Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL

PENGEMBANGAN KATALOG KEANEKARGAMAN HAYATI


DESA NGOMBAK, KEC.KEDUNGJATI, KAB. GROBOGAN

Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Konservasi dan Biodiversitas

Dosen Pengampu
1. Prof. Dr. Sri Ngabekti, M.S
2. Dr. Partaya, M.Si

Disusun Oleh:
Deska Aisyia Hanifa (NIM. 0402520035)

KONSENTRASI PENDIDIKAN IPA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat hidayah kepada kita,
sehingga kami dapat menyelesaikan proposal mini research keanekaragaman hayati di
daerah tempat tinggal penulis yaitu Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten
Grobogan.
Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam penyusunan proposal ini. Untuk itu
kami sangat mengapresiasi jika terdapat kritik atau saran yang sifatnya membangun agar
penulisan makalah selanjutnya dapat diperbaiki. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya
ilmu biologi dalam kajian Biodiversitas.

April, 2021
Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang`........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 1
1.3 Tujuan......................................................................................................... 1
1.4 Manfaat....................................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 3
2.1 Dasar Teori.................................................................................................. 3
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 8
3.1 Subjek dan Lokasi Penelitian...................................................................... 9
3.2 Alat Penelitian……………………………………………………………. 10
3.3 Metode Penelitian………………………………………………………… 11
3.4 Rancangan Penelitian ……………………………………………………. 12
3.5 Prosedur Penelitian ..................................................................................... 13
3.6 Alur Penelitian............................................................................................. 14
Daftar Pustaka ................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah suatu istilah pembahasan yang
mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan
menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan,
dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk
kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi
keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu.
Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem
biologis.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang
menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada dua
faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor
genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme.
Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme.
Lingkungan atau faktor eksternal seperti makanan, suhu, cahaya matahari,
kelembaban, curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama faktor menurun yang
diwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip suatu individu.
Dengan demikian fenotip suatu individu merupakan hasil interaksi antara genotip
dengan lingkungannya Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat
kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi.
Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk bersel banyak dan tingkat organisasi
kehidupan individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai
ekosistem.
Keanekaragaman hayati tidak terdistribusi secara merata di bumi;
wilayah tropis memiliki keanekaragaman hayati yang lebih kaya, dan jumlah
keanekaragaman hayati terus menurun jika semakin jauh
dari ekuator.Keanekaragaman hayati yang ditemukan di bumi adalah hasil dari
miliaran tahun proses evolusi. Asal muasal kehidupan belum diketahui secara pasti
dalam sains. Hingga sekitar 600 juta tahun yang lalu, kehidupan di bumi hanya
berupa archaea, bakteri, protozoa,dan organisme lainnya lainnya sebelum organisme
multiseluler muncul dan menyebabkan ledakan keanekaragaman hayati yang begitu
cepat, namun secara periodik dan eventual juga terjadi kepunahan secara besar-
besaran akibat aktivitas bumi, iklim, dan luar angkasa.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana indeks diversitas di daerah Desa Ngombak Kecamatan Kedungjati
Kabupaten Grobogan?
2. Bagaiamana Indeks kemerataan diversitas di daerah Desa Ngombak Kecamatan
Kedungjati Kabupaten Grobogan?
3. Bagaimana Indeks dominansi diversitas di daerah Desa Ngombak Kecamatan
Kedungjati Kabupaten Grobogan?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui indeks diversitas di daerah Desa Ngombak Kecamatan Kedungjati
Kabupaten Grobogan
2. Mengetahui Indeks kemerataan diversitas di daerah Desa Ngombak Kecamatan
Kedungjati Kabupaten Grobogan
3. Mengatahui Indeks dominansi diversitas di daerah Desa Ngombak Kecamatan
Kedungjati Kabupaten Grobogan

1.4. Manfaat
Dapat dijadikan sebagai bahan ajar di kelas dan dapat sebagai bahan tambahan
ilmu pengetahuan mengenai Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen maupun Tingkat
Spesies
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3.7 Dasar Teori


