Anda di halaman 1dari 18

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR PATOGEN TULAR

TANAH

Nama : Dheasy Indriyani


NIM : B1A016021
Rombongan : II
Kelompok :2
Asisten : Chita Kusumawati

LAPORAN PRAKTIKUM PATOGEN TUMBUHAN TULAR TANAH

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Patogen tular tanah adalah kelompok mikroorganisme yang sebagian siklus
hidupnya berada di dalam tanah dan mempunyai kemampuan untuk menginfeksi dan
menimbulkan penyakit pada tanaman. Umumnya patogen tular tanah memiliki
kemampuan pemencaran dan bertahan dalam tanah dan hanya sedikit yang
mempunyai kemampuan membentuk spora udara sehingga dapat memencar ke areal
yang lebih luas (Garrett, 1970). Menurut Ownley et al (2003), perkembangan dan
populasi, penyebaran, daya tular serta daya tahan patogen tular tanah sangat di
pengaruhi oleh sifat-sifat tanah dimana patogen tersebut berada.
Tanah merupakan media tempat tumbuhnya tanaman. Tanah juga merupakan
habitat bagi berbagai organisme yang hidup di dalamnya. Tanaman dengan
organisme dalam tanah memiliki suatu hubungan saling ketergantungan yang sangat
erat. Oleh karena itu populasi organisme tanah ditentukan oleh kualitas vegetasi di
atasnya. Sebaliknya, aktivitas organisme dalam tanah juga akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya akan menentukan produktivitas lahan
tempat mereka hidup (Widyati, 2013).
Patogen tular tanah dapat berupa berbagai macam mikroorganisme seperti
bakteri, nematoda, cendawan dan lainnya yang dapat menyerang tanaman mulai dari
stadia awal sampai pada stadia tanaman telah berbunga atau menghasilkan serta
menimbulkan berbagai macam bentuk gejala serangan yang berbeda-beda pada
inangnya. Kerugian yang ditimbulka oleh patogen tular tanah juga dapat bervariasi
dari tidak terlalu merugikan atau ringan sampai mengakibatkan serangan berat
dimana tanaman tidak dapat berproduksi. Serangan patogen tanah umumnya akan
mengakibatkan gejala berupa busuk akar, perubahan warna pada jaringan, layu,
busuk pucuk atau mahkota atau bahkan matinya tanaman (Dalmadiyo, 2004).

B. Tujuan
Tujuan acara praktikum isolasi dan identifikasi mikroorganisme tanah di daerah
rhizosfer adalah:
1. Untuk mengetahui teknik isolasi jamur pathogen tular tanah pada tanaman.
2. Untuk mengetahui gejala penyakit pada tanaman.
3. Untuk mengetahui hasil isolasi dan identifikasi dari tanamn.
4. Untuk mengetahui jenis – jenis mikroorganisme tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Isolasi merupakan suatu cara dan usaha untuk memisahkan mikroorganisme


