Anda di halaman 1dari 14

Pengukuran pH

1. Teori
1.1 Umum
pH menunjukan kadar asam atau basa dalam suatu larutan, melalui
konsentrasi (sebetulnya aktivasi) ion hidrogen H+. Ion hidrogen merupakan
faktor utama untuk mengerti reaksi kimiawi dalam ilmu teknik penyehatan
karena:
- H+ selalu ada dalam keseimbangan dinamis dengan air/H 2O, yang
membentuk suasana untuk semua reaksi kimiawi yang berkaitan dengan
-

masalah pencemaran air dimana sumber ion hidrogen tidak pernah habis.
H+ tidak hanya merupakan unsur molekul H2O saja tetapi juga merupakan
unsur banyak senyawa lain, hingga jumlah reaksi tanpa H+ dapat
dikatakan sedikit saja.
Lewat aspek kimiawi, suasana air juga mempengaruhi beberapa hal lain

misalnya kehidupan biologi dan mikrobiologi. Peranan ion hidrogen tidak


penting kalau zat pelarut bukan air merupakan molekul organis seperti
alkohol, bensin (hidrokarbon) dan lain-lain.
Sebelum abad ke-19, asam dan basa dibedakan menurut rasanya (rasa
asam/seperti rasa sabun). Pada abad ke-18 sudah diketahui bahwa semua
asam mengandung hidrogen H+ dan semua basa mengandung OH. Juga teori
ionisasi Arrhenius (1887) asam dianggap sebagai suatu molekul yang dapat
memisahkan diri menjadi ion H+ dan sisa asam. Molekul yang memisah
secara total adalah asam kuat dimana semua ion H + memang terpisah dan
tersedia dalam larutan (HCl, H2SO4, dan lain-lain); asam lemah tidak
memisah secara penuh, dan kadar ion H + yang tersedia lebih sedikit (asam
asetat, asam sitrat dan lain-lain). Namun demikian definisi praktis asam telah
diperluas, yaitu juga yang dianggap sebagai asam adalah semua senyawa
yang bereaksi dengan H2O dan membuat H+ (berasal dari H2O). Misalnya
tawas dalam air:
Al2(SO4)3 + 6H2O

2Al(OH)3 + 3SO62- + 6H+

Al2(SO4)3 (aluminuim sulfat) tidak mengandung ion H+, tetapi setelah


dilarutkan dalam air, larutan menjadi asam.
1.2 Prinsip pengukuran pH
Ion H+ dan ion OH selalu berada dalam keseimbangan kimiawi yang
dinamis dengan H2O melalui reaksi:
Kw
H2O

H+ + OH ................................................................ (1)

Seperti pada reaksi kimia lainnya, konstan keseimbangan (K w) dapat


dinyatakan sebagai berikut:
[ H+ ] [ OH ]
Kw =
[ H2O ]
Kw = [ H+ ] [ OH ]
Kw = 10 14
Jumlah zat [ ] dinyatakan disini sebagai aktivitas (mol/liter) bukan
konsentrasi. Aktivitas air dinyatakan dalam [ H2O ] adalah 1 karena sebagai
pelarut dengan konsentrasi [ H2O ] cukup tinggi, dan hampir tidak berubah
selama reaksi kalau dibanding dengan konsentrasi [ H+ ] dan [ OH ]. Kalau
larutan cukup encer (konsentrasi total semua ion 0,01 M ) maka konsentrasi

aktivitas; syarat tersebut dipenuhi dalam hal kebanyakan air sungai,

tanah dan buangan. (Teori aktivitas tidak diuraikan disini).


