Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Nitrogen merupakan unsur hara yang penting hubungannya dengan
pertumbuhan tanaman. Unsur ini dijumpai dalam jumlah besar di dalam
bagian muda tanaman, terutama terakumulasi pada daun dan biji. Nitrogen
merupakan penyusun setiap sel hidup, karenanya terdapat pada seluruh bagian
tanaman. Tanaman memerlukan suplai nitrogen pada semua tingkat
pertumbuhan, terutama pada awal pertumbuhan, sehingga adanya sumber N yang
murah akan sangat membantu mengurangi biaya produksi. Sebagai contoh untuk
menghasilkan 1 kg biji kedelai, tanaman menyerap 70-80 g N dari dalam tanah
(Pasaribu et al. dalam Amriadi, 2007).
Nitrogen sebagai salah satu unsur hara makro yang penting dapat
merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan dan diperlukan untuk
membentuk senyawa penting di dalam sel, termasuk protein, DNA dan RNA.
Tanaman harus mengekstraksi kebutuhan nitrogennya dari dalam tanah. Namun,
sumber nitrogen yang terdapat dalam tanah, makin lama makin tidak mencukupi
kebutuhan tanaman. Sementara gas nitrogen sebanyak 80% yang berada di udara
dalam bentuk N2 tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara
langsung, sehingga perlu diberikan penambahan pupuk yang merupakan sumber
nitrogen untuk meningkatkan produksi.
Penambatan nitrogen secara non-simbiotik hanya dilakukan oleh kelompok
mikrob yang terbatas yang umumnya termasuk kelompok bakteri dan alga biru
hijau (Blue Green Algea, sering disingkat sebagai BGA atau sering juga
dinamakan sianobakteri/cyanobacteria). Bakteri penambat nitrogen secara non-
simbiotik di klasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu (1) aerob, (2)
anaerob, dan (3) fakultatif anaerob. Diantara bakteri yang bermanfaat, Rhizobium
yang paling banyak digunakan untuk pupuk hayati. Koloni Rizobium bersimbiosis
dengan akar tanaman legum membentuk bintil akar yang berperanan dalam
penyematan nitrogen. Rhizobium yang bersimbiosis dengan akar legum mampu
menyemat nitrogen 100-300 kg N / ha dalam satu musim tanam dan
meninggalkan sejumlah N untuk tanaman berikutnya. Permasalahn yang perlu

1
diperhatikan sangan dipengaruhi oleh jumlah bakteri Rhizobium yang
ditambahkan dan jenis tanaman legum.
Terdapat jenis bakteri di alam yang memiliki kemampuan
menambat nitrogen (N) yang selanjutnya diubah menjadi bentuk yang tersedia
bagi tanaman. Bakteri tersebut ada yang hidup bebas (non simbiotik) dan ada
yang hidup bersimbiosis dengan tanaman. Saat ini mikroorganisme yang banyak
dimanfaatkan untuk pupuk hayati diantarnya Rhizobium, Azospirillum dan
Azotobacter.
Penggunaan pupuk hayati bertujuan untuk meningkatkan jumlah
mikroorganisme dan mempercepat proses mikrobiologis untuk meningkatkan
ketersediaan hara, sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Mikroorganisme
tersebut bermanfaat untuk mengaktifkan serapan hara oleh tanaman, menekan
soil-borne disease, mempercepat proses pengomposan, memperbaiki struktur
tanah, dan menghasilkan substansi aktif yang dapat meningkatkan pertumbuhan
dan produksi tanaman untuk pertanian yang berkelanjutan.
1. 2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat ditarik dari latar belakang di atas adalah :
1. Bagaimanakah peranan bakteri penambat N non simbiotik sebagai pupuk
hayati?
2. Bagaimanakah faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas mikroorganisme
penambat N non simbiotik?
3. Bagaimanakah peranan bakteri penambat N non simbiotik bagi tanaman?
1. 3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui peranan bakteri penambat N non simbiotik sebagai pupuk
hayati.
2. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas
mikroorganisme penambat N non simbiotik.
3. Dapat mengetahui peranan bakteri penambat N non simbiotik bagi tanaman.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manfaat Nitrogen Bagi Tanaman