dari lingkungannya sehingga didapat biakan murni yang dilakukan di laboratorium.
Inokulasi merupakan pemindahan inokulum dari sumbernya ke dalam tanaman inang
atau ke dalam media pertumbuhan (Achmad, 2004). Prinsip dari isolasi mikroba
adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari
campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan
menumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni
sel yang tetap pada tempatnya (Sutedjo, 1996).
Peremajaan merupakan cara memindahkan atau memperbarui biakan mikroba
dari biakan lama ke medium tumbuh yang baru secara berkala, misalnya sebulan atau
dua bulan sekali. Teknik ini merupakan cara paling tradisional yang digunakan
peneliti untuk memelihara koleksi isolat mikroba di laboratorium. Peremajaan
dilakukan karena beberapa alasan, seperti media nutrisi habis, memerlukan sediaan
inokulum, dan untuk mendapatkan isolat tunggal (Sudaryanto, 1998).
Identifikasi adalah usaha mengelompokkan individu yang didapat dari hasil
isolasi dan purifikasi. Tujuan dari identifikasi adalah menentukan jenis jamur dengan
menggunakan sumber yang relevan (Sudaryanto, 1998). Identifikasi dilakukan
dengan pengamatan mikromorfologi dan makromorfologi. Pengamatan
makromorfologi dengan mengamati warna koloni pada medium agar. Pengamatan
mikroskopis meliputi konidia, konidiofor, vesikel, metula dan fialid. Hasil
pengamatan makromorfologi dan mikromorfologi digunakan untuk melakukan
identifikasi (Mizana et al., 2016).
Rhizosfer adalah tempat interaksi antara akar dan biota tanah berlangsung,
yang mengatur tanaman dan dinamika unsur hara tanah. Mikroorganisme rizosfer
memainkan peran penting dalam kesuburan tanah karena mereka terlibat dalam
siklus nutrisi seperti fosfor dan nitrogen, yang diperlukan untuk pertumbuhan
tanaman. Pertumbuhan tanaman mempromosikan sifat-sifat mikroorganisme tanah
termasuk fiksasi nitrogen oleh bakteri diazotropik dan pelarutan fosfat oleh bakteri
dan jamur (Sarabia et al., 2018).
Populasi mikroorganisme di rhizosfer umumnya lebih banyak dan beragam
dibandingkan pada tanah nonrhizosfer. Aktivitas mikroorganisme rhizosfer
dipengaruhi oleh eksudat yang dihasilkan oleh perakaran tanaman. Beberapa
mikroorganisme rhizosfer berperan dalam siklus hara dan proses pembentukan tanah,
pertumbuhan tanaman, mempengaruhi aktivitas mikroorganisme, serta sebagai
pengendali hayati terhadap patogen akar (Prayudyaningsih et al, 2015).
Sifat-sifat tanah yang berhubungan erat dengan pertumbuhan dan
perkembangan patogen tular tanah antara lain adalah temperatur, tekstur tanah,
kelembaban tanah, pH tanah, hara tanah serta keadaan bahan organik dalam tanah.
Umumnya perkembangan patogen tular tanah akan terhambat pada temperatur tanah
yang ekstem tinggi, karenanya solarisasi tanah sering digunakan untuk membebaskan
tanah dari berbagai patogen tular tanah (Elhottova et al, 2006). Pertumbuhan
mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan
fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang sesuai
untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan
pertumbuhan mikroba secara optimum. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam
persyaratan nutrisinya, tetapi menunjukkan respon yang menunjukkan respon yang
berbeda-beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba diperlukan suatu
kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai (Pelczar & Chan, 1986)
Jamur rhizosfer membantu pertumbuhan tanaman melalui berbagai
mekanisme seperti peningkatan penyerapan nutrisi, sebagai kontrol biologi terhadap
serangan patogen, dan juga menghasilkan hormon pertumbuhan bagi tanaman. Jamur
yang menempati rhizosfer tanaman dan menumpang pada tanaman sebagai simbion
dikenal sebagai jamur endomikoriza dan ektomikoriza. Hampir setiap jenis tanaman
memiliki jamur endofit yang jenisnya berbeda-beda, sehingga terdapat rentang
keanekaragaman hayati yang tinggi. Jamur endofit umumnya bersimbiosis
mutualisme dengan tanaman inangnya. Jamur ini memberi manfaat kepada tanaman
inang antara lain berupa peningkatan laju pertumbuhan, ketahanan terhadap serangan
hama, penyakit dan kekeringan. Di antara spesies-spesies jamur tanah, ada yang
menguntungkan tanaman dan ada yang berperan sebagai penyakit tanaman
(Purwantisari & Hastuti, 2009).
Tanah supresif merupakan tanah yang memiliki susunan dan aktifitas mikroba.
Tanah ini cocok atau kompatibel untuk mendukung perkembangan patogen namun
patogen justru tidak berkembang, apabila ptaogen berkembang maka patogen
tersebut tidak akan atau hanya menyebabkan sedikit penyakit bagi tanaman
(Hadiwiyono, 2008). Secara sederhana kesupresifan tanah supresif telah ditetapkan
menjadi sesuatu yang umum ataau spesifik karena adanya sifat antagonis yang
dilakukan mikroba pada tanah pada organisme patogen. Kesupresifan secara umum
tidak dapat dipindahkan, hanya dapat dikurangi dengan menyeterilkan tanah dan
meningkatkan aktivitas mikroba tanah secara keseluruhan (Semangun, 1996).
Berdasarkan mikroba yang berperan, tanah supresif dibedakan menjadi tanah
supresif terimbas mikrob setempat (resident) dan terimbas oleh mikrob eksogen yang
diintroduksikan untuk mengendalikan patogen tular tanah. Dalam praktik
pengimbasan supresivitas oleh mikrob setempat dapat dilakukan dengan
memanipulasi kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga menjadi sesuai untuk
perkembangan mikrob antagonis. Supresif terintroduksi dapat dilakukan dengan cara
menginfestasikan antagonis ke dalam tanah (Cook & Baker, 1983).
Penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal. misalnya penyakit
layu dapat disebabkan oleh bakteri ataupun jamur. Pengetahuan mengenai berbagai
jenis mikroorganisme yang menyebabkan penyakit sangat diperlukan, sehingga kita
bisa merencanakan bagaimana cara penanganan penyakit tersebut (Pracaya, 1999).
Gejala yang paling umum disebabkan oleh patogen tular tanah ini adalah busuk yang
mempengaruhi jaringan bawah tanaman termasuk busuknya biji, damping off atau
rebah kecambah dan busuk akar, dan layu jaringan karena adanya infeksi pada akar.
Beberapa patogen tular tanah dapat menyebabkan penyakit daun dengan gejala dan
kerusakan timbul pada bagian tanaman di atas tanah (Koike et al, 2003).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan adalah LAF, cawan petri, tabung reaksi,


