WILAYAH STUDI
Kecamatan Srono memiliki luas wilayah sebesar 73,72 km2. Dengan luas
wilayah 14 km2 Desa Wonosobo menjadi desa yang memiliki wilayah terluas di
Kecamatan Srono. Ada 3 (tiga) desa dengan wilayah terkecil yaitu Desa
Sukonatar, Desa Bagorejo, dan Desa Parijatah Wetan dengan luas masing-masing
±8 km2. Kecamatan Srono terdiri dari 42 dusun, 144 rukun warga dan 554
rukunn tetangga dengan jumlah penduduk 88.849 jiwa pada Tahun 2015. Desa
Kebaman memiliki jumlah RT paling banyak yaitu 101 RT desa yang mempunyai
dusun terbanyak adalah Desa Wonosobo yaitu 7 dusun. Desa yang memiliki RW
terbanyak adalah Desa Kebaman yaitu sebanyak 31 RW.
Luas Prosentase
Des Wilayah Luas
No.
a
1 Sumbersari 9,042)
(Km Desa
12(%)
2 Kepundungan 6,99 9
3 Kebaman 9,29 13
4 Sukonatar 5,79 8
5 Bagorejo 5,93 8
6 Rejoagung 6,58 9
7 Wonosobo 10,24 14
8 Sukomaju 6,33 9
9 Parijatah Wetan 5,66 8
10 Parijatah Kulon 7,87 11
Jumlah 73,72 100 %
Sumber : Kecamatan Dalam Angka 2018
Panjang
No. Desa Sungai
1 Sungai Bomo (Km)
10,8
2 Sungai Mengarang 6,7
3 Sungai Komis 7,2
4 Sungai Klampok 3,3
5 Sungai Dadapan 2,8
6 Sungai Penawar 3,6
7 Sungai Suko 3,2
8 Sungai Srono 2,9
9 Sungai Awat 2,7
10 Sungai Kepisah 3,9
Sumber : Kecamatan Dalam Angka 2018
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-2
Gambar 2.1 Peta Wilayah Perencanaan
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-3
Gambar 2.2 Peta Ketinggian Wilayah
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-4
Gambar 2.3 Peta Kelerengan Wilayah Perencanaan
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-5
Gambar 2.4 Peta Daerah Aliran Sungai
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-6
2.1.2 Kependudukan
Jumlah penduduk Kecamatan Srono pada Tahun 2017 adalah 89.992 jiwa,
yang terdiri dari 44.830 laki-laki dan 45.162 perempuan. Dalam dua tahun terakhir
terjadi penambahan pertumbuhan penduduk di Kecamatan Srono, ini dapat dilihat
dari laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2017 dari tahun 2016 mengalami
pertambahan penduduk sejumlah 334 jiwa.
Tabel 2. 3 Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kecamatan Srono
Penduduk Jumlah
No. Desa
Laki-laki Perempuan Penduduk
1 Sumbersari 4.371 4.651 9.022
2 Kepundungan 3.032 2.988 6.020
3 Kebaman 7.266 7.426 14.692
4 Sukonatar 2.447 2.374 4.821
5 Bagorejo 5.670 5.767 11.437
6 Rejoagung 4.474 4.383 8.857
7 Wonosobo 6.296 6.346 12.642
8 Sukomaju 3.954 4.035 7.989
9 Parijatah Wetan 4.093 4.010 8.103
10 Parijatah Kulon 3.227 3.182 6.409
Jumlah 44.830 45.162 89.992
Sumber : Kecamatan Srono Dalam Angka 2018
Kepadatan
Luas Jumlah
No. Desa penduduk
Wilayah Penduduk
(jiwa/km2)
(Km2
1 Sumbersari 9,04 9.022 998
2 Kepundungan 6,99 6.020 861
3 Kebaman 9,29 14.692 1.581
4 Sukonatar 5,79 4.821 833
5 Bagorejo 5,93 11.437 1.929
6 Rejoagung 6,58 8.857 1.346
7 Wonosobo 10,24 12.642 1.235
8 Sukomaju 6,33 7.989 1.262
9 Parijatah Wetan 5,66 8.103 1.432
10 Parijatah Kulon 7,87 6.409 814
Jumlah 73,72 89.992 1.221
Sumber : Kecamatan Srono Dalam Angka 2018
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-8
Tabel 2. 6 Pondok Pesantren dan Panti Asuhan
Pondok Panti
No. Desa
Pesantre Asuhan
1 Sumbersari n3 0
2 Kepundungan 1 0
3 Kebaman 4 1
4 Sukonatar 1 0
5 Bagorejo 0 1
6 Rejoagung 4 0
7 Wonosobo 4 1
8 Sukomaju 1 0
9 Parijatah Wetan 4 0
10 Parijatah Kulon 3 0
Jumlah 25 3
Sumber : Kecamatan Srono Dalam Angka 2018
2. Kesehatan
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-9
3. Sarana Olahraga
Berdasarkan data yang ada fasilitas OR di Kecamata Srono adalah lapangan
sepakbola sebanyak 10 buah dan hampir tersebar merata di setiap desa
kecuali di Desa Sumbersari. Kemudian fasilitas OR lainnya yang ada di
kecamatan Srono adalah Lapangan Bulutangkis sebanyak 18 unit, lapangan Bola
Voli yang juga hampir merata ada di setiap desa kecuali di Desa Parijatah
Wetan. Jumlah lapangan bola voli ini ada 16 unit. Untuk lebih jelasnya lihat tabel
d bawah ini.