Menurut Alfiah (2009) dalam Ramdana et al (2015), secara garis besar,
komposisi atmosfer alami tersusun oleh 78 % nitrogen, 21 % oksigen, 1 % argon,
dan gas-gas ainnya. Keberadaan dari masing-masing gas tersebut merupakan
sumber hara bagi makhluk hidup bumi. Secara detil, gas-gas penyusun atmosfer
bumi dapat dilihat pada Tabel 1.
Gas Konsentrasi % volume
Nitrogen (N2) 78,8
Oksigen (O2) 20,95
Argon(Ar) 0,93
Karbon (CO2) 0,032
Neon (Ne) 0,0018
Helium (He) 0,00052
Metan (CH4) 0,00052
Kripton (Kr) 0,0001
Hidrogen (H2) 0,00005
Enitrogen Oksida (N2O) 0,00002
Karbon Monoksida (CO) 0,00001
Xenon (Xe) 0,000008
Ozon (O3) 0,000002
Amonia (NH3) 0,0000006
Nitrogen Dioksida (NO2) 0,0000001
Nitrogen Monoksida (NO) 0,00000006
Sulfur (SO2) 0,00000002
Hidrogen Sulfida (H2S) 0,00000002
Tabel 1. Komposisi gas atmosfer
Tanaman memerlukan unsur hara untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua)
bagian yaitu (1) makronutrien / unsur hara pokok yang terdiri dari unsur-unsur C,

3
H, O, P, K, N, S, Ca, Fe, dan Mg; (2) mikronutrien/unsur hara pelengkap yang
terdiri dari unsur-unsur Mn, B, Cu, Zn, Cl, dan Mo. Nitrogen merupakan unsur hara
esensial bagi tanaman, namun unsur ini cepat hilang dalam tanah baik melalui
volatilisasi/penguapan, nitrifikasi, denitrifikasi maupun hanyut (tercuci) bersama
air, dan erosi (Ashari, 2006).
Nitrogen adalah unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting di
dalam sel, termasuk protein, DNA dan RNA. Tanaman harus mengekstraksi
kebutuhan nitrogennya dari dalam tanah. Sumber nitrogen yang terdapat dalam
tanah, makin lama makin tidak mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga perlu
diberikan pupuk sintetik yang merupakan sumber nitrogen untuk mempertinggi
produksi. Keinginan menaikkan produksi tanaman untuk mencukupi kebutuhan
pangan, berakibat diperlukannya pupuk dalam jumlah yang banyak. Industri pupuk
yang ada belum dapat memenuhi kebutuhan pupuk yang semakin meningkat. Untuk
itu perlu dicari pupuk nitrogen alternatif dan rekayasa gen hijau yang kelihatannya
dapat memberikan harapan untuk memenuhi kebutuhan pupuk di masa yang akan
datang (Dewi, 2007 dalam Ramdana et al, 2015).
2.2. Bakteri Penamambat N non-simbiotik
Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak memiliki
selubung inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki informasi genetik
berupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam tempat khusus ( nukleus ) dan tidak ada
membran inti. Bakteri penambat nitrogen non-simbiosis yaitu mikroorganisme yang
sanggup mengubah molekul nitrogen menjadi amonium tanpa bergantung pada
organisme lain.
Penambat Nitrogen non-simbiotik: -Azotobacter, hidup di rhizosfer tanaman
di lahan kering -Clostridium, hidup di tanah tergenang/ tanah sawah -Azospirillum,
hidup di permukaan / dalam akar -Cyanobacteria, BGA, hidup di tanah tergenang
/tanah sawah. Kandungan bahan organic yang tinggi, memungkinkan adanya
aktivitas mikrob tanah dalam daur unsur organik yang penting untuk kehidupan
seperti daur nitrogen. Bakteri penambat nitrogen (N) non simbiotik termasuk
kelompok rhizobakteria yang berperan dalam penyediaan unsur N bagi tanaman.
(Rahel, et al 2014).

