2016
Muhammad, Akbar
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/17817
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISA UDARA AMBIENT (H2S, NO2, NH3, SO2) DI BALAI
TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN
PENYAKIT (BTKL PP) KELAS I MEDAN
KARYA ILMIAH
AKBAR MUHAMMAD
132401153
KARYA ILMIAH
AKBAR MUHAMMAD
132401153
Disetujui di
Medan, Juli 2016
Disetujui Oleh
Program studi D3 Kimia FMIPA-USU Dosen Pembimbing
Ketua,
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali
beberapa kutipan dari ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.
AKBAR MUHAMMAD132401153
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya serta salawat beriring salam kita ucapkan pada
kehadirat Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini sebagai syarat untuk meraih gelar Ahli Madya pada program studi
Diploma 3 Kimia di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara.
Selama penulisan tugas akhir ini penulis banyak mendapatkan dorongan,
bantuan dan motivasi dari semua pihak. Maka pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua
penulis yaitu Ayahanda Syaffruddin dan Ibunda Anita Rahman yang telah
memberikan dukungan moril dan materil serta doa yang telah menguatkan penulis
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Terima kasih kepadaDra. Emma Zaidar, M.Si selaku dosen pembimbing
yang telah meluangkan waktunya selama penulisan tugas akhir ini. Terima kasih
kepada Dr. Rumondang Bulan,MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU
dan Albert Pasaribu selaku Sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU, Dra.
Emma Zaidar, M.Si selaku Ketua Program Studi D3 Kimia dan Dra. Herlince
Sihotang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi D3 Kimia. Seluruh Staff dan
Dosen Kimia FMIPA USU, Pegawai FMIPA USU beserta rekan-rekan kuliah.
Akhirnya tidak terlupakan kepada Ayah, Ibu dan keluarga yang selama ini
memberikan bantuan dan dorongan yang diperlukan. Semoga Allah SWT akan
membalasnya.
ABSTRAK
Analisa udara ambient (H2S, NO2, NH3, SO2) di Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKL PP) kelas 1 Medan bertujuan untuk
mengetahui kadar H2S, NO2, NH3 dan SO2 pada udara ambient di sekitar halaman
BTKL PP. Udara masuk kedalam impinger melalui botol penjerap yang masing-
masing telah berisikan larutan penjerap sebanyak 10 mL. Dicatat laju alir awal F1
dan F2 lalu didiamkan selama 20 menit untuk menghilangkan pengganggu.
Kemudian larutan hasil uji dimasukkan kedalam kuvet untuk dianalisa secara
spektrofotometri. Hasil perhitungan yang diperoleh dari analisa udara ambient
dengan parameter SO2 = 26,58µg/Nm3,NO2 = 0,556 µg/Nm3, H2S =
13,608µg/Nm3 dan NH3= 0,127µg/Nm3. Dimana persyaratan menurut Peraturan
Pemerintah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara dinyatakan aman dan memenuhi persyaratan untuk kesehatan
manusia dan lingkungan.
ABSTRACT
Analysis of ambient air (H2S, NO2, NH3, SO2) at Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKL PP) Class I Medan is to know the
pecentage of H2S, NO2, NH3 and SO2at the air around BTKL PP. The air is
pumped into the impinger through absorbent bottle which each contains absorbent
solution 10 mL. Make a note of the F1 and F2 air flow and wait until 20 minutes.
Then put the liquid into a kuvet to be analyse by spectrophotometry. The result of
the analysis of ambient air with SO2 absorbent is 26,58µg/Nm3,NO2 absorbent is
0,556 µg/Nm3, H2S absorbent is 13,608µg/Nm3 and NH3absorbent is
0,127µg/Nm3. Which is the requirements of Peraturan Pemerintah Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1997 about Air Pollutan Control is declared that the air
is safe and fulfill the requirements for human and the environments.