Tabel 2. 8 Sarana Olahraga diKecamatan Srono
Sepak Bola Tenis Fitnes/ Kolam
No. Desa Badminton Futsal
Bola Voli Lapangan Kebugaran Renang
1 Sumbersari 0 3 3 0 0 0 0
2 Kepundungan 1 1 0 0 0 0 0
3 Kebaman 1 2 3 0 0 1 0
4 Sukonatar 1 2 2 0 0 0 0
5 Bagorejo 1 1 2 0 0 0 0
6 Rejoagung 1 2 3 0 0 1 0
7 Wonosobo 1 2 3 0 0 0 0
8 Sukomaju 2 1 0 0 1 0 0
9 Parijatah 1 0 1 0 0 0 0
Wetan
10 Parijatah 1 2 1 0 0 0 0
Kulon
Jumlah 10 16 18 0 1 2 1
4. Tempat Ibadah
Pada tahun 2017 tercatat data tempat ibadah
sebanyak 585 lokasi dengan tempat ibadah terbanyak
yaitu Mushola yang menyebar merata dimasing-
masing desa. Terdapat satu vihara di Kecamatan
Srono berada di Desa Kebaman.
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-10
Tabel 2. 9 Tempat Ibadah diKecamatan Srono
5. Industri
Kulit
Makanan barang Kayu, Penerbitan Barang Barang
Pakaia dari Barang Percetakan Galian Barang
dan Tembakau Tekstil dari
No Desa n jadi Kulit dari dan Bukan lainnya
Minuman kayu Reproduksi Logam logam
dan
Alas
1 Sumbersari 68 68 2 0 5 517 0 0 0 0
2 Kepundung 96 96 0 0 2 10 0 22 3 2
an 8
3 Kebaman 34 34 0 0 0 2 0 4 0 9
6
4 Sukonatar 13 13 0 0 1 101 0 23 0 0
5 Bagorejo 24 24 1 0 0 7 0 7 0 1
7
6 Rejoagung 30 302 0 0 0 0 0 0 0 22
7 Wonosobo 2
27 27 18 0 0 138 0 1 3 0
244
8 Sukomaju 10 10 0 0 1 0 0 0 0 1
9 Parijatah 19 19 19 0 0 125 0 73 0 4
0
Wetan
10 Parijatah 25 254 2 0 0 166 0 0 0 0
Kulon 4
Jumlah 84 84 42 0 9 1066 0 13 6 61
7 7 0 9
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-11
6. Sarana Perdagangan
Salah satu pusat perekonomian bagi suatu
daerah adalah pasar. Sehingga keberadaannya
sangatlah penting tidak hanya sebagai pendorong
roda perekonomian tapi juga untuk memenuhi
kebutuhan bahan pokok bagi masyarakat sekitar.
Kecamatan Srono memiliki 22 pasar tradisional, baik
dengan bangunan maupun tanpa bangunan. Selain itu, terdapoat 37 unit toko
bangunan, 39 unit toko pertanian, 10 unit toko obat/apotik, 6 unit toko swalayan,
3 unit toko mobil san 10 unit toko sepeda motor yang sangat membantu
mencukupi kebutuhan masyarakat kecamatan Srono. Jika melihat ketersediaan
akan sarana perdagangan per desa, maka desa dengan sarana terbanyak adalah
Desa kebaman dengan jumlah sarana perdagangan sebanyak 34 unit, sedangkan
jumlah sarana terkecil berada di Desa Sukomaju yaitu 5 unit.