1. Konsep Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman adalah semua kumpulan benda yang bermacam-macam, baik
ukuran, warna, bentuk, tekstur dan sebagainya. Hayati yaitu menunjukkan sesuatu
yang hidup. Jadi keanekaragaman hayati menggambarkan bermacam-macam makhluk
hidup (organisme) penghuni biosfer. Keanekaragaman hayati disebut juga
“Biodiversitas”. Keanekaragaman atau keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi
karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan
dan sifat-sifat lainnya. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk
hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu
daerah. Ada dua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan
faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap
morfologi organisme. Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap
morfologi organisme. Lingkungan atau faktor eksternal seperti makanan, suhu, cahaya
matahari, kelembaban, curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama faktor menurun
yang diwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip suatu
individu. Dengan demikian fenotip suatu individu merupakan hasil interaksi antara
genotip dengan lingkungannya Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai
tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat
tinggi. Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk bersel banyak dan tingkat
organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari
spesies sampai ekosistem.
2. Tingkat Keanekaragaman Hayati
a.  Tingkat Keanekaragaman Gen
Setiap sifat organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan
(gen), satu dari induk jantan dan lainnya dari induk betina. Keanekaragaman tingkat
ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis.
Apa yang menyebabkan terjadinya keanekaragaman gen? Perkawinan antara dua
individu makhluk hidup sejenis merupakan salah satu penyebabnya. Keturunan dari
hasil perkawinan memiliki susunan perangkat gen yang berasal dari kedua
induk/orang tuanya. Kombinasi susunan perangkat gen dari dua induk tersebut akan
menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu spesies berupa varietas-varietas
(varitas) yang terjadi secara alami atau secara buatan.
     b. Tingkat Keanekaragaman Spesies
Keanekaragaman ini lebih mudah diamati daripada keanekaragaman gen.
Keanekaragaman hayati tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya beraneka
macam jenis mahluk hidup baik yang termasuk kelompok hewan, tumbuhan dan
mikroba.
Untuk mengetahui keanekaragaman hayati tingkat jenis pada tumbuhan atau hewan,
anda dapat mengamati, antara lain ciri-ciri fisiknya. Misalnya bentuk dan ukuran
tubuh,warna, kebiasaan hidup dan lain-lain.
Contoh, dalam keluarga kacang-kacangan, antara lain; kacang tanah, kacang
kapri, kacang hijau dan kacang buncis. Di antara jenis kacang-kacangan tersebut
Anda dapat dengan mudah membedakannya, karena antara mereka ditemukan ciri-ciri
yang berbeda antara ciri satu dengan yang lainnya. Misalnya ukuran tubuh atau
batang (ada yang tinggi dan pendek); kebiasaan hidup (tumbuh tegak, ada yang
merambat), bentuk buah dan biji, warna biji, jumlah biji, serta rasanya yang berbeda.
    c.  Tingkat Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa
dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap
unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. Ekosistem merupakan
penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik
antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu
struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme
dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada. Dalam
ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan
lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan
lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk
keperluan hidup. Pengertian ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: "organisme,
khususnya mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan
suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk kehidupan". Hal ini
mengarah pada kenyataan bahwa kandungan kimia atmosfer dan bumi sangat
terkendali dan sangat berbeda dengan planet lain dalam tata surya. Kehadiran,
kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat
ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada
dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, inilah yang disebut dengan
hukum toleransi. Misalnya: Panda memiliki toleransi yang luas terhadap suhu, namun
memiliki toleransi yang sempit terhadap makanannya, yaitu bambu. Dengan
demikian, panda dapat hidup di ekosistem dengan kondisi apapun asalkan dalam
ekosistem tersebut terdapat bambu sebagai sumber makanannya. Berbeda dengan
makhluk hidup yang lain, manusia dapat memperlebar kisaran toleransinya karena
kemampuannya untuk berpikir, mengembangkan teknologi dan memanipulasi alam.
3. Komponen-komponen pembentuk ekosistem
a. Abiotik
Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang
merupakan medium atau substrat tempat
berlangsungnya kehidupan,atau lingkungan tempat hidup.
Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya.
Komponen abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik, dan faktor yang
memengaruhi distribusi organisme, yaitu:
a) Suhu
Proses biologi dipengaruhi suhu. Mamalia dan unggas membutuhkan energi untuk
meregulasi temperatur dalam tubuhnya.
b) Air
Ketersediaan air memengaruhi distribusi organisme. Organisme di gurun
beradaptasi terhadap ketersediaan air di gurun.
c) Garam
Konsentrasi garam memengaruhi kesetimbangan air dalam organisme
melalui osmosis. Beberapa organisme terestrial beradaptasi dengan lingkungan
dengan kandungan garam tinggi.
d) Cahaya matahari
Intensitas dan kualitas cahaya memengaruhi proses fotosintesis. Air dapat
menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air, fotosintesis terjadi di sekitar
permukaan yang terjangkau cahaya matahari. Di gurun, intensitas cahaya yang besar
membuat peningkatan suhu sehingga hewan dan tumbuhan tertekan.
e) Tanah dan batu.
Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan komposisi
mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan sumber
makanannya di tanah.
f) Iklim
Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area. Iklim
makro meliputi iklim global, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi iklim dalam
suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu.
b. Biotik
Biotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang
hidup (organisme). Komponen biotik adalah suatu komponen yang menyusun suatu
ekosistem selain komponen abiotik (tidak bernyawa).
a) Heterotrof / Konsumen
Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-
bahan organik yang disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya. Komponen
heterotrof disebut juga konsumen makro (fagotrof) karena makanan yang dimakan
berukuran lebih kecil. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur,
dan mikroba.
b)  Pengurai / dekomposer
Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan
bahan organik yang berasal dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen
makro (sapotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih besar. Organisme
pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan
yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Yang tergolong
pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula pengurai yang disebut detritivor, yaitu
hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik, contohnya adalah kutu kayu.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2021 di Desa Ngombak, Kecamatan
Kedungjati, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah.
3.2 Alat Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat gawai untuk memotret keanekaragaman hayati, dan
komputer untuk menghitung dan menganalisis data yang didapatkan dari observasi.
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi, dimana peneliti
secara langsung turun ke lokasi (lapangan) penelitian. Selain itu, Jenis penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif lapangan. Menurut Sugiono (2012) penelitian
kuantitatif merupakan penelitian yang menuntut penggunaan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.
Penelitian kuantitatif digunakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengaruh,
keeratan korelasi atau asosiasi antar variabel, atau kadar suatu variabel dengan cara
pengukuran. Batasan Variabel Untuk mempermudah penelitian ini, maka pokok
permasalahan yang akan dibahas adalah menghitung biodiversitas di lokasi
penelitian. Variabel yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Diversitas atau Indek Keanekaragaman Hayati (IKH)
Merupakan nilai diversitas yang diperoleh dengan cara menghitung setiap spesies
bivalvia dan jumlahnya yang terdapat pada setiap stasiun penelitian. Data yang
digunakan adalah data yang diperoleh selama kegiatan penelitian berlangsung di
kawasan Teluk Pangpang.
2. Indek Keseragaman Indeks keseragaman adalah adalah komposisi tiap spesies
yang terdapat dalam setiap stasiun penelitian. Data yang digunakan adalah data
selama kegiatan penelitian berlangsung 3 April 2021 sampai 22 April 2021.
3. Indek Dominasi
Indeks dominansi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai jenis
diversitas yang mendominasi pada lokasi penelitian. Data yang digunakan adalah
data selama kegiatan penelitian berlangsung 3 April 2021 sampai 22 April 2021
di lokasi penelitian.
4. Pengambilan data
Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan metode observasi yang
dimana peneliti melakukan penelitian secara langsung ke lokasi penelitian
(stasiun penelitian) di Desa Ngombak untuk mengamati beberapa jenis spesies di
daerah tersebut.
3.4 Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode observasi. Observasi
dilaksanakan dengan meninjau langsung lokasi penelitian dan menentukan titik-titik
lokasi penelitian dan luas area yang ingin diobservasi.

