Anda di halaman 1dari 6

AZOTOBACTER SANG

PENAMBAT NITROGEN

Bakteri Azotobacter adalah species rizobakteri yang dikenal sebagai agen penambat nitrogen
yang mengkonversi dinitrogen (N2) ke dalam bentuk ammonium (NH3), yang mampu
menambat nitrogen dalam jumlah yang cukup tinggi. Pada medium yang sesuai, Azotobacter
mampu menambat 10-20 mg nitrogen/g gula (Wedhastri,2002).

Azotobacter diketahui pula mampu mensintesis substansi yang secara biologis aktif dapat
meningkatkan perkecambahan biji, tegakan dan pertumbuhan tanaman seperti vitamin B,
asam indol asetat, giberelin, dan sitokinin (Wedhastri, 2002; Ahmad et al., 2005; Husen,
2003; Adiwiganda et al.,2006). Selain itu, Azotobacter juga memiliki kemampuan dalam
metabolisme senyawa fenol , halogen, hidrokarbon, dan juga berbagai jenis pestisida (Munir,
2006).

Bakteri Azotobacter yang diaplikasikan pada tanah pertanian akan terus mempersubur tanah
karena bakteri tersebut akan semakin banyak jumlahnya di dalam tanah dan terus bekerja
memfiksasi nitrogen, dan menaikkan biomassa tanaman pertanian (Hindersah & Simarmata,
2004).

Fungsi azotobacter untuk pertanian dan perkebunan menghasilkan hormon pertumbuhan dan
mengurangi serangan hama. Bakteri dari famili Azotobacteraceae merupakan sebagian besar
dari bakteri pemfiksasi nitrogen yang hidup bebas. Azotobacter yang diinokulasi dari tanah
atau biji dengan Azotobacter efektif meningkatkan hasil tanaman budidaya pada tanah yang
dipupuk dengan kandungan bahan organik yang cukup. Azotobacter juga diketahui mampu
mensintesis substansi yang secara biologis aktif seperti vitamin-vitamin B, asam indol asetat,
dan giberelin dalam kultur murni. Organisme ini memiliki sifat dapat menghambat
pertumbuhan jamur (fungistatik) bahkan jamur tertentu yang sangat patogen seperti
Alternaria dan Fusarium. Sifat Azotobacter ini dapat menjelaskan pengaruh menguntungkan
yang dapat diamati pada bakteri ini dalam meningkatkan tingkat perkecambahan biji,
pertumbuhan tanaman, tegakan tanaman, dan pertumbuhan vegetatif. Beberapa eksperimen
yang dilaksanakan di daerah beriklim sedang di dunia menunjukkan bahwa fiksasi nitrogen
pada tanah yang diinokulasi dengan Azotobacter tidak akan lebih dari 10 sampai 15 kg
N/ha/tahun, tergantung tersedianya sumber karbon (Rao, 1986). Bakteri ini juga memiliki
potensi mengekskresikan berbagai senyawa eksopolisakarida (EPS) dan asam lemak
(Suryatmana et al., 2006). Eksopolisakarida dapat berfungsi sebagai biosurfaktan yang dapat
meningkatkan biodegradasi limbah minyak bumi (Iwabuchi et al., 2002). Sedangkan Vater et
al. (2002) menyatakan bahwa asam lemak berfungsi sebagai biosurfaktan karena merupakan
senyawa amfifatik yang memiliki gugus liofobik dan liofilik. Sel Azotobacter berukuran
besar dengan bentuk batang, banyak isolat hampir seukuran khamir, dengan diameter 2-4 μm
atau lebih, biasanya polimorfik. Pada media yang mengandung karbohidrat, kapsul tambahan
atau lapisan lendir diproduksi oleh bakteri pengikat nitrogen yang hidup bebas ini. Meskipun
Azotobacter adalah bakteri aerob obligat, enzim nitrogenase yang dimilikinya yaitu enzim
yang mengkatalisis pengikatan N2¬, bersifat sensitif terhadap O2. Sehingga diduga bahwa
karakteristik Azotobacter yang mempunyai kapsul lendir yang tebal membantu melindungi
enzim nitrogenase dari O2. Azotobacter dapat tumbuh pada berbagai macam jenis
karbohidrat, alkohol, dan asam organik. Metabolisme senyawa karbon teroksidasi sempurna,
sedangkan asam atau produk fermentasi yang lain jarang dihasilkan. Semua anggota dapat
mengikat nitrogen tetapi pertumbuhan dapat juga terjadi pada media dengan senyawa
nitrogen sederhana seperti amoniak, urea, dan nitrat. Azotobacter dapat membentuk struktur
sel istirahat yang disebut kista. Seperti halnya bakteri berendospora, kista Azotobacter
resisten terhadap proses pengeringan, penghancuran mekanik, ultraviolet, dan radiasi.
Namun, tidak seperti endospora, kista Azotobacter tidak resisten terhadap panas dan tidak
mengalami dormansi secara lengkap (Madigan et al., 2000). Azotobacter merupakan bakteri
Gram negatif. Jenis azotobacter diantaranya Azotobacter chlorococcum dan Azotobacter
vinelandi.

