Anda di halaman 1dari 7

Tanggal Praktikum : 08 Februari 2018

Jam Praktikum : (11.30 – 14.00) WIB

Dosen Pembimbing : Drh. Min Rahminiwati, MS, PhD

Penekanan Fungsi Susunan Saraf Pusat Katak Secara Mekanik

Anggota Kelompok

1. R. R Pangastuti Adimulyo (B04150179)


2. Atikah Saraswati Alpiah (B04150180)
3. Devita Ghina (B04150191)
4. Febri Fadhli Zumaro (B04150199)
5. Widya Anggrainy (B04150202)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2018
BAB I

PENDAHULUAN

Hewan mempunyai daya gerak yang cepat dan tanggap terhadap rangsangan atau
perlakuan tertentu baik internal maupun eksternal. Sistem saraf merupakan suatu sistem yang
mengatur kerja semua sistem organ pada hewan agar dapat bekerja serasi dalam menanggapi
suatu kondisi. Setiap aktivitas yang dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks
merupakan hasil koordinasi dan sistematis dari beberapa sistem tubuh.
Perihal menanggapi suatu kondisi, sistem saraf terdiri dari beberapa macam organ yang
memiliki fungsi berbeda-beda. Sistem saraf terbagi atas dua yaitu sistem saraf pusat dan sistem
saraf perifer. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sum-sum tulang belakang. Setiap bagian
dari sistem saraf pusat tersebut memiliki peran masing-masing dalam megatur informasi yang
diterima tubuh dan mengolahnya sampai terbentuknya respon dari tubuh.
Katak merupakan hewan dengan sistem saraf yang sederhana sehingga mudah untuk
dipelajari. Respon tubuh dari katak terhadap beberapa perlakuan dari kondisi normal sampai
dirusaknya bagian otak katak, dapat diamati dengan mudah. Dari perlakuan tersebut dapat
diamati fungsi-fungsi bagian otak setelah dirusak yang menunjukkan respon melemah atau
hilang. Praktikum ini bertujuan mengetahui fungsi-fungsi bagian otak katak setelah bagian-
bagian otak tersebut dirusak.
BAB II

METODE

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sonde, gunting, papan busa,
wadah berisi air, cawan petridis, katak (Fejerfarya cancrivora), dan larutan HNO3.

Metodologi

Seekor katak (Fejerfarya cancrivora) disiapkan, kemudian dilakukan pengecekan beberapa


fungsi normal tubuh seperti frekuensi napas, frekuensi denyut jantung, tonus otot, reflek rasa
nyeri dengan cara selaput renang katak diberi sedikit perlukaan dan dimasukan kedalam larutan
HNO3, gerakan motorik katak dengan cara katak dibiarkan berenang didalam air dan reflek balik
dengan cara katak diposisikan terlentang dan diperhatikan respon setelah itu. Kemudian katak
dilakukan deserebrasi dengan cara rahang atas dipotong dengan gunting sampai dengan bagian
dibelakang mata, setelah itu dilakukan pengecekan kembali beberapa fungsi normal tubuh yang
tadi seperti frekuensi napas, frekuensi denyut jantung, tonus otot, reflek rasa nyeri, gerakan
motorik dan reflek balik. Bagian medula oblongata katak dirusak dengan sonde dan dilakukan
juga pengecekan beberapa fungsi normal tubuh seperti tadi. Setelah itu dilakukan juga perusakan
pada medula spinalis katak dan dilakukan pengecekan beberapa fungsi normal tubuh seperti tadi.
BAB III

PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil percobaan

Normal Deserebrasi MO Medula spinalis

10 detik (ada
Larutan HNO2 refleks) tidak ada tidak ada tidak ada

Frek. Nafas 72 kali/menit 12 kali/menit tidak ada tidak ada

Frek. Jantung 92 kali/menit 88 kali/menit 72 kali/menit tidak ada


Renang
(motorik) ada ada ada tidak ada

Tonus +++ (45o) ++ (30o) + (10o) 0o

Refleks balik ada ada tidak ada tidak ada


Hasil percobaan menunjukan pada keadaan normal, katak yang diberikan uji nyeri dengan HNO 2
pada selaput renang yang telah dilukai terlebih dahulu memiliki refleks baik ditandai dengan respon kaki
ditarik 10 detik setelah dicelupkan dengan larutan HNO2. Frekuensi nafas katak keadaan normal sebesar
72 kali/menit, frekuensi jantung sebesar 92 kali/menit, kemampuan motorik dalam berenang sangat baik,
tonus otot sangat baik ditandai dengan sikap duduk katak lebih besar dari 40o, dan refleks balik sangat
ketika tubuh katak dibalikan dan katak kembali pada posisinya dengan cepat. Setelah data kondisi normal
didapatkan, kemudian dilanjutkan dengan perlakuan pertama dimana katak akan dideserebrasi yaitu
dihilangkan serebrumnya. Pada kondisi katak yang telah kehilangan serebrumnya, refleks nyeri pada
larutan HNO2 telah hilang, frekuensi nafas berkurang menjadi 12 kali/menit, frekuensi jantung berkurang
menjadi 88 kali/menit, kemampuan renang masih ada walaupun tubuh katak menjadi kurang seimbang
saat mengambang di air ditandai dengan arah renang katak yang hanya berputar-putar tidak jelas. Pada
tonus ototnya berkurang dengan sikap duduk katak menjadi kurang dari 40o dan pada refleks baliknya,
katak masih dapat membalikkan badannya walaupun membutuhkan tenaga yang besar dan lebih kesulitan
dari pada saat kondisi normal.
Kemudian dilanjutkan dengan menguji fungsi medula oblongata pada katak, dengan cara merusak
bagian medula oblongatanya tanpa medula spinalisnya. Hasil perbedaan kondisi katak yang terlihat sangat
jelas adalah frekuensi nafas katak yang hilang, dimana katak telah berhenti bernafas. Frekuensi jantung
masih teramati yaitu sebesar 72 kali/menit, kemampuan renang telah hilang terlihat dari tubuh katak yang
langsung tenggelam saat dimasukkan ke dalam air. Tonus otot sangat kecil yaitu dengan sikap duduk
sebesar 10o dan refleks balik telah hilang. Dan perlakuan yang terakhir adalah menguji fungsi medula
spinalis pada katak dengan cara merusak bagian medula spinalisnya. Hasil respon yang didapat adalah
hilangnya semua aspek yang diamati dari frekuensi jantung yang tidak lagi berdetak dan sikap badan yang
telah hilang. Pada tahap ini dapat dinyatakan bahwa katak telah mati.
Serebrum berfungsi memproses informasi sensoris, somatik, dan motoris. Serebrum juga
berfungsi dalam proses berpikir, pusat kesadaran dan fungsi intelektual (Alcamo 2003). Fungsi tersebut
dapat dihubungkan dengan hasil reaksi yang didapatkan dari percobaan saat katak telah dihilangkan
serebrumnya. Serebrum yang dihilangkan membuat katak menjadi tidak sadar dan gerakan spontan
berkurang akibat proses sensoris dan motoris pada tubuhnya terganggu. Serebelum berfungsi
mengkoordinasikan pergerakan dan keseimbangan. Serebelum juga berfungsi dalam menghasilkan
pergerakan yang mulus dan pemeliharaan keseimbangan. Medula oblongata mempunyai pusat-pusat yang
mengatur fungsi viseral yang meliputi pernapasan, jantung, dan aktivitas pembuluh darah, penelanan,
muntah, dan pencernaan (Campbell 2002). Hal ini dapat menjelaskan reaksi yang terjadi pada katak
spinal, dimana serebelum sebagai pusat keseimbangan yang rusak membuat keseimbangan katak
menghilang dan kemampuan berenang juga menghilang, sedangkan medulla oblongata sebagai pengatur
fungsi visceral dirusak mengakibatkan katak mengalami gangguan pada pernafasan dan jantung, sehingga
tidak berfungsi lagi dan akhirnya mati. Sedangkan, medulla spinalis berfungsi menghatarkan impuls baik
dari otak maupun menuju otak, dan mengatur gerak refleks tubuh (Alcamo 2003).
BAB IV

PENUTUP

Simpulan
Fungsi pada bagian-bagian otak dapat diketahui dari hasil pengamatan pada percobaan ini dan
dapat disimpulkan bahwa serebrum berfungsi memproses informasi sensoris, somatik, dan motoris, juga
berfungsi dalam proses berpikir, pusat kesadaran dan fungsi intelektual. Serebelum berfungsi
mengkoordinasikan pergerakan, keseimbangan, menghasilkan pergerakan yang mulus dan pemeliharaan
keseimbangan. Medula oblongata mempunyai pusat-pusat yang mengatur fungsi viseral yang meliputi
pernapasan, jantung, dan aktivitas pembuluh darah, penelanan, muntah, dan pencernaan. Medula spinalis
berfungsi menghatarkan impuls baik dari otak maupun menuju otak, dan mengatur gerak refleks tubuh.

Saran

Dosen pembimbing praktikum telah menjelaskan materi dengan jelas dan baik
sehingga mudah dimengerti oleh praktikan, namun sebaiknya peralatan yang ada di ruang
praktikum lebih diperbaharui lagi seperti ujung sonde yang harus lebih tajam lagi untuk
praktikum selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Alcamo E. 2003. Anatomy Workbook. New York (USA): Random House, Inc.

Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2002. Biologi. Jakarta (ID): Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai