DISUSUN OLEH :
Alvian Shobahi (H04216004)
Amar Mahmud (H74216027)
Cucuk Trisnawati A (H04216006)
Erika Maulidiyah (H04216007)
Erhan Muhtadien (H74215055)
Mart’atus Solecha (H74216062)
Mutiara Fadjar T (H74216066)
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 2
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................. 3
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................. 4
BAB I ..................................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN............................................................................................................................... 5
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 5
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 6
1.3. Tujuan Masalah ........................................................................................................... 6
BAB II .................................................................................................................................................... 7
ISI ........................................................................................................................................................... 7
2.1 Fitoremidiasi .......................................................................................................................... 7
2.1.1 Fitodegradasi/ Fitotransformasi (Phytodegradation/ Phytotransformation) .......... 8
2.1.2 Rizofiltrasi (Rhizofiltration) ........................................................................................ 11
2.1.3 Fitostimulasi ................................................................................................................ 13
2.1.4 Fitoekstraksi/Fitoakumulasi ...................................................................................... 15
2.1.5 Fitovolatilisasi (Phytovolatilization) ........................................................................... 21
2.1.6 Fitostabilisasi ............................................................................................................... 22
BAB III................................................................................................................................................. 24
PENUTUP............................................................................................................................................ 24
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................................... 24
3.2 SARAN ................................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 25
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki wilayah perairan yang sangat luas. Perairan Indonsesia
memiliki luas sebesar kurang lebih 64,97% dari total wilayah luas Indonesia (Utami,
Wini, & Kastana, 2018). Sebagian besar, laut menjadi tempat akhir dari berbagai jenis
limbah, baik limbah pabrik, limbah rumah tangga, aktivitas pertambangan, residu
pupuk maupun peptisida (Siahaan, Desy, & Antonius, 2015).
Salah satu bahan pencemar lingkungan yang akhir – akhir ini banyak menarik
perhatian adalah pencemaran oleh logam berat. Pencemaran logam berat merupakan
salah satu faktor penyebab timbulnya isu perubahan lingkungan terutama dalam hal
pencemaran lingkungan oleh senyawa logam berat beracun. Penyebaran logam berat di
perairan diakibatkan pembuangan limbah yang langsung dibuang tanpa diproses
terlebih dahulu seperti limbah industri maupun limbah rumah tangga (Nur, 2013).
ISI
2.1 Fitoremidiasi
Menurut Priyantu dan Prayitno (2007), penyerapan dan akumulasi bahan pencemar
oleh tanaman dapat dibagi menjadi tiga proses yang sinambung, sebagai berikut : (Ni
Nyoman Trisnawati, 2016)
b. Rizofiltrasi (Rhizofiltration)
c. Fitostimulasi
d. Fitoekstraksi/Fitoakumulasi
e. Fitovolatilisasi (Phytovolatilization)
f. Fitostabilisasi (Phytostabilization)
Salah satu studi kasus yang di lakukan oleh (Ni Nyoman Trisnawati, 2016) ini
menguji tanaman pancing (Speciosus Cheilocostus). Tanaman pancing ini di gunakan
untuk menurunkan kadar logam berat Pb, Cu dan Hg yang dihasilkan oleh limbah cair
dari laboratorium. Tanaman Pancing memiliki perakaran serabut yang banyak, kuat dan
menyebar didalam tanah sehingga hal ini dapat membantu untuk menciptakan rizosfer
akar untuk pertumbuhan mikriba sebagai perombak maupun sebagai penyerap.