4
Penambatan nitrogen secara hayati yang non simbiotik dilakukan oleh jasad
mikro yang hidup bebas. Enterobacteriaceae, Bacillus, Azotobacter, Azospirillum,
dan Herbaspirillum telah terbukti mampu melakukan fiksasi N 2 (James and
Olivares, 1997). Di samping itu, Azotobacter merupakan bakteri fiksasi N2 yang
mampu menghasilkan substansi zat pemacu tumbuh giberelin dan sitokinin
sehingga dapat memacu pertumbuhan akar (Alexander, 1977).
Untuk terjadinya proses penambatan nitrogen menurut Hamdi (1982) dalam
Nana (2010), dibutuhkan beberapa syarat yaitu : (1) adanya enzim nitrogense; (2)
ketersediaan sumber energy dalam bentuk ATP; (3) adanya sumber penurun
potensial dari elektron; (4) adanya sistem perlindungan enzim nitrogenase dari
inaktivasi oleh oksigen; dan (5) pemindahan yang cepat nitrogen hasil tambatan
dari tempat penambatan nitrogen untuk mencegah terhambatanya enzim
nitrogenase. Uraian selanjutnya akan ditekankan pada proses biokimia penambatan
nitrogen secara non simbiois baik yang aerobik maupun anaerobik.
2. 3. Mekanisme Biokimia Dari Proses Penambatan Nitrogen
Penambatan nitrogen secara biologis dan secara kimiawi mengubah gas
dinitrogen (N2) menjadi amonia dengan katalis enzim nitrogenase (Saika dan Jain,
2007). Enzim yang berperan penting dalam penambatan nitrogen adalah
nitrogenase yang terdapat dalam sel bakteri penambat nitrogen. Nitrogenase
disusun oleh dua komponen yang saling menunjang yaitu protein Fe (komponen I)
dan protein Mo-Fe (komponen II) (Hamdi, 1982). Protein Fe berukuran lebih kecil
dari komponen II dan mempunyai dua sub-unit serupa berukuran masing-masing 30
sampai dengan 72 kDa, tergantung pada organisma. Setiap subunit berisi satu
kluster besi-belerang (4 Fe dan 4 S2–) yang turut ambil bagian dalam reaksi redox
terlibat dalam konversi N2 menjadi NH3.
Proses fiksasi N2 dengan adanya enzim nitrogenase terjadi sebagai berikut:
(1) energi ATP dan elektron feredoksin mereduksi protein Fe menjadi reduktan, (2)
reduktan itu mereduksi protein MoFe yang kemudian mereduksi N2 menjadi NH3
dengan hasil sampingan berupa gas H2, dan (3) bersamaan dengan itu terjadi
reduksi asetilen menjadi etilen yang dapat digunakan sebagai indikator proses
fiksasi N2 secara biologis (Marschner, 1986; Buchanan et. al., 2000).

5
Enzim nitrogenase menjadi tidak aktif jika tekanan oksigen tinggi, oleh
karena itu beberapa bakteri non simbiotik melakukan proteksi enzim nitrogenase
terhadap oksigen dengan berbagai cara tergantung jenis mikrobanya. Pada bakteri
non simbiotik anaerob, oksigen tidak menjadi masalah. Lingkungan hidup bakteri
tersebut pada daerah yang rendah kadar oksigennya.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3. 1. Peranan Bakteri penamambat N non-simbiotik


Di atmosfer nitrogen dalam bentuk molekul dan gas dinitrogen (N2) sangat
berlimpah sekitar 80% dari total gas atmosfer, namun tidak dapat langsung
digunakan untuk proses metaboilsme oleh tanaman tingkat tinggi atau binatang.
Bentuk nitrogen yang dapat diambil oleh tanaman dari tanah adalah nitrat (NO3-)
dan amonium (NH4+) (Barber, 1984; Tisdale et al., 1985 dalam Nana, 2010).
Kedua bentuk nitrogen tersebut sebagian besar berasal dari pupuk dan
penambatan nitrogen udara oleh mikroba tanah. Penambat N dapat ditambahkan
dengan penggunaan pupuk hayati yang didalamnya terdapat bakteri penambat N.
Pupuk hayati berasal dari jasad hidup kelompok fungsional mikroba tanah
yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah sehingga dapat tersedia
bagi tanaman. Mikroba tanah mempunyai peranan dalam berbagai proses, seperti
dekomposisi bahan organik, mineralisasi senyawa organik, fiksasi hara, pelarut
hara, nitrifikasi dan denitrifikasi. Berbagai jenis mikroba mempunyai fungsi dan
keefektifan yang berbeda-beda. Terdapat kelompok bakteri penambat N yang
simbiotik maupun nonsimbiotik. (Saraswati, 2008 dalam Lusi et al, 2016).
Kandungan nitrogen didalam tanah berhubungan dengan fiksasi nitrogen
oleh bakteri. Fiksasi nitrogen dapat dilakukan oleh bakteri simbiotik dan bakteri
non simbiotik. Bakteri endofit Glucanocetobacter diazotrophicus merupakan
salah satu contoh bakteri non simbiotik yang memiliki aktivitas nitrogenase
(Yulianti, 2012 dalam Lusi et al, 2016).
Bakteri lain yang dapat menambat Nitrogen secara non-simbiotik salah
satunya adalah bakteri Azotobacter hidup di rhizosfer tanaman di lahan kering dan
Azospirillum yang hidup di permukaan / dalam akar.
3.1.1. Azotobacter
Azotobacter sp. merupakan bakteri non-simbiosis yang hidup di mintakat
perakaran. Dijumpai hampir pada semua jenis tanah tetapi populasinya relatif
rendah. Selain kemampuannya dalam menambat nitrogen, bakteri ini juga
menghasilkan sejenis hormon yang kurang lebih sama dengan hormon