1 Sumbersari 0 1 3 4 0 0 0 2
2 Kepundungan 0 2 3 4 1 0 0 0
3 Kebaman 2 6 10 3 4 3 2 4
4 Sukonatar 1 0 2 5 0 0 1 1
5 Bagorejo 1 0 6 6 3 1 0 0
6 Rejoagung 0 1 3 2 0 2 0 1
7 Wonosobo 2 1 3 5 0 0 0 1
8 Sukomaju 0 1 0 1 2 0 0 1
9 Parijatah 0 2 3 3 0 0 0 0
Wetan
10 Parijatah 0 2 4 6 0 0 0 0
Kulon
Jumlah 6 16 37 39 10 6 3 10
Sumber : Kecamatan Srono Dalam Angka 2018
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-12
2.1.4 Jaringan Sarana Dan Prasarana
1. Sarana Transportasi
2. Sarana Komunikasi
Tabel 2. 13 Sarana Komunikasi diKecamatan Srono
Menara
No. Desa Wartel Warnet Seluler
1 Sumbersari 0 0 3
2 Kepundungan 0 0 2
3 Kebaman 0 5 6
4 Sukonatar 0 1 0
5 Bagorejo 0 2 2
6 Rejoagung 0 0 0
7 Wonosobo 0 3 1
8 Sukomaju 0 0 1
9 Parijatah Wetan 0 2 2
10 Parijatah Kulon 0 3 1
Jumla 0 16 18
Sumber : hKecamatan Srono Dalam Angka 2018
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-13
3. Sarana Wisata
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-14
Tabel 2.15. Isu Pembangunan Berkelanjutan Kecamatan Srono
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-15
No Tema Isu Isu Permasalahan/ Terkait
12. Kawasan pertanian 35. Penetapan alokasi ruang/kawasan
pertanian
13. Kawasan perumahan 36. Penataan ruang perumahan
14. Kawasan perdagangan dan 37. Penataan ruang perdagangan dan jasa
jasa
38. Pengembangan kawasan perdagangan
dan pasar tradisional
15. Kawasan perkantoran 39. Penataan ruang perkantoran baik
pemerintah maupun swasta
40. Peningkatan sarana dan prasarana
16. Sarana dan prasarana 41. Kelengkapan sarana prasarana
pendukung
17. Penggunaan lahan 42. Alih fungsi lahan
43. Bantaran sungai dijadikan lahan
terbangun
44. Lahan pertanian
45. Lahan permukiman
46. Lahan peternakan
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-16
24. Jaringan drainase dan air minum
25. Belum adanya fasilitas pengolahan sampah
26. Belum adanya fasilitas pengolahan limbah,
baik air limbah maupun limbah cair
8. Kawasan perdagangan dan 27. Penataan ruang perdagangan dan jasa
jasa
28. Pengembangan kawasan perdagangan dan
pasar tradisional
9. Bencana 29. Bencana Banjir
30. Bencana alam gempa
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-17
Indeks Sentralitas Marshall (ISM), pendekatan kebijakan dimana kebijakan tata
ruang yang dijadikan acuan adalah RT RW Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012 –
2032, Peraturan Kepala BPS No 37 Tahun 2010, dan berdasarkan status jalan.
Setelah melakukan pendekatan dan analisis untuk menentukan kawasan
perkotaan Srono juga pertimbangan kecenderungan perkembangan wilayah,
maka diperoleh hasil kawasan Perkotaan Srono meliputi Desa Kebaman, Desa
Sukonatar, Desa Sukomaju, dan Desa Wonosobo.
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-18
Gambar 2. 6 Wilayah Perkotaan Srono
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-19
1. Topografi
Perkotaan Srono yang meliputi Kelurahan Kebaman, Sukonatar, Wonosobo
dan Sukomaju, mempunyai kemiringan 0-2 persen. Perkotaan Srono
memiliki ketinggian antara 30-60 m dari permukaan air laut.
2. Jenis Tanah
Perkotaan Srono yang meliputi Kelurahan Kebaman, Sukonatar, Wonosobo
dan Sukomaju mempunyai jenis tanah Asosiasi Latosol Cokelat dan Regosol
Kelabu. Jenis tanah Regosol dan Latosol lebih cocok dimanfaatkan untuk
tanaman palawija, tembakau, padi, kelapa, karet, kopi dan buah-buahan
yang juga tidak telalu banyak membutuhkan air.
3. Jenis Batuan
Jenis batuan Yang paling dominan di Perkotaan srono ialah Formasi Kalibaru.
4. Klimatologi
Perkotaan Srono mempunyai perubahan musim yang sama dengan wilayah
lain yang ada di Indonesia, perubahan musim sebanyak 2 jenis musim pada
setiap tahunnya yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Bulan
November sampai dengan bulan Mei adalah musim penghujan dan musim
kemarau biasanya pada bulan Juni sampai dengan Oktober.
5. Curah Hujan
Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan geografi
dan perputaran atau pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah
hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Rata-rata curah
hujan di Kecamatan Srono tahun 2017 pada bulan november sampai
agustus adalah 258 – 94 mm/hari.
2.2.3 KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk Perkotaan Srono pada Tahun 2015 adalah 36.515 jiwa,
yang terdiri dari 18.236 laki-laki dan 18.279 perempuan. Dalam dua tahun
terakhir terjadi penambahan pertumbuhan penduduk di Perkotaan Srono.