Daftar Pustaka
Wedhastri, S (2002).”Isolasi dan seleksi Azotobacter spp.Penghasil Faktor Tumbuh dan
Penambat Nitrogen dari Tanah Masam”.Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan . 3, (1), 45-51.
Belewu, M.W & Musa, A.K (2003).Effect of Selected Azotobacter Bacterial Strains on the
Enrichment of Cassava Waste During Sold State Fermentation. Nigeria : University of Ilorin.
Vol 6(1), 7 halaman.
Hindersah, R & T. Simarmata (2004).”Potensi Rizobakteri Azotobacter dalam Meningkatkan
Kesehatan Tanah”. Jurnal Natur Indonesia. 5, (2), 127-133.
Husen, E.(2003).Screening of Soil Bacteria for Plant Growth Promotion Activities In Vitro.
Indonesian Journal of Agricultural science.4(1) 2003: 27-31.
Munir, E (2006). Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian Lingkungan. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Kamis, 26 Desember 2013

Azotobacter Sebagai Bakteri


Pengambat N2 yang Non Simbios

Bakteri ! hampir setipa orang ketika mengdengar kata bakteri langsung berfikir bahwa bakteri
merupakan organisme kecil yang sangat merugikan. Mungkin mereka berpandangan seperti itu
karena sering melihat dari sisi kerugiannya saja. Sebenarnya apa yang mereka pikirkan tidak seperti
itu, ternyata bakteri juga memiliki banyak manfaat. Salah satunya adalah bakteri yang menambat
nitrogen, yaitu Azotobacter. Bagaimana bakteri Azotobacter berperan dalam penambatan nitrogen ?
mari bersama-sama kita bahas bersama. ^.^
Sebelum kita lanjutkan sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu penambatan
nitrogen. Penambatan nitrogen merupakan proses yang menyebabkan nitrogen bebas digabungkan
secara kimia dengan unsur lain (Wedhastri, 2002). Perlu kita ketahui, bahwa jumlah nitrogen di
atmosfer lebih dari 80%. Bahkan dengan satuan luas satu acre (0,46 ha) diperkirakan tanah
mengandung kurang lebih 30.000 ton nitrogen bebas (Jeneng, 1998). Dengan banyaknya jumlah
nitrogen seperti tidak ada tumbuhan eukaryotik yang mampu menggunakan secara langsung
sehingga nitrogen harus berikatan dengan unsur lain seperti halnya hidrogen sehingga akan
membentuk persenyawaan. Dan untuk mengikat nitrogen tentu saja adanya campur tangan jasad
mikro penambat nitrogen. Ada dua jenis jasad mikro yaitu nonsimbiotik dan simbiotik. Namun dalam
hal ini kita akan lebih mendalami tentang jenis jasad mikro yang nonsimbiotik. Bakteri yang dapat
mengikat nitrogen nonsimbiotik adalah bakteri Azotobacter.

