Anda di halaman 1dari 10

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR

DARI LIMBAH BUAH PISANG (Musa parasidica)

Manufacture of Liquid Organic Fertilizer from Banana Waste (Musa paradsidica)

1
Wika Meidiana
2
Paranita Asnur, Shut., Msi
1)
Mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma.

email : (wikameidiana2@gmail.com)

2)
Dosen Universitas Gunadarma.

email:(paranita@staff.gunadarma.ac.id)

ABSTRAK

Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari berbagai bahan pembuat pupuk alami
seperti kotoran hewan, bagian tubuh hewan, tumbuhan, yang kaya akan mineral serta baik
untuk pemanfaatan kesuburan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses
pembuatan pupuk organik cair dari limbah buah pisang serta perubahan bau dan warna pada
pembuatan pupuk dengan memanfaatkan indra penciuman dan penglihatan terhadap bau dan
warna yang diamati. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah buah pisang,
larutan gula merah, ragi, yakult serta air. Pupuk organic cair dari limbah buah pisang dapat
dipanen setelah 9 hingga 24 hari pembuatan dengan ciri terpisahnya endapan pisang dan air
yang berubah menjadi warna coklat tua serta memiliki bau menyerupai tapai. Pada penelitian
ini bau pupuk terus menerus mengalami perubahan menyerupai tapai, dan perubahan warna
juga terjadi dari warna coklat cerah menjadi warna coklat pekat akibat endapan dari bubur
buah pisang.
Kata kunci: bau, pisang, pupuk organic, warna.

ABSTRAK

Organic fertilizers are fertilizers derived from various natural fertilizer-making materials
such as animal manure, animal body parts, plants, which are rich in minerals and good for
soil fertility. This study aims to determine the process of making liquid organic fertilizer
from banana waste and changes in odor and color in making fertilizer by utilizing the sense
of smell and sight of the observed odors and colors. The materials used in this study were
banana waste, brown sugar solution, yeast, yakult and water. Liquid organic fertilizer from
banana fruit waste can be harvested after 9 to 24 days of manufacture with the separate
characteristics of banana deposits and water that turn dark brown and have an odor similar
to tapai. In this study, the smell of fertilizer continuously changes like tapai, and changes in
color also occur from a bright brown color to a dark brown color due to sediment from
banana pods.
Keywords: banana, color, organic fertilizer, smell.
PENDAHULUAN

Buah pisang dapat diolah menjadi berbagai produk yang memiliki nilai jual yang
tinggi sehingga banyak industri yang memanfaatkan buah pisang sebagai bahan dasar
misalnya industri kripik pisang, tepung pisang, sale pisang atau industri yang berbahan dasar
pisang lainnya. Buah pisang akan bertahan selama 3 hari dan sesudahnya akan membusuk
dengan cepat sehingga tidak dapat dijual dan menjadi limbah padat. Limbah padat yang tidak
diolah dengan baik dapat mengandung berbagai kuman penyakit yang berbahaya bagi
kesehatan manusia dan terganggunya estetika. Timbunan limbah padat yang tidak diimbangi
dengan pengolahan menyebabkan terjadinya pencemaran air, air tanah, tanah, dan udara
(Safrulet al., 2012; Ratnawatiet al., 2018). Alternative pengolahan sampah organik yang
efektif adalah mengolahnya menjadi pupuk organik cair karena dapat menyehatkan dan
dapat membantu menyuburkan lahan pertaian dan perkebunan (Kusumaningtyaset al., 2015).
Beberapa manfaat pupuk organik bagi tanah adalah meningkatkan kesuburan tanah,
memperbaiki struktur dan porositas tanah. Selain itu, pupuk organik juga merangsang
pertumbuhan mikroorganisme tanah yang menguntungkan bagi tanaman, pupuk organic
bermanfaat dalam meningkatkan produksi tanaman serta dapat mengendalikan penyakit
tanaman. Penggunaan pupuk organik juga aman bagi manusia dan lingkungan (Roidah,
2013).

Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari berbagai bahan pembuat pupuk
alami seperti kotoran hewan, bagian tubuh hewan, tumbuhan, yang kaya akan mineral serta
baik untuk pemanfaatan kesuburan tanah (Leovini, 2012; Roidah, 2013). Berdasarkan
bentuknya pupuk organik dibedakan menjadi dua, yaitu cair dan padat (Hadisuwito, 2012).
Pupuk cair adalah larutan yang mengandung satu atau lebih pembawa unsur yang dibutuhkan
tanaman yang mudah larut. Pupuk organik cair memiliki kelebihan yakni unsur hara yang
dikandung lebih cepat dan mudah diserap oleh akar tanaman (Paradosiet al, 2014). Salah satu
contoh pupuk organik cair adalah pupuk organik cair yang berasal dari limbah buah pisang,
dimana dalam proses fermentasi digunakan larutan gula merah sebagai sumber makanan
(glukosa), ragi dan yakult berfungsi menguraikan bahan organik. Ragi juga berperan dalam
perkembangan mikroorganisme lain yang menguntungkan sepertiActynomicetes dan
Lactobacillus sp. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan dan perubahan
bau serta warna yang terjadi dalam pembuatan pupuk organic cair dari limbah buah pisang.
BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan selama 10 hari, yakni dimulai pada tanggal 2 April 2021
sampai dengan 11 April 2021. Pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di
Laboratorium Dasar Kampus F7 Universitas Guadarma.

Persiapan Alat dan Bahan

Bahan yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah limbah buah pisang yang telah
busuk sebanyak 1 kg, yakult 50 ml, gula merah 250 gr , ragi 7 gr, dan air 1 liter. Alat yang
digunakan adalah blender untuk menghaluskan buah pisang, gelas ukur untuk mengukur dan
mencampurkan air, gula, ragi serta yakult. Lalu digunakan toples dengan tutup rapat sebagai
tempat untuk fermentasi pupuk organik cair .

Pembuatan Pupuk Organik Cair

Daging pisang dipisahkan dari kulitnya dan ditimbang berdasarkan jumlah yang
dibutuhkan, kemudian dipotong kecil untuk memudahkan saat menghaluskan dengan blender,
setelah halus masukan bubur buah pisang ke dalam toples yang sudah disediakan. Iris atau
potong kecil gula merah agar mempermudah saat akan dilarutkan dengan air. Tuang air
sebanyak 1 liter ke dalam gelas ukur, masukan gula dan aduk hingga gula larut dalam air,
setelah gula benar-benar larut masukan ragi dan aduk kembali hingga ragi larut dalam air,
setelah larut masukkan yakult lalu aduk kembali hingga semua tercampur. Masukan air
larutan gula, ragi dan yakult ke dalam toples berisi bubur buah pisang lalu aduk hingga rata,
tutup toples dan diamkan selama 9-24 hari hingga proses fermentasi benar-benar selesai.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil pengamatan bau pupuk organik cair limbah buah pisang

Tanggal Pengamatan Deskripsi


2 April 2021 Bau wangi pisang dan gula merah
3April 2021 Bau pisang sedikit asam
4 April 2021 Bau asam
5 April 2021 Bau asam
6 April 2021 Bau asam
7 April 2021 Bau asam menyengat
8 April 2021 Bau asam menyengat
9 April 2021 Bau asam tapai tetapi tidak menyengat
10 April 2021 Bau tapai tetapi tidak menyengat
11 April 2021 Bau tapai tetapi tidak menyengat

Tabel 2. Hasil pengamatan warna pupuk organik cair limbah buah pisang

Tanggal Pengamatan Deskripsi


2 April 2021 Warna coklat cerah
3 April 2021 Warna coklat cerah
4 April 2021 Warna coklat sedikit tua
5 April 2021 Warna coklat sedikit tua
6 April 2021 Warna coklat sedikit lebih tua
7 April 2021 Warna coklat sedikit lebih tua
8 April 2021 Warna coklat pekat
9 April 2021 Warna coklat pekat
10 April 2021 Warna coklat pekat
11 April 2021 Warna coklat pekat