mikropipet dan tip, jarum ose, bunsen, object glass, cover glass, batang Drugalsky,
mikroskop, pipet tetes, wrapper, scalpel, dan pinset.
Bahan-bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, medium PDA, akuades
steril, spirtus, sampel tanah dan tanaman sakit yaitu Cabai besar (Capsicum annum),
Cabai rawit (Capsicum frutescens), Kedelai (Glycin max) dan Terong (Solanum
melongena).
B. Metode

1. Isolasi Tanam Langsung


Tanaman yang terinfeksi penyakit disiapkan, kemudian bagian yang
terinfeksi (akar, batang, dan daun) dipotong dengan ukuran 1x1 cm. Sampel
kemudian dicuci dalam akuades, lalu dicuci dengan alkolhol 70% kemudian
dicuci kembali dengan akuades. Selanjutnya diinokulasi pada medium PDA
dan diinkubasi 4x24 jam.
2. Pengenceran Bertingkat
Sebanyak 1 gram sampel tanah ditimbang, kemudian dimasukkan ke
dalam 9 ml akuades dan dilakukan pengenceran bertingkat hingga 10-2.
Sampel di-plating ke dalam 2 cawan medium PDA masing-masing 0,1 ml
(Spread plate), lalu diinkubasi selama 4 x 24 jam pada suhu ruang.
3. Peremajaan
Isolat hasil isolasi diambil 2-3 plug dengan menggunakan jarum ose,
kemudian dipindahkan ke medium PDA lalu diinkubasi 3x24 jam.
4. Pengamatan Mikroorganisme tanah
Isolat hasil isolasi dibuat kotak dengan ukuran 1x1 cm, lalu diamati dan
difoto.
5. Identifikasi
Isolat hasil peremajaan diambil sebagian miseliumnya dan diletakkan di
tengah object glass, kemudian ditetesi akuades, dan ditutup dengan cover
glass. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop, lalu dibandingkan
dengan buku identifikasi jamur.
6. Pengamatan Organisme Tanah dari Suspensi
Tanah dari tanaman dekat perakaran diambil dan ditimbang 1 gram,
kemudian dimasukkan ke dalam 9 ml akuades dan dilakukan pengenceran
bertingkat hingga 10-5. Diambil 1-2 tetes dari masing-masing pengenceran
kedalam objek glass dan tutup dengan cover glass, lalu amati dibawah
mikroskop.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 4. 1. Identifikasi Gejala Penyakit Tanaman Rombongan II


Tanaman Karakter
No Kel/Romb Spesies
Berpenyakit Makroskopis Mikroskopis
1. 1/II Daun 1. Warna 1. Hifa
koloni : putih septat/aseptat
Warna sebalik Warna hifa :
koloni : orange Warna konidia :
Tekstur Bentuk konidia :
permukaan :
Fusarium sp.
seperti kapas
Tepi koloni :
irregular
Pola
penyebaran :
konsentris
Akar 1. Warna 2. Hifa
koloni : septat/aseptat
putih : aseptat
Warna sebalik Warna hifa :
koloni : putih putih
kekuningan Warna konidia :
Tekstur Hyalin Colletothricum
permukaan: Bentuk konidia : sp.
seperti kapas Bulat
Tepi koloni :
iregular
Pola
penyebaran :
konsentris
Buah 3. Warna 3.Hifa
koloni : hijau septat/aseptat :
kekuningan aseptat
Warna sebalik Warna hifa :
koloni : putih putih
kehijauan Warna konidia :
Tekstur Hyalin Colletothricum
permukaan: Bentuk konidia : sp.
seperti kapas Bulat
Tepi koloni :
rata
Pola
penyebaran :
konsentris
2. 2/1I Batang 3. Warna 1. Hifa Colletothricum
koloni : putih septat/aseptat higgisianum
kekuningan : aseeptat
Warna sebalik Warna hifa :
koloni : kuning hyalin
Tekstur Warna konidia :
permukaan: hyalin
seperi kapas Bentuk konidia :
Tepi koloni : bulan sabit
rata
Pola
penyebaran :
konsentris