Tabel 1 Konsentrasi Logam Pb, Cd dan Hg pada Tanah Setelah Dialiri Limbah Cair
Sebelum Fitoremediasi
Tabel 2 Konsentrasi Logam Pb, Cd, Hg pada Sampel Tanah dan Limbah Cair Setelah
Fitoremediasi
Penurunan konsentrasi logam berat ini disebebkan oleh logam berat tersebut
diserap oleh tanaman melalui akar, kemudian disimpan dalam akar, umbi, batang dan
daun tanaman. Penurunan konsentrasi juga dapat disebabkan oleh menguapnya logam
yang kurang berbahaya melalui proses transparasi oleh daun. (Ni Nyoman
Trisnawati,2016)
Dari grafik tersebut terlihat bahwa logam berat yang terakumulasi di tanah
maupun pada limbah cair yang mengalami penurunan, juga sejalan dengan
meningkatnya kadar logam berat didalam tanaman pancang. Pada proses fotoremediasi
mekanisme fitodegradasi terjadi penyerapan logam berat Cd sebesar 28,652 mg/kg, Hg
sebesar 6,116 mg/kg dan Pb sebesar 1,433 mgg/kg. Namun Rendahnya logam berat Pb
yang terserap oleh tanaman pancing disebabkan mobilitas timbal (Pb) yang rendah
didalam tanah sehingga fitoekstrasi timbal sangat rendah. (Ni Nyoman Trisnawati,
2016)
2.1.3 Fitostimulasi
2.1.4 Fitoekstraksi/Fitoakumulasi
Fitoekstraksi/Fitoakumulasi Adalah proses mekanisme fitoremediasi dengan
menyerap polutan dan mengakumulasi- kannya ke dalam tubuh tanaman tersebut.
Tanaman yang memiliki kemampuan menyerap 1.000 mg/kg biomass (Ni, Cu, Co, Cr
atau Pb) atau lebih dari 10.000 mg/kg untuk logam Zn atau Mn disebut tanaman
hiperakumulator. (Rendra, 2018)
Menurut Anderson, et al., (1999) Fitoekstraksi ini dikenal juga sebagai
fitoakumulasi yang meliputi pengambilan logam-logam ke dalam akar-akar tumbuhan,
yang selanjutnya logam-logam tersebut ditranslokasi ke pucuk-pucuk dan daun-daun
melalui ksilem tumbuhan. Bagian atas tumbuh-tumbuhan kemudian dipanen dan
logam-logam kemudian dapat diekstraksi dari jaringan tumbuhan untuk memperoleh
kembali logam tersebut (teknik ini biasa disebut sebagai fitomining).
Efektivitas fitoekstraksi dapat ditingkatkan dengan memperbaiki faktor internal
yakni potensi genetik dan fisiologis tanaman ataupun faktor eksternal seperti aplikasi
kelat, manipulasi pH, pemupukan serta aplikasi mikroba seperti bakteri pendegradasi
ikatan kimia dari polutan. Diantara perlakuan eksternal yang banyak diterapkan adalah
aplikasi mikroba pendegradasi dan kelat (Hidayati N. , 2012)
Widyati (2011) menyatakan bahwa persyaratan tanaman dapat dinyatakan
sebagai tanaman hiperakumulator adalah sebagai berikut :
1. Toleran terhadap kandungan logam tinggi sehingga pertumbuhan dan pucuk tidak
mengalami hambatan pertumbuhan. Kemampuan toleransi diduga berasal dari
vakuola sel yang menyimpan logam (Rendra, 2018 dalam Widyati, 2011)
2. Tanaman menyerap logam pada media tanam dengan cepat, kecepatan
ditentukan dari jenis tanaman dan logam yang diserap.
Kegiatan penelitian ini dilakukan pada Musim Kemarau (Oktober 2015) dan
pada Musim Hujan (Januari 2016), prosedur yang dilakukan ada 3 tahap yaiu preparasi
sampel, penentuan konsentrasi logam dan fitoakumulasi logam.Berikut adalah hasil
analisis Cu dan Fe dalam Sedimen
Menurut (Firmansyah, dkk., 2015) konsentrasi logam lebih tinggi pada musim
hujan disebabkan tingginya laju erosi pada permukaan tanah yang terbawa ke badan
sungai, sehingga sedimen dalam sungai yang mengandung logam terbawa oleh arus
sungai menuju muara dan pada akhirnya terjadi proses sedimentasi. Berdasarkan
Sediment Quality Guidelines for Freshwater Ecosystems yaitu 32 mg/kg berat kering.