Dalam air murni konsentrasi [ H+ ] sama dengan konsentrasi [ OH] atau
[ H+ ] = [ OH] = 107
Keadaan ini dianggap sebagai keadaan netral karena tidak ada pengaruh
daerah zat lain. Kalau jumlah [ H+ ] dinaikkan, misalnya karena pelarutnya
adalah asam, maka jumlah [ H+ ] dapat dihitung yaitu:
107 mol/liter yang berassal dari hidrolise (reaksi 1) ditambah banyaknya
molekul/liter pembubuhan asam. Kadar [ H+ ] menjadi
[ OH ] sesuai dengan reaksi (1) adalah:
1014
< 107

[ OH ] =
+

[H ]

107. Kadar

Pembubuhan basa sebaliknya akan menaikkan [ OH ] sehingga [ H+] turun.


Supaya pengelolaan data menjadi lebih sederhana konsentrasi ditulis
secara logaritmis, log [ H+ ] = pH; keadaan netral ditandai oleh pH = 7.
Tambahan asam mengurai nilai pH, tambahan basa menaikkannya. Air suling
biasanya mengandung nilai pH sekitar 6,5 yaitu sedikit asam karena ada
sedikit CO2 terlarut yang berasal dari udara.
Nilai pH dapat diikuti dan diperkirakan dengan indikator (celupan)
selama suatu titrasi asam basa (lihat butir 2.1 dan 2.3), atau dengan pH meter
bersama elektrodanya (lihat butir 2.2). Nama tekniknya masing-masing
adalah kolorimetri dan potensiometri (atau elektrometri). Sifat dari cara
kolorimetri dan potensiometri diuraikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Sifat dari cara kolorimetri dan potensiometri.


Kolorimetri

Potensiometri

Sederhana, terutama kalau campuran Memerlukan

pesawat

penggunaan

(110/220V);

indikator tersedia didalam kertas

untuk

di

lapangan

(kertas pH).

pesawat yang memakai batery cukup


sederhana; pemeliharaan elektroda

cukup penting.
Lebih teliti.
beberapa kegunaan lainnya cukup
Ketelitian: 0,01 ... 0,1 satuan pH
teliti. Ketelitian: 0,1 ... 0,5 satuan pH
(kertas pH: 0,2 ... 0,5 satuan pH).
Indikator harus disediakan sebagai
pH meter harus distandardkan setiap
bubuk atau larutan; biasanya tidak
kali dengan buffer yang tertentu;
tahan lama (beberapa minggu
elektroda harus disimpan di dalam
sampai beberapa bulan).
cairan yang tertentu dan memerlukan
Sampel tidak boleh keruh atau
isi KCl jenuh.
Untuk

titrasi

asam

basa

dan

berwarna karena perubahan warna

Sabun dan minyak yang menempel

akan tidak jelas.

pada

elektroda

mengganggu

pembacaan; pengukuran pH >10


terganggu

Selain

dari

kolorimetri
untuk

kertas
tidak

pH,

dapat

mengetahui

cara
dipakai

nilai

oleh

Na+

(kompetitif

dengan H+) (lihat 2.2.).


Meliputi skala pH lengkap.

pH:

kolorimetri adalah hanya petunjuk


perubahan

nilai

pH

pada

saat

perubahan warna terjadi.

1.3 Gangguan
Baik kolorimetri maupun potensiometri dipengaruhi sifat kimiawi larutan
yang sedang diperiksa:

Larutan yang mengandung jumlah kadar garam yang rendah (<103 M)


kurang bersifat bufer hingga pembacaan nilai pH kurang stabil

(pembacaan berputar sekitar angka yang benar);


Kalau nilai pH berkaitan dengan reaksi yang lambat, misalnya peralihan
antara CO2 (karbondioksida), HCO3 (bikarbonat) dan CO32 (karbonat),
reaksi selalu memerlukan beberapa saat (5 sampai 60 detik) sebelum

reaksi tersebut mencapai keseimbangan dan keadaan stabil;


Selama titrasi, pH larutan bisa berubah disebabkan peristiwa yang tidak
nyata seperti absorpsi CO2 dari udara dan pengendapan Mg(OH)2.

Memang pengadukan sampel air perlu tetapi tidak boleh keras.