Azotobacter merupakan bakteri gram-negatif aerob nonsimbiotik yang berfungsi sebagai


pengikat N bebas sehingga bakteri ini mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah
dalam meningkatkan kesuburan tanah (Supriyadi,2009). .Azotobacter memiliki ukuran dan bentuk
yang berbeda-beda. Ukuran bakteri Azotobacter ini berkisar dari 2-10x1-2,5. Bentuk sel Azotobacter
biasanya berbentuk batang pendek, batang, dan oval serta bentuk yang lain yang bermacam-macam.
Dengan bentuk sel yang bermacam-macam seperti ini, bakteri Azotobacter dikenal sebagai dengan
bentuk sel pleomorfik. Menurut (Hans, 1994) ada beberapa jenis bakteri Azotobacter penting,
diantaranya A.Chroococcum, A.agilis, A.paspali dan A.vinelandii. Untuk dapat menemukannya
bakteri Azotobacter ini dapat kita temukan pada tempat dengan jenis tanah yang netral sampai
dengan tanah yang basa, air dan beberapa tanaman. Si habitat tanah biasanya banyak ditemukan
spepise A. Chroococcum. Untuk pertumbuhannya Azotobacter biasanya menggunakan gula, asam
organik, dan asam lemak.

Ternyata dengan kemampuannya menambat nitrogen, bakteri Azotobacter ini dikenal sebagai
agen penambat nitrogen yang mengkonversi dinitrogen (N 2) ke dalam bentuk (NH3) melalui reduksi
elektron dan protonisasi gas dinitrogen. Dan dalam kemampuannya menambat nitrogen bakteri
Azotobacter termasuk bakteri yang dapat menambat nitrogen dalam jumlah yang cukup tinggi.
Menurut (Hans, 1995) bakteri Azotobacter mampu menambat kurang lebih 20 mg nitrogen/g gula.
Ketika menambat nitrogen ada enzim yang bertanggung jawab yaitu nitrogenase. Bakteri
Azotobacter memiliki struktur nitrogenase yang unik, mengapa unik karena pada Azotobacter
memiliki struktur nitrogenase yang terdiri dari 3 kompleks protein, yaitu nitrogenase I (Molybdenum
nitrogenase), nitrogenase II (Vanidium nitrogenase), dan nitrogenase III (Ferrum nitrogenase)
(Tjahjadi,2007). Padahal pada umumnya bakteri itu memiliki struktur nitrogenase yang terdiri 2
kompleks protein. Maka dari itu Azotobacter dikatakan unik pada struktur nitrogenasenya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi bakteri Azotobacter dalam penambatan nitrogen adalah faktor
lingkungan, terutama ciri kimia dan fisika habitatnya. Faktor-faktor tersebut meliputi ketersediaan
senyawa nitrogen, kesediaan nutrien anorganik, pH, dan suhu. Reaksi tambatan nitrogen sebagai
berikut (Tjahjadi, 2007) :

4e- + 0,5 N2 + 4 H+ 8 ATP NH3 + 0,5 H2 + 8 ADP + 8Pi

Azotobacter adalah mikroba yang melakukan tambatan nitrogen secara aerob. Azotobacter
melindungi nitrgenasenya dari serangan oksigen dengan cara mempercepat respirasi aerob, sehingga
kadar oksigen sitoplasma menjadi rendah.

Referensi :

Schlegel, Hans G. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta : UGM Press. 1994

Tarigan, Jeneng. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998

Purwoko, Tjahjadi. Fisiologi Mikroba. Jakarta: Bumi Aksara. 2007

Wedhastri. Isolasi dan seleksi Azotobacter spp. Penghasil Faktor Tumbuh dan Penambat Nitrogen dari
Tanah Masam. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan.2002

Supriyadi, M. Pengaruh Pupuk Kandang Dan NPK Terhadap Populasi Bakteri Azotobacter Dan Budidaya
Cabai (Capsicum Annum). (www.biosains.mipa.uns.ac.id). 2009. Diakses pada tanggal 26 Desember
2013 pukul 13.00 WIB

Diposkan oleh Shaila Mauludia di 04.55


Diposkan oleh Sigatoka Label: Seputar Tanaman

Azotobacter adalah species rizobacteri yang telah dikenal sebagai agen biologis pemfiksasi
nitrogen yang mengkonversi dinitrogen ke amonium melalui reduksi elektron dan protonisasi
gas dinitrogen. Unsur hara yang membatasi produktivitas tanaman adalah nitrogen sehingga
pupuk nitrogen selalu ditambahkan sebagai input dalam produksi tanaman. Untuk
menghindari penurunan kesehatan tanaman akibat adanya input bahan kimia diperlukan input
biologis berupa rizobakteri.

