Anda di halaman 1dari 8

VISI (2013) 21 (2) 1315-1322

1315
_____________
ISSN 0853-0203

PENYELIDIKAN GEOKIMIA PANAS BUMI LAU SIDEBUK-DEBUK
KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA

J uliper Nainggolan

ABSTRACT

This study aims to look at the potential of geothermal energy in Lau-debuk Sidebuk
with geochemical investigations. This investigation also measurements in addition
to direct measurements performed in chemical laboratories. Measurement and
sampling conducted at four points with different height positions measured by the
Global Posistion System (GPS). The fourth position of the sample point is at about
N coordinates: 30 13 '624 "and E: 980 30' 590" with a height of 1372 m above sea
level. The average surface temperature is 479,37
0
C and the acidic pH of about
6.45 with 1888 micro electrical conductivity/cm. Results of chemical analysis, chart
analysis and temperature measurement with Trilinier Geothermometer obtained
approximately 479.370
0
C reservoir temperature and classified sulfate type water.
With gradient decreased 30
0
C per km then the depths of the reservoir is estimated
to 141 km from the surface. Above results illustrate that the hot springs-debuk
Sidebuk Lau has great potential as an alternative energy source, but it is necessary
to study the geoelectric and geologic.
-------------
Keywords: Lau Sidebuk-debuk, Temperature Reservoir, Geochemistry

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Estimasi potensial energi panas bumi didasarkan pada kajian ilmu geologi,
geofisika dan tenik reservoir . Kajian geologi lebih ditekankan pada sistem
vulkanis, struktur geologi, umur batuan, jenis dan tipe batuan ubahan dalam
kaitannya dengan sistem panas bumi. Kajian geokimia ditekankan pada tipe dan
tingkat kemurnian air, asal mula air panas, model hidrologi dan sistem fluidanya.
Kajian geofisika menghasilkan parameter fisis batuan dan struktur bawah
permukaan dari sistem panas bumi. Kajian teknik reservoar menghasilkan fase
teknik yang mendefinisikan klasifikasi cadangan termasuk sifat fisis batuan dan
fluida serta pemindahan fluida dari reservoar.
Beberapa penyelidik terdahulu melakukan penyelidikan tentang panas bumi
adalah Delita, (2008). Yang menjadi lokasi penelitiannya adalah daerah panas
bumi Sipoholon, Tapanuli Utara. Hasil perhitungan suhu reservoar panas bumi
Sipoholon dengan menggunakan persamaan geotermometer empiris berkisar 230 -
280
0
C. Berdasarkan penelitian sebelumnya suhu reservoar panas bumi Sipoholon
dengan menggunakan persamaan geotermometer diperoleh kisaran temperatur
antara 143 230
0
C. Cara eksplorasi sistem geotermometer juga telah
dilaksanakan oleh Cristina. Penelitian ini dilaksanakan di daerah Dolok Marawa
pada tahun 2010. Geotermometer yang sesuai dengan persyaratan fisika dan kimia
VISI (2013) 21 (2) 1315-1322

