Anda di halaman 1dari 24

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKROORGANISME TANAH DI

DAERAH RHIZOSFER

Oleh :
Nama : Fadhila Meilasari
NIM : B1A015051
Kelompok :3
Rombongan :I
Asisten : Arni Minanti Rahayu

LAPORAN PRAKTIKUM PATOGEN TUMBUHAN TULAR TANAH

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah pertanian tidak hanya menentukan tingkat kesuburan dan kelangsungan


hidup tanaman yang diusahakan akan tetapi juga merupakan media tumbuh bagi
berbagai macam mikroorganisme baik yang bermanfaat maupun yang merugikan
tanaman yang diusahakan. Mikroorganisme tanah dapat dijumpai banyak sekali
jenisnya dengan jumlah mencapai milyaran per gram tanah. Mikroorganisme ini
dapat berupa nematoda, jamur, bakteri dan lain-lain. Salah satu mikroorganisme
yang berperan penting dan dapat menyebabkan penyakit tanaman adalah
mikroorganisme yang termasuk dalam kelompok soil-borne pathogen atau patogen
tular tanah (Ibrahim et al, 2014).
Patogen tular tanah adalah kelompok mikroorganisme yang sebahagian siklus
hidupnya berada di dalam tanah dan mempunyai kemampuan untuk menginfeksi
dan menimbulkan penyakit pada tanaman. Umumnya patogen tular tanah memiliki
kemampuan pemencaran dan bertahan dalam tanah dan hanya sedikit yang
mempunyai kemampuan membentuk spora udara sehingga dapat memencar ke areal
yang lebih luas (Sukmadewi et al., 2015).
Menurut Sukmadi (2012), perkembangan dan populasi, penyebaran, daya tular
serta daya tahan patogen tular tanah sangat di pengaruhi oleh sifat-sifat tanah
dimana patogen tersebut berada. Pengetahuan tentang sifat-sifat tanah yang
mempengaruhi perkembangan patogen tular tanah akan sangat bermanfaat sebagai
dasar dalam menentukan strategi pengendalian penyakit tanaman secara tepat dan
effien. Tanah sebagai media tumbuh bagi banyak mikroorganisme termasuk patogen
tular tanah tentu memegang peran yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan mikroorganisme tersebut.

B. Tujuan

Tujuan acara praktikum ini adalah:


1. Mengetahui teknik isolasi tanah di daerah Rhizosfer
2. Mengetahui hasil identifikasi isolat dari isolasi tanah di daerah Rhizosfer
3. Mengetahui jenis-jenis mikroorganisme di daerah Rhizosfer
II. TINJAUAN PUSTAKA