Hasil pengamatan perubahan bau dan warna pupuk organik cair dari limbah buah
pisang dapat dilihat pada tabel 1 dan 2. Pengamatan perubahan bau dilakukan dengan indra
penciuman sedangkan perubahan warna dilakukan dengan indra penglihatan. Pada tabel 1,
hari pertama pupuk berbau wangi buah pisang dan gula merah, dan hari kedua pupuk berbau
buah pisang dan sedikit asam. Pada hari ke tiga , ke empat dan ke lima pupuk berbau asam
tetapi tidak terlalu menyengat, sedangkan pada hari ke enam dan ke tujuh pupuk berbau asam
dan menyengat. Pada hari ke delapan pupuk berbau asam tapai tetapi tidak menyengat,
sedangkan pada hari ke sembilan dan ke sepuluh pupuk berbau tapai tetapi tidak menyengat.
Pada tabel 2, hari pertama dan ke dua pupuk berwarna coklat cerah, sedangkan hari ke tiga
dan ke empat pupuk berwarna coklat sedikit tua. Pada hari ke lima dan ke enam pupuk
berwarna coklat dan sedikit lebih tua, sedangkan hari ke tujuh hingga ke sepuluh pupuk
berwarna coklat pekat.
Gambar 1. Pupuk organik cair limbah buah pisang setelah siap (11 April 2021).

Pupuk organik cair yang dibuat pada penelitian ini berasal dari campuran limbah
buah pisang, larutan gula merah, ragi, yakult dan air. Pupuk organic dari limbah buah pisang
dapat mengandung unsur C-Organik, N, P, dan K. C-Organik merupakan unsur hara makro
dalam pupuk yang dapat memberikan rangsangan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman
(Budiyaniet al.,2016). C-Organik juga merupakan sumber makanan mikroorganisme tanah,
sehingga keberadaan C-Organik dalam tanah akan memacu kegiatan mikroorganisme dan
meningkatakan proses dekomposisi pupuk organik cair dalam tanah (Afandiet al., 2015; Rini
et al,. 2015). Unsur N merupakan salah satu unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk
pertumbuhan vegetative dan pembentukan protein. Kurangnya unsur N pada tanaman akan
menyebabkan tanaman menjadi kerdil, pertumbuhan akar terbatas, serta daun menjadi kuning
dan gugur (Ratnawatiet al,. 2016). Unsur P berfungsi untuk pengangkutan energi hasil
metabolisme dalam tanaman, merangsang pertumbuhan akar, merangsang pembentukan biji,
merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel, merangsang
pembungaan serta pembuahan. Menurut Makiyah (2013), K terdapat pada sel-sel muda atau
bagian tanaman yang banyak mengandung protein, inti-inti sel tidak mengandung kalium.
Jika tanaman tidak mendapat kalium maka asimilasi akan terhenti serta menyebakan daun
berwarna kuning, tidak tahan terhadap kering dan mudah terserang penyakit. Kurangnya
unsur kalium pada buah-buahan dapat mempengaruhi rasa manis pada buah yang dihasilkan
(Cesariaet al,. 2014).
(a) (b)

Gambar 2. Pupuk organik cair limbah buah pisang (a) 2 April 2021 dan (b) 3 April 2021.

Pada tanggal 2 April dan 3 April 2021 pupuk organik cair limbah buah pisang
berwarna coklat cerah dan belum terdapat endapan yang berasal dari limbah buah pisang.
Pada hari pertama pupuk berbau wangi buah pisang dan gula merah, sedangkan pada hari
kedua pupuk berbau pisang sedikit asam

(c) (d)

Gambar 3. Pupuk organik cair limbah buah pisang (c) 4 April 2021 dan (d) 5 April 2021.

Pada tanggal 4 April dan 5 April 2021 pupuk organik cair limbah buah pisang
berwarna coklat sedikit tua, dan endapan dari limbah buah pisang sedikit terlihat pada hari ke
empat. Pada hari ke tiga dan ke empat pupuk berbau asam tidak menyengat
(e) (f)

Gambar 4. Pupuk organik cair limbah buah pisang (e) 6 April 2021 dan (f) 7 April 2021.