7
pertumbuhan tanaman dan menghambat pertumbuhan jenis jamur tertentu. Seperti
halnya Azospirillum, Azotobacter dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman
melalui pasokan N-udara, pasokan pengatur tumbuh, mengurangi kompetisi
dengan mikrobia lain dalam menambat nitrogen, atau membuat kondisi tanah
lebih menguntungkan pertumbuhan tanaman (Sutanto, 2002).
Ada dua pengaruh positif Azotobacter terhadap pertumbuhan tanaman,
ialah: mempengaruhi perkecambahan benih dan memperbaiki pertumbuhan
tanaman. Peranan bakteri ini terhadap perkecambahan tidak banyak diminati,
meskipun demikian cukup banyak penelitian yang mengarah pada peranan
Azotobacter dalam meningkatkan daya kecambah benih tanaman tertentu
(Sutanto, 2002). Kenaikan hasil tanaman setelah diinokulasi Azotobacter sudah
banyak diteliti. Di India inokulasi Azotobacter pada tanaman jagung, gandum,
cantel, padi, bawang putih, tomat, terong, dan kobis ternyata mampu
meningkatkan hasil tanaman tersebut (Sutanto, 2002). Azotobacter sp. berperan
sebagai agen peningkat pertumbuhan tanaman melalui produksi fitohormon
sitokinin, isopenteni ladenosis, isopenteni ladenin, metiltiozeatin dan
metiltioisopenteni l-adenin dan auksin (Wiyanto, 2009 dalam Chusnia, 2014).
3.1.2. Azospirillum
Azospirillum mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai
pupuk hayati. Bakteri ini banyak dijumpai berasosiasi dengan tanaman jenis
rerumputan, termasuk beberapa jenis serealia, jagung, gandum. Sampai saat ini
ada tiga spesies yang telah diketemukan dan mempunyai kemampuan sama dalam
menambat nitogen, ialah: Azosprillum brasilense, Azospirillum lipoferum dan
Azospirillum amazonense. Azospirillum merupakan salah satu kelompok mikroba
rizosfer. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini tidak menyebabkan percabangan
akar bakteri tersebut lebih berperanan dalam penyerapan unsur hara.
Keuntungan lain dari bakteri ini, bahwa apabila saat berasosiasi dengan
perakaran tidak dapat menambat nitrogen, maka pengaruhnya adalah
meningkatkan penyerapan nitrogen di dalam tanah. Pada kasus ini infeksi rizosfer
yang disebabkan oleh bakteri tidak menyebabkan perubahan morfologi perakaran,
meningkatkan jumlah akar rambut, menyebabkan percabangan akar, bakteri ini
lebih berperanan dalam membantu penyerapan unsur hara (Sutanto, 2002).

8
Azospirillum brasilense dapat memperbaiki produktivitas tanaman melalui
penyediaan N2 atau melalui stimulasi hormon.
Keuntungan lain dari bakteri ini, bahwa apabila saat berasosiasi dengan
perakaran tidak dapat menambat nitrogen, maka pengaruhnya adalah
meningkatkan penyerapan nitrogen yang ada di dalam tanah. Pada kasus ini
pemanfaatan bakteri tidak berkelanjutan, tetapi apabila Azospirillum yang
berasosiasi dengan perakaran tanaman mampu menambat nitrogen, maka unsur
nitrogen di dalam tanah dapat dipertahankan dalam waktu yang relatif lebih
panjang. Keadaan ini relatif lebih menguntungkan karena dapat mengurangi
pasokan pupuk nitrogen. Di samping itu, Azospirillum meningkatkan efisiensi
penyerapan nitrogen dan menurunkan kehilangan akibat pelindian, denitrikasi
atau bentuk kehilangan nitrogen yang lain (Sutanto, 2002).