Nilai BCF dan TF Fe Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa tumbuhan bakau
Rhizophora mucronata pada musim kemarau ditinjau dari nilai TF yang lebih besar dari
1 memiliki potensi fitoekstraksi, yaitu tumbuhan bakau Rhizophora mucronata mampu
menyerap kontaminan Fe yang terdapat di sedimen dan ditranslokasikan ke bagian
tumbuhannya seperti kulit batang dan daun sehingga dapat dikeluarkan sebagai
biomassa. Pada musim hujan ditinjau dari rendahnya nilai BCF dan TF, tumbuhan
bakau Rhizophora mucronata tidak berpotensi sebagai fitoekstraksi tetapi memiliki
potensi rizofiltrasi dimana tumbuhan menyerap kontaminan Fe yang terdapat di air dan
mengakumulasikannya di bagian akar.
Fitovolatilisasi dapat ada dalam dua bentuk yang berbeda yaitu fitovolatilisasi
langsung dan tidak langsung. Fitovolatilisasi langsung bentuk adalah yang lebih intuitif
dan lebih baik dipelajari, dihasilkan dari serapan tanaman dan translokasi kontaminan,
akhirnya mengarah pada penguapan senyawa dari batang / batang dan daun.
Fitovolatilisasi tidak langsung adalah peningkatan fluks kontaminan volatil dari bawah
permukaan yang dihasilkan dari aktivitas akar tanaman (Limmer & Burken, 2016).
2.1.6 Fitostabilisasi
Fitostabilisasi merupakan bagian dari proses fitoremediasi pada tanah tercemar
logam berat, fitostabilisasi menurut Hidayat (2005), merupakan strategi remediasi yang
berlandaskan immobilitas berat oleh eksudat akar tanaman. Eksudat tanaman sendiri
merupakan isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel dengan cara
tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni
Menurut Zulkoni, dkk., (2017) Fitostabilisasi adalah kemampuan tanaman
dalam mengeksresikan (mengeluarkan) suatu senyawa kimia tertentu untuk
mengimobilisasi logam berat di daerah rizosfer (perakaran)
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
Makkasau, A., & dkk. (2011). Teknik Fitoremidiasi Fitoplankton Suatu Alternatif Pemulihan
Lingkungan laut yang Tercemar Ion Logam Cd2+ dan Cr6+. Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, 155 - 168.
Nur, F. (2013). Fitoremidiasi Logam Berat Kadmium (Cd). Jurnal Ilmiah Biologi, 74 - 83.
Suhadiyah, S., Tambaru, E., & Surni. (2015). Keanekaragaman dan Fungsi Ekonomi Flora di
Delta Lakkang, Sungai Tallo, Makassar,Sulawesi Selatan. Pros Sem Nas
Masy Biodiv Indon , 444-448.
Sumarsih S, 2003. Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta: UPN Yogyakarta.
Suprijono, A., Sulistyowati, E., & Suryani, S. (2008). Analisis Kadar Logam Pb (Timbal) dan
Zn (Zink) dalam Rajungan (Portunus pelegicus) Di Pantai Slamaran Pekalongan
dengan Spektrofotometer Serapan Atom. Media Farmasi Indonesia , 179-185.
Tam, N.F.Y dan Wong, Y.S.. 2000. Spatial variation of heavy metals in surface sediments of
Hong Kong mangrove swamps. Environmental Pollution 110 : 195-205
Utami, R., W. R., & K. S. (2018, Maret). Pemanfaatan Mangrove untuk Mengurangi Logam
Berat di Perairan. Prosiding Seminar Nasional Hari Air Dunia 2018, hal. 141.
Widyati, E. (2011). Potensi Tumbuhan Bawah Sebagai Akumulator Logam Berat Untuk
Membantu Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang. Buletin Mitra Hutan Tanaman ,
47-56.
Yusuf, M dan Handoyo, G.. 2004. Dampak Pencemaran Terhadap Kualitas Perairan dan
Strategi Adaptasi Organisme Makrobenthos di Perairan Pulau Tirangcawang
Semarang. Jurnal Ilmu Kelautan, 9 (1): 12-42.