebagian daun rontok, 2.)
produksi yang rendah, 3.) menguningnya daun, 4.) senesen (penuaan) diawal.

23
Sedangkan gejala kerusakan yang nampak dibawah tanah adalah terdapat sista
yang berwarna kuning emas sampai coklat. Gejala yang sama akibat infeksi
nematoda selain puru, yaitu rumpun tanaman yang jarang, tanaman kerdil, daun
menguning, dan rata-rata menjadi layu akibat kehilangan vigor (Roberts dan
Mullens, 2002).

24
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil magang mandiri, identifikasi nematoda sista kuning yang
diamati yaitu Globodera rostochiensis. Identifikasi sista Globodera rostochiensis
dilakukan dengan menggunakan teknik identifikasi secara morfometri yang
diilakukan dengan cara mengukur jarak antara vulva dengan anus, diameter vulva,
granek rasio (panjang tubuh dibagi lebar tubuh yang paling lebar) dan jumlah
ridge dengan ekstraksi tanah menggunakan metode fanwick.

6.2 Saran
Diharapkan kedepannya informasi-informasi yang berhubungan dengan
sista Globodera rostochiensis perlu diperbarui agar lebih akurat.

25
DAFTAR PUSTAKA

Asyiah. I. N. 2004. Siklus Hidup dan Morfologi Nematoda Sista Kentang


(Globodera rostochiensis). 87 (8) : 839-845.

Dariyanto. 2003. Status penyebaran dan kerugian nematoda sista kuning pada
tanaman kentang. Lokakarya Nematoda Sista Kuning. 1-8.

Dropkin, V. H. 1992. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Gadjah Mada University.


Yogyakarta.

Fleming. C and Dolan. S. 1986. The Identification of Nematodes Using Agarose


Isoelectris Focusing and Silver Staining. Record Agricultural Research
of The Departement of Agriculture for Norhberm Ireland. 34 : 47-62.

Hadisoeganda, 2006, Distribusi, Identifikasi, dan Prevalensi Nematoda Sista


Emas, Globodera rostochiensis Wollenweber di Daerah Sentra Produksi
Kentang di Indonesia. Hortikultura, 16 (3) : 220.

Handayani. T, Panjisakti. B, Rudi. H. M, Eri. S. 2013. Perubahan Morfologi dan


Toleransi Tanaman Kentang Terhadap Suhu Tinggi. 23(4) : 318-328.

Hidayah. P, Munifatul. I., Sarjana. P. 2017. Pertumbuhan dan ProduksiTanaman


Kentang (Solanum tuberosumL. var. Granola) pada Sistem Budidaya
yang Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi, 2 (2) : 218-225.

Manan. A. 2006. Serangan Nematoda Sista Kuning (Globodera Rostochiensis)


Pada Tanaman Kentang Di Kabupaten Banjarnegara. Pembangunan
Pedesaan, 5 (3) : 148-152.

Mark and B.B Brodie. 1998. Potato Cyst Nematodes Biology, distribution and
control. Agriculture and Food Science Centre, Queen’s University of
Belfast and Departement of Plant Pathology Cornell University, New
York, USA.

Mulyadi, Bambang. R, B. Triman dan Siwi Indarti. 2003. Identifikasi Nematoda


Sista Kuning (Globodera rostochiensis) Pada Kentang di Batu, Jawa
Timur. Perlindungan Tanaman Indonesia, 9 (1) : 46-53.

Mustika. 2005. Konsepsi dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman


Perkebunan di Indonesia. 4(1) : 20-32.

Roberts. P. A and Mullens. T. R. 2002. Diseases caused by nematodes. The


American Phytopathological Society, 48- 49.

26
Selamet, Supramana, M. S. Sinaga, Ali. N, Kikin. H. M. 2019. Morfologi dan
Morfometri Nematoda Sista Kentang (Globodera spp.) Asal Dataran
Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Fitopatologi, 15 (2) : 77-84.

Soeroto. 2003. Strategi Perbenihan Dalam Pengendalian Nematoda Globodera


rostochiensis pada Tanaman Kentang.

Stone AR. 1973. Heterodera pallida n. sp. (Nematoda: Hetreoderidae), a second


spesies of potato cyst nematode. Nematologica, 18 (4) : 591-606.

Syauqi. J. 2016. Tingkat Kepadatan Populasi Nematoda Sista Kentang (Globodera


spp.) di Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo. Universitas
Brawijaya.

27

Anda mungkin juga menyukai