Halaman
PERSETUJUAN ....................................................................................... i
PERNYATAAN........................................................................................ ii
PENGHARGAAN .................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................ iv
ABSTRACT .............................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. ix
Tabel Halaman
4.1 Hasil Analisa Uji Kualitas Udara Ambient ................................. 17
4.2 Hasil Suhu dan Kelembaban Udara Ambient ............................. 17
4.3 Hasil Akhir Perhitungan Konsentrasi Udara Ambient................ 21
4.4 Pengaruh Paparan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) Pada Manusia .. 23
Gambar Halaman
2.1 Alat Impinger .............................................................................. 12
2.2 Bagan Spektrofotometer Sinar Tampak ...................................... 14
Lampiran Halaman
1. Tabel Ambang Batas Gas Pencemar ............................................. 28
2. Pengaruh Paparan Gas Amoniak (NH3) Pada Manusia ................ 28
3. Pengaruh Paparan Gas Nitrogen Dioksida (NO2) Pada Manusia .. 29
4. Pengaruh Paparan Gas Sulfur Dioksida (SO2) Pada Manusia....... 29
PENDAHULUAN
yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke
adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, atau komponen lain
ke udara dan berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia atau proses alam,
sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara
dalam udara yang disebabkan oleh proses alam, misalnya asap kebakaran hutan,
akibat gunung berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari laut. Pencemaran
terutama pembakaran minyak bumi secara nyata saat ini telah merubah sistem
alami pada skala global dan meningkatnya penggunaan Bahan Berbahaya Beracun
(B3) oleh berbagai kegiatan industri dengan pembuangan limbah yang langsung
dan hasil produksi samping yang merupakan salah satu sumber pencemaran udara.
menyebabkan adanya gangguan pernapasan, iritasi pada mata dan telinga, serta
pandang yang sering menimbulkan kecelakaan lalu lintas terutama lalu lintas di
udara dan di laut. Parameter gas SO2, NO, H2S, CO, NH dan O3 merupakan
tempat. Hal tersebut mendasari pemilihan bidang kajian untuk melihat kualitas
2001).
pertambangan dan lain-lain. Oleh karena itu, pemantauan kualitas udara ambient
sedang dilakukan secara berkala sesuai dengan pedoman dan telah dilaporkan
kepada otoritas regulasi sebagai bahan utama dari hukum laporan kepatuhan.
Udara ini dialirkan melalui sampler yang bervolume tinggi yang cocok dengan
menyediakan status kepatuhan otoritas proyek dan sesuai arah yang dikeluarkan
dari kontrol mengukur untuk memnuhi standar kualitas udara yang diinginkan di
Plant).
Sekitar 60 persen dari polusi udara di kota-kota India karena emisi gas
buang kendaraan bermotor. Kendaraan emisi mengandung lebih dari 450 senyawa
organik yang berbeda baik dalam bentuk gas, partikulat atau dalam bentuk
gabungan. Beban emisi di perkotaan tersebut berada dalam kisaran ribuan ton per
hari. Hal ini dapat dilihat melalui pengurangan kendaraan emisi yang diimbangi
oksida nitrogen, timah, jalan dan debu ban, partikel karbon dan aldehida.
Delhi, ibukota India memiliki populasi 13,8 juta orang yang tersebar di
1483 km2 adalah salah satu kota paling tercemar di dunia. Diperkirakan sekitar
3000 MT dari polusi udara yang dipancarkan setiap hari di Delhi. Kontribusi
polusi udara di Delhi adalah emisi dari kendaraan (67%), pembangkit listrik
tenaga termal (13%), unit industri (12%), dan domestik (8%). Selama 15 tahun
terakhir ada peningkatan tajam dalam kendaraan di Delhi yang telah berkontribusi
di kalangan mayoritas dalam polusi udara. Jenis polusi udara dari polutan yang
dipancarkan ke atmosfer oleh alam dan sumber antropogenik, yang hal partkulat
seperti belerang oksida, dan nitrogen oksida memiliki peran yang signifikan dan
satu masalah yang paling pembakaran masa kini. Kegiatan pembanguna seperti
atmosfer, dan biosfer melalui polusi. Polusi udara telah muncul dalam beberapa
dekade terakhir sebagai masalah yang paling penting bagi umat manusia.
(Samantray, 2010).
berbahaya lainnya ke atmosfir yang dapat berupa padat atau gas. Polutan
diperkenalkan ke atmosfir melalui polusi udara dapat memiliki efek yang parah
pada manusia dan ekosistem pada umumnya. Menurut USEPA (2012), kriteria
polutan biasanya ditemukan polutan udara yang bisa memiliki kesehatan yang
parah dan implikasi lingkungan. Polutan ini meliputi; Particulate Matter (PM10),
karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Sulfur dioksida (SO2), Metana
(CH4), Amonia (NH3), Hidrogen sulfida (H2S) dan sebagainya. Beberapa polutan
udara ini seperti hidrogen sulfida, amonia dan karbon monoksida tidak berwarna
dan tak terlihat. Namun, partikel bisa terlihat dan termasuk debu dan jelaga.
1.2. Permasalahan
Penelitian ini dibatasi pada analisa kadar H2S, NO2, NH3 dan SO2 pada
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar H2S, NO2, NH3 dan SO2
1.5. Manfaat
Adapun manfaat dari analisa kadarH2S, NO2, NH3, SO2 pada udara
Penyakit (BTKL PP) Kelas I Medan adalah untuk memberikan informasi kepada
1391 µg/Nm3, NO2 tidak boleh lebih dari 5634 µg/Nm3, NH3 tidak boleh lebih
dari 17000 µg/Nm3 dan SO2 tidak boleh lebih dari 250 µg/Nm3.
TINJAUAN PUSTAKA
Udara dapat di kelompokkan menjadi dua jenis, yaitu udara ambient dan
udara emisi. Udara ambient adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan
Udara emisi adalah udara yang mengandung zat, energi, dan komponen lain
yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan atau dimasukkan ke dalam
udara ambien yang mempunyai dan atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur
Kendaraan bermotor dapat mengeluarkan emisi gas buang antara lain SOx,
dampak dari kepadatan lalu lintas kendaraan bermotor. Apabila diatas standar
baku mutu maka gas tersebut cukup berbahaya bagi kesehatan manusia bahkan
CO dan NO2 terutama pada kendaraan yang sudah tua, sehingga mesin kendaraan
konsentrasi CO dan NO2 total yang ada di dalam atmosfer sebanding. Daya ikat
CO terhadap Hb (darah) sangat besar yaitu 240 kali dibandingkan dengan daya
aktivitas non pertanian masyarakat. Selain penduduknya yang lebih padat, pada
karbondioksida (CO2) dari aktivitas manusia. Kualitas udara dan lingkungan dapat
tersebut dapat diserap oleh vegetasi yang terdapat diruang terbuka hijau (RTH),
namun selama 5 tahun terakhir luasan RTH Kota Bogor semakin menurun akibat
penggunaanya sendiri mencapai 12,5% dari total emisi yang dihasilkan tahun
2000-2009, sedangkan emisi terbesar berasal dari sektor energi. Maka dibutuhkan
alternatif upaya pengendalian emisi CO2 dan meningkatkan serapan CO2 kota(Nur
telah menyebutkan bahwa 65% kematian di Asia disebabkan oleh polusi udara.
Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia bahkan dianggap sebagai kota dengan
polusi udara terburuk ke tiga dunia, dimana sekitar 70% polusi diperoleh dari
emisi gas buang kendaraan bermotor dan sisanya dari industri. (Analisa
polutan primer atau polutan sekunder. Polutan primer seperti misalnya sulfur
oksida (SOx), nitrogen oksida (NOx) dan hidrokarbon (HC) langsung dibuang ke
reaksi fotokmia, hidrolisi atau oksidasi, seperti misalnya pembentukan ozon (O3)
dibedakan menjadi zat organik dan zat anorganik. Polutan organik mengandung
karbon dan hidrogen, dan juga terdapat beberapa unsur seperti oksigen, nitrogen,
sulfur atau fosfor. Sebagai contoh misalnya hidrokarbon, keton alkohol, ester dan
lain-lain. Sedangkan jenis polutan anorganik dapat berupa seperti misalnya karbon
Zat pencemar kimia yang paling banyak terdapat di udara berupa karbon
monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), sulfur oksida (SOx) dan hidrokarbon.
Selain gas-gas tersebut, partikulat atau TSP dan timbal juga merupakan zat
juga dapat merusak lingkungan. Pada manusia, pengaruh zat pencemar ini
pertama-tama ditemukan pada sistem pernapasan dan kulit serta selaput lendir.