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-20
Tabel 2.17 Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Perkotaan Srono
JUMLAH KEPADATA
LUAS PENDUDU N
NO DESA
WILAYAH K (JIWA) PENDUDUK
(KM2) (JIWA/KM2)
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-21
1. Sektor Perdagangan dan Jasa
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-22
2.2.5 PENGGUNAAN LAHAN
Penggunaan lahan merupakan kebutuhan manusia terhadap lahan dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara materi maupun non materi yaitu
spiritual. Penggunaan lahan Perkotaan Srono di dominasi oleh penggunaan
lahan tak terbangun seluas 2.386,55 ha atau 75,40% dari keseluruhan luas
wilayah. Lahan terbangun meliputi industri kecil, kesehatan, pendidikan,
perdagangan dan jasa, peribadatan, perkantoran, perumahan dan terminal
seluas 696,43 ha atau 22 % dari luas BWP Srono. Rincian pola penggunaan
lahan ditunjukkan pada Tabel 2.19 dan Gambar peta 2.9, yaitu peta tutupan
lahan eksisting perkotaan Srono.
Tabel 2.19 Penggunaan Lahan di Perkotaan Srono
1. Zona Permukiman
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan. Dari hasil survey yang dilakukan
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-23
pada Perkotaan Srono ada beberapa klasifikasi yang didapatkan untuk fasilitas
permukiman, yakni :
Jenis Permukiman
Apabila ditinjau dari jenisnya di Perkotaan Srono terdapat 3 (tiga) klasifikasi
yakni perumahan Dinas, perkampungan dan perumahan/ real estate seperti
yang terlihat pada Gambar 2.8 sebagai salah satu contoh kondisi eksisting
yang diambil.
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-24
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-25
Gambar 2.8 Kondisi Ekisting Perumahan di Perkotaan Srono
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-26
Bangunan
Intensitas Bangunan terdiri dari Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien
Lantai Bangunan (KLB) dan Tinggi Bangunan (TB). Perhitungan KDB, KLB,
dan TB, bertujuan untuk mengetahui tingkat kepadatan lahan terbangun pada
suatu wilayah. Dalam perhitungan KDB, ada 3 kriteria yang telah di tentukan
yaitu :
0-40% Untuk kriteria jarang.
Artinya jarak antara rumah masih agak berjauhan.
40-60% untuk kriteria sedang.
Artinya jarak antara rumah tidak terlalu dekat.
60-100% untuk kriteria padat
Artinya jarak antara rumah berdekatan atau saling berhimpitan.
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-27
terkecil berada di Desa Sukomaju yaitu 5 unit, sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel 2. 20.
TOKO
PASAR TOKO TOKO TOKO TOKO TOKO
NO DESA PASAR SEPEDA
TEMPEL BANGUNAN PERTANIAN OBAT SWALAYAN MOBIL
MOTOR
1 Kebaman 2 6 10 3 4 3 2 4
2 Sukonatar 1 0 2 5 0 0 1 1
3 Wonosobo 2 1 3 5 0 0 0 1
4 Sukomaju 0 1 0 1 2 0 0 1
Jumlah 5 8 15 14 6 3 3 7
Sumber : Kecamatan Srono Dalam Angka, 2018
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-28
Gambar 2.10 Peta Persebaran Perumahan Perkotaan Srono
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-29
Gambar 2.11 Kondisi Eksisting Perdagangan Jasa Perkotaan Srono
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-30
Gambar 2.12 Persebaran Perdagangan dan Jasa Perkotaan Srono
3. Zona Perkantoran
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-31
Sarana perkantoran di BWP Srono didominasi oleh Perkantoran Pemerintahan.
Kantor Kecamatan terletak di Desa Sukomaju. Beberapa jenis Perkantoran yang
terdapat di Perkotaan Srono antara lain Kantor Kecamatan, Kantor Desa, KUA,
Polsek, dan Kantor Terpadu, dan lainnya. Beberapa kondisi eksisting
perkantoran ditunjukkan pada Gambar 2.13.
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-32
Gambar 2.14 Persebaran Perkantoran Perkotaan Srono
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-33
Tabel 2.21 Fasilitas Pendidikan di Perkotaan Srono
1 Kebaman 6 2 2 1 0 1 1
2 Sukonatar 3 1 1 0 1 0 0
3 Wonosobo 8 2 1 0 1 0 0
4 Sukomaju 3 1 2 0 0 0 1
JUMLAH 20 6 6 1 2 1 2
Sumber : Kecamatan Srono Dalam Angka, 2018
PONDOK PANTI
NO DESA
PESANTREN ASUHAN
1 Kebaman 4 1
2 Sukonatar 1 0
3 Wonosobo 4 1
4 Sukomaju 1 0
Jumlah 10 2
Sumber : Kecamatan Srono Dalam Angka, 2018
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-34
2. Fasilitas Kesehatan
Kesehatan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu
ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kesehatan sangatlah
penting. Pada tahun 2017 jumlah fasilitas kesehatan yang terdapat di
Perkotaan srono adalah rumah sakit yaitu sebanyak 1 unit, puskesmas
sebanyak 2 unit, yang dibantu oleh puskesmas pembantu sebanyak 3
unit, polindes sebanyak 1 unit, dan Posyandu sebanyak 54 unit yang
tersebar di 4 desa di Perkotaan Srono, sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel 2.13 dan Gambar 2.16.