3. 2. Faktor yang mempengeruhi bakteri penambat N non-simbiotik


Penambatan nitrogen secara hayati yang non simbiotik dilakukan oleh jasad
mikro yang hidup bebas. Enterobacteriaceae, Bacillus, Azotobacter, Azospirillum,
dan Herbaspirillum telah terbukti mampu melakukan fiksasi N 2 (James and
Olivares, 1997). Di samping itu, Azotobacter merupakan bakteri fiksasi N2 yang
mampu menghasilkan substansi zat pemacu tumbuh giberelin dan sitokinin
sehingga dapat memacu pertumbuhan akar (Alexander, 1977). Populasi
Azotobacter dalam tanah dipengaruhi oleh pemupukan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penambatan nitrogen non simbiotik adalah faktor lingkungan,
terutama ciri kimia dan fisika habitatnya (Imas,1989). Faktor-faktor tersebut
meliputi :
a. Ketersediaan senyawa nitrogen
Jazad mikro penambat N2 pada umumnya juga mampu menggunakan
amonium, nitrat, dan senyawa nitroge organik. Amonium lebih disukai dan
bersama-sama dengan senyawa-senyawa yang dapat diubah menjadi
amonium (seperti urea dan nitrat) merupakan penghambat penambatan
nitrogfen yang paling efektif.
b. Kesediaan nutrien anorganik

9
Bila jazad mikro penambatan nitrogen ditumbuhkan pada media yang
mengandung garam-garam amonium dan senyawa nitrogen lainnya, beberapa
7 nutrien anorganik diperlukan dalam jumlah lebih sedikit daipada medium
tersebut bebas dari nitrogen.
c. Macam sumber energi yang tersedia Bagi jazad heterotrof,
Tersedianya sumber energi merupakan faktor utama yang membatasi
laju dan besarnya asimilasi N2. Penambatan gula sederhana, selulosa, jerami,
atau sisa-sisa tanaman dengan nisbah C/N yang tinggi sering sekali
meningkatkan dengan nyata transformasi N.
d. pH
pH mempunyai pengaruh yang nyata, Azotobacter dan Sianobakteri
tergolong sangat peka pada tanah-tanah dengan pH kurang dari 6,0 sedangkan
Beijerinckia tidak peka dan dapat tumbuh dan menambat N2 pada pH 3-9.
e. Kelembaban tanah
Kelembaban tanah sering kali menentukan laju penambatan nitrogen
dan kandungan air optimum tergantung pada tanah yang bersangkutan dan
jumlah bahan organik yang tersedia. Bila kelembaban terlalu tinggi maka
keadaan aerobik berubah menjadi anaerobik.
f. Suhu
Suhu optimum bagi penambatan nitrogen adalah suhu sedang.
Penambatan terhenti pada suhu beberapa derajat di atas suhu optimum. Di
beberapa daerah beriklim sedang bagian Utara didapati bahwa penambatan
nitrogen masih berlangsung sekalipun pada musim dingin. Jazad mikro
pelakunya diperkirakan algae atau lumut kerak.

3. 3. Peranan bakteri penambat N non-simbitik bagi tanaman


Mikroorganisme sangat berperan penting dalam pertumbuhan tanaman
pertanian. Mikroorganisme dapat digunakan untuk peningkatan kesuburan tanah
melalui fiksasi N2 , daur nutrien, dan peternakan hewan. Nitrogen bebas merupakan
komponen terbesar udara. Unsur ini hanya dimanfaatkan oleh tumbuhan dalam
bentuk nitrat. Nitrat iambil oleh tumbuhan khususnya melalui akar. Pembentukan
nitrat dari nitrogen ini terjadi karena adanya mikroorganisme.

10
Nitrogen bagi tanaman berfungsi sebagai penyusun protoplasma, molekul
klorofil, asam nukleat, dan asam amino yang merupakan penyusun protein.
Nitrogen memasuki tanah dalam bentuk ammonia dan nitrat (NH3) bersama air
hujan, dalam bentuk hasil penambatan N2 oleh mikroba atau dalam bentuk
penambahan pupuk sintesis. Kandungan nitrogen tanah yang cukup tinggi lebih
banyak disebabkan oleh adanya kemampuan beberapa mikroba untuk
memfiksasinya, N organik yang terbentuk kemudian diubah menjadi ammonia
melalui proses deaminasi, karena ammonia dapat secara langsung diasimilasikan
oleh mikroba atau diubah terlebih dahulu menjadi senyawa nitrat secara nitrifikasi
(Nasikah, 2007 dalam Ramdana et al, 2015).
Mikroorganisme yang berfungsi sebagai penyedia unsur nitrogen melalui
penambat nitrogen atmosfer dapat dibedakan kedalam dua kelompok yaitu
mikroorganisme yang hidup ebas, artinya bekerja secara non-simbiotik atau tidak
memiliki asosiasi spesifik dengan tanaman tertentu. Contoh dari bakteri penambat
N tetapi tidak bersimbiosis dengan tanaman (hidup bebas) adalah bakteri
Azospirillum dan Azotobacter.
Pada penelitian Wuriesyliane et al (2013) dengan judul Pertumbuhan dan
Hasil Padi pada Inseptisol Asal Rawa Lebak yang Diinokulasi Berbagai
Konsorsium Bakteri Penyumbang Unsur Hara mendapatkan hasil pertumbuhan padi
pada gambar berikut :

Gambar 1. Pertumbuhan dan hasil padi yang diinokulasi konsorium bakteri


(Wuriesyliane, 2013).