Isolasi merupakan teknik mengambil mikroorganisme/jamur yang terdapat di


alam dan menumbuhkannya dalam suatu media buatan di laboratorium. Secara
umum isolasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu isolasi umum dan isolasi khusus.
Isolasi umum merupakan isolasi yang dilakukan untuk menumbuhkan jamur secara
umum, sedangkan isolasi khusus adalah isolasi yang dilakukan untuk jamur-jamur
tertentu yang lambat pertumbuhannya. Isolasi umum dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti metode perangkap, metode pengenceran, metode semai dan
metode tanam langsung. Isolasi khusus dapat dilakukan dengan metode pancing.
Metode pancing dilakukan dengan menggunakan umpan beberapa bahan pangan
sebagai rangsangan kimia berupa nutrisi yang dibutuhkan jamur untuk
pertumbuhannya, misalnya untuk menumbuhkan jamur Rhizoctonia dibutuhkan
umpan berupa buah terong, mentimun, alpukat atau apel (Rahni, 2012). Pemurnian
merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari
lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni yang selanjutnya
digunakan untuk identifikasi (Suriawiria, 2005)
Identifikasi merupakan usaha untuk mengetahui identitas suatu
mikroorganisme. Prinsipnya adalah upaya mencocokkan suatu jenis makhluk hidup
dengan kategori tertentu yang telah diklasifikasikan dan diberi nama secara ilmiah
oleh para ahli. Identifikasi jamur artinya mencocokan jenis jamur hasil isolasi dan
pemurnian yang belum diketahui ke dalam takson tertentu. Identifikasi
membutuhkan sarana identifikasi diantaranya seperti kunci identifikasi (kunci
dikotomis), pertelaan, atau buku-buku identifikasi (Hartanto, 2012).
Rhizosfer merupakan bagian tanah yang berada disekitar perakaran tanaman dan
berperan sebagai pertahanan luar bagi tanaman terhadap serangan patogen akar.
Populasi mikroorganisme di rhizosfer biasanya lebih banyak dan beragam jika
dibandingkan dengan tanah yang bukan rhizosfer (Lynch, 1990). Menurut Sukmadi
(2012), rhizosfer adalah tanah disekitar akar tanaman yang secara langsung
dipengaruhi oleh mikroba tanah dan eksudasi perakaran tanaman. Penyediaan nutrisi
pada tanaman sangat dipengaruhi oleh komposisi mikroba di daerah rhizosfer.
Menurut Sarabia et al. (2017), akar berasosiasi dengan berbagai mikroorganisme
yang bermanfaat termasuk bakteri dan juga jamur dengan pemacu pertumbuhan
tanaman yang berkaitan dengan solubilasi, mobilisasi, dan pengangkutan fosfat oleh
tanaman.
Beberapa mikroba rhizosfer seperti Azospirillum sp, Azotobacter sp, dan
Enterobacter sp, dapat memberikan efek menguntungkan bagi pertumbuhan
tanaman. Tanaman menarik mikroba menguntungkan di daerah rhizosfer dengan cara
mengeluarkan eksudat akar yang berperan sebagai sumber nutrisi bagi mikroba.
Sedangkan mikroba mengeluarkan metabolit berupa senyawasenyawa aktif (salah
satunya fitohormon) yang digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Adanya eksudat akar tersebut yang menyebabkan populasi
mikroba di daerah rhizosfer jauh lebih tinggi daripada di tanah biasa (Sukmadi,
2012).
Faktor-faktor tanah yang paling berperan dan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan patogen tanah tersebut antara lain adalah temperatur, kelembaban,
pH, tekstur tanah dan bahan organik tanah.
1. Temperatur tanah berpengaruh pada mikroba jika semakin tinggi temperatur di
dalam tanah maka perkembangan dan pertumbuhan mikroba akan terhambat.
2. Tekstur tanah merupakan faktor penentu kesuburan dan kesehatan tanaman.
Umumnya patogen tular tanah seperti Pythium sp. berkembang baik pada tanah-
tanah yang mempunyai kandungan debu dan liat tinggi karena pada tanah
demikian biasanya drainasenya jelek sehingga mendukung perkembangan
patogen ini
3. Kelembaban tanah juga berperan dalam perkembangan dan terjadinya penyakit
oleh patogen tular tanah. Kelembaban umumnya berpengaruh terhadap daya
kecambah spora patogen dan penetrasi inang oleh tabung kecambah.
Kelembaban dalam bentuk air irigasi atau air yang mengalir juga berperan
penting dalam distribusi dan penyebaran patogen.
4. Keasaman atau pH tanah berperan penting dalam terjadinya dan keganasan
pnyakit tanaman yang disebabkan oleh pati patogen tular tanah. Serangan
Plasmodiophora brassicae akan terjadi sangat parah pada tanah dengan pH
antara 5,7, sedangkan pada pH tanah 6,2 serangannya akan menurun dan tidak
berkembang sama sekali pada ph 7,8. Menurut Susilowati et al. (2007),
perkembangan patogen umumnya akan tertekan pada pH tinggi, karena pada pH
tinggi akan mengakibatkan komdisi lingkungan tiak sesuai untuk perkembangan
patogen tular tanah. Patogen umumnya akan lebih infektif pada keadaan pH
tanah rendah.
5. Kandungan unsur hara dalam tanah berhubungan erat dengan ketahanan tanaman
terhadap patogen tanah demikian pula kandungan bahan organik dalam tanah.
Bahan organik dapat membantu perkembangan mikroorganisme yang dapat
menghambat aktivitas jamur patogen. Kolonisasi oleh Pythium sp. akan tinggi
apabila kadar bahan organik tanah rendah. Penambahan bahan organik yang
berkadar N tinggi dapat menekan perkembangan patogen tular tanah.
Rhizobakteri pemacu tumbuh tanaman yang lebih popular disebut Plant
Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) merupakan kelompok bakteri
menguntungkan yang secara aktif mengkolonisasi rhizosfir. PGPR berperan penting
dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman, hasil panen dan kesuburan lahan secara
langsung, PGPR merangsang pertumbuhan tanaman dengan menghasilkan hormon
pertumbuhan, vitamin dan berbagai asam organik serta meningkatkan asupan nutrien
bagi tanaman. Pertumbuhan tanaman ditingkatkan secara tidak langsung oleh PGPR
melalui kemampuannya dalam menghasilkan antimikroba patogen yang dapat
menekan pertumbuhan fungi penyebab penyakit tumbuhan (fitopatogenik) dan
siderophore (Rahni, 2012).
Menurut Marom et al. (2017), Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)
dapat dipakai dalam program intensifikasi pertanian karena merupakan bakteri di
sekitar perakaran dan hidup berkoloni menyelimuti akar yang berfungsi untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman yaitu sebagai merangsang pertumbuhan
(biostimulants) dengan mensintesis dan mengatur konsentrasi berbagai zat pengatur
tumbuh seperti giberellin, asam indol asetat, etilen, dan sitokinin, sebagai penyedia
hara dengan mengikat N2 di udara secara asimbiosis dan melarutkan hara P dalam
tanah, dan sebagai pengendali patogen tanah (bioprotectants) dengan cara
menghasilkan berbagai metabolit anti patogen seperti siderophore, kitinase, sianida,
dan antibiotik.
Tanah supresif adalah tanah yang kaya akan mikroba tanah, sehingga kondusif
untuk pertumbuhan tanaman, dan dapat menekan perkembangan mikroba patogen.
Penggunaan mikroba tanah dalam pertanaman dapat membantu penyediaan nitrat,
fosfat dan kalium serta unsur hara lainnya sehingga dapat meningkatkan kualitas
pertumbuhan tanaman di lapangan (Doran 2000).
Interaksi mikrobia tanah dapat bersifat menguntungkan, netral, maupun
merugikan tanaman (Pambudi et al., 2017). Jamur, bakteri, dan aktinomisetes dikenal
mengolonisasi beragam habitat dan substrat, serta menjalankan peran penting bagi
kesehatan dan produktivitas tanaman, di samping menyebabkan penyakit. Mikrobia
ini dapat berinteraksi dengan tanaman yang sama secara bersamaan, baik secara
mandiri, sinergis, dan/atau antagonis sehingga kadang-kadang memberikan dampak
yang menguntungkan, namun pada waktu lain menimbulkan bahaya.
Mikrobia tanah dapat mempengaruhi jenis senyawa yang dikeluarkan oleh akar
tanaman guna menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi dirinya sendiri.
Bakteri dan jamur hidup di sekitar akar, mengonsumsi eksudat akar maupun sel akar
yang sudah mati. Kompetisi antarspresies mikrobia di area tersebut bersifat kaku.
Dalam persaingan untuk mendapatkan senyawa karbon (bahan organik), bakteri
menggunakan beberapa strategi yang meliputi produksi antibiotik dan senyawa
beracun untuk menghilangkan kompetisi. Bakteri juga memproduksi substansi yang
merangsang tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan akar, area kolonisasi akar,
dan eksudat akar (Doran 2000).
Interaksi tanaman dengan patogen dalam komunitas tumbuhan dilakukan
dengan diawali spesies tanaman mengumpulkan spesies patogen spesifik, disebut
sebagai inang spesifisitas. Spesies-patogen spesifik spesies ini dapat mengurangi
kinerja spesies inangnya, tetapi memiliki sedikit dampak pada spesies tanaman
lainnya. Ketergantungan kepadatan, yang menunjukkan bahwa akumulasi patogen
spesifik spesies tanaman dan dampak negatif pada inang kinerja menurun dengan
menurunnya kelimpahan relatif mereka tanaman inang. Oleh karena itu, sepanjang
gradien kekayaan spesies tanaman, tekanan patogen, berpotensi membatasi produksi
biomassa, adalah tinggi dengan kekayaan spesies rendah (Mommer et al., 2018).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah cawan petri, tabung
reaksi, pipet ukur & filler, timbangan, jarum ose, wrapper, scalpel, pH soil tester,
bunsen, masker, sarung tangan, mikroskop, dan buku identifikasi.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah alkohol 70%, aquades,
PDA+chloramphenicol, spirtus, polybag, sampel tanah dekat dan jauh dari perakaran
(Buncis, pisang, kacang panjang, kedelai, jagung, kersen, jati, coklat, damar dan
rumput gajah).

