DAERAH RHIZOSFER
Oleh :
Nama : Fadhila Meilasari
NIM : B1A015051
Kelompok :3
Rombongan :I
Asisten : Arni Minanti Rahayu
A. Latar Belakang
B. Tujuan
A. Materi
Alat alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah cawan petri, tabung
reaksi, pipet ukur & filler, timbangan, jarum ose, wrapper, scalpel, pH soil tester,
bunsen, masker, sarung tangan, mikroskop, dan buku identifikasi.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah alkohol 70%, aquades,
PDA+chloramphenicol, spirtus, polybag, sampel tanah dekat dan jauh dari perakaran
(Buncis, pisang, kacang panjang, kedelai, jagung, kersen, jati, coklat, damar dan
rumput gajah).
B. Metode
1. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan di tanah dekat perakaran dan jauh dari
perakaran. Tumbuhan yang akan diambil tanahnya difoto terlebih dahulu
kemudian pH tanah diukur selanjutnya sampel tanah diambil di dekat dan
jauh dari rhizosfer.
2. Isolasi pengenceran
Sampel tanah diambil kemudian ditimbang sebanyak 1 gr kemudian
dimasukkan kedalam 10 ml akuades steril, selanjutnya dilakukan
pengenceran hingga 10-2 kemudian diambil 0,1 ml dan di tanam dalam
medium PDA. Inkubasi 3 x 24 jam.
3. Pemurnian
Isolat jamur disiapkan. Isolat diambil 1 plug dan ditanam pada medium
baru (PDA). Diinkubasi suhu ruang 3 x 24 jam
4. Identifikasi
Isolat hasil isolasi disiapkan. Diambil dengan cara menempelkan
miselium jamur menggunakan isolasi dan ditempelkan pada object glass.
Diamati dibawah mikroskop dan dilihat karakter identifikasinya dalam buku
pustaka dan ditentukan genus dari jamur yang ditemukan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Hifa septat/aseptat
2. Warna koloni :hijau tua
:aseptat
Warna sebalik koloni
Warna hifa :hyalin
:kuning
Warna konidia :hyalin Penicillium sp.
Tekstur permukaan: halus
Bentuk konidia : bulat
Tepi koloni : rata
lonjong
Pola penyebaran :acak
1. Warna koloni : kuning 1. Hifa septat/aseptat
Warna sebalik koloni :aseptat
Rumput :kuning Warna hifa : hyalin
6,8 Phytium sp.
gajah/jauh Tekstur permukaan : halus Warna konidia :hyalin
Tepi koloni :rata Bentuk konidia : bulat
Pola penyebaran :acak
2. Hifa septat/aseptat
2. Warna koloni :abu-abu :aseptat
Warna sebalik koloni :putih Warna hifa :hyalin
Tekstur permukaan: halus Warna konidia :hyalin Penicillium sp.
Tepi koloni :rata Bentuk konidia : bulat
Pola penyebaran :acak lonjong
I II
Gambar 4.3 (I) Pengamatan Makromorfologi Mortierella sp. ; (II) Pengamatan Mikromorfologi
Mortierella sp.
I II
Gambar 4.4 (I) Pengamatan Makromorfologi Phytium sp. ; (II) Pengamatan Mikromorfologi
Phytium sp.
Berdasarkan Gambar 4.4 (I), pengamatan makromorfologi jamur Pytium sp.
yang diperoleh dari isolasi tanah dekat perakaran kacang panjang, Phytium sp.
memiliki karakter makroskopis yang dapat diamati yakni memiliki warna koloni
putih, warna sebalik koloni krem, memiliki tekstur permukaan halus, memiliki tepi
koloni rata dan pola penyebaran konsentris. Phytium sp. adalah jamur yang bersifat
saprofit atau parasit, dapat menjadi patogen apabila menyerang buah, akar, dan
batang. Pracaya (1996) menyatakan Phytium sp. memiliki pola koloni bervariasi,
contohnya konsentris atau membentuk lingkaran.
Berdasarkan Gambar 4.4 (II), pengamatan mikromorfologi jamur Phytium sp.
yang diperoleh dari isolasi tanah dekat perakaran kacang panjang, Phytium sp.
memiliki karakter mikroskopis yang dapat diamati yakni hifa yang memiliki septat,
sementara untuk karakter mikroskopis yang lain seperti warna hifa, warna konidia
dan bentuk konidia tidak terihat. Pratiwi et al. (2016) menyatakan bahwa jamur
Phytium sp. mempunyai miselium kasar, membentuk sporangium berbentuk bulat
atau lonjong dan tidak teratur seperti batang atau bercabang-cabang. Oospora
memiliki dinding yang agak tebal dan halus dan pada medium PDA Phytium sp.
membentuk banyak klamidospora bulat. Memiliki hifa hialin, tidak bersepta, hifa
utama berukuran 5-7 µm, lebarnya mencapai 10 µm. Produksi miselium aerial pada
jamur Phytium sp. tergantung dengan medium yang digunakan. Bentuk umum
miselium Pythium berubah dari pola normal lurus ke pola abnormal seperti
bergelombang, dan bagian internal menjadi bagian-bagian kecil, hancur dan hilang
(Halo et al., 2018).
I II
Gambar 4.5 (I) Pengamatan Makromorfologi Aspergillus sp. ; (II) Pengamatan Mikromorfologi
Aspergillus sp.