3.5 Prosedur Penelitian


3.5.1 Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah ditentukan lokasi di Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati,
Kabupaten Grobogan, ditentukan ukuran area yang akan diobservasi adalah Panjang
24 meter dan lebar 40 meter, jadi luas area observasi adalah 960 m2. Berikut gambar
area observasi biodiversitas :
Gambar 1. Lokasi Penelitian
3.5.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi dan fokus pada lokasi
penelitian untuk mendata keanekaraman hayati di lokasi penelitian. Menurut Odum
(1993) dalam Kusnadi (2016) untuk menghitung keanekaragaman,keseragaman dan
dominasi maka digunakan rumus sebagai berikut:
1. Indeks Keanekaragaman Hayati

𝑖=1
H '= ∑ 𝑃𝑖 𝐼𝑛 𝑃𝑖
𝑠
Keterangan : H' = Indeks Keanekaragaman Hayati
ni = Jumlah Individu Jenis
N = Jumlah Total Individu
Kategori dalam menilai indeks keanekaragaman hayati dibagi tiga yaitu :
H’ < 2 = Rendah
2 < H’ < 3 = Sedang
H’ > 3 = Tinggi
2. Indeks Keseragaman
Indeks keseragaman dihitung dengan menggunakan rumus Evennes-Indeks.

𝐸 = 𝐻 /𝐻′maks
Keterangan : E = Indeks Keseragaman Jenis
H' = Indeks Keanekaragaman Jenis
S = Jumlah spesies
Kategori dalam menilai indeks keseragaman dibagi tiga yaitu :
0,00 < E < 0,50 Komunitas Tertekan
0,50 < E < 0,75 Komunitas Labil
0,75 < E < 1,00 Komunitas Stabil
3. Indeks dominasi
Indeks domonansi dihitung dengan rumus Dominance of Simpson.
s
𝐶 = ∑(𝑃𝑖)2
i=1
Keterangan :
C = Indeks Dominansi
ni = Jumlah masing-masing spesies
N = Jumlah Total Individu
Kategori dalam menilai indeks dominasi dibagi tiga yaitu :
0,00 < C < 0,50 Rendah
0,50 < C < 0,75 Sedang
0,75 < C < 1,00 Tinggi

3.6 Alur Penelitian


Alur Penelitian dalam proposal penelitian ini menggambarkan mengenai
tahapan atau prosedur penelitian untuk mengetahui keanekaragaman hayati yang ada
di Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan, dan selanjutnya
dapat dijadikan sebagai bahan ajar sebagai ilmu tambahan bagi peserta didik.
Daftar Pustaka

Anonim. (2018). Keanekaragaman Hayati di Indonesia. Diakses dari laman


web tanggal 22 April 2021 dari:
https://satudata.bappenas.go.id/ensiklopedia/index.php/2018/11/23/keanek aragaman-
hayati-di-indonesia/
Anonim. (2019). Lokasi Penelitian Taman Kehati Kiara Payung Kabupaten
Sumedang. Diakses dari laman web tanggal 22 April 2021
Achsanalya, M. (2015). Kelimpahan dan Keanekaragaman Collembola di
Hutan Cagar Alam Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Skripsi FKIP UNPAS
Bandung: Tidak diterbitkan.
Ali, E.N. (2017). Keanekaragaman Arthropoda Permukaan Tanah Pada
Pertanaman Ubikayu (Manihot utilissima Pohl.) Setelah Perlakuan Olah Tanah dan
Pengelolaan Gulma. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Lampung Bandar
Lampung: Tidak diterbitkan.
Azhari, Y. (2014). Keanekaragaman dan Populasi Collembola Tanah di Area
Revegetasi PT. Aneka Tambang, Ubpe Pongkor, Kecamatan Nanggung, Kabupaten
Bogor. Skripsi Fakultas Pertanian IPB Bogor: Tidak diterbitkan.
Campbell, N.A dkk. (2010). Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta:
Erlangga. Cartono. (2005). Ekologi Tumbuhan. Bandung: Prisma Press. Cartono &
Nahdiah, R. (2008). Ekologi Tumbuhan. Bandung: Prisma Press.
Erwinda, Widyastuti, R., Djajakirana, G., & Suhardjono R. Y. (2016).
Keanekaragaman dan Fluktuasi Kelimpahan Collembola di Sekitar Tanaman Kelapa
Sawit di Perkebunan Cikasungka, Kabupaten Bogor. Jurnal Entomologi Indonesia.
13(2): 105.
Favret, C., Tzaud, M., Erbe, F, E., Bauchan, R.G., & Ochoa, R. (2015). An
Adhesive Collophore May Help Direct the Springtail Jump. (hlm.1) UK:
Universitas Oxford. Hamada, N., Throp, J.H., & Rogers, D,C. (2018). Keys to
Neotropical Hexapoda Fourth Edition Volume III. Brazil: Candice Janco.

Anda mungkin juga menyukai