Selanjutnya apabila zat pencemar dapat memasuki peredaran darah, maka efek
sampai 100 µm dan menjadi perhatian bersama khususnya debu yang dihasilkan
oleh pengolahan bahan padat dari industri. Partikel udara dalam wujud padat yang
matter) dan kurang dari 2,5 µm di dalam rumah (PM2,5) diyakini oleh para pakar
pernafasan, karena partikel padat PM10 dan PM2,5 dapat mengendap pada saluran
pernafasan daerah bronki dan alveoli. Partikel debu yang berdiameter kurang dari
menyaring debu yang berukuran lebih besar 10 µm. PM10 diperkirakan berada
diantara 50 dan 60% dari partikel melayang yang mempunyai diameter hingga 45
µm (total suspended particulate). Partikel yang lebih besar dari 10 µm, seperti
TSP, tidak terhirup ke dalam paru-paru. Partikel dibawah 2,5 µm (PM2,5) tidak
disaring dalam sistem pernapasan bagian atas dan menempel pada gelembung
paru-paru, sehingga dapat menurunkan pertukaran gas (Gindo dan Hari, 2007).
Hidrogen sulfida (H2S) merupakan gas yang dapat menghasilkan bau tidak
sedap. Gas tersebut bersifat toksik bagi manusia dan ternak, dapat meningkatkan
pekerja yang berada di sekitar kawasan tersebut. Hidrogen sulfida diproduksi oleh
pembusukan mikrobiologi dari senyawa sulfat dan resuksi mikroba dari sulfat,
uap panas bumi, serbuk kayu, aktivitas antropogenik seperti pembakaran batu bara
cepat diubah menjadi senyawa SO2 melalui reaksi berikut (Achmad, 2004):
komponen gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan sulfur
trioksida (SO3) dan keduanya disebut sebagai SOx. Sulfur dioksida mempunyai
karakteristik bau yang tajam dan tidak terbakar di udara, sedangkan sulfur
tersedia. Meskipun udara tersedia dalam jumlah cukup. Sulfur dioksida selalu
terbentuk dalam jumlah terbesar. Jumlah SO3 yang terbentuk dipengaruhi oleh
kondisi reaksi, terutama suhu yang bervariasi dari 1 sampai 10 % dari total SO2
(Rusmayadi, 2010).
kebauan. Gas amoniak adalah gas yang tidak berwarna, memiliki bau yang
dengan nitrat dan sulfat sehingga terbentuk garam amoniak yang sangat korosif.
Titik leburnya ialah -75°C dan titik didihnya ialah -33.7°C. Larutan amoniak
nitrogen yang berasal dari proses difusi udara atmosfer, limbah industri dan
yang terdiri dari gas nitrogen oksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2).
Pembentukan NO dan NO2 mencakup reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara
N2 + O2 2NO
2NO + O2 2NO2
kualitas udara maupun kualitas air hujan (hujan asam) yang terjadi, disamping
sulfur dioksida (SO2). Sumber pencemaran gas NOx dapat berasal dari sumber
alami seperti dari aktivitas bakteri. Disamping itu, aktivitas manusia juga
terbesar dari kegiatan manusia terhadap polusi NOx bersumber dari hasil
cukup tinggi. Pembentukan NO pada suhu kamar dihasilkan dari reaksi antara gas
oksigen dan gas nitrogen akan berlangsung sangat lambat. Sedangkan pada suhu
2.7. Impinger
impinger atau midget impinger (Gambar 2.1). Tabung impinger merupakan botol
tempat pengambilan contoh uji yang dilengkapi dengan ujung silinder gelas yang
berada di dalam labu dengan maksimum diameter dalam 1 mm, pompa penghisap,
berfungsi untuk menarik contoh udara ke dalam impinger, flow meter digunakan
untuk mengukur kecepatan udara saat pengambilan sampel, tabung penyerap uap
air, digunakan sebagai pengaman pompa pada saat pengambilan sampel udara
(SNI 19-7119.1-2005).
Menurut Hadi(2005), terdapat uap air yang turut masuk ke dalam pompa karena
dapat menyebabkan pompa menjadi lembab dan jika hal itu berlangsung akan
khusus, seperti flexible bags, steel caniste, dan glass boms. Teknik pemekatan
media tertentu, seperti cairan, reagen kimia atau filter. Teknik pemekatan
dilakukan dengan dua cara, yaitu absorpsi cairan (impinger) dan adsorpsi
desorpsi. Absorpsi atau penyerapan dalam kimia adalah suatu fenomena fisik atau
kimiawi suatu atom, molekul, atau ion yang memasuki suatu fase lain yang bisa
berupa gas, cairan, ataupun padatan. Udara dalam jumlah tertentu ditarik melalui
impinger dengan laju alir tertentu yang stabil. Larutan absorber yang spesifik
2.8. Spektrofotometri
UV jauh (100–190 nm) tidak dipakai, sebab pada daerah tersebut, udara juga
kembali atom-atom itu sendiri dan orbital yang ditempati oleh elektron-elektron
sinar digunakan untuk mendorong perpindahan elektron dari orbital ikatan atau
orbital non-ikatan ke salah satu orbital anti-ikatan yang kosong (Supratman 2010).