B. Metode
1. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan di tanah dekat perakaran dan jauh dari
perakaran. Tumbuhan yang akan diambil tanahnya difoto terlebih dahulu
kemudian pH tanah diukur selanjutnya sampel tanah diambil di dekat dan
jauh dari rhizosfer.
2. Isolasi pengenceran
Sampel tanah diambil kemudian ditimbang sebanyak 1 gr kemudian
dimasukkan kedalam 10 ml akuades steril, selanjutnya dilakukan
pengenceran hingga 10-2 kemudian diambil 0,1 ml dan di tanam dalam
medium PDA. Inkubasi 3 x 24 jam.
3. Pemurnian
Isolat jamur disiapkan. Isolat diambil 1 plug dan ditanam pada medium
baru (PDA). Diinkubasi suhu ruang 3 x 24 jam
4. Identifikasi
Isolat hasil isolasi disiapkan. Diambil dengan cara menempelkan
miselium jamur menggunakan isolasi dan ditempelkan pada object glass.
Diamati dibawah mikroskop dan dilihat karakter identifikasinya dalam buku
pustaka dan ditentukan genus dari jamur yang ditemukan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.1 Tabel Identifikasi Mikroorganisme Daerah Rhizosfer


No Kel/ Sampel pH Karakter Spesies
Romb tanah/daerah tanah Makroskopis Mikroskopis
1. warna koloni: Putih
warna sebalik koloni: Putih1. 1. Hifa septat/aseptat:
1 1/I Buncis/ dekat 6,5 Rhizopus sp.
Tekstur permukaan : seperti Septat
kapas Warna hifa: Putih
Tepi koloni: rata Warna konidia:
Pola penyebaran: Bentuk konidia:
konsentris
2. warna koloni: Putih
2. Hifa septat/aseptat:
warna sebalik koloni: Putih
Septat
Tekstur permukaan : halus
Warna hifa: Aspergillus sp.
Tepi koloni: bergerigi
Warna konidia:
Pola penyebaran:
Bentuk konidia:
konsentris
3. warna koloni: Putih
3. Hifa septat/aseptat:
warna sebalik koloni: Putih
Aseptat
Tekstur permukaan : seperti
Warna hifa: Putih Geotrichum sp.
kapas
Warna konidia:
Tepi koloni: rata
Bentuk konidia:
Pola penyebaran: acak
1. warna koloni: Putih
warna sebalik koloni: krem2. 1. Hifa septat/aseptat:
Tekstur permukaan : seperti Septat
Absidia
Buncis/ jauh 5,5 kapas Warna hifa: hyalin
cylindrospora
Tepi koloni: rata Warna konidia: hyalin
Pola penyebaran: Bentuk konidia: bulat
konsentris
2. warna koloni: Putih
2. Hifa septat/aseptat:
warna sebalik koloni: Putih
Septat
Tekstur permukaan : seperti Acrophialophora
Warna hifa: hyalin
kapas fusispora
Warna konidia: hyalin
Tepi koloni: rata
Bentuk konidia: bulat
Pola penyebaran:konsentris
1. warna koloni: Putih 1. 1. Hifa septat/aseptat:
warna sebalik koloni: Septat
kuning kecoklatan Warna hifa: putih Brycekendricho
2. 2/I Pisang/dekat 6,8
Tekstur permukaan : kasar Warna konidia: hyalin myces sp.
Tepi koloni: rata Bentuk konidia:
Pola penyebaran:konsentris lonjong
2. warna koloni: Putih 2. 2. Hifa septat/aseptat:
warna sebalik koloni: Septat
kekuningan
Warna hifa: putih Botryosporium sp.
Tekstur permukaan : kapas
Tepi koloni: bergerigi Warna konidia: hyalin
Pola penyebaran:konsentris 3. Bentuk konidia: bulat
3. warna koloni: Putih
3.Hifa septat/aseptat:
warna sebalik koloni: Putih
Septat
tulang
Warna hifa: putih Cylindrium sp.
Tekstur permukaan : kapas
Warna konidia:
Tepi koloni: bergerigi
Bentuk konidia:
Pola penyebaran:konsentris
1. warna koloni: Putih
warna sebalik koloni: 1.Hifa septat/aseptat:
kuning Aseptat
Pisang/jauh 6,8 Tekstur permukaan : seperti Warna hifa: hyalin Trichoderma sp.
kapas Warna konidia:hyalin
Tepi koloni: rata Bentuk konidia:bulat
Pola penyebaran:konsentris
2. warna koloni: abu-abu
2.Hifa septat/aseptat:
warna sebalik koloni: hitam
Septat
Tekstur permukaan : seperti
Warna hifa: hyalin Aspergillus sp.
kapas
Warna konidia:
Tepi koloni: rata
Bentuk konidia:
Pola penyebaran:konsentris
1. warna koloni: Hitam
warna sebalik koloni: hitam 1. Hifa septat/aseptat:
keabu-abuan Septat
Kacang
3 3/I 7 Tekstur permukaan : seperti Warna hifa: Mortierella sp.
panjang/dekat
kapas Warna konidia:
Tepi koloni: bergerigi Bentuk konidia:
Pola penyebaran:konsentris
2. warna koloni: Putih 2. Hifa septat/aseptat:
warna sebalik koloni: krem Aseptat
Tekstur permukaan : Halus Warna hifa: Pythium sp.
Tepi koloni: rata Warna konidia:
Pola penyebaran:konsentris Bentuk konidia:
3. warna koloni: Putih
kehijauan 3. Hifa septat/aseptat:
warna sebalik koloni: krem Aseptat
Tekstur permukaan : Warna hifa: Hyalin Aspergillus sp.
Seperti kapas Warna konidia: hitam
Tepi koloni: irregular Bentuk konidia: bulat
Pola penyebaran:konsentris
1. warna koloni: Putih
2. Hifa septat/aseptat:
warna sebalik koloni: Putih
Septat
Kacang Tekstur permukaan :
5,5 Warna hifa: hyalin Chrysoporium sp.
panjang/jauh Seperti kapas
Warna konidia:hyalin
Tepi koloni: irregular
Bentuk konidia: bulat
Pola penyebaran:konsentris
2. warna koloni: Putih
2. Hifa septat/aseptat:
warna sebalik koloni: Putih
Aseptat
Tekstur permukaan :
Warna hifa: hyalin Fusarium sp.
Seperti kapas
Warna konidia:hyalin
Tepi koloni: irregular
Bentuk konidia: bulat
Pola penyebaran:konsentris
1. warna koloni: Putih
warna sebalik koloni: 1.Hifa septat/aseptat:
Hitam Aseptat
4 4/I Kedelai/dekat 7 Tekstur permukaan : Warna hifa: Putih Rhizopus sp.
Seperti kapas Warna konidia:hyalin
Tepi koloni: irregular Bentuk konidia: bulat
Pola penyebaran:konsentris
2. warna koloni: Putih
1.Hifa septat/aseptat:
warna sebalik koloni: Putih
Aseptat
