PENDAHULUAN
Produktivitas kakao Indonesia hingga saat ini rata-rata masih rendah yaitu
sekitar 900 kg/ha. Beberapa penyebabnya adalah bahan tanaman yang kurang baik,
teknologi budidaya yang kurang optimal, tanaman sudah berumur tua, serta
masalah serangan organism pengganggu tanaman (OPT). Diperkirakan rata-rata
kehilangan hasil akibat OPT mencapai 30% setiap tahunnya bahkan ada penyakit
penting yang dapat mengakibatkan kematian tanaman (karmawati, et. al, 2010),
sehingga dalam budidaya kakao pada umumnya sekitar 40 % dari biaya produksi
dialokasikan untuk biaya pengendalian OPT (Sulistyowati et al, 2003). Beberapa
hama dan penyakit banyak ditemukan pada tanaman kakao diantaranya hama
Penggerek Buah Kakao (Conopomopha cramerella) dan kepik pengisap buah
(Helopeltis spp.), merupakan hama utama pada tanaman kakao.
Beberapa paket teknologi budidaya kakao yang benar telah dihasilkan dan
disampaikan kepada petani, tetapi belum sepenuhnya diadopsi oleh petani.
Demikian juga dalam pengendalian hama dan penyakit, petani belum sepenuhnya
mengadopsi teknologi yang telah dihasilkan untuk pengendalian hama dan
penyakit. Umumnya petani kakao masih mengandalkan penggunaan insektisida
kimiawi untuk pengendalian hama dan penyakit tersebut. Berbagai cara
pengendalian telah diketahui dan diuji pada kedua jenis hama tersebut termasuk
cara pengendalian yang sederhana, murah dan ramah lingkungan, antara lain
dengan penggunaan pestisida nabati yang memanfaatkan tumbuhan, penggunaan
musuh alami seperti parasitoid, predator dan patogen serangga, serta penggunaan
senyawa/bahan penolak serangga. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk
menguraikan aspek-aspek penting terkait dengan hama utama tanaman kakao yaitu
C. cramerella serta upaya pengendaliannya yang berwawasan lingkungan.
1.3. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
Pengendalian hama PBK sulit dilakukan, karena saat telur menetas menjadi
larva langsung masuk dan berkembang di dalam buah kakao (Wardojo,
1981).Pengendalian dengan menggunakan insektisida sintetik yang selama ini
dilakukan oleh petani kakao terbukti belum efektif. Hasil penelitian Sulistyowati et
al.(2002) menunjukkan bahwa penggunaan fipronil dengan konsentrasi 0,2-0,4%
hanya menurunkan persentase serangan sebesar 40,72% sampai 66,82%,
sedangkan deltametrin hanya mampu menurunkan persentase serangan sebesar
43,94% sampai 52,93%. Berbagai metode pengendalian alternatif yang telah
diteliti dan sebagian telah diaplikasikan dalam skala terbatas adalah sistem pangkas
eradikasi (Lala et al., 2005), pengendalian secara biologi dengan parasitoid
Trichogramma bactrae fumata, entomopatogen Beauveria bassiana(Mustafa, 2005),
semut hitam Dolichodeus thoracicus(Anshary, 2009),nematoda Steinernemasp.
(Rosmana et al., 2009),secara fisik dengan penyarungan buah (Mustafa, 2005;
Suwitra et al., 2010) dan pengendalian dengan pestisida nabati (Sjam, 2006; Asaad
dan Willis, 2012). Teknologi pengendalian tersebut dapat menurunkan intensitas
serangan PBK dan tingkat kerusakan biji kakao, akan tetapi belum mampu
mengendalikan larva yang sudah masuk ke dalam buah.
III. MENGENAL HAMA UTAMA PADA TANAMAN KAKAO
Hama penggerek buah kakao atau sering disebut PBK merupakan salah
satu hama yang paling sering dijumpai dalam budidaya kakao. Hama ini
menyerang buah dan menyebabkan turunnya kuantitas dan kualitas hasil. Hampir
semua wilayah penanaman kakao di Indonesia mengenal hama penggerek buah
kakao. Nama ilmiah hama ini adalah Conophomorpa cramerella.
Hama penggerek buah merupakan salah satu OPT (Organisme
Pengganggu Tanaman) yang cukup berbahaya pada tanaman kakao. Hama ini
menyerang buah kakao dan menyebabkan kerusakan pada buah, sehingga
berakibat pada penurunan produksi dan penurunan kualitas kakao. Hama
penggerek buah kakao (PBK) dapat menyebabkan penurunan produksi hingga
80%, oleh karena itu hama ini dianggap hama paling penting yang perlu
diwaspadai. Hama perusak buah kakao ini sering ditemukan pada hampir seluruh
perkebunan kakao di Indonesia. Harga kakao yang rendah ini selalu dihubungkan
dengan adanya serangan hama Penggerek Buah Kakao (PBK). Serangan PBK
pada buah mengakibatkan biji gagak berkembang, biji di dalam buah akan saling
melekat, bentuknya kecil dan ringan. Buah muda yang terserang mengalami
perubahan warna sebelum matang. Serangan PBK menyebabkan persentase biji
cacat meningkat sehinga biaya pemanenannya pun bertambah. Kulit buah yang
terserang akan sangat mudah ditumbuhi jamur. Bila buah matang terserang maka
biji-biji tidak akan berbunyi pada waktu diguncang karena sudah saling melekat.