1 Kebaman 1 1 1 0 23 26
2 Sukonatar 0 0 1 0 8 9
3 Wonosobo 0 1 0 1 13 15
4 Sukomaju 0 0 1 0 10 11
JUMLAH 1 2 3 1 54 61
Sumber : Kecamatan Srono Dalam Angka, 2018
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-35
3. Fasilitas Peribadatan
Pada tahun 2017 tercatat data tempat ibadah sebanyak 250 lokasi dengan tempat
ibadah terbanyak yaitu Mushola yang menyebar merata dimasing-masing desa.
Terdapat satu vihara di Perkotaan Srono berada di Desa Kebaman.
Tabel 2.24 Tempat Ibadah di Perkotaan Srono
1 Kebaman 11 46 2 0 1 60
2 Sukonatar 8 24 0 0 0 32
3 Wonosobo 17 72 0 0 0 89
4 Sukomaju 8 61 0 0 0 69
Jumlah 44 203 2 0 1 250
Sumber : Kecamatan Srono Dalam Angka, 2018
5. Zona Industri
Jenis industri terbanyak adalah industri barang lainnya sejumlah 354 industri
Industri kulit barang dari kulit dan alas kaki merupakan industri dengan jumlah
paling kecil, yaitu 2 industri dari seluruh industri yang ada diperkotaan Srono.
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-36
Tabel 2.25 Industri di Perkotaan Srono
Kulit
barang Penerbita
Kayu, n Barang
Makanan dari Barang
Pakaia Barang Percetaka Galian Barang
dan Tembakau Tekstil Kulit dari
No Desa n jadi dari n dan Bukan lainnya
Minuman dan kayu Reproduk Logam logam
Alas si
Kaki
1 Kebaman 3 34 0 0 0 2 0 4 0 9
4 6
2 Sukonatar 1 13 0 0 1 101 0 23 0 0
3
3 Wonosobo 2 27 18 0 0 138 0 1 3 244
7
4 Sukomaju 1 10 0 0 1 0 0 0 0 1
0 4
Jumlah 8 84 18 0 2 241 0 28 3 35
4 4
Sumber : Kecamatan Srono Dalam Angka, 2018
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-37
Gambar 2.19 Persebaran Sarana Pelayanan Umum Perkotaan Srono
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-38
6. Zona Pertanian dan Perkebunan
Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati
yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan
bakuindustri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan
hidupnya. Sektor ekonomi dibidang pertanian yang terdapat di Kecamatan
Srono meliputi perkebunan buah naga, pertanian buah pepaya, pertanian
cabai, perkebunan tanaman pangan padi. Zona peruntukan lainnya di BWP
Srono berupa lahan pertanian dan perkebunan yang menyebar pada
hampir seluruh wilayah BWP Srono seluas 399,10 Ha.
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-39
Gambar 2.21 Peta Persebaran Pertanian Perkotaan Srono
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-40
6. Zona Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Potensi lahan yang dapat direncanakan sebagai zona RTH (Ruang Terbuka
Hijau) di perkotaan Srono masih sangat banyak, salah satunya lahan yang
terdapat di sebelah SMPN 1 Srono, posisinya tepat di belakang pergudangan
yang sekarang tidak difungsikan dan kebetulan pergudangan ini sewa nya
melalui PT KAI. Lahan ini sangat luas dan berpotensi untuk pengembangan RTH
baik dalam bentuk hutan kota maupun RTH lapangan. Lahan potensi RTH
lainnya juga terdapat di lapangan Gang depan MAN Srono Jalan Raya Srono
Kebaman. Beberapa contoh kondisi eksisting poten RTH ditunjukkan pada
Gambar 2.21, 2.23 dan Gambar pola persebaran RTH pada Gambar 2.24.