Cara kerja alat spektrofotometer sinar tampak (Gambar 2.2) yaitu sinar
berulang-ulang, sinyal listrik dari detektor diproses, diubah ke digital dan dilihat
Spektrum
METODE PENELITIAN
3.1.1 Alat
- Midget Impinger
- Impinger
- Spektrofotometer Genesys 10 uv
- Pipet tetes
- Botol Aquades
- Stopwatch
- Kuvet
- Hygrometer
3.1.2. Bahan
- HgCl2
-KCL
- EDTA
- Na2SO3
- I2
- KI
- HgI2
- H2SO4
- Tetrakloromerkuat (TCM)
Adapun sampel udara diambil dari sekitar lokasi BTKL PP Kelas I Medan.
penjerap.
− Diatur botol penjerap agar terlindung dari hujan dan sinar matahari
langsung.
− Dilakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat temperatur dan
tekanan udara.
− Dicatat laju alir awal F2(L/menit) setelah 1 jam dan kemudian dimatikan
pompa penghisap.
menghilangkan pengganggu.
28,80 C 72%
36,90 C 44%
390 C 39%
39,90 C 40%
390 C 39%
370 C 42%
370C 45%
∑=36,80C+273=309,80K ∑ =45,8%
adalah:
NH3 = 1L/menit
V = 40,9 L
V = 23,8 L
V = 11,4 L
V = 56,8 L
𝑎𝑎
C= x 1000
𝑉𝑉
1,087
C= x 1000
40,9
C = 26,58 µg/Nm3
𝑏𝑏 10
C= x x 1000
𝑉𝑉 25
0,033 10
C= x x 1000
23,8 25
C = 0,556 µg/Nm3
b : jumlah parameter dari contoh uji dengan melihat kurva kalibrasi (µg)
0,063 𝑥𝑥 0,72
C=
0,2 𝑥𝑥 60
C = 13,608 µg/Nm3
Keterangan :
5,330 𝑥𝑥 1,44
C=
1 𝑥𝑥 60
C = 0,127 µg/Nm3
Keterangan :
Parameter Konsentrasi
SO2 26, 58 µg/Nm3
NO2 0,556 µg/Nm3
NH3 13,608 µg/Nm3
H2S 0,127 µg/Nm3
4.3. Pembahasan
komponen gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan sulfur
yang mengandung sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida, tetapi
tersedia. Meskipun udara tersedia dalam jumlah cukup, sulfur dioksida selalu
jumlah kecil selama pembakaran. Pengaruh utama polutan SO2 terhadap manusia
tenggorokan terjadi pada konsentrasi SO2 sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada
beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada konsentrasi 1–2 ppm. Sulfur
terhadap kontak dengan SO2, meskipun dengan konsentrasi rendah, misalnya 0.2
ppm atau lebih. Kerusakan akibat polutan SO2 terhadap bahan lain terutama
disebabkan oleh asam sulfat yang diproduksi jika SO3 bereaksi dengan uap air di
atmosfer.
mortalitas kedua komponen tersebut menunjukan bahwa NO2 empat kali lebih
beracun dari pada NO. Gas NO tidak mengakibatkan iritasi dan tidak berbahaya,
tetapi pada konsentrasi udara ambien yang normal NO dapat mengalami oksidasi
menjadi NO2 yang lebih beracun. Keracunan gas NO2 pada manusia pada
Udara yang tercemar gas amoniak dapat menyebabkan iritasi mata serta
saluran pernapasan. Gas amoniak melalui inhalasi menyebabkan iritasi hebat pada
paru, batuk darah, Bronchitis dan Pneumonia. Amoniak pada kadar tinggi (30.000
ppm) dapat menyebabkan luka bakar pada kulit. Sisa-sisa makanan dan sampah
salah satu gas rumah kaca yang dapat menyebabkan global warming. Akibat yang
terjadi adalah terjadinya perubahan iklim dan cuaca serta efek global warming
lainnya.
