DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS MATARAM
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Udara yang bersih merupakan salah satu faktor penting dalam menjaga
kesehatan manusia dan lingkungan. Kota-kota besar di Indonesia seperti
Mataram, NTB memiliki tingkat polusi udara yang cukup tinggi akibat dari
kegiatan industri dan transportasi. Polusi udara memiliki dampak yang
signifikan pada kesehatan manusia, lingkungan, dan ekosistem. Salah satu
cara untuk mengurangi polusi udara adalah dengan meningkatkan
keberadaan vegetasi di perkotaan.
Vegetasi yang tumbuh di perkotaan memiliki kemampuan untuk menyerap
polutan udara dan menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis. Hal ini
dapat membantu dalam mengurangi jumlah polutan udara dan meningkatkan
kualitas udara di perkotaan. Oleh karena itu, penelitian mengenai pengaruh
keberadaan vegetasi terhadap kualitas udara di perkotaan menjadi sangat
penting.
Indeks kualitas udara adalah salah satu metode yang digunakan untuk
mengukur tingkat polusi udara di suatu daerah. Indeks kualitas udara ini
digunakan untuk menentukan tingkat kualitas udara suatu daerah dengan
mengukur konsentrasi polutan seperti SO2, NO2, PM10, CO, dan O3 dalam
udara. Dalam penelitian ini, akan dibandingkan indeks kualitas udara pada
beberapa titik di Kota Mataram dengan mempertimbangkan keberadaan
vegetasi di sekitarnya.
Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa keberadaan
vegetasi memiliki pengaruh yang signifikan pada kualitas udara di perkotaan.
Sebagai contoh, penelitian oleh McPherson et al. (2011) menunjukkan bahwa
peningkatan luas penutupan vegetasi di perkotaan dapat mengurangi
konsentrasi polutan udara seperti NO2 dan O3. Selain itu, penelitian oleh
Nowak et al. (2006) menunjukkan bahwa peningkatan keberadaan pohon di
perkotaan dapat meningkatkan kualitas udara dengan mengurangi
konsentrasi polutan seperti SO2 dan PM10.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Mampu memberikan informasi terkait indeks kualitas udara di Kota
Mataram serta berbagai faktor yang memengaruhi indeks tersebut secara
real time
2. Mampu meningkatkan pemahaman tim penulis terkait mata kuliah
Pengendalian Pencemaran Udara (PPU) dengan mempelajari dan
menelaah secara mendalam permasalahan lokal yang terjadi di sekitar
Kota Mataram sebagai objek pengamatan
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Pengamatan
Pengumpulan data dilakukan pada 6 titik tersebar di dalam wilayah
administratif Kota Mataram. Pemilihan lokasi pengumpulan data dilakukan
melalui metode purposive sampling dengan memperhatikan dua
pertimbangan yakni: 1) keberadaan vegetasi; dan 2) representasi geografis.
Berdasarkan keberadaan vegetasi, lokasi pengumpulan data kemudian dibagi
kedalam tiga kelas: lokasi bervegetasi tinggi; lokasi bervegetasi sedang; dan
lokasi bervegetasi rendah. Lokasi bervegetasi tinggi adalah area yang
ditumbuhi oleh vegetasi tinggi seperti pepohonan dengan kerapatan yang
tinggi, mampu memberikan perlindungan yang baik dari sinar matahari
langsung, membantu mengurangi suhu udara. memberikan perlindungan dari
angin, menyerap polutan dari udara, dan mengurangi erosi tanah. Lokasi
bervegetasi sedang-rendah adalah area yang memiliki vegetasi yang sedang
seperti pepohonan kecil, semak, dan perdu yang lebih rendah dari pepohonan
serta dengan kerapatan yang lebih lenggang. Vegetasi sedang memberikan
beberapa manfaat yang mirip dengan vegetasi tinggi, tetapi mungkin kurang
efektif dalam menyerap polutan dan mengurangi suhu udara. Keterangan
untuk masing-masing tempat pengamatan tertera pada tabel berikut:
No Lokasi Kordinat Status vegeasi
B. Waktu Pengamatan
Pengumpulan data dilakukan selama pada hari Selasa (11/04/2023).
Pengumpulan data dilakukan pada pagi hari (jam 07:00), siang (14:00), sore
(17:00) dan malam hari (20:00).