Gambar 2. 23 Kondisi Eksisting RTH Lapangan Gang Depan MAN Jl. Raya Srono
Kebaman
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-41
Gambar 2.24 Peta Persebaran RTH Perkotaan Srono
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-42
2.2.6 JARINGAN PERGERAKAN
1. Jalan Kolektor Primer
Ruas jalan kolektor primer di Perkotaan adalah Jalan Raya Regojampi –
jalan Raya Srono – jalan Raya Cluring, Permasalahan utama jalan kolektor
primer yang terdapat di Perkotaan Srono adalah melalui wilayah pusat
perkotaan dimana penggunaan lahannya sebagian besar terdiri dari
kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran serta sarana pelayanan
umum, pergudangan dan industri dimana lalu lintas jarak jauh dapat
terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal
serta banyaknya jumlah jalan masuk, parkir tepi jalan dan beberapa ruas
pedestrian digunakan untuk PKL.
2. Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer di Perkotaan Srono adalah jalan Srono-Muncar,
Jalan Gambor- Srono dan jalan Prajurit Sakur. Jalan lokal primer yang
berada di Perkotaan masih belum memenuhi standar lebar badan
jalan minimal. Akan tetapi tidak mempengaruhi kelancaran lalu
lintas di ruas jalan tersebut.
3. Jalan Lingkungan
Sebagian besar jalan lingkungan di Perkotaan Srono kondisi jalan masih
tanah.
Beberapa contoh kondisi jalan yang ada di perkotaan Srono ditunjukkan
pada Gambar 2.25 dan Gambar peta Jaringan jalan 2.26.
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-43
Gambar 2.26 Peta Jaringan Jalan Perkotaan Srono
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-44
2.2.7 JARINGAN PRASARANA WILAYAH
1. Jaringan Listrik
Sumber aliran listrik Perkotaan Srono bersumber dari PLN. Umumnya
masyarakat Srono sudah menggunakan listrik PLN untuk aktifitas
masyarakat sehari-hari. jenis tegangan yang ada di perkotaan srono
ialah sedang dan rendah, sebagaimana terlihat pada Gambar 2.27 dan
Gambar peta jaringan listrik perkotaan Srono pada Gambar 2.28.
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-45
Gambar 2.28 Peta Jaringan Listrik Perkotaan Srono
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-46
2. Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi Perkotaan Sronno dilayani oleh PT. Telkom
yang terdiri dari telepon rumah dan telepon umum, selain itu di
perkotaan Srono juga terdapat BTS dan warnet yang membantu para
masyarakat untuk berkomunikasi jarak jauh. Sarana komunikasi
ditunjukkan pada Tabel 2.26, Gambar kondisi eksisting 2.29 dan
Gambar peta 2.30 jaringan telekomunikasi perkotaan Srono.
MENARA
NO DESA WARNET SELULER
1 Kebaman 5 6
2 Sukonatar 1 0
3 Wonosobo 3 1
4 Sukomaju 0 1
Jumlah 9 8
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-47
Gambar 2.30 Peta Jaringan Telekomunikasi Perkotaan Srono
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-48
3. Jaringan Drainase
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di
bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh
manusia. Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di
permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase
berperan penting untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir. Di
Perkotaan Srono apabila ditinjau dari fungsinya terdapat drainase
primer, drainase sekunder dan drainase tersier. Kondisi fisik drainase
secara umum baik namun masih banyak yang belum diplengseng dan
masih banyak dibeberapa titik saluran drainase masih banyak sampah-
sampah sehingga menghambat aliran air. Misalnya drainase di
pertigaan menuju Pekulo beberapa saluran drainase dengan
perkerasan tanah, pendangkalan, dan tersumbat karena banyak
sampah dan lumpur. Kondisi eksisting drainase pertigaan Pekulo
ditunjukkan pada Gambar 2.31 dan secara umum jaringan drainase
perkotaan Srono ditunjukkan pada Gambar peta 2.32.
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-49
Gambar 2.32 Peta Jaringan Drainase Perkotaan Srono
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-50
4. Jaringan Persampahan
Fasilitas persampahan disediakan dengan tujuan untuk menjaga
kebersihan lingkungan. Perkotaan Srono memiliki 1 TPS, yang
berlokasi di Pasar Srono. Yang mana manajemen pengangkutannya dari
rumah-rumah penduduk di kumpulkan di bak-bak sampah depan rumah
masing-masing dan diambil oleh petugas sampah lalu diangkut ke TPS.
Kegiatan pengambilan sampah ini dilakukan setiap pagi hari. Namun
masih ada sampah yang dibuang di sempadan sungai sehingga
menyebabkan sampah tersebut berserakan di sepanjang sungai. Di
ujung bagian pojok sebelum sungai depan pasar Srono yang difungsikan
sebagai TPS kondisi persampahan berserakan dan kelihatan kumuh jika
dilihat dari jalan sehingga secara etika lingkungan kurang tepat. Apalagi
masyarakat juga masih membuang sampahnya di sungai sekitar TPS.
Alangkah baiknya TPS dipindahkan ke lokasi lain, dan menghimbau
secara tegas agar masyarakat tidak membuang sampah di Sungai.