Pada tanggal 6 April dan 7 April 2021 pupuk organik cair limbah buah pisang
berwarna coklat sedikit lebih tua, dan endapan dari limbah buah pisang mulai terlihat jelas.
Bau yang ditimbulkan dari pupuk pada hari ke lima asam tidak menyengat, sedangkan pada
hari ke enam bau pupuk asam menyengat

(g) (h)

Gambar 5. Pupuk organik cair limbah buah pisang (g) 8 April 2021 dan (h) 9 April 2021.

Pada tanggal 8 April dan 9 April 2021 pupuk organik cair limbah buah pisang coklat
pekat, dan endapan dari limbah buah pisang sudah terlihat jelas. Bau yang ditimbulkan pupuk
pada hari ke tujuh bau asam menyengat, sedangkan pada hari ke delapan pupuk berbau asam
tapai tetapi tidak menyengat.

(i)

Gambar 6. Pupuk organik cair limbah buah pisang (i) 10 April 2021

Pada tanggal 10 April 2021 pupuk organik cair limbah buah pisang berwarna coklat
pekat dan endapan dari limbah pisang terlihat jelas. Pada hari ke sembilan pupuk
menghasilkan bau tapai tetapi tidak menyengat.

Pupuk organik cair adalah pupuk yang bahan dasarnya berasal dari hewan atau
tumbuhan yang sudah mengalami fermentasi berupa cairan dan kandungan kimia didalamnya
maksimum 5 %. Proses pembuatan pupuk organik cair dibantu oleh mikroorganisme yang
mendegradasi bahan organik yang kompleks menjadi lebih sederhana, sehingga mudah
diserap oleh akar tanaman. Lama waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan pupuk organik
cair tergatung dari bahan yang digunakan, serta aktivitas mikroorganisme . Penguraian bahan
organik akan berlangsung melalui proses yang sudah dikenal, yang secara keseluruhan
disebut dengan proses fermentasi. Bahan organik tersebut pada tahap awal akan diubah
menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti gula, gliserol, asam lemak dan asam amino.
Selanjutnya akan dilanjutkan dengan proses lain baik secara aerobic maupun anaerob (Fitria,
2013).

Pada proses fermentasi terjadi dekomposisi terhadap bentuk fisik padatan dan
pembebasan sejumlah unsur penting dalam bentuk senyawa-senyawa kompleks maupun
senyawa-senyawa sederhana ke dalam larutan fermentasi. Lama fermentasi dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam proses
fermentasi. Proses fermentasi dapat dipercepat dengan penambahan bioaktivator yang
merupakan sumber mikroorganisme. Aktivitas mikroorganisme dipengaruhi oleh konsentrasi
gula, karena sukrosa yang terkandung dalam larutan gula merupakan substrat yang mudah
dicerna dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Fermentasi menentukan
tinggi rendahnya konsentrasi P, semakin lama waktu fermentasi tidak berarti konsentrasi P
semakin bertambah. Hal ini dikarenakan proses fermentasi berhubungan langsung dengan
mikroorganisme yang memiliki fase stasioner. Pada fase ini mikroorganisme mengalami
pertumbuhan yang signifikan dan apabila fermentasi dilanjutkan, mikroorganisme akan
mengalami kematian dan didapatkan hasil hara phospor yang lebih sedikit dari pada
sebelumnya (Hadisuwito, 2012; Ratnawati dan Trihadiningrum, 2014). Pembuatan pupuk
organik cair dengan proses fermentasi keberhasilannya ditandai dengan adanya lapisan putih
pada permukaan, bau yang khas, warna coklat atau kuning kecoklatan dan memiliki
kandungan unsur hara yang tinggi.. Lapisan putih pada permukaan pupuk merupakan jamur
yang tumbuh setelah terbentuknya pupuk.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah proses pembuatan pupuk organik cair dari
limbah buah pisang telah diketahui dan telah terjadi perubahan bau dari bau wangi buah
pisang dan gula merah hingga menjadi bau tapai tetapi tidak menyengat, serta terjadi
perubahan warna dari warna coklat cerah menjadi warna coklat pekat. Pada peelitian ini dapat
lebih dikembangkan kembali seperti melakukan analisis kandungan C-Organik dan unsur
hara dalam pupuk organic cair dari limbah buah pisang.