Daun 2.Warna koloni 2.Hifa


: putih septat/aseptat :
Warna sebalik aseptat
koloni : putih Warna hifa
Tekstur :hyalin
permukaan : Warna konidia : Colletothricum
seperti kapas hyalin sp.
Tepi koloni : Bentuk konidia :
irregular bulan sabit
Pola
penyebaran :
konsentris
Akar 3.Warna koloni 3.Hifa
: putih septat/aseptat :
Warna sebalik aseptat
koloni : putih Warna hifa :
Tekstur hyalin
permukaan: Warna konidia : Colletothricum
kapas hyalin sp.
Tepi koloni : Bentuk konidia :
irreguler bulan sabit
Pola
penyebaran :
konsentris
3 3/II Batang 1. Warna 1. Hifa
koloni : putih septat/aseptat
Warna sebalik : aseptat
koloni : kuning Warna hifa :
Tekstur hyalin
permukaan: Warna konidia :
Rhizopus sp.
kapas hyalin
Tepi koloni : Bentuk konidia :
rata Bulat
Pola
penyebaran :
konsentris
Daun 2.Warna koloni 2. .Hifa
:putih septat/aseptat
Warna sebalik : aseptat
koloni : kuning Warna hifa :
Tekstur hyalin
permukaan: Warna konidia : Rhizopus sp
kapas hyalin
Tepi koloni : Bentuk konidia :
rata Bulat
Pola
penyebaran :
konsentris
Akar 3.Warna koloni 3. Hifa
: putih septat/aseptat
Warna sebalik : aseptat
koloni : kuning Warna hifa :
Tekstur hyalin
permukaan: Warna konidia :
Rhizopus sp
kapas hyalin
Tepi koloni : Bentuk konidia :
rata Bulat
Pola
penyebaran :
konsentris
4 4/II Daun 1. Warna 1. Hifa
koloni : putih septat/aseptat
Warna sebalik : Septat
koloni : putih Warna hifa :
Tekstur Hyalin
permukaan: Warna konidia :
Chalara sp.
seperti kapas Hyalin
Tepi koloni : Bentuk konidia :
Rata Bulat
Pola
penyebaran :
konsentris
batang 2.Warna koloni 2.Hifa
: hijau septat/aseptat :
Warna sebalik septat
koloni : hijau Warna hifa :
tua bening
Tekstur Warna konidia :
permukaan : hitam Humicola sp.
halus Bentuk konidia :
Tepi koloni : bulat
rata
Pola
penyebaran :
konsentris
Akar 3.Warna koloni 3.Hifa
: hujau septat/aseptat :
Warna sebalik septat
koloni : hijau Warna hifa :
tua bening
Tekstur Warna konidia :
permukaan:hal hitam Humicola sp.
us Bentuk konidia :
Tepi koloni : bulat
rata -
Pola
penyebaran :
konsentris
Tabel 4. 2. Hasil Pengamatan Deteksi Mikroorganisme Pada Media PDA
Rombongan II
No Kel/Romb Sampel Tanah Cawan 1 Cawan 2
1 1/II Cabai besar 2 bakteri, 1 jamur 2 bakteri, 3 jamur
2 2/II Cabai rawit 5 bakteri 2 bakteri
3 3/II Kedelai 2 jamur 2 jamur
4 4/II Terong 3 bakteri, 2 jamur 2 jamur , 2 bakteri

Tabel 4. 3. Hasil Pengamatan Deteksi Mikroorganisme Pada Suspensi Cair


Rombongan II
No Kel/Romb Pengenceran Jamur Bakteri Protozoa Nematoda
1 1/II 10-1 - - Ada -
10-2 - - - -
10-3 - - - -
10-4 - - - -
10-5 - - - -
2 2/II 10-1 - - - Ada
10-2 - - - Ada
10-3 - - - -
10-4 - - - -
10-5 - - - --
3 3/II 10-1 - - - Ada
10-2 - - - Ada
10-3 - - - Ada
10-4 - - - Ada
10-5 - - - Ada
4 4/II 10-1 - - Ada
10-2 - - - Ada
10-3 - - - Ada
10-4 - - - Ada
10-5 - - - Ada