Perubahan suhu menyebabkan perubahan keseimbangan kimiawi. Dengan
demikian nilai Kw berubah menjadi berikut:
14,94 (0C), 14,53 (10C), 14,35 (15C), 14,17 (20C), 13,83 (30C).

1.4 Ketelitian
Faktor utama adalah larutan sendiri: kalau tidak cukup bersifat bufer,
misalnya karena jumlah kadar garamnya < 103 M , pembacaannya menjadi
kurang stabil. Memang, hal ini mempengaruhi pH meter yang sangat peka.
Ketelitian kolorimetri tergantung dari jelas tidaknya perubahan warna
dan pengetahuan mengenai nilai pH pada titik perubahan warna tersebut.
Ketelitian berada sekitar 0,1 sampai 0,5 satuan pH. Ketelitian kertas pH
berada sekita 0,2 sampai 0,5 satuan pH dan digunakan sebagai satuan kasar.
Ketelitian potensiometri tergantung dari jenis pH meter, keadaan
elektroda (membran cukup aktip dan larutan KCl konsentrasinya tetap) dan
ketelitian standar bufer yang dipakai. Ketelitian berada sekitar 0,01 sampai
0,1 satuan pH
1.5 Pengawetan sampel
Kegiatan biologis, pengendapan CaCO3 dan Mg(OH)2, pengaruh udara,
semua dapat merubah nilai pH suatu sampel. Oleh karena itu pH harus
ditentukan segera dengan waktu simpan kurang dari 2 jam.

2. Prosedur
2.1 Metoda kolorimetri
2.1.1 Prinsip kolorimetri
Indikator adalah sejenis molekul organik yang akan berwarna dalam
keadaan yang tertentu. Kalau keadaan berubah, warna indikator ikut
berubah pula. Ada indikator yang peka terhadap reaksi dengan salah
satu logam, dan ada beberapa indikator yang peka terhadap nilai pH.
Kalau pH larutan lebih besar (larutan bersifat basa) dari nilai pH yang
ditentukan untuk sejenis indikator, warna basa terlihat, sedangkan
kalau di bawah nilai pH tersebut warna asam terlihat. Antara
daerah-daerah tersebut ada daerah peralihan sepanjang kira-kira 1,5
Alizarin
Kuning
satuan
pH

(lihat gambar 2.1). Perincian beberapa jenis indikator

Timolftalein

pokok tercantum pada Tabel 2.2; jenis indikator lain tercantum di

Fenolftalein

Lampiran
Timol
Biru

2.1.

Kresol Ungu
Netral Merah
Fenol Merah
Bromtimol Biru
Klorofenol Merah
Metil Merah
Bromkresol Hijau
Metil Oranye
Bromfenol Biru
Metil Kuning
Tropeolin OO
Timol Biru

10

11 12

Gambar 2.1.

Warna khusus dan daerah peralihan warna (daerah terarsir) untuk indikator pokok.
K : kuning, B : biru, M : merah, ML : merah lembayung, U : ungu, KC : kuningcoklat, KO : kuning oranye.

Tabel 2.2. Data mengenai beberapa indikator (dari ref.2, hal 695)
Nama ilmiah
Definilaminop-

Warna
asam/
berubah
basa
pada pH

Nama biasa

Pelarut

Tropeolin OO

Air suling

M/K

1,3 3,0

Timol Biru

Air suling

M/ K

1,2 2,8

Metil Kuning

Alkohol 90%

M/K

2,9 4,0

Metil Oranye

Air suling

M / K 0 3,1 4,4

Bromfenol Biru

Air suling

K/U

benzen natriumsulfonat
Timolsulfonfta-lein
Dimetilaminoazobenzen
Dimetilaminoazobenzen natriumsulfonat
Tetrabromfenol
sulfonftalein
Tetrabrom-m-

3,0 4,6

kresolsulfonftalein
Dimetilamino-

Bromkresol

Air suling

K/B

3,8 5,4

Air suling

M/K

4,2 6,2

Air suling

K/M

4,8 6,4

Air suling

K/B

6,0 7,6

Hijau

azobenzen natrium karbok-silat


Diklorosulfonftalein
Dibromtimol
sulfonftalein

Metil Merah
(Na)

Klorofenol
Merah
Bromtimol Biru

Lanjutan Tabel 2.2.