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, F.N., Siswanto, B., Nuraini, Y. 2015. Pengaruh Pemberian Berbagai Jenis Bahan
Organik terhadap Sifat Kimia Tanah pada Pertumbuhan da Produksi Tanaman Ubi
Jalar di Entisol Ngrangkah Pawon, Kediri. Jurnal Tanah da Sumberdaya Lahan, 2(2):
237-244.
Budiyani, N. K., Sonari, N. N., Sutari, N. W. S. 2016. Analisis Kualitas Mikroorganisme
Lokal (MOL) Bonggol Pisang. E-Jurnal Agroteknologi Tropika, 5(1): 63-72.
Cesaria, R.Y., Wirosoedarmo, R., Suharto, B. 2014. Pengaruh Penggunaan Starter terhadap
Kualitas Fermentasi Limbah Tapioca sebagai alternative Pupuk Cair . Jurnal Sumber
Daya Alam dan Lingkungan, hal. 8-14.
Fitria, Yulya. 2013. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Industri Perikanan
Menggunakan Asam Asetat dan EM4 (Eective microorganism 4). Pp 72. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Hadisuwito, S. 2012. Membuat PUpuk Kompos Cair . Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.
Kusumaningtyas, R.D., Erfan, M.S., Hartanto, D. 2015. Pembuatan Pupuk Organik Cair
(POC) dari Limbah Industrial Bioetanol (Vinasse) Melalui Proses Fermentasi
Berbatuan Promoting Microbes. Prosding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan
Kimia, 1: 82-88.
Leovini, H. 2012. Pemanfaatan Pupuk Organik Cair pada Budidaya Tomat (Solanum
lycopersicumL). Jurusan Budidaya Ertanian, Fakultas Ertanian Universitas Gadjah
Mada.
Makiyah, M. 2013. Analisis Kadar N, P, dan K pada Pupuk Cair Limbah Tahu dengan
Penambahan Tanaman Matahari Meksiko (Thitonia diversivolia). Tugas Akhir.
Universitas Negeri Semarang.
Paradosi, Andri H, Irianto, dan Mukhsin. 2014. Respon Tanaman Sawi terhadap Pupuk
Organik Cair Limbah Sayuran pada Lahan Kering Ultisol. Var. Balbisina colla.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang: 26-27.
Ratnawati , R., Trihadiningrung, Y. 2014. Slaughterhouse Solid Waste Management in
Indonesia.Journal og Biological Researches, 19: 69-73.
Ratnawati, R., Sugito, Permatasari, N., dan Arijal M.F. 2018. Pemanfaatan Rumen sapid an
Jerami sebagai Pupuk Organik, Seminar hasil Riset dan Pengabdian-1. Univesitas
PGRI Adi Buana Surabaya.
Ratnawati, R., Trihadiningrum, Y., Juliastuti, S. R. 2016. Composting of Rumen Content
Waste Using Anaerobic-Anoxic_Oxic (A²O) Methods. Journal of solid Waste
Technologi and management, 42(2): 98-106.
Rini, IDWS., Ratnawati, R., Trihadiningrum, Y. 2015. Pola Perubahan Kadar N-anorganik
pada Proses Pengomposan Limbah Padat Rumah Potong Hewan dengan Sistem
Aerobik. Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII, hal. A-49-1 s/d A-
49-8.
Roidah, I.S. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik untuk Kesuburan Tanah.Jurnal
Universitas Tulungagung Bonorowo, 1 (1): 30-42.
Safirul, B.I., Fauzi, M., dan Ismail, T. 2012. Desain Proses Pengelolaan Limbah Vinasse
dengan Metode Pemekatan dan Pembakaran pada Pabrik Gula- Alkohol
Terintegrasi.Jurnal Teknik POM ITS, 1 (1): 1-6.

Anda mungkin juga menyukai