Tabel 4. 4. Hasil Pengamatan Deteksi Mikroorganisme Pada Suspensi Cair


Tanah Kontrol Kelompok 2 Rombongan II
Pengenceran Jamur Bakteri Protozoa Nematoda
10-1 - - - Ada
10-2 - - - Ada
10-3 - - - -
10-4 - - - -
10-5 - - - -
Gambar 3.1. Hasil isolasi sampel cabai Gambar 3.2. Hasil isolasi mikroorganisme
rawit (Capsicum frutescens) tanah

Gambar 3.3. Hasil peremajaan sampel Gambar 3.4. Mikroskopis sampel batang
akar, batang dan daun cabai rawit (Capsicum
cabai rawit (Capsicum frutescens)
frutescens)

Gambar 3.5. Mikroskopis sampel daun Gambar 3.6. Mikroskopis sampel akar
cabai rawit (Capsicum cabai rawit (Capsicum
frutescens) frutescens)
Gambar 3.7. Organisme tanah Gambar 3.8. Organisme tanah
pengenceran 10-1 pengenceran 10-2
B. Pembahasan

Berdasarkan data pengamatan yang dicocokkan dengan buku identifikasi


dari Domsch, et al. (1980), spesies yang ditemukan pada bagian akar dan daun
yaitu Colletotrichum sp. dan pada bagian batang yaitu Colletothricum
higgisianum. Karakter makroskopis untuk bagian batang yaitu warna koloni
putih, kekuningan warna sebalik koloni kuning, tekstur permukaan seperi kapas,
tepi koloni rata, dan pola penyebaran konsentris, untuk bagian daun yaitu warna
koloni putih, warna sebalik koloni putih, tekstur permukaan seperi kapas, tepi
koloni tidak rata, dan pola penyebaran konsentris, sedangkan untuk bagian akar
warna koloni putih, warna sebalik koloni putih, tekstur permukaan seperi kapas,
tepi koloni rata, dan pola penyebaran konsentris. Karakter mikroskopis
Colletotrichum sp. yaitu hifa aseptat, warna hifa hyaline, warna konidia hyalin,
dan bentuk konidia bulan sabit. Hal tersebut sesuai dengan Sudirga (2016) yang
menyatakan bahwa jamur Colletotrichum sp. mempunyai bentuk spora seperti
bulan sabit, ujung spora runcing, ukuran spora 24,3 x 4,4 µm dengan kecepatan
tumbuh 9,8 mm per hari.
Menurut Yan et al., (2018) Colletotrichum merupakan genus ascomycota
besar yang terdiri lebih dari 190 spesies, banyak di antaranya menyebabkan
penyakit yang merusak pada sejumlah besar tanaman pertanian dan hortikultura
di seluruh dunia. Di antara spesies Colletotrichum, Colletotrichum higginsianum
digolongkan dalam clade phyogenetic utama dalam kompleks C. destructivum,
dan menyebabkan penyakit antraknosa pada berbagai macam tanaman silangan.
Sedangkan menurut Sudirga (2016) Jamur Colletotrichum spp. merupakan
jamur parasit fakultatif dari Ordo Melanconiales dengan ciri-ciri konidia (spora)
tersusun dalam aservulus (struktur aseksual pada jamur parasit). Jamur dari
Genus Colletotrichum termasuk dalam Class Deuteromycetes yang merupakan
fase anamorfik (bentuk aseksual), dan pada saat jamur tersebut dalam fase
telemorfik (bentuk seksual) masuk dalam Class Ascomycetes yang dikenal
dengan jamur dalam Genus Glomerella.
Sedangkan pada deteksi mikroorganisme didapatkan kelompok 2 yaitu 5
bakteri pada cawan pertama dan 2 bakteri pada cawan kedua. Pada pengenceran
bertingkat kelompok 2 mendapatkan nematoda pada pengenceran 10-1 dan
nematoda pada pengenceran 10-2 .
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang didapatkan bahwa :
1. Teknik isolasi jamur pathogen tular tanah menggunakan bagian tanaman
yang sakit untuk diinokulasikan ke media PDA dan diinkubasi 4x24 jam.
2. Gejala penyakit pada tanaman dapat dilihat secara morfologi dari
tanamannya, untuk cabai rawit (Capsicum frutescens) gejala yang timbul
yaitu busuk buah
3. Hasil isolasi dan identifikasi dari tanaman dengan berbagai karakter
makroskopis dan mikroskopis dan ditemukan pada bagian akar dan daun