11
Adapun keterangan dari gambar diadas adalah sebagai berikut :

Maka hasil penelitian Wuriesyliane et al (2013) adalah Pengaruh multi


isolat bakteri dalam meningkatkan tinggi tanaman disebabkan karena efektifnya
inokulasi yang diberikan sehingga nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman
tercukupi. Bakteri - bakteri tersebut saling bersinergis, adanya bakteri penambat N
tidak menggangu bakteri pelarut fosfat (BPF), begitu juga sebaliknya. Pemberian
inokulasi multi isolat sangat menunjang kemampuannya menyediakan unsur hara
N dan P yang dibutuhkan tanaman. Hindersah dan Simarmata (2004) dalam
Wuriesyliane (2013) mengemukakan bahwa penginokulasian isolat Azotobacter
ke dalam media tumbuh tomat dapat memperbaiki perkembangan tajuk, akar, dan
tinggi tanaman.
3.3.1. Peranan Bakteri Azospirillum
Mikrobia tanah, khususnya Azospirillum, memiliki fungsi dan peran sangat
penting terutama dalam siklus biogeokimia dan kesuburan tanah terkait
penyediaan unsur nitrogen dan fosfor (Bashan & Holguin, 1997; Rodriguez &
Fraga, 1999; Hartmann & Baldani, 2006). Beberapa spesies anggota genus
Azospirillum telah diteliti mempunyai nilai ekonomi atau komersial tinggi sebagai
agensia pupuk hayati (Sidiqqui, 2010; Tilak et al., 2010).
Keunggulan Azospirillum dalam penambatan nitrogen bebas (N2) adalah
jauh lebih tinggi daripada bakteri tanah penambat nitrogen lainnya (Samekto,
2008). Bakteri ini juga dikenal mampu menyediakan fosfor terlarut dalam tanah
dan mampu menghasilkan fitohormon yang penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Azospirillum adalah bakteri rizosfer non-simbiotik

12
(Bashan & Holguin, 1997), terdapat pada hampir semua sistem perakaran
tumbuhan (rerumputan, tanaman budidaya, tumbuhan annual atau perennial)
(Saharan & Nehra, 2011), bahkan terdapat pula pada rizosfer mangrove
(Ravikumar et al., 2002).
Azospirillum diketahui mempunyai peran penting dalam penyediaan hara
utama (nitrogen dan fosfor) tanaman (Bashan et al., 2004; Saharan & Nehra,
2011). Salisburry & Ross (1995) menyatakan bahwa 3 sebagian besar kebutuhan
nitrogen pada tanaman berasal dari hasil penambatan N2 oleh mikrobia. Peran
Azospirillum dalam penambatan nitrogen dikatalisasi oleh nitrogenase. Salah satu
komponen penyusun enzim tersebut adalah senyawa besi (Fe) (Hartman, 1988;
Reece et al., 2011).
Kemampuan bakteri tersebut dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman
karena produksi fitohormon (auksin, giberelin dan sitokinin) (Fallik et al., 1989),
dan kemampuan melarutkan fosfat di dalam tanah menjadi fosfat tersedia bagi
pertumbuhan tanaman (Rodriguez & Fraga, 1999). Peran penting bakteri ini bagi
pertumbuhan tanaman menjadikan Azospirillum banyak digunakan sebagai
agensia pupuk hayati.
3.3.2. Peranan Bakteri Azotobacter
Azotobacter merupakan salah satu bakteri penambat nitrogen aerobik
nonsimbiotik yang mampu menambat nitrogen dalam jumlah yang cukup tinggi,
bervariasi + 2 - 15 mg nitrogen/gram sumber karbon.kemampuan ini tergantung
kepada sumber energi, keberadaan nitrogen yang terpakai, mineral, reaksi tanah
dan faktor lingkungan yang lain, serta kehadiran bakteri tertentu. Faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi penambatan nitrogen antara lain suhu, kelembaban
tanah,pH tanah, sumber karbon, cahaya dan penambahan nitrogen. Di samping itu
jumlah bakteripenambat nitrogen pada perakaran, potensial redoks dan
konsentrasi oksigen juga dapatmempengaruhi aktivitas penambatan nitrogen.
(Subba Rao, 1982 dalam Rahmi, 2014).
Rhizobacteria digunakan untuk menggambarkan bakteri rhizosfer yang
membentuk koloni di akar (Kloepper et al. 1983 dalam Rahmi, 2014). Kolonisasi
akar adalah suatu proses di mana bakteri bertahan melakukan inokulasi ke dalam
benih tanaman atau ke dalam tanah, penggandaan diri dalam spermosfer dalam