Nama ilmiah

Nama biasa

Pelarut

Warna
asam/
berubah
basa

Fenolsulfonfta-lein

pada pH

Fenol Merah

Air suling

K/M

6,4 8,0

Netral Merah

Alkohol 70%

K/MC

6,8 8,0

Kresol Ungu

Air suling

K/U

7,4 9,0

Timol Biru

Air suling

K/B

8,0 9,6

Alkohol 70%

/MU

8,0 9,8

Alkohol 90%

/B

9,3 10,5

Air suling

K / ML

10,1 12,0

Dimetildiaminofenazin klorida
mKresolsulfonftalein
Timolsulfonfta-lein
Fenolftalein
Timolftalein
pNitroanilin
azonatrium
salsilat

Alizarin Kuning

M : merah, ML : merah lembayung, K : kuning, B : biru, U : ungu, K C :


kuning-coklat, K O : kuning-oranye
2.1.2

Cara kerja
Indikator dapat tersedia sebagai larutan atau bubuk tergantung dari
dua hal : (1) tidak semua indikator dapat larut dengan mudah, dan (2)
banyak indikator kehilangan kadarnya dengan waktu karena pengaruh
oksidasi. Larutan dapat dibuat dengan air suling, etanol (EtOH),
metanol (MeOH), NaOH dan lain-lain. Bubuk indikator harus
dicampur dengan NaCl supaya lebih stabil (biasanya 200 mg bubuk
indikator dengan 100 g NaCl digiling dengan penggerus). Simpanlah
larutan atau bubuk dalam botol kaca berwarna coklat (di tempat
gelap). Demikian, larutan atau campuran ini cukup stabil dan tahan
untuk 1 bulan sampai 1 tahun.
Selama titrasi sampel harus diaduk sedikit supaya larutan dan
titran tercampur. Warna larutan lebih nyata kalau kertas putih
dipegang dibelakang beker titrasi, atau kalau titrasi dilakukan di
tempat yang ada sinar matahari. Jangan menambah terlalu banyak
tetes atau bubuk indikator karena perubahan warna dapat kurang jelas.
Untuk dapat membedakan dan mengenal warna-warna indikator, perlu
sedikit pengalaman. Jangan segan untuk melakukan titrasi! Tidak
membuang banyak waktu dan ketelitiannya bertambah. Beberapa jenis
indikator serta cara penyediannya dicantumkan dalam Lampiran 1.
Sejenis indikator yang mudah digunakan adalah kertas pH. Kertas
ini harus disimpan di tempat yang gelap dan kering. Ketelitiannya
tidak tinggi, hingga merupakan tes kasar saja. Kertas pH adalah
campuran berbagai jenis indikator sehingga warnanya bermacammacam dan dapat meliputi sebagian dari skala pH.

2.2 Potensiometri
2.2.1 Prinsip Potensiometri
pH meter terdiri dari 2 bagian : potensio atau mV-meter dan elektroda.
Biasanaya elektroda ada (lihat gambar 2.2.a) tang terdiri dari :