1316
_____________
ISSN 0853-0203

menunjukkan bahwa daerah Dolok Marawa memiliki suhu reservoir sekitar 187
0
C (Cristina,2010).
Geothermal dapat juga dimaknai sebagai energi panas yang terbentuk secara
alami dibawah permukaan bumi. Kerak bumi (crust), yang merupakan lapisan
terluar yang keras/padat berupa batu, mampu menahan aliran panas yang berasal
dari bawah permukaan bumi. Sementara mantel bumi (mantle) merupakan lapisan
yang semi-cair atau batuan yang meleleh atau sedang mengalami perubahan fisik
akibat pengaruh tekanan dan temperatur tinggi disekitarnya. Sedangkan bagian
luar dari inti bumi (outer core) berbentuk liquid. Akhirnya, lapisan terdalam dari
inti bumi (inner core) berwujud padat.
Jauh dibawah permukaan bumi terdapat panas yang sangat tinggi sehingga
semua batuan dan benda berubah menjadi cair. Batuan cair yang bersuhu tinggi
tersebut dinamakan magma. Semenjak terjadinya bumi, magma tersebut selalu
memanasi kerak bumi yang merupakan bagian terluar dari bumi sampai
kedalaman 15 km (jari-jari bumi : 6371 km). Kerak tersebut mengandung air yang
ikut terpanasi. Apabila air tersebut dapat tembus atau muncul kepermukaan bumi
dan bebas dari tekanan yang disebabkan oleh kedalamannya, maka akan berubah
menjadi uap panas, kubangan lumpur panas ataupun sebagian mata air panas
(Saptadji Miryani Nenny, 1992)
Sistem panas bumi dialam mencakup sistem hidrotermal yang merupakan
sistem tata air, proses pemanasan dan kondisi sistim dimana air yang terpanaskan
terkumpul. Sistem panas memiliki syarat sebagai berikut :
1. Adanya peresapan air tanah dalam (air meteorik).
2. Adanya sumber panas berupa kantong magma, baik sisa dari gunung api
maupun terobosan magma dikedalaman (stock).
3. Adanya susunan batuan, yang terdiri dari batuan tudung kedap air uap,
batuan sarang yang tembus air uap dan batuan kedap sebagai penghantar
panas.
4. Adanya gejala struktur, umumnya patahan yang menjebak bagi tersebarnya
manifestasi panas bumi dipermukaan.
Keseluruhan parameter diatas bekerja saling terkait membentuk sistem
panas bumi. Batuan panas akan berfungsi sebagai sumber pemanas air yang dapat
berwujud tubuh terobosan granit. Pada umumnya sumber panas bumi terdapat di
jalur gunung api, maka sebagai sumber panas adalah magma atau batuan yang
telah mengalami radiasi panas dari magma.
Terjadinya sumber energi panas bumi di Indonesia serta karakteristiknya
dijelaskan oleh Hazuardi (1992) sebagai berikut. Ada tiga lempengan yang
berinteraksi di Indonesia, yaitu lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan
lempeng Eurasia. Tumbukan yang terjadi antara ketiga lempeng tektonik tersebut
telah memberikan peranan yang sangat penting bagi terbentuknya sumber energi
panas bumi di Indonesia. Tumbukan antara lempeng India-Australia di sebelah
selatan dan lempeng Eurasia di sebelah utara mengasilkan zona penunjaman
VISI (2013) 21 (2) 1315-1322

1317
_____________
ISSN 0853-0203

(subduksi) di kedalaman 160 - 210 km di bawah Pulau Jawa-Nusatenggara dan di
kedalaman sekitar 100 km di bawah Pulau Sumatera.
Petrucci Ralph (1985) membedakan sistem panas bumi menjadi tiga yaitu
rendah (< 125
0
C ), sedang (125
0
C 225
0
C) dan tinggi ( >225
0
C). Yang paling
baik untuk digunakan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik adalah yang
masuk kategori high temperature. Namun dengan perkembangan teknologi,
sumber panas bumi dengan kategori low temperature juga dapat digunakan
asalkan suhunya melebihi 50
0
C.
Metode geokimia dalam kegiatan eksplorasi panas bumi, dimaksudkan
untuk mengetahui jenis manifestasi, dan karakteristik kimia dari manifestasi dan
perkiraan temperatur bawah permukaan. Distribusi anomali senyawa kimia secara
lateral seperti pH, Hg tanah dan CO
2
udara tanah pada daerah penyelidikan.
Analisa kimia panas bumi dari contoh tanah, air panas, air dingin, dan gas untuk
dianalisis kandungan seperti pH, daya hantar listrik, SiO
2
, Al, Fe, Ca, Mg, K, Na,
Li, NH
4
, B, Cl, SO
4
, HCO
3
, As, F, Hg, CO,CH
4
, H
2
, O
2
, N
2
, NH
3
, SO
2
, CO
2
, H
2
S
dan HCl dengan metode titrimetri dan kromatrografi dan menggunakan peralatan
mercury Analyzer (AAS), Gas Cromatography dan peralatan lainnya. Pengolahan
data berupa plotting data pada diagram segi tiga: klasifikasi air panas Cl - SO
4
-