kekuningan
Warna hifa: Putih Chrysosporium sp.
Tekstur permukaan : Kasar
Warna konidia:hyalin
Tepi koloni: irregular
Bentuk konidia: bulat
Pola penyebaran:konsentris
3. warna koloni: Putih
warna sebalik koloni: 1.Hifa septat/aseptat:
Coklat Aseptat
Tekstur permukaan : Warna hifa: Putih Botrysporium sp.
Seperti kapas Warna konidia:hyalin
Tepi koloni: rata Bentuk konidia: bulat
Pola penyebaran:konsentris
1. warna koloni:
1.Hifa septat/aseptat:
warna sebalik koloni:
Warna hifa:
Kedelai/jauh 5,5 Tekstur permukaan :
Warna konidia:
Tepi koloni:
Bentuk konidia:
Pola penyebaran:
2. warna koloni:
2.Hifa septat/aseptat:
warna sebalik koloni:
Warna hifa:
Tekstur permukaan :
Warna konidia:
Tepi koloni:
Bentuk konidia:
Pola penyebaran:
1. warna koloni: Putih
1.Hifa septat/aseptat:
warna sebalik koloni: Putih
Aseptat
Tekstur permukaan :
5. 5/I Jagung/dekat 7 Warna hifa: Putih Aspergillus sp.
Seperti kapas
Warna konidia:hyalin
Tepi koloni: rata
Bentuk konidia: bulat
Pola penyebaran:konsentris
2. warna koloni: Putih
2.Hifa septat/aseptat:
warna sebalik koloni: Putih
Septat
Tekstur permukaan :
Warna hifa: Hyalin Mortierella sp.
Seperti kapas
Warna konidia:hyalin
Tepi koloni: bergerigi
Bentuk konidia: bulat
Pola penyebaran:konsentris
1. warna koloni: Hitam
1.Hifa septat/aseptat:
warna sebalik koloni: Putih
Septat
Tekstur permukaan :
Jagung/jauh 6 Warna hifa: Hyalin Acremonium sp.
Seperti kapas
Warna konidia:hyalin
Tepi koloni: bergerigi
Bentuk konidia: bulat
Pola penyebaran:konsentris
2. warna koloni: Putih
2.Hifa septat/aseptat:
warna sebalik koloni: Putih
Septat
Tekstur permukaan :
Warna hifa: Hyalin Mortierella sp.
Seperti kapas
Warna konidia:hyalin
Tepi koloni: bergerigi
Bentuk konidia: bulat
Pola penyebaran:konsentris
1.warna koloni: Putih
1.Hifa septat/aseptat:
warna sebalik koloni: Putih
Septat
Tekstur permukaan :
6. 1/II Kersen/dekat 7 Warna hifa: Hyalin Penicillium sp.
Seperti kapas
Warna konidia:hyalin
Tepi koloni: rata
Bentuk konidia: bulat
Pola penyebaran:Acak
2.warna koloni: Putih
2.Hifa septat/aseptat:
warna sebalik koloni: Putih
Aseptat
Tekstur permukaan :
Warna hifa: Hyalin Aspergillus sp.
Seperti kapas
Warna konidia:hyalin
Tepi koloni:
Bentuk konidia: bulat
Pola penyebaran:konsentris
3. warna koloni: Putih
kehijauan 3.Hifa septat/aseptat:
warna sebalik koloni: Putih Aseptat
Tekstur permukaan : Warna hifa: Hyalin Rhizopus sp.
Seperti kapas Warna konidia:hyalin
Tepi koloni: Bentuk konidia: bulat
Pola penyebaran:Radial
1. Warna koloni : hitam
Warna sebalik koloni :
1. Hifa septat/aseptat :
hitam
Warna hifa :
Tekstur permukaan :seperti
Kersen/jauh 6 Warna konidia : Penicillium sp.
kapas
Bentuk konidia :
Tepi koloni : rata
Pola penyebaran :
konsentris
2. Warna koloni : hitam
Warna sebalik koloni : abu- 2. Hifa septat/aseptat :
abu Warna hifa :
Tekstur permukaan: seperti Warna konidia : Mucor sp.
kapas Bentuk konidia :
Tepi koloni : bergerigi
Pola penyebaran : acak
3. Warna koloni : hijau
3. Hifa septat/aseptat :
Warna sebalik koloni :
Warna hifa :
putih kehijauan Dhichotomorphyta
Warna konidia :
Tekstur permukaan: halus sp.
Bentuk konidia :
Tepi koloni :bergerigi
Pola penyebaran :acak
1.Warna koloni : Putih 1. Hifa septat/aseptat
Warna sebalik koloni : :aseptat
7. 2/II Jati/dekat 6,2 Diheterospora sp.
krem Warna hifa : hyalin
Tekstur permukaan : seperti Warna konidia :
kapas Bentuk konidia : bulat
Tepi koloni : bergerigi lonjong
Pola penyebaran :
konsentris
2. Warna koloni : putih
1. Hifa septat/aseptat
Warna sebalik koloni :
:septat
putih
Warna hifa : hyalin
Tekstur permukaan: seperti Fusarium sp.
Warna konidia :
kapas
Bentuk konidia :
Tepi koloni : bergerigi
Pola penyebaran :radial
3. Warna koloni :Putih
Warna sebalik koloni : 2. Hifa septat/aseptat
putih :Septat
Tekstur permukaan: seperti Warna hifa : hyalin
Isaria sp.
kapas Warna konidia :
Tepi koloni : bergerigi Bentuk konidia :
Pola penyebaran :
konsentris
1. Warna koloni : Putih
1. Hifa septat/aseptat :
Warna sebalik koloni :krem
septat
Tekstur permukaan : seperti
Warna hifa : hyalin
Jati/jauh 5,8 kapas Phytium sp.
Warna konidia :
Tepi koloni :bergerigi
Bentuk konidia : bulat
Pola penyebaran
:konsentris
2. Warna koloni :putih 2. Hifa septat/aseptat
Warna sebalik koloni :krem :septat
Tekstur permukaan: seperti Warna hifa : hyalin
kapas Warna konidia : Trichoderma sp.
Tepi koloni :bergerigi Bentuk konidia : bulat
Pola penyebaran lonjong
:konsentris
1. Warna koloni : Abu-abu 1. Hifa septat/aseptat
Warna sebalik koloni :aseptat
:kehijauan Warna hifa :hyalin
8. 3/II Mangga/dekat 6,8 Tekstur permukaan :seperti Warna konidia :hyalin Penicillium sp.
kapas Bentuk konidia :
Tepi koloni :rata seperti bunga
Pola penyebaran :acak
2. Warna koloni : putih
2. Hifa septat/aseptat
Warna sebalik koloni :
:septat
kuning
Warna hifa :hyalin
Tekstur permukaan:seperti Aspergillus sp.
Warna konidia :hijau
kapas
Bentuk konidia : bulat
Tepi koloni : rata
Pola penyebaran : acak
3. Warna koloni :Hyalin 3. Hifa septat/aseptat
Warna sebalik koloni :coklat :aseptat Penicillium sp.
Tekstur permukaan:seperti Warna hifa :hyalin
kapas Warna konidia :hyalin
Tepi koloni :rata Bentuk konidia : seperti
Pola penyebaran :konsentris bunga