dan reduksi mikroba dari sulfat, uap panas bumi, serbuk kayu, aktivitas
antropogenik seperti pembakaran batu bakar dan residu minyak bumi. kelembaban
udara yang lebih dari 60% dapat menyebabkan volume udara berkurang,
anaerobik
yang menimbulkan bau tidak sedap. Amoniak yang terukur pada area halaman
Tabel 4.4 Pengaruh Paparan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) pada Manusia
kelestarian lingkungan dari pencemaran udara. Oleh sebab itu sejak dini harus
kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar yang bersumber dari energi
fosil, karena 64% dari seluruh pencemaran udara dihasilkan dari transfortasi,
terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Saat ini sumber energi yang
paling banyak digunakan di dunia adalah energi fosil yang berupa bahan bakar
Hampir 95% dari kebutuhan energi Indonesia masih disuplai oleh energi fosil.
Sekitar 50% dari energi fosil tersebut adalah minyak bumi dan sisanya adalah gas
dan batubara. Beberapa energi alternatif telah dikembangkan seperti panas bumi,
biomassa, sinar matahari, nuklir, angin, listrik, dan hidrogen. Kebanyakan energi
yang tidak terbarukan, salah satunya nuklir. Namun nuklir dapat menjadi energi
polutan yang lebih aman, pengembangan sumber tenaga yang rendah polusi untuk
Dari analisa pengukuran udara ambient yang telah dilakukan disekitar lokasi
didapat hasil dari sampel adalah H2S 13,608 µg/Nm3, NO2 0,556 µg/Nm3, NH3
5.1 Kesimpulan
dan NH3= 0,127µg/Nm3. Besaran parameter uji tersebut masih memenuhi baku
dan lingkungan.
5.2 Saran
tersebut.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005. Emisi Gas Buang Sumber Tidak
Bergerak – Bagian 7 : Cara Uji Kadar Hidrogen Sulfida (H2S) dengan
Metode Biru Metilen dengan Menggunakan Spektrofotometer. SNI
19.7119.7-2005. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005. Udara Ambien - Bagian 1: Cara Uji
Kadar Amoniak (NH3) dengan Metode Indofenol menggunakan
Spektrofotometer. SNI 19.7119.1-2005. Jakarta: Badan Standardisasi
Nasional.
Gindo S. A., Hari. 2007. Pengukuran Partikel Udara Ambient (TSP, PM10, PM2,5)
DiSekitar Calon Lokasi PLTN Semenanjung Lemahabang. Semarang
Huboyo S. H., Syafrudin. 2007. Analisis Resiko Konsentrasi Debu (TSP) Dan
Timbal (Pb) Di Pinggir Jalan Terhadap Kesehatan Manusia Studi Kasus
Kota Yogyakarta. Jurnal Teknk Lingkungan. Vol. 28. No. 2.
Nur R. P. P., Purnomo H. 2015. Model Simulasi Emisi dan Penyerapan CO2di
Kota Bogor. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). Vol. 20.
Pohan N. 2002. Pencemaran Udara dan Hujan Asam. Fakultas Teknik Program
Studi Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara: USU digital library.
Prakash Mamta, Bassin J.K. 2010. Analysis of Ambient Air Quality Using Air
Quality – A Case Study. International Journal of Advanced Engineering
Technology. Vol. 1.
Prasetyanto N. 2011. Kadar H2S, NO2, dan Debu pada Peternakan Ayam Broiler
dengan Kondisi Lingkungan yang Berbeda Di Kabupaten Bogor, Jawa
Barat[Skripsi]. Bogor. Departemen Ilmu Produksi Dan Teknologi
Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Qadri M., Maghfurah F., Yulianto S. 2013. Analisa Perbandingan Emisi Gas
Buang Bahan Bakar LGV Dengan Premium Pada Daihatsu Grand Max
Standar. Jakarta.
Sadhana Chaurasia, Pragya Dwivedi, Ravindra Singh, Anand Dev Gupta. 2013.
Assessment of Ambient Air Quality Status and Air Quality Index of
Bhopal City (Madhya Pradesh), India. International Journal Current
Science. Vol 9.
(µg/m3) ppm
2. Amonia (NH3) 17 25