HCO
3
, kandungan relatif Na/1000, K/100, Mg, Cl/100-Li-B/4 hasil analisis pH,
Hg, dan CO
2
serta pembuatan peta distribusinya. Pendugaan temperatur bawah
permukaan berdasarkan perhitungan Geothermometri.
Geothermometer memungkinkan temperature dari fluida reservoir dapat
diperkirakan. Hal ini penting untuk mengevaluasi sistem panas bumi yang baru
dan mengamati sistem hidrologinya. Pada tahap ini, geothermometer berdasarkan
daya larutan daripada mineral (silika) serta reaksi pergantian antara Na K : Na
K Ca dan lain lain. Geothermometer larutan berdasarkan temperature
equilibrium fluida mineral dan 5 dasar asumsi (Ellis & Mahon,1977) yaitu :
Konsentrasi daripada elemen elemen atau unsur unsur yang akan
digunakan dalam geothermometer harus dikontrol oleh temperature fluida
mineral tersebut,
Kelimpahan mineral mineral atau unsur unsur larutan dalam fluida yang
akan bereaksi dengan cepat,
Reaksi yang mencapai kesetimbangan dalam fluida,
Adanya kecepatan aliran kepermukaan tanpa re-equiriblium setelah fluida
meninggalkan reservoir,
Tidak ada pencampuran .
Sehingga dapat dikatakan bahwa geothermometer larutan sangat
tergantung pada kecepatan reaksi harus cukup cepat dalam membentuk suatu
sistem kesetimbangan. Untuk memastikan komposisi reservoir tertahan oleh air
VISI (2013) 21 (2) 1315-1322

1318
_____________
ISSN 0853-0203

serta kecepatannya tidak boleh membentuk sistem kesetimbangn baru pada saat
fluida bergerak kepermukaan.

1.2. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui potensi panas bumi Lau Sidebuk-debuk Kabupaten
Karo, Sumatera Utara dengan proses Geokimia

II. METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Lau Sidebuk debuk, desa Semangat gunung,
Kabupaten Karo, Sumatera Utara tahun 2012.

2.2. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan dan alat yang digunakan adalah : alat yang dipergunakan dalam
penyelidikan geokimia yang meliputi : Analisis kandungan seperti pH, kadar Hg
dan CO
2
, SiO
2
, Al, Fe, Ca, Mg, K, Na, Li, NH
4
, B, Cl, SO
4
, HCO
3
, As, F, Hg,
CO,CH
4
, H
2
, O
2
, N
2
, NH
3
, SO
2
, CO
2
, H
2
S dan HCl dengan metode titrimetri
menggunakan peralatan mercury Analyzer (AAS), Gas Chromatography dan
peralatan lainnya. Dengan menggunakan rumus geothermometer larutan akan
ditentukan suhu reservoir. Demikian juga tipe air dapat ditentukan dengan diagram
segitiga Cl-SO
4
-HCO
3.


2.3. Metode Penelitian
A. Geothermometer Na-K
Geothermometer dengan perbandingan Na/K memberikan indikasi
temperatur yang tinggi di bawah permukaan dengan melihat elemen sodium dan
potassium. Persamaan yang dapat digunakan dalam menghitung temperatur dari
perbandingan Na K, dengan rentang suhu (180-350), (Giggenbach, 1988 dalam
Nicholson,1993) adalah sebagai berikut :



B. Geothermometer Na-K-Ca
Terbentuk sebagai hasil dari reaksi pertukaran dengan Na-K-Ca pada
temperature rendah. Perbandingan Na-K-Ca akan representatif dan kondisi
terakhir reaksi sebelum keluar dari reservoir.
T
o
C =
( ) | | 750 . 1 / log
1390
+ K Na
- 273