Elektroda kaca: didalamnya ada larutan HCL atau buffer


tertentu dan elekroda besi intern. Ion H dari larutan sampel
menpel pada diding kaca elektroda hingga tegangan (potensial)
antara sisi diding kaca yang khusus tersebut.
Elektroda referensif : terdiri dari half-cell Hg/HgCl
(kolomel ) yang berhubungan dengann larutan sampel melalui
jembatan garam ( elektrolit ) KCL dan membran. Membran
terbuat dri kwart atau kermik yang porus. karena pentingnya
hubungan antara kolomel ( yang teredam elektrolit ) di dalam
elektroda dengan larutan sampel maka membran harys bersih
dan basah, juga cegahlah gelembung udara di dalam elektrolit.
Larutan KCL di dalam elektroda harus jenuh artinya, hablur
KCL masih boleh berada dalam larutannya, tetapi jenis
elektroda lain yang membutuhkan konsentrasi yang berbeda
(periksalah buku petunjuk). Elektroda referensi ini disebut
elektroda kolamel dan dengan elektroda kaca merupakan satu
sel elektro-kimia yang menyebabkan perbedaan potensial
elektris antara antara kedua elektroda tersebut. Elektroda
kolamel adalah referensi karena tegangan half-cell nya tetap
sama.
Ada juga elektroda yang merupakan gabungna dari
elektroda kaca dan elektroda referensi dalam satu tabung (lihat
gambar

2.2.b). selain dari half-cell kolamel, juga ada

sistem referensi lain seperti Ag/AgCl.


Tegangan yang di ukur pH meter tergantung dari keadaan
larutan sampel disekitar elektroda kaca, dan diukur sebagai
mV. Nilai mV perlu distandardkan terhadap nilai pH yang
sebenarnya dalam larutan sampel. Larutan

buffer dengan

kadar pH yang sudah diketahui dapat digunakan untuk


mendapatkan nilai mV standard tersebut.

2.2.2

Cara Kertas
a. pH meter
Pesawat dihubungkan dengan elektroda kaca dan referensi. Jenis
elektroda harus sesuai dengan pesawat. Pada pH meter ada skala
(atau LED) yang menyatakan hasil pengukuran beda potensial.
Tombol pengatur dapat diputar untuk memlih skala pH atau mV.
Karena pesawat ini selalu memerlukan 10/20 menit pemanasan
sebelum digunakan maka sebaiknya pesawat tetap dihidupkan
selama mungkin. Bila pesawat tidak dipergunakan untuk
mengukur, perlu dibiarkan dalam keadaan stand by ; pH meter
boleh digunakan hanya bila elektroda terendam larutan sampel atau
buffer. Dengan tombol koreksi suhu sistem pengukuran pH, baik
dalam potensiometer maupun elektroda dapat disesuaikan dengan
suhu yang aada dalam larutan sampel yang diperiksa. Awas: nilai
pH dalam larutan buffer dan larutan sampel berubah sesuai dengan
suhu; periksalah etiket pada botol bufer atau perinciannya. Tombol
standardiasi menyesuaikan skala mv dengan pH. Karena hubungan
mV-pH adalah linier, maka satu standardisasi skala biasanya cukup
(yaitu padaa pH7). Pesaawat yang lebih telitimemerlukan dua
standardisasi melalui dua bufer yaitu pH 7 dan pH4 (atau pH 9).
Standardisasi harus dilakukan setiap kali sebelum analisa dimulai.
Kalau banyak analisa, sebaiknya standardisasi dilakukan setiap 4
jam sekali . Tiap bulan titik nol potensiometer harus disesuaikan
dengan mematikan pesawat dan memutar skrup atau kontrol khusus
sampai petunjuk sama dengan nol atau garis lain yang tertentu
(lihat buku petunjuk).
b. Elektroda (Gambar 2.2.)
Isi elektroda kolamel harus diperiksa setiap minggu dari kalau
perlu, ditambah dengan larutan KCL yang cocok (biasanya KCL
yang jenuh ) melalui lubang di dinding elektroda. Kalau ada hablur
(kristal) KCL didalamnya, elektroda tidak tergangu tetapi bila
endapan berwana/coklat larutan harus segera diganti. Juga

gelembung dalam elektrolit udara mengganggu namun dapat


dihlangkan dengan menggoyang-goyang elektrodaa tersebut.
Kalau tidak digunakan elekroda harus disimpan dalam keadaan
bersih dan kering dalam doos atau separuh tercelup dalam larutan
yang komosisinya sedapat mungkin sam dengan larutan di dalam
elektroda komel : paling baik adalah KCL jenuh, juga boleh air
leding biasa, tetapi air suling tidak boleh (karena molekul KCL
dapat berpindah kelarutan air suling melalui membran). Awas:
jangan membiarkan larutan yang dpakai ini mengering sebab kerak
dari larutan tersebut (CaCO) dan hablur dari KCL dapat
mencemarkan

