TANAH
A. Latar Belakang
Patogen tular tanah adalah kelompok mikroorganisme yang sebagian siklus
hidupnya berada di dalam tanah dan mempunyai kemampuan untuk menginfeksi dan
menimbulkan penyakit pada tanaman. Umumnya patogen tular tanah memiliki
kemampuan pemencaran dan bertahan dalam tanah dan hanya sedikit yang
mempunyai kemampuan membentuk spora udara sehingga dapat memencar ke areal
yang lebih luas (Garrett, 1970). Menurut Ownley et al (2003), perkembangan dan
populasi, penyebaran, daya tular serta daya tahan patogen tular tanah sangat di
pengaruhi oleh sifat-sifat tanah dimana patogen tersebut berada.
Tanah merupakan media tempat tumbuhnya tanaman. Tanah juga merupakan
habitat bagi berbagai organisme yang hidup di dalamnya. Tanaman dengan
organisme dalam tanah memiliki suatu hubungan saling ketergantungan yang sangat
erat. Oleh karena itu populasi organisme tanah ditentukan oleh kualitas vegetasi di
atasnya. Sebaliknya, aktivitas organisme dalam tanah juga akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya akan menentukan produktivitas lahan
tempat mereka hidup (Widyati, 2013).
Patogen tular tanah dapat berupa berbagai macam mikroorganisme seperti
bakteri, nematoda, cendawan dan lainnya yang dapat menyerang tanaman mulai dari
stadia awal sampai pada stadia tanaman telah berbunga atau menghasilkan serta
menimbulkan berbagai macam bentuk gejala serangan yang berbeda-beda pada
inangnya. Kerugian yang ditimbulka oleh patogen tular tanah juga dapat bervariasi
dari tidak terlalu merugikan atau ringan sampai mengakibatkan serangan berat
dimana tanaman tidak dapat berproduksi. Serangan patogen tanah umumnya akan
mengakibatkan gejala berupa busuk akar, perubahan warna pada jaringan, layu,
busuk pucuk atau mahkota atau bahkan matinya tanaman (Dalmadiyo, 2004).
B. Tujuan
Tujuan acara praktikum isolasi dan identifikasi mikroorganisme tanah di daerah
rhizosfer adalah:
1. Untuk mengetahui teknik isolasi jamur pathogen tular tanah pada tanaman.
2. Untuk mengetahui gejala penyakit pada tanaman.
3. Untuk mengetahui hasil isolasi dan identifikasi dari tanamn.
4. Untuk mengetahui jenis – jenis mikroorganisme tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Materi
A. Hasil
Gambar 3.3. Hasil peremajaan sampel Gambar 3.4. Mikroskopis sampel batang
akar, batang dan daun cabai rawit (Capsicum
cabai rawit (Capsicum frutescens)
frutescens)
Gambar 3.5. Mikroskopis sampel daun Gambar 3.6. Mikroskopis sampel akar
cabai rawit (Capsicum cabai rawit (Capsicum
frutescens) frutescens)
Gambar 3.7. Organisme tanah Gambar 3.8. Organisme tanah
pengenceran 10-1 pengenceran 10-2
B. Pembahasan
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang didapatkan bahwa :
1. Teknik isolasi jamur pathogen tular tanah menggunakan bagian tanaman
yang sakit untuk diinokulasikan ke media PDA dan diinkubasi 4x24 jam.
2. Gejala penyakit pada tanaman dapat dilihat secara morfologi dari
tanamannya, untuk cabai rawit (Capsicum frutescens) gejala yang timbul
yaitu busuk buah
3. Hasil isolasi dan identifikasi dari tanaman dengan berbagai karakter
makroskopis dan mikroskopis dan ditemukan pada bagian akar dan daun
yaitu Colletotrichum sp. dan pada bagiab batang yaitu Colletothricum
higgisianum.
4. Jenis – jenis mikroorganisme tanah yang didapatkan pada pengenceran
10-1 dan 10-2 yaitu nematoda.
B. Saran
Sebaiknya pada saat identifikasi lebih teliti lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad. 2004. Identifikasi dan Uji Patogenitas Penyebab Penyakit Hawar Daun
pada Saren. Jurnal Managemen Hutan Tropika. 10(1), pp. 67-75.
Cook, R. J. & K. F. Baker, 1983. The Nature and Practice of Biological Control of
Plant Pathogens. The American Phytopathological Society, St. Paul,
Minnesota. 539 p.
Dalmadiyo, G. 2004. Kajian interaksi infeksi nematoda puru akar (Meloidogyne
incognita) dengan bakteri Ralstonia solanacaerum pada tembakau
temanggung (Disertasi). Universitas Gajah Mada. Yokyakarta
Domsch K. H., W. Gams., T-H Anderson. 1980. Compendium Of Soil Fungi.
Volume1. Academic Press. London.
Garret, S. D. 1970. Toward biological control of soil-borne plant pathogens. In
Ecology of soil-borne plant pathogens prelude to biological control: An
International Symposium on Factor Detemining the Behavior of Plant
Pathogens in Soil. Held at the Universiy of California, Berkeley.
Hadiwiyono, 2008. Tanah supresif : terminologi, sejarah, karakteristik dan
mekanisme. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, 2(3), pp. 1-10.
Koike, S.T., Subbarao, K.V., David, R.M & Turini, T.A. 2003. Vegetable diseases
caused by soilborne pathogens. University of Calofornia. Division of
Agriculture and natural Resources
Mizana, D. K., Suharti, N. & Amir, A., 2016. Identifikasi Pertumbuhan Jamur
Aspergillus Sp pada Roti Tawar yang Dijual di Kota Padang Berdasarkan Suhu
dan Lama Penyimpanan. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2), pp. 355-360
Ownley, B.H., B.K. Duffy & Weller, D.M., 2003. Identification and manipulation of
soil properties to improve the biological contro performance of phenazine-
producing Pseudomonas fluorescens. Applid and Environmental
Microbiology 69(6), pp. 3333-3343.
Pleczar, M.J.Jr., &E.C.S Chan. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press.
Pracaya., 1999. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.
Prayudyaningsih, R., Nursyamsi, & Sari, R., 2015. Mikroorganisme tanah
bermanfaat pada rhizosfer tanaman umbi di bawah tegakan hutan rakyat
Sulawesi Selatan. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(4), pp. 954-959.
Purwantisari, S. & Hastuti, R. B., 2009. Isolasi dan identifikasi jamur Indigenus
rhizosfer tanaman kentang dari lahan pertanian kentang organik di Desa Pakis,
Magelang.
Sarabia, M., Cazares, S., Rodríguez, A. A., Mora, F., Abud, Y. C. & Larsen, J., 2018.
Plant Growth Promotion Traits Of Rhizosphere Yeasts and Their Response To
Soil Characteristics and Crop Cycle In Maize Agroecosystems. Rhizosphere, 6,
pp. 67-73.
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada
Univ Press.
Sudaryanto. 1998. Mikrobiologi Dasar. Gramedia, Jakarta
Sudirga, S.K., 2016. Isolasi dan Identifikasi Jamur Colletotrichum spp. Isolat PCS
Penyebab Penyakit Antraknosa pada Buah abai Besar (Capsicum annuum L.)
di Bali. Jurnal Metamorfosa, 3(2),pp. 23-30.