A. Hasil
1. Indeks Kualitas Udara di Rembige
Hari Jam Indeks PM PM SO2 NO2 O3 CO Suhu RH WV
Kualitas 2.5 10 (oC) (%) (km/
Udara h)
10:00
B. Pembahasan
Pengamatan yang dilakukan dalam studi ini bertujuan untuk mengetahui
indeks kualitas udara di kota Mataram serta pengaruh keberadaan vegetasi
terhadap indeks tersebut. Keseluruhan indeks kualitas udara yang tercatat
berada dalam rentang 15-18 yang menunjukkan bahwa kualitas udara di kota
Mataram berada dalam kondisi aman. Keenam parameter penyusun indeks
kualitas udara dibandingkan dengan baku mutu udara ambien berdasarkan
Lampiran VII PP No. 22 Tahun 2021 yakni sebagai berikut:
No Parameter Waktu Baku Mutu
Pengukuran
1. Sulfur Dioksida 1 jam 150 ug/m3
24 jam 75 ug/m3
2. Karbon Monoksida 1 jam 10000 ug/m3
8 jam 65 ug/m3
3. Nitrogen Dioksida 1 jam 200 ug/m3
24 jam 65 ug/m3
4 Oksigen fotokimia (Ox) 1 jam 150 ug/m3
sebagai Ozon (O3)
8 jam 100 ug/m3
5 Partikulat debu <10 um 24 jam 75 ug/m3
(PM10)
6 Partikulat debu <2.5 um 24 jam 55 ug/m3
(PM2.5)
Perbandingan terhadap baku mutu menunjukkan bahwa tidak ada satupun
parameter yang teridentifikasi melampaui baku mutu yang berlaku selama
periode penelitian berlangsung,
Hasil yang dijumpai pada pengamatan menunjukkan bahwa keberadaan
vegetasi mampu memberikan efek positif terhadap kualitas udara di
sekitarnya. Udayana sebagai representasi lokasi dengan kerapatan vegetasi
tinggi, mampu secara konsisten menjadi kawasan dengan tren polutan
terendah untuk lima dari enam polutan yang terindeks (semua polutan
kecuali karbon monoksida memiliki kandungan terendah di Udayana).
Sebaliknya, kawasan Pagesangan dan Rembige sebagai kawasan dengan
vegetasi rendah, memiliki tren polutan tertinggi untuk semua parameter
(kecuali SO2). Kawasan Gomong (vegetasi tinggi) dan Jempong Baru
(vegetasi rendah) juga menunjukkan performa kualitas udara yang cukup
baik. Namun, perlu diingat bahwa vegetasi bukan satu-satunya faktor yang
memengaruhi tren ini.
Gambar 3.1 Grafik PM 2.5
Parameter utama dalam studi ini adalah PM2.5. PM2.5 (particulate matter
dengan ukuran 2.5 mikrometer atau kurang) sangat penting sebagai pencemar
udara karena ukurannya yang sangat kecil dan memiliki kemampuan untuk
masuk ke dalam saluran pernapasan manusia. Partikel ini dapat mencapai
bronkiolus dan alveolus di dalam paru-paru, yang dapat menyebabkan
berbagai masalah kesehatan, seperti iritasi paru-paru, penyakit pernapasan
kronis, bahkan kanker paru-paru. Pengamatan menunjukkan bahwa
kandungan PM2.5 pada udara ambien kota Mataram masih berada dalam
tingkat aman sehingga potensi bahaya yang ditimbulkan cenderung lebih
kecil dibanding kota besar lainnya. Tren peningkatan PM2.5 cenderung
variatif di berbagai lokasi dan tidak bisa di generalisasi. Namun, dapat
diketahui bahwa Pagesangan merupakan lokasi dengan kandungan PM2.5
tertinggi di sepanjang waktu (kecuali pagi hari) dengan nilai maksimal
sebesar 13 ppm di malam hari diikuti oleh Turida dengan nilai maksimal
12,8 ppm pada pagi hari, dan Rembige dengan nilai maksimal 12,1 pada sore
hari. Kedua nilai ini masih jauh dibawah baku mutu 24 jam sebesar 55 ug/m3.