dinding

elektroda

dan

menutup

membran

membrannya.
Setelah seringkali digunakan, elektroda akan kehilangan
aktiitassnya karena pencemaran pada dinding dan membran.
Namun dapat dikembalikan dengan prosedur sebagai berikut :
masukkan separuh elektroda kedalam larutan HCL 0,1N
beberapa detik, kemudian dalam larutan NaOH 0,1N, dan
ulangi kegiatan ini sampai 3x
Celupkan kemudian elektroda tersebut sentar sajadalam latutan
HCL 5 N;
Bila elektroda dengan air suling
Setiap kali akan dimasukan dalam sampel , atau baru di
keluarkan dari sampel , elektroda harus dibilas dengan sedikit air
suling , di keringkan hati hati dengan kertas tisu . Bila dinding
sedikit keruh , membran berubah warna dan bekerja alat menjadi
lambat , berarti ada kontaminasi dan elektrolit harus di ganti atau
elektroda dibersihkan.
Ganguan khusus yang menyeabkan simpangan pembacaan pH
meter adalah ion natrium dalam larutan sampel, bila pH > 10 ,
sebab konsentrasi H semakin kecil hingga ion Na yang akan
menempel pada dinding elektroda kaca. Namun elektroda dengan

kaca khusus dapat memperkecil ganguan tersebut (lihat buku


petunjuk elektroda dan ref. 1 hal 403).

c. Larutan Buffer
Kalau larutan buffer yang dibuat di pabrik tidak tersedia, atau
ketelitian tinggi di butuhkan, maka pebuatan larutan baffer
tercamtum dalam tabel 2.3 dapat di laksanakan. Timbang dengan
teliti bahan kimia yang dibutuhkan, kemudian larutakan dengan air
suling (mutu air sulig sebagi daya hantar listrik DHL harus < 2
S/cm , dan pH antara 6,0 dan 7,0) sampai 1000 ml dalam labu
takar. Beberapa jenis buffer lain dapat dilihat dari lampiran 2.
Umur buffer pada umumnya hanya 4 minggu karna sering
timbul jamur dan ganggang. Risalah secara visual larutan tersebut
setia minggu; yang mengandung jamur atau endapan harus segera
di ganti. Larutan buffer sebaiknya di simpan dalam botol plastik
polietilen, tetapi untuk kegunaan biasa botol kaca juga dapat
dipakai.
Tabel 2.3. Larutan standart bufer (ref. 1, hal.405).
Larutan Standard

(molal)
Kalium hidrogen tartrat (jenuh)
0,05 kalium dihidrogensitrat
0,05 kalium hidrogen ftalat
0,025 kalium dihidrogen fosfat+ 0,025

dinatrium hidrogen fosfat


0,008695 kalium dihidrogen fosfat *+

0,0343 dinatrium hidrogen fosfat


0,01 natrium borat dekahidrat (borax)
0,025 natrium bikarbonat + 0,025
natrium karbonat

pH (25C)

Penimbangan/1000ml air

3,557

pada 25C
6,4 g KHC4H4O6

3,776

11,41 g KH2C6H5O7

4,008

10,12 g KCH8H4O4

6,865

3,388 g KH2PO4+
3,533 g Na2HPO4

7,413

1,179 g KH2PO4+
4,302 g Na2HPO4

9,180

3,80 g Na2B4O7 + 10 H2O

10,012

2,092 g NaHCO3 + 2,640 g

Na2CO3
Harus dikeringkan dahulu selama 2 jam pada 105C, lalu didinginkan dalam desikator selama 30
menit, kemudian timbang dengan cepat.

Anda mungkin juga menyukai