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-51
5. Jaringan Irigasi
Jenis jaringan irigasi di Perkotaan Srono adalah irigasi teknis, semi
teknis dan non teknis. Jenis konstruksi jaringan irigasi dari irigasi teknis
yang ada adalah semen dan ada penutup airnya, irigasi semi teknis
bangunannya semen tapi tidak semuanya dibangun, sedangkan irigasi
non teknis tidak terbangun/ masih berbentuk galian tanah. Jaringan
irigasi yang ada di perkotaan Srono tidak hanya mengairi tanaman
pertanian di perkotaan saja namun digunakan juga oleh petani di
Kelurahan lain. Dalam hal kebutuhan air untuk kegiatan pertanian,
Menurut warga mereka tidak kekurangan air untuk mengairi lahan
pertanian mereka sebab air selalu mengalir. Meskipun demikian
perkotaan Srono tetap harus waspada untuk mempertahankan potensi
sumber mata air salah satunya dengan memperbanyak RTH-RTH dan
saluran-saluran irigasi lainnya. Beberapa contoh kondisi eksisting
saluran irigasi ditunjukkan pada Gambar 2.34 dan Gambar peta 2.35
jaringan irigasi perkotaan Srono.
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-52
Gambar 2.35 Peta Jaringan Irigasi di Perkotaan Srono
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-53
6. Jaringan Air Bersih
Air bersih adalah salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia,
dan untuk jaringan air bersih, penduduk di perkotaan Srono sebagian
besar memanfaatkan air bersih berasal dari sumur gali dan saat ini
ketersediaan air bersih di perkotaan Srono masih memenuhi.
7. Jaringan Transportasi
Transportasi umum (dikenal pula sebagai transpostasi publik atau
transportasi massal) adalah layanan angkutan penumpang oleh sistem
perjalanan kelompok yang tersedia untuk digunakan oleh masyarakat
umum, biasanya dikelola sesuai jadwal, dioperasikan pada rute yang
ditetapkan, dan dikenakan biaya untuk setiap perjalanan. Di perkotaan
Srono tepatnya di depan pasar Srono dekat lampu merah tempat
pemberhentian bus tidak adanya penanda tersedianya halte bagi
penumpang serta masih banyak kendaraan yang parkir di pinggir jalan.
Bahkan dititik tertentu di pedestrian depan pasar Srono dimanfaatkan
sebagai halte. Permasalahan ini harus segera dicarikan solusi agar
prasarana transportasi salah satu nya halte dapat disediakan.
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-54
2.2.8 ISU LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PERKOTAAN SRONO
Isu lingkungan hidup strategis yang diidentifikasi di wilayah perkotaan Srono
merupakan hasil dari daftar panjang isu pembangunan berkelanjutan yang
didiskusikan secara publik melalui focus groups discussion (FGD) yang
diselenggarakan pada tanggal 4 September 2019 di kantor Kecamatan Srono
diantaranya adalah:
1. Persampahan
Secara eksisting sistem persampahan di perkotaan Srono menggunakan
metode konvensional dengan sistem pewadahan. Dengan metoda
konvensional ini sampah dikumpulkan di tempat pembuangan
sementara (TPS) yaitu terletak di Pasar Srono, yang kemudian sampah
tersebut diangkut oleh petugas dengan menggunakan gerobak sampah.
Pewadahan merupakan cara menampung sampah sementara dari
sumbernya baik individual maupun komunal. Kondisi timbulan sampah
perkotaan Srono tahun 2019 sebesar 151.261,51 m3/hari atau
75.630,76 m3/tahun.
2. Pengolahan Air Limbah
Secara umum industri kecil dalam menjalankan aktivitasnya juga belum
menyediakan teknologi pengolahan limbah. Menyediakan IPAL pada
zona industri adalah menjadi kebutuhan yang harus diprioritaskan.
Begitu juga pada setiap perumahan terutama skala besar yang akan
dibangun oleh pengembang diharusnya memiliki unit pengolahan
limbah secara komunal. Pelayanan minimal sistem pembuangan air
limbah berupa unit pengolahan kotoran manusia/tinja dilakukan dengan
menggunakan sistem setempat atau system terpusat agar tidak
mencemari daerah tangkapan air/resapan air baku. Proyeksi cakupan
layanan air limbah domestik di Kecamatan Srono tahun 2019 untuk
tangki septik individual adalah 24.458,46 KK; cubluk adalah 1.441,47
KK; dan BABs (buang air besar sembarangan) adalah 7.562,74 KK.