yaitu Colletotrichum sp. dan pada bagiab batang yaitu Colletothricum
higgisianum.
4. Jenis – jenis mikroorganisme tanah yang didapatkan pada pengenceran
10-1 dan 10-2 yaitu nematoda.
B. Saran
Sebaiknya pada saat identifikasi lebih teliti lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad. 2004. Identifikasi dan Uji Patogenitas Penyebab Penyakit Hawar Daun
pada Saren. Jurnal Managemen Hutan Tropika. 10(1), pp. 67-75.
Cook, R. J. & K. F. Baker, 1983. The Nature and Practice of Biological Control of
Plant Pathogens. The American Phytopathological Society, St. Paul,
Minnesota. 539 p.
Dalmadiyo, G. 2004. Kajian interaksi infeksi nematoda puru akar (Meloidogyne
incognita) dengan bakteri Ralstonia solanacaerum pada tembakau
temanggung (Disertasi). Universitas Gajah Mada. Yokyakarta
Domsch K. H., W. Gams., T-H Anderson. 1980. Compendium Of Soil Fungi.
Volume1. Academic Press. London.
Garret, S. D. 1970. Toward biological control of soil-borne plant pathogens. In
Ecology of soil-borne plant pathogens prelude to biological control: An
International Symposium on Factor Detemining the Behavior of Plant
Pathogens in Soil. Held at the Universiy of California, Berkeley.
Hadiwiyono, 2008. Tanah supresif : terminologi, sejarah, karakteristik dan
mekanisme. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, 2(3), pp. 1-10.
Koike, S.T., Subbarao, K.V., David, R.M & Turini, T.A. 2003. Vegetable diseases
caused by soilborne pathogens. University of Calofornia. Division of
Agriculture and natural Resources
Mizana, D. K., Suharti, N. & Amir, A., 2016. Identifikasi Pertumbuhan Jamur
Aspergillus Sp pada Roti Tawar yang Dijual di Kota Padang Berdasarkan Suhu
dan Lama Penyimpanan. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2), pp. 355-360
Ownley, B.H., B.K. Duffy & Weller, D.M., 2003. Identification and manipulation of
soil properties to improve the biological contro performance of phenazine-
producing Pseudomonas fluorescens. Applid and Environmental
Microbiology 69(6), pp. 3333-3343.
Pleczar, M.J.Jr., &E.C.S Chan. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press.
Pracaya., 1999. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.
Prayudyaningsih, R., Nursyamsi, & Sari, R., 2015. Mikroorganisme tanah
bermanfaat pada rhizosfer tanaman umbi di bawah tegakan hutan rakyat
Sulawesi Selatan. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(4), pp. 954-959.
Purwantisari, S. & Hastuti, R. B., 2009. Isolasi dan identifikasi jamur Indigenus
rhizosfer tanaman kentang dari lahan pertanian kentang organik di Desa Pakis,
Magelang.
Sarabia, M., Cazares, S., Rodríguez, A. A., Mora, F., Abud, Y. C. & Larsen, J., 2018.
Plant Growth Promotion Traits Of Rhizosphere Yeasts and Their Response To
Soil Characteristics and Crop Cycle In Maize Agroecosystems. Rhizosphere, 6,
pp. 67-73.
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada
Univ Press.
Sudaryanto. 1998. Mikrobiologi Dasar. Gramedia, Jakarta
Sudirga, S.K., 2016. Isolasi dan Identifikasi Jamur Colletotrichum spp. Isolat PCS
Penyebab Penyakit Antraknosa pada Buah abai Besar (Capsicum annuum L.)
di Bali. Jurnal Metamorfosa, 3(2),pp. 23-30.

Sutedjo, M. 1996. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta, Jakarta.


Widyati, E., 2013. Pentingnya Keragaman Fungsional Organisme Tanah Terhadap
Produktivitas Lahan. Tekno Hutan Tanaman, 6(1), pp.29-37.
Yan, Y., Yuan, Q., Tang, J., Huang, J., Hsiang, T., Wei, Y., & Zheng, L., 2018.
Colletotrichum higginsianum as aModel for Understanding Host–Pathogen
Interactions. Molecular Sciences. 19(2), pp. 2-18.

Anda mungkin juga menyukai