VISI (2013) 21 (2) 1315-1322

1319
_____________
ISSN 0853-0203


| | 47 , 2 ) 06 , 2 ) / log( ) / log(
1647
) (
0
+ + +
=
Na Ca K Na
C t
|

Dengan , = 4/3 untuk t<100
0
C dan = 1/3 untuk t > 100
0
C

C.Geothermometer SiO
2
Suhu reservoir yang diperkirakan dari pengukuran konsentrasi silica
dengan suhu yang diukur secara langsung dengan metode fisika ternyata cocok
untuk air panas bumi suhu tinggi (180 260 )
0
C. Truesdell menyatakan bahwa
suhu reservoir dapat diperkirakan dari konsentrasi silica (mg/kg) dengan
menganggap air jenuh dengan kuarsa, adiabatic, pendinginan isoentalpi (Ellis and
Mohan, 1977). Rumus yang menyatakan hubungan konsentrasi silica dengan suhu
adalah :



Tipe dari fluida dapat ditentukan berdasarkan kandungan unsur kimia
yang paling dominan dijumpai di dalam air panas tersebut serta proses proses
fisika yang terjadi. Berikut ini adalah beberapa tipe fluida dari air panas (Ellis, J. A
& Mahon J. A. W, 1977), yaitu : klorida, sulfat dan bikarbonat.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di daerah Lau Sidebuk-debuk dengan empat
titik yang berjarak sekitar 300 meter satu dengan lainnya yaitu mataair 1, mataair
2, mataair 3 dan mataair 4. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran dengan
menggunakan global Position System (GPS), termometer, kertas lakmus serta pH
meter didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kualitas Air Lau Sidebuk-debuk
No Parameter
Mataair
1 2 3 4
1 Warna Jernih Jernih Jernih Jernih
2 Bau Sulfur Sulfur Sulfur Sulfur
3 Rasa Asam Asam Asam Asam
4 Suhu Permukaan 47
0
C 54
0
C 50
0
C 49
0
C
5 Ph 6,5 6,3 6,5 6,4
6 Ketinggian (dpl) 1372 m 1395 m 1365 m 1351 m
7 Posisi N:3
0
13

624
E:98
0
30590
N:3
0
13

462
E:98
0
30818
N:3
0
13

261
E:98
0
30952
N:3
0
13

256
E:98
0
30984
Analisa Geokimia sangat membantu dalam mendapatkan informasi
mengenai kondisi dari pada reservoir dalam penentuan karakteristik panas bumi
T
o
C = 273
] 2 [ 768 , 5
5 , 1533

SiO Log





273


VISI (2013) 21 (2) 1315-1322

1320
_____________
ISSN 0853-0203

pada daerah penelitian. Analisis kimia dilakukan Badan pengkajian Kebijakan
Iklim Dan Mutu Industri Balai Riset Dan Standarisasi Industri Medan, BTKL
PPM dan Sucofindo. Hasil analisis kimia untuk keempat mataair terdapat pada
tabel di bawah ini
Tabel 2. Komposisi Kimiawi Air Lau Sidebuk-debuk

No
Parameter Satuan
Mataair
1 2 3 4
1. Kalium(K) mg/l 23,5 23,9 29,0 23,7
2. Kalsium(Ca
+2
) mg/l 93,9 81,8 91.1 75,0
3. Natrium(Na) mg/l 30,2 31,6 32,6 31,0
4. Air Raksa mg/l < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01
5. Klorida (Cl) mg/l 90,3 130 177 127
6. Silika (SiO
2
) mg/l 3,8 26,4 19,9 20,4
7. Sulfat (SO
4
-2
) mg/l 978 775 765 677
8. Magnesium (Mg) mg/l 659 595 645 498
9. Bikarbonat (HCO
3
-
) Mg/l 26,46 20,50 39,69 45,57
10
.
Elektric Konduktivity Mikro/cm 1508 2070 1888 1640
Dalam penentuan tipe air panas berdasarkan analisa geokimia mataair
panas daerah penelitian menggunakan klasifikasi diagram Trilinier (Back, 1966
dalam Dendi S Kusuma, 2005) berdasarkan kandungan relatif anion klorida, sulfat
dan bikarbonat. Dari diagram disimpulkan tipe air panas termasuk dalam tipe
sulfat seperti terlihat pada diagram berikut.