Berdasarkan Gambar 4.6 yaitu hasil pemurnian isolat jauh dari perakaran
kacang panjang dilakukan dengan mengambil isolat jamur yang telah tumbuh,
diambil 1 plug dan ditanam pada medium baru (PDA). Diinkubasi suhu ruang 3 x 24
Gambar 4.6cara
jam. Pemurnian merupakan Hasil pemurnian
untuk isolat jauh
memisahkan atau memindahkan mikroba
perakaran kacang panjang
tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni yang
selanjutnya digunakan untuk identifikasi (Suriawiria, 2005). Hasil yang diperoleh
didapatkan 2 koloni jamur yang tumbuh di daerah jauh dari perakaran antara lain
jamur Chrysosporium sp. dan Fusarium sp.
I II
Gambar 4.7 (I) Pengamatan Makromorfologi Chrysosporium sp. ; (II) Pengamatan
Mikromorfologi Chrysosporium sp.
I II
Gambar 4.8 (I) Pengamatan Makromorfologi Fusarium sp. ; (II) Pengamatan Mikromorfologi
Fusarium sp.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Teknik isolasi tanah di daerah Rhizosfer dapat dilakukan melalui beberapa
tahapan, antara lain pengambilan sampel, isolasi pengenceran, pemurnian dan
identifikasi.
2. Hasil identifikasi isolat dari isolasi tanah di daerah Rhizosfer yakni didapatkan
koloni jamur patogen maupun antagonis baik yang diambil dari dekat perakaran
tanaman maupun yang jauh dari perakaran tanaman.
3. Jenis-jenis mikroorganisme di daerah Rhizosfer didapatkan jamur dari genus
Rhizopus sp., Aspergillus sp., Geotrichum sp., Absidia sp., Acrophialophora sp.,
Brycekendrichomyces sp., Cylindrium sp., Trichoderma sp., Mortierella sp.,
Phytium sp., Chrysosporium sp., Fusarium sp., Botryosporium sp.,
Dhichotomorphyta sp., Diheterospora sp., Isaria sp., Cunninghamella sp.,
Penicillium sp., Cladosporium sp., Arthropotrys sp., dan Verticillium sp.
B. Saran
Saran untuk praktikum Patogen Tumbuhan Tular tanah adalah sebaiknya
pembahasan untuk laporan lebih diperjels agar memudahkan praktikan dalam
membahas hasil yang didapat.
DAFTAR PUSTAKA
Doran, J.W. 2000. Soil Health and Sustainability: Managing the Biotic Component
of Soil Quality. Applied Soil Ecology. (14): 223-229.
Halo, B. A., Al-Yahyai, R.A & Al-Sadi, A.M. 2018. Aspergillus terreus Inhibits
Growth and Induces Morphological Abnormalities in Pythium
aphanidermatum and Suppresses Pythium-Induced Damping-Off of Cucumber.
Frontiers in Microbiology, 9(2):1-12.
Hartanto, S. 2012. Keragaman Sekuen Gen Nrps 14 Isolat Actinomycetes Laut Yang
Berpotensi Menghasilkan Senyawa Antikanker. Yogyakarta: Universitas Gadjah
mada.
Ibrahim, A., Ilyas, S., & Manohara, D. 2014. Perlakuan Benih Cabai (Capsicum
annuum L.) dengan Rizobakteri untuk Mengendalikan Phytophthora capsici,
Meningkatkan Vigor Benih dan Pertumbuhan Tanaman.Agrohorti. 2(1), pp. 22-
30.
Jawetz, M. 1991. Mikrobologi Kedokteran (Medical Microbiology) edisi 16. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lynch, J.M. 1990. Introduction: Some consequences of microbial rhizosphere
competence for plant and soil. New York: John Willey & Sons
Marom, N., Rizal, & Bintoro, M. 2017. Effectivity Test of Time Granting and PGPR
Concentration on Production And Quality of Peanut. Journal of Applied
Agricultural Sciences. 1(2), pp. 191-202.
Mommer, L., T. E. Anne Cotton., Jos, M. Raaijmakers, Aad J. Termorshuizen.,
Jasper van Ruijven., Marloes Hendrik., Sophia Q. van Rijssel., Judith E. van
de Mortel., Jan Willem van der Paauw., Elio G. W. M. Schijlen., Annemiek E.
Smit-Tiekstra., Frank Berendse., Hans de Kroon., & Alex J. Dumbrell. 2018.
Lost in diversity: the interactions between soil-borne fungi, biodiversity and
plant productivity. New Phytologist, 218: 542–553.
Ngittu, Y.S., Feky R. M., Trina E. T., ), & Febby E. F. K. Identifikasi Genus Jamur
Fusarium Yang Menginfeksi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Di Danau
Tondano. Jurnal Ilmiah Farmasi, 3(3): 156-161.
Pracaya. 1996. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Pratiwi, N.W., Juliantari, E., Napsiyah, L.K. 2016. Identifikasi Jamur Penyebab
Penyakit Pascapanen pada Beberapa Komoditas Bahan Pangan. Jurnal Riau
Biologia 1(14): 86-94.
Sutrisni, R., & Widodo.Keragaman Fusarium pada Rizosfer Tanaman Kacang Panjang
dan Peranannya bagi Pertumbuhan Tanaman. Jurnal Fitopatologi Indonesia,
8(5): 128-137.
Zaevie, B., Marisi, N., Puji, A. 2014. Respon Tanaman Kacang Panjang (Vigna
sinensis L.) Terhadap Pemberian pupuk NPK Pelangi dan Pupuk Organik Cair
Nasa. Agrifor, 12(1): 19-32.