Nilai yang didapat sejalan dengan kondisi Pagesangan dan Rembige sebagai
kawasan dengan vegetasi yang cukup jarang. Hal ini juga bisa dijelaskan
oleh kondisi lalu lintas di kedua lokasi yang sangat padat mengingat kawasan
tersebut cukup dekat dengan persimpangan/lampu merah. Ketika kendaraan
bermotor berhenti, mesin kendaraan masih berjalan dan mengeluarkan emisi
yang mengandung partikel halus termasuk PM2.5. Ketika jumlah kendaraan
yang berhenti semakin banyak, maka jumlah emisi PM2.5 yang dihasilkan
juga semakin tinggi. Selain itu, lampu merah juga dapat mempengaruhi laju
ventilasi udara di suatu kawasan. Kondisi ventilasi udara pada persimpangan
jalan juga berperan penting dalam peningkatan konsentrasi PM2.5. Saat
mobil-mobil berhenti di persimpangan, kecepatan angin di sekitar
persimpangan menurun dan mengakibatkan terjadinya stagnasi udara. Udara
di sekitar persimpangan menjadi terjebak dan tidak dapat mengalir dengan
lancar, sehingga konsentrasi PM2.5 semakin meningkat. Selain itu, di sekitar
persimpangan juga biasanya terdapat dinding atau bangunan yang membuat
sirkulasi udara semakin buruk. Tingginya kandungan PM2.5 pada malam
hari bisa dijelaskan oleh kondisi cuaca. Saat kondisi cuaca kering dan angin
tidak bertiup, partikel-partikel tersebut cenderung tertahan di udara dan tidak
tersebar dengan baik, sehingga kandungannya meningkat.
C. Rekomendasi
Berdasarkan perbandingan yang didapatkan, penulis merekomendasikan
beberapa upaya yang berpotensi dilakukan untuk mengendalikan pencemaran
udara yang terjadi di kota Mataram, diantaranya:
Mengurangi emisi polutan: mengurangi penggunaan kendaraan pribadi,
menggunakan kendaraan ramah lingkungan, memilih bahan bakar yang
lebih bersih, memperbaiki mesin dan peralatan industri yang lebih efisien
dan ramah lingkungan, dan memperbaiki manajemen limbah. Sehingga
disarankan kota Mataram meningkatkan fasilitas angkutan umum yang
nyaman agar terhindar dari pencemaran udara.
Meningkatkan kualitas bahan bakar: menggunakan bahan bakar yang lebih
bersih seperti gas alam atau bahan bakar alternatif seperti biofuel.
Meningkatkan efisiensi energi: penerapkan teknologi kendaraan yang
ramah lingkungan seperti panel surya.
Menanam lebih banyak tumbuhan: menanam lebih banyak tumbuhan di
jalan dan memperbaiki kualitas vegetasi untuk membantu menyerap
polutan dan menghasilkan oksigen.
Meningkatkan kesadaran masyarakat: mengedukasi masyarakat tentang
bahaya polusi udara dan cara mengurangi emisi polutan, serta
mempromosikan penggunaan kendaraan ramah lingkungan dan peralatan
energi bersih.
Mengatur kebijakan: pemerintah dapat mengatur kebijakan yang
mendorong menggunakan teknologi dan metode yang lebih ramah
lingkungan serta mengatur standar emisi polutan.
Memasang Air Quality Monitoring System (AQMS) di setiap jalan untuk
memantau indeks standup pencemaran udara (ISPU)
BAB IV
KESIMPULAN
Tosepu, R., Gunawan, J., Effendy, D. S., Ahmad, L. O. A. I., Lestari, H., Bahar,
H., ... & Asfian, P. (2020). Correlation between weather and Covid-19
pandemic in Jakarta, Indonesia. Science of The Total Environment, 725,
138436.
Muhtar, A. A., & Heryanto, R. (2020). Pemantauan kualitas udara di wilayah
perkotaan menggunakan sensor gas MQ135 berbasis internet of things.
Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi (JNTETI), 9(3),
232-237.
Tripathi, N., & Mishra, A. K. (2021). Analysis of air quality index using machine
learning techniques: a case study of Delhi NCR. Environmental Science
and Pollution Research, 28(2), 2182-2195.
Sarjono, M. A., Rachmawati, R., & Astuti, W. (2019). Analisis tingkat
pencemaran udara dengan menggunakan aplikasi android berbasis GIS
(Geographic Information System) pada wilayah kecamatan Klojen Kota
Malang. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, 11(1), 49-59.
Widyaningrum, N., & Kristianto, D. (2019). Pemantauan kualitas udara di
wilayah perkotaan dengan metode fuzzy logic dan internet of things.
Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi (JNTETI), 8(3),
293-300.