Kedepan sanitasi untuk rumah tangga di Perkotaan Srono dapat
dikembangkan Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) untuk pengelolaan
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-55
air buangan rumah tangga. Sistem pembuangan air limbah setempat
diperuntukkan bagi orang perseorangan/rumah tangga. Sedangkan
Sistem pembuangan air limbah terpusat diperuntukkan bagi kawasan
padat penduduk dengan memperhatikan kondisi daya dukung lahan
dan SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) serta mempertimbangkan
kondisi sosial ekonomi masyarakat. Saat ini jika kita lihat bahwa
proyeksi cakupan layanan air minum tahun 2019 sebesar 66%.
3. Jaringan Transportasi dan Angkutan Umum
Jaringan transportasi dan angkutan umum terkait dengan prasarana
pergerakan, diantaranya jaringan jalan, pedestrian maupun pelayanan
angkutan umum. Jaringan transportasi dan angkutan umum ini sebagai
penunjang kebutuhan masyarakat seperti kegiatan ekonomi, kegiatan
pergudangan maupun industri. Di perkotaan Srono tepatnya di depan
pasar Srono dekat lampu merah tempat pemberhentian bus tidak
adanya penanda tersedianya halte bagi penumpang sehingga
masyarakat memanfaatkan pedestrian sebagai halte. Di sepanjang jalan
depan pasar Srono parkir kendaraan yang ada juga masih
menggunakan badan jalan. Selain itu perkembangan kegiatan
pergudangan sangat tinggi terutama pada ruas jalan kolektor primer
menuju Banyuwangi bagian selatan, kondisi ini tentu akan
menimbulkan meningkatnya polusi udara dan kebisingan yang
disebabkan oleh tingginya arus lalu lintas yang melewati.
4. Drainase
Secara fisik kondisi geografis perkotaan Srono memiliki 2 perubahan
musim setiap tahunnya yaitu musim penghujan dan musim kemarau.
Selain itu karakteristik wilayah ditinjau berdasarkan kondisi fisik dasar
yang meliputi ketinggian dan kelerengan, kondisi hidrologi, kondisi
geologi, kondisi jenis tanah, dan curah hujan. Perkotaan Srono
termasuk kategori wilayah datar sehingga rentan dengan resiko
kebencanaan seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran
dan sebagainya. Daerah rawan kebakaran biasa terjadi pada fasilitas
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-56
perdagangan jasa (pasar) dan permukiman padat. Daerah rawan
genangan akibat sistem drainase yang tidak berjalan dengan baik dan
ini menyebabkan banjir. Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah
hujan yang tinggi di atas normal, sehingga sistem pengaliran air yang
terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem saluran
drainase dan kanal penampung banjir buatan yang ada tidak mampu
menampung akumulasi air hujan, sehingga meluap.
5. Sumber Daya Air
Kecamatan Srono dilintasi oleh sungai Bomo, sungai Mengarang, sungai
Komis, sungai Klampok, sungai Dadapan, sungai Penawar, sungai Suko,
sungai Srono, sungai Awat, sungai Kepisah. Selain potensi hidrologi
berupa sungai, juga diidentifikasi lokasi-lokasi daerah tangkapan air
yang biasanya terletak dekat dengan daerah aliran sungai. Baik sungai
maupun catchment area merupakan daerah tangkapan air terutama
pada saat hujan, atau dengan kata lain merupakan daerah aliran air.
Sehingga terkait dengan pengembangan kawasan perkotaan, maka
potensi hidrologi tersebut, merupakan kawasan yang harus
dikonservasi agar fungsi ekologisnya tetap terjaga. Sungai ini seperti
pada umumnya di kota-kota di Indonesia berfungsi sebagai saluran
pembuangan yang mengalir di tengah Kota dan keberadaannya
dilindungi sebagai sumber mata air.
6. Alih Fungsi Lahan
Salah satu kegiatan perubahan fungsi lahan dari lahan tidak terbangun
menjadi lahan terbagun adalah beberapa bangunan yang terdapat di
area bantaran Sungai. Sungai merupakan salah satu sumber mata air
permukaan, dan keberadaannya harus dijaga kelestariannya, sehingga
jika di bantaran Sungai terdapat bangunan maka yang terjadi dapat
mempengaruhi kondisi Sungai baik secara fisik maupun non fisik dan
juga system ekosistem sungai lainnya.
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-57
7. Ruang Terbuka Hijau
Pengembangan ruang terbuka hijau diatur dalam undang-undang No
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Proporsi ruang terbuka hijau
pada wilayah kota 30 % dari luas wilayah kota, yang terbagi dalam dua
bagian, yaitu 20% ruang terbuka hijau public dan 10% ruang terbuka
hijau privat. Kriteria umum untuk menciptakan ruang terbuka hijau
harus sesuai dengan jenis dan peruntukannya dan disesuaikan dengan
fungsi vegetasinya. Untuk kawasan hijau rekreasi kota dan kawasan
hijau kegiatan olahraga 40-60% dari luas areal harus dihijaukan.
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi II-58