Hama penggerek buah kakao (PBK) adalah Conopomorpha cramerella,
yaitu salah satu jenis serangga perusak pada tanaman kakao. Hama ini menyerang
buah kakao muda hingga buah yang hampir matang. Serangga C. cramerella
merusak buah kakao dengan cara meletakkan telur-telurnya pada permukaan buah
kakao, setelah beberapa hari telur-telur tersebut akan menetas. Kemudian larva
atau ulat yang telah menetas langsung menggerek kulit buah hingga kedalam
daging buah. Sehingga akan mengakibatkan kerusakan pada buah, tertama biji
kakao. Selanjutnya larva keluar dari dalam buah kakao dan membentuk pupa,
setelah itu berubah menjadi serangga dewasa (imago).
1. Telur
Telur berwarna orange pada saat diletakkan dan menjadi kehitaman bila
akan menetas, berbentuk oval, berukuran sangat kecil (0,5 mm) dan lebar 0,2-0,3
mm, sehingga sulit dilihat, Telur diletakkan pada permukaan kulit buah pada
lekukan buah. Hama ini meletakkan telurnya di permukaan buah kakao yang
berusia 3 – 4 bulan. Setelah menetas larva menggerek masuk ke dalam buah.
Masa telur diperkirakan 3 – 7 hari. Serangga betina dapat menghasilkan 100 – 200
telur.
2. Larva (ulat)
3. Pupa (kepompong)
Biasanya larva berkepompong pada daun atau alur buah, dan larva
membuat lubang keluar dengan benang-benang sutra yang keluar dari mulutnya.
Melalui benang tersebut, larva turun ke tanah dan menggulung menjadi
kepompong. Pupa biasanya menempel pada bagian bawah daun kering dan hijau
dan kulit buah yang aman dari sinar matahari, pemangsa dan genangan air. Pupa
berwarna abu-abu yang terbungkus dengan “lapisan lilin” (membran) berwarna
orange, berukuran ± 0,8 cm. Setelah 5 – 7 hari kemudian berubah menjadi
serangga (imago).
4. Imago
Serangan hama penggerek buah kakao dapat dikenali dari perubahan warna
kulit buah menjadi belang hijau-kuning atau tampak seperti matang sebelum
waktunya. Buah ini bila dibuka, bagian dalamnya akan berwarna coklat kehitaman.
Pada kulit buah yang terserang juga terdapat garis hitam yang merupakan bekas
liang gerekan larva penggerek buah kakao. Biji dari buah yang terserang biasanya
berukuran kecil dan saling berdempetan satu sama lain. Biji ini sulit dikeluarkan
karena melekat kuat pada kulit buah. Biji dari buah yang terserang penggerek buah
kakao umumnya memiliki kadar lemak yang rendah sehingga harga jualnya pun
rendah.
Terdapat lubang bekas telur serangga/lubang bekas keluarnya larva pada
permukaan kulit buah yang terinfeksi, buah masak sebelum waktunya, buah rontok
/ jatuh ke tanah sebelum matang, buah yang terserang berwarna belang kuning
hijau atau kuning jingga, perkembangan buah lambat dan tidak normal, kulit buah
mengeras dan sulit dibelah, jika dibelah biji saling berdempet dan berwarna hitam,
biji kakao berukuran kecil karena perkembangannya tidak sempurna, jika dikocok
buah kakao tidak berbunyi karena biji saling melekat.
Hama penghisap buah dapat menyerang buah kakao saat pagi dan sore hari.
Karena ia tidak menyukai keberadaan cahaya, ketika siang hari hama ini biasanya
bersembunyi di bagian tanaman yang gelap seperti sela-sela atau bagian daun yang
menghadap ke bawah.
Hama penghisap buah dapat menyerang saat masih dalam fase nimfa dan
imago. Serangan dilakukan dengan cara menusuk kulit buah muda maupun yang
sudah tua menggunakan mulutnya yang menyerupai jarum. Mulutnya itu kemudian
menghisap cairan manis yang ada di dalam kulit buah, lalu bersama dengan
tusukan tersebut mulutnya mengeluarkan cairan racun yang dapat mematikan sel
dan jaringan yang terdapat disekitar lubang tusukan.
Serangan pada buah muda menyebabkan kulit buah menjadi retak dan
terjadinya pertumbuhan buah yang abnormal (malformasi). Karena
pertumbuhannya abnormal, perkembangan bijipun akan terhambat dan
mengakibatkan penurunan produktivitas hasil panen.Pada intensitas serangan yang
tinggi, buah muda yang terserang bisa mati, mengering, dan gugur.
Serangan pada buah tua menyebabkan kulit buah dipenuh dengan bintik-
bintik hitam yang merupakan luka bekas tusukan. Namun serangan pada buah tua
biasanya jarang terjadi karena kulit buah sudah terlalu keras dan tidak mengandung
cairan yang bisa dimakan oleh hama penghisap. Serangan dapat pula terjadi pada
pucuk daun muda. Daun muda yang terserang biasanya dalam beberapa hari
langsung layu, mengering, dan akhirnya mati. Daun-daun tersebut pada akhirnya
akan gugur dan ranting akan merangas kering dan akan menjadi seperti lidi.
3.4. Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK)
2. Tidak meninggalkan residu beracun pada hasil pertanian, dalam tanah maupun
pada aliran air alami
Azzamy. 2016. Teknik pengendalian hama penggerek buah kakao. Dikutip dari
https://mitalom.com/teknik-pengendalian-hama-penggerek-buah-kakao-
hama-pbk/. (Diakses pada tanggal 22 Oktober 2019 jam 09.46 WIB).