13
responnya terhadap eksudat benih yang kaya akan karbohidrat dan asam amino,
menempel pada permukaan akar, dan mengkoloni sistem perakaran yang sedang
berkembang. Berbagai manfaat positif dari bakteri dalam rhizosfer telah
menjadikannya sumber potensial bagi ketersediaan nutrisi dalam tanah serta
mendorong pertumbuhan tanaman sehingga menjadi lebih baik. Beberapa bakteri
tanah berasosiasi dengan akar tanaman budidaya dan memberikan pengaruh yang
bermanfaat pada tanaman inangnya. Bakteri ini dikelompokkan ke dalam PGPR
(Plant Growth Promoting Rhizobacteria) (Dewi, 2008).
Azotobakter chroococcum adalah spesies rizobakter yang telah dikenal
sebagai agen biologis pemfiksasi N2, yang menkonversi dinitrogen ke amonium
melalui reduksi elektron dan protonasi dinitrogen (Kizilkaya, 2009). Untuk
menghindari penurunan kesehatan tanaman akibat adanya input bahan kimia,
diperlukan input biologis berupa rizobakteri (Hindersah dan Simarmata,
2004).Beberapa penelitian menunjukkan bahwa inokulasi Azotobacter dapat
memperbaikipertumbuhan dan tingkat serapan N tanaman tahunan.
Pengaruh multi isolat bakteri dalam meningkatkan tinggi tanaman
disebabkan karena efektifnya inokulasi yang diberikan sehingga nutrisi yang
dibutuhkan oleh tanaman tercukupi. Bakteri - bakteri tersebut saling bersinergis,
adanya bakteri penambat N tidak menggangu bakteri pelarut fosfat (BPF), begitu
juga sebaliknya. Pemberian inokulasi multi isolat sangat menunjang
kemampuannya menyediakan unsur hara N dan P yang dibutuhkan tanaman.
Hindersah dan Simarmata (2004) dalam Wuriesyliane et al (2013) mengemukakan
bahwa penginokulasian isolat Azotobacter ke dalam media tumbuh tomat dapat
memperbaiki perkembangan tajuk, akar, dan tinggi tanaman. Hasil penelitian
Puspasari (2006) juga menunjukkan bahwa campuran inokulan
Azotobacter dan BPF dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Penelitian Marlina et al. (2013) telah menemukan isolat Azospirillum sp.
Dan Azotobacter sp. terbaik untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati pada
tanaman padi. Isolat bakteri endofitik yang teridentifikasi sebagai Bukholderia
pseudomallei dan bakteri pelarut fosfat (Bacillus firmus) yang terbukti
meningkatkan ketersediaan P tanah lebak (Gofar et al., 2012 dalam Wuriesiane,
2013) terpilih sebagai isolat yang akan diuji dalam penelitian ini. Berdasarkan

14
penemuan terhadap bakteribakteri unggulan asal tanah lebak tersebut perlu
dilakukan penelitian untuk menguji sinergisme isolat bakteri unggulan yang
terdiri dari bakteri penambat N (Azospirilium dan Azotobacter), bakteri endofitik
pemacu tumbuh dan bakteri pelarut fosfat serta menguji konsorsium bakteri-
bakteri tersebut dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi di
tanah asal rawa lebak.

15
BAB IV
PENUTUP
4. 1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Penambatan nitrogen secara hayati yang non simbiotik dilakukan oleh
jasad mikro yang hidup bebas. Enterobacteriaceae, Bacillus, Azotobacter,
Azospirillum, dan Herbaspirillum telah terbukti mampu melakukan fiksasi
N2 yang memberikan hara berbentuk nitrat untuk tanaman.
2. Untuk terjadinya proses penambatan nitrogen dibutuhkan beberapa syarat
yaitu :
(1) Enzim nitrogense.
(2) Ketersediaan sumber energy dalam bentuk ATP.
(3) Adanya sumber penurun potensial dari electron.
(4) Adanya sistem perlindungan enzim nitrogenase dari inaktivasi oleh
oksigen.
(5) Pemindahan yang cepat nitrogen hasil tambatan dari tempat
penambatan nitrogen untuk mencegah terhambatanya enzim
nitrogenase. Uraian selanjutnya akan ditekankan pada proses biokimia
penambatan nitrogen secara non simbiois baik yang aerobik maupun
anaerobik.
3. Mikroorganisme sangat berperan penting dalam pertumbuhan tanaman
pertanian. Mikroorganisme dapat digunakan untuk peningkatan kesuburan
tanah melalui fiksasi N2 , daur nutrien, dan peternakan hewan.

4. 2. Saran
1. Untuk mengoptimalkan penambatan nitrogen pada tanaman, maka perlu
dipenuhi syarat-syarat untuk terjadinya proses penambatan Nitrogen.
2. Perlu diadakannya penambahan pupuk hayati penambat Nitrogen pada
budidaya tanaman sehingga dapat mengurangi pemakaian pupuk kimia
3. Perlu ditambahkan bahan organik pada tanaman budidaya karena bahan
organik merupakan sumber energi mikroorganisme.

16
DAFTAR PUSTAKA
Amriadi., 2007. Efektivitas Penambatan Nitrogen Udara Oleh Bakteri Rhizobium
Dengan Penambahan Unsur Hara Pada Tanaman Leguminosa Pada
Tanaman Leguminosa Herba. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Anonim. Mikroba Penambat Nitrogen, Http://digilib.unila.ac.id/12724/10/BAB%
20Ii.Tinjauan Pustaka A. Mikroba Penambat Nitrogen Penambata pdf
[PDF]. Diunduh pada tanggal 12 desember 2017.
Bintang M & Dewi EK, 2013. Pupuk Hayati Berbasis Bakteri Endofit
.Departemen Biokimia, FMIPA. Institut Pertanian Bogor. Prociding
Seminar ISBN 978-602-19421-09.
Danapriatna, N. 2010. Biokimia penambatan nitrogen oleh bakteri nonsimbiotik.
J.Agribisnis dan Pengembangan Wilayah I (2) : 1-10
Dachlan,A., Badron Zakaria., Anna, K., Pairunan dan Elkawakib Syam’un. 2012.
Inokulasi Azotobacter dan kompos limbah pertanian terhadap pertumbuhan
dan produksi padi sawah. Universita Udayana.
Desi Rahmawati Hakim. 2017. Kajian Morfologi Dan Agroteknologi, ump.
Diunduh pada tanggal 12 desember 2017.
Kaburuan, Rahel., Hapsoh., Gusmawartati. 2014. Isolasi Dan Karakterisasi
Bakteri Penambat Nitrogen Non-Simbiotik Tanah Gambut Cagar Biosfer
Giam Siak Kecil-Bukit Batu. Jurnal Agroteknologi, 5(1) : 35-39
Permatasari, Aisyah, Dewi., Nurhidayati, Tutik. 2014. Pengaruh Inokulan Bakteri
Penambat Nitrogen, Bakteri Pelarut Fosfat Dan Mikoriza Asal Desa Condro,
Lumajang, Jawa Timur Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit.
Jurnal Sains dan Seni POMITS, 3(2) : 2337-3520
Rahmawati,Dewi.Http://repository.ump.ac.id/4540/3/DESI%20RAHMAWATI%
20%20BAB%20II.pdf diunduh pada tanggal 12 desember 2017.
Rahmi. 2014. Kajian Efektifitas Mikroba Azotobacter Sp. Sebagai Pemacu
Pertumbuhan Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L.). Jurnal Galung
Tropika, 3(2) : 44-53
Sari, Ramdana., Prayudyaningsih, Retno., 2015. Rhizobium: Pemanfaatannya
Sebagai Bakteri Penambat Nitrogen. Info Teknis EBONI, 12(1) : 51-64

17
Sumarsih., 2008. Penambat N Compability Mode. Https://sumarsih07.files.
wordpress.com/2008/02/penambat-n-compatibility mode.pdf diunduh pada
tanggal 12 desember 2017.
Tamba, Lusi, Nurhayati., dkk. 2016. Pengaruh Aplikasi Bakteri Endofit Penambat
Nitrogen Dan Pupuk Nitrogen Terhadap Serapan Nitrogen Serta
Pertumbuhan Tanaman Tebu. Jurnal Tanah dan Sumber Daya Lahan, 3(2) :
339-344
Wuriesyliane., Gofar, Nuni., dkk. 2013. Pertumbuhan dan Hasil Padi pada
Inseptisol Asal Rawa Lebak yang Diinokulasi Berbagai Konsorsium Bakteri
Penyumbang Unsur Hara. Jurnal Lahan Suboptimal, 2(1) : 18-27

18

Anda mungkin juga menyukai