Gambar 1. Tipe Air Panas Berdasarkan Analisa Geokimia
Mataair 4

Mataair 2
Mataair 3

Mata air 1
VISI (2013) 21 (2) 1315-1322

1321
_____________
ISSN 0853-0203

Berdasarkan perhitungan suhu reservoir yang menggunakan tiga
persamaan geothermometer emperis diatas dan konsentarasi hasil pengukuran
pada tabel diatas didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 3. Hasil Pengukuran Suhu Mata Air
No Sampel T(SiO
2
)
0
C T(Na-K)
0
C T(Na-K-Ca)
0
C
1 Mataair 1 22,47 474,59 531,11
2 Mataair 2 79,67 469,65 531,83
3 Mataair 3 69,98 498,72 543,62
4 Mataair 4 75,91 474,51 533,24
Rata rata 62,01 479,37 534,95

Berdasarkan data diatas, nilai yang paling mendekati untuk suhu reservoir
adalah 479,37
0
C. Jika gradien penurunan suhu adalah 3
0
C tiap km, suhu
permukaan sekitar 54
0
C dan suhu reservoir 479,37
0
C maka diperkirakan
kedalaman reservoir dari permukaan adalah 141 km.

IV. KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan perhitungan suhu dengan geothermometer maka perhitungan
geotermometer Na-K yang paling mendekati. Suhu reservoir air panas
Sidebuk-debuk sekitar 479,37
0
C tergolong air panas suhu tinggi.
2. Suhu permukaan antara 47
0
C 54
0
C, pH antara 6,3 6,5 bersifat asam dan
daya hantar listriknya 1888 mikro/cm.
3. Kedalaman reservoir dari permukaan dengan menganggap pendinginan
terjadi 3
0
per km adalah sekitar 141 km.
4. Berdasarkan analisa diagram Trilinier, mataair panas sidebuk debuk
tergolong tipe air sulfat.


DAFTAR PUSTAKA
Delita, (2008), Perhitungan Suhu Reservoir Daerah Panas Bumi Sipoholon,
Tapanuli Utara menggunakan Persamaan Geotermometer Empiris,
Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.1
Dendi Surya Kusuma dkk, (2005), Prospek Panas Bumi di Daerah Ranau,
Lampung dan Sumatera selatan, Subdik Panas Bumi.
Ellis, A. J., dan Mahon, W. A. J., (1977), Chemistry and Geothermal System,
Academic Press. Inc, Orlando.
Giggenbach,W.F, and Goguel, 1988, Methods for tthe collection and analysis of
geothermal and volcanic water and gas samples, Petone New Zealand
VISI (2013) 21 (2) 1315-1322

1322
_____________
ISSN 0853-0203

Hazuardi.,(1992), Pengantar Eksplorasi Panas Bumi, PPT MIGAS(Pusat Tenaga
Perminyakan dan Gas Bumi),Cepu.
Miryani, S. N, (1992), Teknik Panas Bumi: http://www.dim.esdm.go.id/ Diakses
Tanggal 2 Juni 2010, Jam 09.39 WIB
Ralph, P.H., (1985), Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Suminar
Achmadi, Ph.D. (penerjemah), Edisi keempat, Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Situmorang, Cristina (2010), Perhitungan Suhu Reservoir Panas Bumi Rianiate
Kecamatan Pangururan Menggunakan Persamaan Geothermometer
Empiris, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Anda mungkin juga menyukai