Penambahan atau inokulasi Azotobacter dengan tujuan untuk meningkatkan ketersediaan


nitrogen dalam tanah sudah sering dilakukan namun dengan hasil yang bervariasi, bahkan
kadang - kadang tidak meningkatkan hasil tanaman. Kondisi tersebut sangatlah logis
mengingat kontribusi rizobakteri hidup bebas terhadap nitrogen tanah hanya sekitar 15 kg
N/ha/tahun yang jauh lebih rendah dari pada kontribusi bakteri pemfiksasi nitrogen yang
bersimbiosis yang mencapai 24-584 kg N/ha/tahun (Shantharam & Mattoo 1997).

Namun demikian, upaya mempertahankan kesehatan tanah dan sekaligus produktivitas


tanaman dengan inokulasi Azotobacter perlu dilakukan, karena rizobakteri ini berperan
sebagai agen peningkat pertumbuhan tanaman melalui produksi fitohormon yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu input rizobakteri dalam suatu sistem pertanian sejalan
dalam konsep Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism, CDM)
yang penting diupayakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan serapan
karbon (carbon sequestration) sehingga karbon berada dalam bentuk yang lebih stabil
(Murdiyarso 2003).

Fikasasi Nitrogen Biologis


Salah satu inokulan bakteri yang penting untuk meningkatkan ketersediaan nitrogen tanah
dan peningkatan hasil adalah Azotobacter. Kemampuan Azotobacter dalam memfikasasi N2
telah diketahui pertama kali oleh Beijerinck pada tahun 1901. Namun demikian peningkatan
hasil ini tidak konsisten jika dibandingkan dengan rendahnya kapasitas fiksasi bakteri
pemfiksasi nitrogen non simbisois. Karena itu diduga terdapat faktor lain yang berperan
dalam pengendalian pertumbuhan tanaman seperti produksi fitohormon, pemutusan siklus
hama dan penyakit melalui perubahan karakteristik mikroba, fisik, atau kimia tanah, atau
melalui peningkatan aktifitas makrofauna tanah seperti cacing tanah (Peoples et al, 1995).
Secara umum, fiksasi nitrogen biologis sebagai bagian dari input nitrogen untuk pertumbuhan
tanaman yang telah menurun akibat pemupukan anorganik yang terus menerus.

Sejumlah kajian mengindikasikan bahwa Azotobacter merupakan rizobakteri yang selalu


terdapat di tanaman serealia seperti jagung dan gandum (Abbass & Okon 1993a; Abbass &
Okon 1993,b; Hindersah et al, 2000; Hindersah et al, 2003a) maupun sayuran (Hindersah &
Setiawati 1997; Hindersah et al, 2003b). Dengan demikian akan terjadi sistem asosiatif yang
intensif seperti yang diperlihatkan strain Azotobacter dan Herbaspirillium dengan tebu dan
Azospirillium dengan gandum (Kennedy et al, 1997).

Asosiasi ini dirasakan penting mengingat nitrogen adalah unsur hara makro esensial dan
dilain pihak produksi tanaman di Indonesia akan tergantung dari input nitrogen karena pada
umumnya tanah di Indonesia hanya mengandung sedikit nitrogen. Pupuk nitrogen akan tetap
berperan penting dalam peningkatan produksi tanaman, namun demikian penggunaannya
harus diatur untuk menjamin produktifitas, stabilitas, dan keberlanjutan ekosistem pertanian.
Oleh karena itu inokulasi rizobakteri Azotobacter selayaknya dijadikan salah satu faktor dari
managemen nitrogen dalam suatu sistem tanam sehingga akan bersifat sinergis dengan input
nitrogen lainnya seperti pupuk dan bahan organik yang selanjutnya dapat menjamin
kesehatan tanah.
(Reginawanti Hindersah, Tualar Simarmata).

Anda mungkin juga menyukai