1. Warna koloni : 1. Hifa septat/aseptat :


Hijau aseptat
Warna sebalik koloni : Warna hifa : hyalin
Mangga/jauh 6 Krem Warna konidia :hyalin Penicillium sp.
Tekstur permukaan :Licin Bentuk konidia :seperti
Tepi koloni : Rata bunga
Pola penyebaran :Acak
2. Hifa septat/aseptat
2. Warna koloni :Putih
:septat
Warna sebalik koloni :krem
Warna hifa : hyalin
Tekstur permukaan:Licin Aspergillus sp.
Warna konidia :hijau
Tepi koloni :rata
Bentuk konidia : bulat
Pola penyebaran :
1. Warna koloni : putih 1. Hifa
Warna sebalik koloni : septat/aseptat :
krem aseptat
Tekstur permukaan : seperti Warna hifa : hyalin Cunninghamella
9. 4/II Damar/dekat 6,2
kapas Warna konidia :hyalin sp.
Tepi koloni : rata Bentuk konidia : bulat
Pola penyebaran : seperti bunga
konsentris
2. Warna koloni :abu-abu
2. Hifa septat/aseptat
Warna sebalik koloni :
:septat
putih
Warna hifa : hyalin
Tekstur permukaan: halus Cladosporium sp.
Warna konidia :
Tepi koloni : rata
Bentuk konidia :
Pola penyebaran
:konsentris
1.Warna koloni :putih 1. Hifa septat/aseptat
Warna sebalik koloni : :aseptat
putih Warna hifa : hyalin
Tekstur permukaan: seperti Warna konidia :hyalin
Damar/jauh 5,6 Phytium sp.
kapas Bentuk konidia : bulat
Tepi koloni : rata bergerombol
Pola penyebaran :
konsentris
2. Warna koloni :putih 2.Hifa septat/aseptat
Warna sebalik koloni :krem :Aseptat
Tekstur permukaan:halus Warna hifa :
Arthropotrys sp.
Tepi koloni :rata Warna konidia :
Pola penyebaran Bentuk konidia :
:konsentris
1. Warna koloni : putih 1. Hifa septat/aseptat
Rumput Warna sebalik koloni : :septat
10. 5/II 7 Verticillum sp.
gajah/dekat kuning Warna hifa : hyalin
Tekstur permukaan : halus Warna konidia :hyalin
Tepi koloni : rata Bentuk konidia : bulat
Pola penyebaran
:konsentris

2. Hifa septat/aseptat
2. Warna koloni :hijau tua
:aseptat
Warna sebalik koloni
Warna hifa :hyalin
:kuning
Warna konidia :hyalin Penicillium sp.
Tekstur permukaan: halus
Bentuk konidia : bulat
Tepi koloni : rata
lonjong
Pola penyebaran :acak
1. Warna koloni : kuning 1. Hifa septat/aseptat
Warna sebalik koloni :aseptat
Rumput :kuning Warna hifa : hyalin
6,8 Phytium sp.
gajah/jauh Tekstur permukaan : halus Warna konidia :hyalin
Tepi koloni :rata Bentuk konidia : bulat
Pola penyebaran :acak
2. Hifa septat/aseptat
2. Warna koloni :abu-abu :aseptat
Warna sebalik koloni :putih Warna hifa :hyalin
Tekstur permukaan: halus Warna konidia :hyalin Penicillium sp.
Tepi koloni :rata Bentuk konidia : bulat
Pola penyebaran :acak lonjong

Berdasarkan Tabel 4.1 mikroorganisme yang di daerah Rhizosfer didapatkan


jamur dari genus Rhizopus sp., Aspergillus sp., Geotrichum sp., Absidia sp.,
Acrophialophora sp., Brycekendrichomyces sp., Cylindrium sp., Trichoderma sp.,
Mortierella sp., Phytium sp., Chrysosporium sp., Fusarium sp., Botryosporium sp.,
Dhichotomorphyta sp., Diheterospora sp., Isaria sp., Cunninghamella sp.,
Penicillium sp., Cladosporium sp., Arthropotrys sp., dan Verticillium sp.
Mikroorganisme yang didapat disesuaikan dengan buku identifikasi diamati karakter
makromorfologi dan mikromorfologi. Karakter makromorfologi meliputi warna
koloni, warna sebalik koloni, tekstur permukaan, tepi koloni, dan pola penyebaran
koloni. Karakter mikromorfologi meliputi ada tidaknya hifa, warna hifa, warna
konidia, dan bentuk konidia. Hal ini sesuai dengan pustaka yaitu, koloni jamur
memiliki ciri berbentuk gumpalan benang halus yang longgar ikatannya, keriting
atau kompak ikatannya (Jawetz., 1991).
Setiap jamur memiliki ukuran, bentuk, tekstur dan warna yang berbeda
sesuai genus jamur masing-masing. Warna koloni bervariasi (putih, abu-abu,
hijau muda, hijau kekuningan, dan lain-lain). Sesuai dengan warna sel, spora,
atau konidianya. Garis radial merupakan garis yang terlihat seperti jari-jari
koloni. Garis radial ini seringkali lebih jelas terlihat pada reverse side (Noverita
et al., 2009).

Gambar 4.1 Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis)

Kacang panjang (Vigna sinensis) adalah tanaman hortikultura yang banyak


dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, baik sebagai sayuran matang maupun
sebagai lalapan. Kacang panjang merupakan anggota famili Fabaceae yang termasuk
golongan sayuran. Kacang panjang juga merupakan salah satu tanaman sebagai
sumber vitamin dan mineral. Fungsinya adalah sebagai pengatur metabolisme tubuh,
meningkatkan kecerdasan,dan ketahanan tubuh serta memperlancar proses
pencernaan karena kandungan serat yang tinggi (Zaevie et al., 2014).
Tanaman kacang panjang merupakan tanaman menjalar, dan musiman.
Tanaman ini memliki ketinggian 2,5 m. Batang tanaman ini tegak, silindris, berwarna
hijau dengan permukaan licin. Daun pada tanaman ini majemuk, lonjong, berseling
panjang 6-8, dan lebar 3-4,5 cm. Bunga pada tanaman ini majemuk, terdapat pada
ketiak daun, panjang kurang lebih 12 cm, berwarna hijau keputih-putihan. Buah
pada tanaman ini berbentuk polong, berwarna hijau da panjang 15-25 cm. Biji
lonjong, berwarna coklat mudah. Akar tunggang dan berwarna coklat muda (Zaevie
et al., 2014).

Gambar 4.2 Hasil isolasi tanah dekat perakaran


kacang panjang
Berdasarkan Gambar 4.2 hasil isolasi tanah dekat perakaran kacang panjang
didapatkan 3 isolat jamur. Isoalsi tanah dari tanah dekat perakaran kacang panjang
dilakukan dengan metode pengenceran. Metode pengenceran dilakukan dengan cara
sampel tanah diambil kemudian ditimbang sebanyak 1 gr kemudian dimasukkan
kedalam 10 ml akuades steril, selanjutnya dilakukan pengenceran hingga 10-2
kemudian diambil 0,1 ml dan di tanam dalam medium PDA dan diinkubasi 3 x 24
jam. Inkubasi dilakukan pada suhu ruang selama ± 3-4 hari sampai terlihat adanya
pertumbuhan miselium jamur. Biakan yang tumbuh selanjutnya dimurnikan pada
medium PDA yang baru (Lynch, 1990). Hasil yang diperoleh didapatkan 3 koloni
jamur yang tumbuh di daerah dekat dari perakaran antara lain jamur Mortierella sp.,
Phytium sp dan Aspergillus sp.

I II

Gambar 4.3 (I) Pengamatan Makromorfologi Mortierella sp. ; (II) Pengamatan Mikromorfologi
Mortierella sp.

Berdasarkan Gambar 4.3 (I), pengamatan makromorfologi jamur Mortierella


sp. yang diperoleh dari isolasi tanah dekat perakaran kacang panjang, Mortierella sp.
memiliki karakter makroskopis yang dapat diamati yakni memiliki warna koloni
hitam, warna sebalik koloni hitam keabu-abuan, memiliki tekstur permukaan seperti
kapas, memiliki tepi koloni bergerigi dan pola penyebaran konsentris.
Mortierella adalah genus besar jamur dalam Mucoromycota, secara formal
diklasifikasikan sebagai Zygomycetes. Gams (1977) membagi genus Mortierella
menjadi dua subgenera, Micromucor dan Mortierella, dapat dibedakan dari satu sama
lain oleh karakteristik morfologi dan cara hidupnya.Spesies yang pertama
membentuk koloni yang tumbuh rendah, beludru, tidak memiliki bau yang khas,
spesies yang kedua biasanya memiliki bentuk permukaan yang halus, putih, kapas
atau arakhnoid. Genus yang tersebar luas ini mengandung sekitar 85 spesies. Spesies
Mortierella hidup sebagai saprotrof di tanah, pada daun yang membusuk dan bahan
organik lainnya. Spesies lain hidup pada pelet kotoran atau pada exoskeletons
arthropoda. Genus Penicillium, Trichoderma, Mucor dan Mortierella memiliki
kelompok ekologi yang merupakan organisme pertama yang tumbuh di akar
(Uehling et al., 2017).
Berdasarkan Gambar 4.3 (II), Pengamatan mikromorfologi jamur Mortierella
sp. yang diperoleh dari isolasi tanah dekat perakaran kacang panjang, Mortierella sp.
memiliki karakter mikroskopis yang dapat diamati yakni hifa yang memiliki septat,
sementara untuk karakter mikroskopis yang lain seperti warna hifa, warna konidia
dan bentuk konidia tidak terihat. Mortierella sering diisolasi dan terdeteksi di tanah
dan tumbuhan rhizosfer. Banyak spesies tumbuh dengan cepat, sebagian karena
miselium coenositik yang kadang-kadang septa dan sering anastomosis. Mortierella
memiliki sporangia yang biasanya berpigmen dan memiliki columella yang sering
berkembang. Mortierella membentuk hifa udara sederhana atau cymosely bercabang,
dan sporangiospora mengandung sporangia yang tidak berwarna (Uehling et al.,
2017).

I II
Gambar 4.4 (I) Pengamatan Makromorfologi Phytium sp. ; (II) Pengamatan Mikromorfologi
Phytium sp.
Berdasarkan Gambar 4.4 (I), pengamatan makromorfologi jamur Pytium sp.
yang diperoleh dari isolasi tanah dekat perakaran kacang panjang, Phytium sp.
memiliki karakter makroskopis yang dapat diamati yakni memiliki warna koloni
putih, warna sebalik koloni krem, memiliki tekstur permukaan halus, memiliki tepi
koloni rata dan pola penyebaran konsentris. Phytium sp. adalah jamur yang bersifat
saprofit atau parasit, dapat menjadi patogen apabila menyerang buah, akar, dan
batang. Pracaya (1996) menyatakan Phytium sp. memiliki pola koloni bervariasi,
contohnya konsentris atau membentuk lingkaran.
Berdasarkan Gambar 4.4 (II), pengamatan mikromorfologi jamur Phytium sp.
yang diperoleh dari isolasi tanah dekat perakaran kacang panjang, Phytium sp.
memiliki karakter mikroskopis yang dapat diamati yakni hifa yang memiliki septat,
sementara untuk karakter mikroskopis yang lain seperti warna hifa, warna konidia
dan bentuk konidia tidak terihat. Pratiwi et al. (2016) menyatakan bahwa jamur
Phytium sp. mempunyai miselium kasar, membentuk sporangium berbentuk bulat
atau lonjong dan tidak teratur seperti batang atau bercabang-cabang. Oospora
memiliki dinding yang agak tebal dan halus dan pada medium PDA Phytium sp.
membentuk banyak klamidospora bulat. Memiliki hifa hialin, tidak bersepta, hifa
utama berukuran 5-7 µm, lebarnya mencapai 10 µm. Produksi miselium aerial pada
jamur Phytium sp. tergantung dengan medium yang digunakan. Bentuk umum
miselium Pythium berubah dari pola normal lurus ke pola abnormal seperti
bergelombang, dan bagian internal menjadi bagian-bagian kecil, hancur dan hilang
(Halo et al., 2018).

I II
Gambar 4.5 (I) Pengamatan Makromorfologi Aspergillus sp. ; (II) Pengamatan Mikromorfologi
Aspergillus sp.

Berdasarkan Gambar 4.5 (I), pengamatan makromorfologi jamur Aspergillus


sp. yang diperoleh dari isolasi tanah dekat perakaran kacang panjang, Aspergillus sp.
memiliki karakter makroskopis yang dapat diamati yakni memiliki warna koloni
putih kehijauan, warna sebalik koloni krem, memiliki tekstur permukaan seperti
kapas, memiliki tepi koloni irregular dan pola penyebaran konsentris. Aspergillus
sp. pada media PDA dapat tumbuh cepat pada suhu ruang membentuk koloni yang
granular, berserabut dengan beberapa warna sebagai salah satu ciri
identifikasi. Aspergillus fumigatus koloni berwarna hijau, Aspergillus nigerberwarna
hitam dan Aspergillus flavus koloni berwarna putih atau kuning (Jawetz, 1991).
Berdasarkan
Gambar 4.5 (II), pengamatan
mikromorfologi jamur Aspergillus sp.
yang diperoleh dari isolasi tanah dekat perakaran kacang panjang, Aspergillus sp.
memiliki karakter mikroskopis yang dapat diamati yakni hifa yang tidak memiliki
septet atau aseptat, warna hifa hyalin, warna konidia hitam serta bentuk konidia
bulat. Aspergillus sp. mempunyai hifa bersekat dan bercabang, pada bagian ujung
hifa terutama pada bagian yang tegak membesar merupakan konidiofornya.
Konidiofora pada bagian ujungnya membulat menjadi vesikel, pada vesikel terdapat
batang pendek yang disebut sterigmata Sterigmata atau filadia biasanya sederhana
berwarna atau tidak berwarna (Ramona & Darmayasa, 2007).

Berdasarkan Gambar 4.6 yaitu hasil pemurnian isolat jauh dari perakaran
kacang panjang dilakukan dengan mengambil isolat jamur yang telah tumbuh,
diambil 1 plug dan ditanam pada medium baru (PDA). Diinkubasi suhu ruang 3 x 24
Gambar 4.6cara
jam. Pemurnian merupakan Hasil pemurnian
untuk isolat jauh
memisahkan atau memindahkan mikroba
perakaran kacang panjang
tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni yang
selanjutnya digunakan untuk identifikasi (Suriawiria, 2005). Hasil yang diperoleh
didapatkan 2 koloni jamur yang tumbuh di daerah jauh dari perakaran antara lain
jamur Chrysosporium sp. dan Fusarium sp.

I II
Gambar 4.7 (I) Pengamatan Makromorfologi Chrysosporium sp. ; (II) Pengamatan
Mikromorfologi Chrysosporium sp.

Berdasarkan Gambar 4.7 (I), pengamatan makromorfologi jamur


Chrysosporium sp. yang diperoleh dari isolasi tanah dekat perakaran kacang panjang,
Chrysosporium sp. memiliki karakter makroskopis yang dapat diamati yakni
memiliki warna koloni putih, warna sebalik koloni putih, memiliki tekstur
permukaan seperti kapas, memiliki tepi koloni irregular dan pola penyebaran
konsentris.
Chrysosporium memiliki keadaan fisik yang berserabut seperti kapas dan
berwarna putih serta memiliki spora dan talus bercabang yang disebut hifa.
Kumpulan dari hifa disebut miselium (Ramona & Darmayasa, 2007). Miselium
Chrysosporium mempunyai tiga fase pertumbuhan, yaitu fase vegetatif, seksual dan
aseksual. Fase vegetatif merupakan fase pertumbuhan dominan. Selama fase ini
jamur paling banyak menghasilkan enzim ekstraselular. Tubuh buah basah dan
lembut, berwarna putih kekuningan.
Berdasarkan Gambar 4.7 (II), pengamatan mikromorfologi jamur
Chrysosporium sp. yang diperoleh dari isolasi tanah dekat perakaran kacang panjang,
Chrysosporium sp. memiliki karakter mikroskopis yang dapat diamati yakni hifa
yang memiliki septet, warna hifa hyalin, warna konidia hyalin serta bentuk konidia
bulat.

I II
Gambar 4.8 (I) Pengamatan Makromorfologi Fusarium sp. ; (II) Pengamatan Mikromorfologi
Fusarium sp.

Berdasarkan Gambar 4.8 (I), pengamatan makromorfologi jamur Fusarium


sp. yang diperoleh dari isolasi tanah dekat perakaran kacang panjang, Fusarium sp.
memiliki karakter makroskopis yang dapat diamati yakni memiliki warna koloni
putih, warna sebalik koloni putih, memiliki tekstur permukaan seperti kapas,
memiliki tepi koloni irregular dan pola penyebaran konsentris.
Berdasarkan Gambar 4.8 (II), pengamatan mikromorfologi jamur Fusarium sp.
yang diperoleh dari isolasi tanah dekat perakaran kacang panjang, Fusarium sp.
memiliki karakter mikroskopis yang dapat diamati yakni hifa yang tidak memiliki
septet atau aseptat, warna hifa hyalin, warna konidia hyalin serta bentuk konidia
bulat.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Ngittu et al. (2014) secara makroskopis
karakter-karakter yang diamati meliputi warna koloni, bentuk koloni, permukaan
koloni, pola pertumbuhan koloni, dan diameter koloni. Sedangkan pengamatan
mikroskopis karakter-karakter yang diamati meliputi bentuk makrokonidia dan
mikrokonidia serta ada tidaknya chlamydospora miselium, phyalid dan konidia yang
membedakan jamur Fusarium.
Fusarium sp. merupakan salah satu jamur yang mempunyai sebaran yang
sangat luas dengan jenis yang beragam. Jamur Fusarium dianggap sangat merugikan
karena dapat menginfeksi tumbuhan dan menyebabkan tumbuhan mengalami layu
patologis yang berakhir dengan kematian. Fusarium merupakan cendawan yang
mampu hidup dalam berbagai ekosistem, termasuk tanah dan perakaran tanaman,
serta tersebar luas di berbagai belahan dunia. Cendawan ini juga memiliki pengaruh
penting terhadap kehidupan manusia, karena berperan sebagai patogen pada tanaman
maupun manusia, dan menghasilkan toksin. Selain peranan yang merugikan di salah
satu sisi, Fusarium juga mempunyai peranan sebagai parasit pada tanaman, tetapi
tidak merugikan tanaman tersebut dan bahkan dapat menekan penyakit dan
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Fusarium ini dapat hidup di dalam jaringan
korteks tanpa menyebabkan gejala penyakit dan dapat bersifat antagonis terhadap
Fusarium patogen yang berada di dalam tanah (Sutrisni & Widodo, 2012).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Teknik isolasi tanah di daerah Rhizosfer dapat dilakukan melalui beberapa
tahapan, antara lain pengambilan sampel, isolasi pengenceran, pemurnian dan
identifikasi.
2. Hasil identifikasi isolat dari isolasi tanah di daerah Rhizosfer yakni didapatkan
koloni jamur patogen maupun antagonis baik yang diambil dari dekat perakaran
tanaman maupun yang jauh dari perakaran tanaman.
3. Jenis-jenis mikroorganisme di daerah Rhizosfer didapatkan jamur dari genus
Rhizopus sp., Aspergillus sp., Geotrichum sp., Absidia sp., Acrophialophora sp.,
Brycekendrichomyces sp., Cylindrium sp., Trichoderma sp., Mortierella sp.,
Phytium sp., Chrysosporium sp., Fusarium sp., Botryosporium sp.,
Dhichotomorphyta sp., Diheterospora sp., Isaria sp., Cunninghamella sp.,
Penicillium sp., Cladosporium sp., Arthropotrys sp., dan Verticillium sp.

B. Saran
Saran untuk praktikum Patogen Tumbuhan Tular tanah adalah sebaiknya
pembahasan untuk laporan lebih diperjels agar memudahkan praktikan dalam
membahas hasil yang didapat.
DAFTAR PUSTAKA

Doran, J.W. 2000. Soil Health and Sustainability: Managing the Biotic Component
of Soil Quality. Applied Soil Ecology. (14): 223-229.

Gams, W. 1977. A key to the species of Mortierella. Persoonia, 9: 381–391.

Halo, B. A., Al-Yahyai, R.A & Al-Sadi, A.M. 2018. Aspergillus terreus Inhibits
Growth and Induces Morphological Abnormalities in Pythium
aphanidermatum and Suppresses Pythium-Induced Damping-Off of Cucumber.
Frontiers in Microbiology, 9(2):1-12.
Hartanto, S. 2012. Keragaman Sekuen Gen Nrps 14 Isolat Actinomycetes Laut Yang
Berpotensi Menghasilkan Senyawa Antikanker. Yogyakarta: Universitas Gadjah
mada.
Ibrahim, A., Ilyas, S., & Manohara, D. 2014. Perlakuan Benih Cabai (Capsicum
annuum L.) dengan Rizobakteri untuk Mengendalikan Phytophthora capsici,
Meningkatkan Vigor Benih dan Pertumbuhan Tanaman.Agrohorti. 2(1), pp. 22-
30.
Jawetz, M. 1991. Mikrobologi Kedokteran (Medical Microbiology) edisi 16. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lynch, J.M. 1990. Introduction: Some consequences of microbial rhizosphere
competence for plant and soil. New York: John Willey & Sons
Marom, N., Rizal, & Bintoro, M. 2017. Effectivity Test of Time Granting and PGPR
Concentration on Production And Quality of Peanut. Journal of Applied
Agricultural Sciences. 1(2), pp. 191-202.
Mommer, L., T. E. Anne Cotton., Jos, M. Raaijmakers, Aad J. Termorshuizen.,
Jasper van Ruijven., Marloes Hendrik., Sophia Q. van Rijssel., Judith E. van
de Mortel., Jan Willem van der Paauw., Elio G. W. M. Schijlen., Annemiek E.
Smit-Tiekstra., Frank Berendse., Hans de Kroon., & Alex J. Dumbrell. 2018.
Lost in diversity: the interactions between soil-borne fungi, biodiversity and
plant productivity. New Phytologist, 218: 542–553.

Ngittu, Y.S., Feky R. M., Trina E. T., ), & Febby E. F. K. Identifikasi Genus Jamur
Fusarium Yang Menginfeksi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Di Danau
Tondano. Jurnal Ilmiah Farmasi, 3(3): 156-161.

Noverita, Widowati R., Yulneriwarni dan Darnely. 2009. Penuntun Praktikum


Mikrobiologi. Jakarta: Fakultas Biologi Universitas Nasional.
Pambudi, A., Susanti., Priambodo, T. W. 2017. Isolasi dan Karaktersasi Bakteri
Tanah Sawah di Desa Sukawali dan Desa Belimbing, Kabupaten Tangerang.
Journal of Biology, 10(2), pp. 105-113.

Pracaya. 1996. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Pratiwi, N.W., Juliantari, E., Napsiyah, L.K. 2016. Identifikasi Jamur Penyebab
Penyakit Pascapanen pada Beberapa Komoditas Bahan Pangan. Jurnal Riau
Biologia 1(14): 86-94.

Rahni, N. M. 2012. Efek Fitohormon PGPR Terhadap Pertumbuhan Tanaman


Jagung (Zea mays). Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah. 3(2), pp. 27-
34.
Ramona, Y., R. Kawuri, & Darmayasa I.B.G. 2007. Penuntun Praktikum
Mikrobiologi Umum Program Studi Farmasi. Bukit Jimbaran: Laboratorium
Mikrobiologi Jurusan Biologi F. MIPA UNUD.
Sarabia, M., Cornejo, P., Azcon, R., Abud, Y. C., & Larsen, J. 2017. Mineral
Phosphorus Fertilization Modulates Interactions Between Maize, Rhizosphere
Yeasts and Arbuscular Mycorrhizal Fungi. Elsevier. 4: 89-93.
Sukmadewi, D. K. T., Suharjono & Antonius, S. 2015. Uji Bakteri Penghasil
Hormon IAA (Indole Acetic Acid) dari Tanah Rhizosfer Cengkeh (Syzigium
aromaticum L.), Jurnal Biotropika, 3(2): 91-94
Sukmadi, B. R. 2012. Aktivitas Fitohormon Indole-3-Acetic Acid (IAA)Dari
Beberapa Isolat Bakteri Rizosfer dan Endofit. Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia. 14(3), pp. 221-227.

Suriawiria, Unus. 2005. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Penerbit


Angkasa.
Susilowati, D. N, R. Saraswati, R.D. Hastuti, dan Yuniarti, E. 2007. Peningkatan
Serapan N pada Kedelai yang Diinokulasi Bakteri Diazotrof Endofit di Medium
Vermiculit. J Tanah Iklim. 26: 41-46.

Sutrisni, R., & Widodo.Keragaman Fusarium pada Rizosfer Tanaman Kacang Panjang
dan Peranannya bagi Pertumbuhan Tanaman. Jurnal Fitopatologi Indonesia,
8(5): 128-137.

Uehling J, Gryganskyi A, Hameed K, Tschaplinski T, Misztal PK, Wu S, Desirò A,


Vande Pol N, Du Z, Zienkiewicz A, Zienkiewicz K, Morin E, Tisserant E,
Splivallo R, Hainaut M, Henrissat B, Ohm R, Kuo A, Yan J, Lipzen A, Nolan
M, LaButti K, Barry K, Goldstein A, Labbé J, Schadt C, Tuskan G, Grigoriev
I, Martin F, Vilgalys R, Bonito G. 2017. Comparative genomics of Mortierella
elongate and its bacterial endosymbiont Mycoavidus cysteinexigens.
Environmental Microbiology.

Zaevie, B., Marisi, N., Puji, A. 2014. Respon Tanaman Kacang Panjang (Vigna
sinensis L.) Terhadap Pemberian pupuk NPK Pelangi dan Pupuk Organik Cair
Nasa. Agrifor, 12(1): 19-32.

Anda mungkin juga menyukai