Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KULIAH PRAKTEK/MAGANG

Oleh :

ANNISA TRI HANDAYANI


1810252050

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

TAHUN

2020
LAPORAN KULIAH PRAKTEK/MAGANG

Oleh :

Annisa Tri Handayani


1810252050

Dosen Pembimbing (Dr. Ir Arneti MS.,)

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

TAHUN

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Menyetujui:

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Dr. Ir Arneti MS Amir Hamzah , SP


NIP.196205041988102001

Mengetahui:

Dekan Fakultas Pertanian Ketua UPT Magang


Universitas Andalas Universitas Andalas

Dr. Ir Munzir Busniah , M, Si Dr. Yulmira Yanti , S, Si, MP


NIP.196406081989031001 NIP. 197806232006042002

Tanggal seminar :

i
RINGKASAN
Kuliah Praktek/Magang (sekarang disebut Magang) adalah kerja mandiri
atau kelompok dari mahasiswa berupa tinjauan atau kerja lapangan yang
menyangkut kegiatan observasi, perencanaan, pelaksanaan, dan sistem
pengelolaan pada sektor hulu-hilir serta penunjang pertanian, yang dibimbing oleh
seorang dosen pembimbing magang dan seorang pembimbing lapang.

Kuliah praktek/magang terbagi dua yaitu magang tematik dan regular.


Pada magang tematik mahasiswa cenderung bergerak sendiri, mereka
mengonsepkan sendiri kerja yang akan dilaksanakan. Sedangkan pada magang
regular, mahasiswa diminta mengikuti prosedur dari instansi atau perusahaan
tempat mahasiswa tesebut magang.

Kegiatan magang diarahkan pada pekerjaan yang terkait dengan bidang


pertanian seperti, pengelolaan sumberdaya tanah/lahan, budidaya pertanian,
perlindungan tanaman, penyuluh pertanian, sosial ekonomi pertanian,
kewirausahaan, dan perencanaan pengorganisasian pada instansi
pemerintah/perusahaan, sehingga mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan
baik pengetahuan teknis, manajemen, kewirausahaan, ataupun pemberdayaan
masyarakat.

UPT Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura mempunyai tugas


membantu Kepala Dinas dalam pelaksanaan sebagian tugas non teknis di bidang
ketatausahaan dan/atau tugas teknis pengujian di bidang pengamatan dan
pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) serta pengamatan dan
penanganan dampak perubahan iklim (DPI).

Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) merupakan


institusi perlindungan tanaman di tingkat lapangan di bawah pembinaan dan
koordinasi Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Proteksi / Perlindungan Tanaman
Pangan dan Hortikultura (UPTD BPTPH) di tingkat provinsi. Sebagai institusi
yang menangani masalah perlindungan tanaman di tingkat lapangan, LPHP
diharapkan dapat berperan sebagai pusat pengembangan teknologi terapan
perlindungan tanaman berbasis pengendalian hama terpadu (PHT).

ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur atas kehadirat Allah swt karena atas berkat dan rahmat beliau,
penulis mempunyai kesempatan untuk dapat menyelesaikan penulisan proposal
kuliah lapangan/magang. Shalawat dan salam tidak lupa penulis hadiahkan kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan
hingga ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Penulisan laporan ini salah satunya bertujuan untuk perencanaan kegitan


kuliah praktek/magang pada suatu instansi. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu memotivasi selama
proses penulisan sehingga laporan ini bisa diselesaikan pada waktunya. Penulis
menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna karena masih banyak
terdapat kesalahan dalam penulisan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun agar laporan ini bisa lebih baik. Demikianlah laporan
ini ditulis, jika ada kesalahan dan kejanggalan penulis memohon maaf dan
penulisan mengucapkan terima kasih.

Tanjung Morawa, 8 juli 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... i
RINGKASAN.................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR............................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Tujuan..................................................................................................... 1
1.3 Manfaat................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3
2.1 Organisme Pengganggu Tanaman(OPT)............................................ 3
2.2 Pengendalian.......................................................................................... 4
2.2.1 Pengendalian Hayati...................................................................... 4
2.2.2 Pengendalian Secara Kimia........................................................... 6
2.2.3 Penerapan PHT............................................................................... 7
BAB III METODE PELAKSANAAN.......................................................... 8
3.1 Organisasi Instansi/ Perusahaan........................................................... 8
3.2 Bahan dan Metode................................................................................ 9
1. Laboratorium........................................................................................ 9
2. Lapangan............................................................................................... 13
3.4 Pengawasan............................................................................................ 15
3.5 Manajemen kegiatan............................................................................. 15
BAB IV. TUGAS KHUSUS.......................................................................... 16
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................... 17
5.1 Pembuatan agens hayati........................................................................ 17
5.2 Pembuatan Pestisida Nabati................................................................. 18
5.3 Pembuatan media PDA......................................................................... 18
5.4 Pembiakan Paenibacillus poymyxa dan Trichoderma sp.................. 19
5.5 Pembuatan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria)........... 19

iv
5.6 Pembuatan dan pemanenan tribac....................................................... 19
5.7 PPHT ( lapangan).................................................................................. 20
5.8 Pelaksanaan bimbingan......................................................................... 20
5.9 Pengamatan ke Lapangan..................................................................... 20
5.10 Koleksi basah (Herbarium)................................................................ 21
5.11 Gerdal OPT.......................................................................................... 21
BAB VI PENUTUP......................................................................................... 23
A. Kesimpulan.............................................................................................. 23
B. Saran......................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... vii
LAMPIRAN..................................................................................................... ix
Dokumentasi................................................................................................. ix

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kemasan tribac......................................................................................... 20

2. Hasil karya petani..................................................................................... 20

3. Hasil pengamatan..................................................................................... 21

vi
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kuliah Praktek/Magang (selanjutnya disebut Magang) adalah kerja mandiri
atau kelompok mahasiswa berupa tinjauan/kerja lapangan yang menyangkut
kegiatan observasi, perencanaan, pelaksanaan, dan sistem pengelolaan pada sektor
hulu-hilir serta penunjang pertanian, yang dibimbing oleh seorang dosen
pembimbing magang dan seorang pembimbing lapang. Kuliah Praktek/Magang
merupakan salah satu syarat menyelesaikan program S1 pada Fakultas Pertanian
Unand.

Perkembangan teknologi yang semakin pesat menuntut mahasiswa harus


meningkakan soft skill dan hard skill untuk menghadapi dunia kerja kedepannya.
Berdasarkan pertimbangan tersebut Fakultas Pertanian menganjurkan mahasiswa
Angkatan 2015 untuk melaksanakan Kuliah Praktek/Magang di berbagai
instansi/perusahaan yang bergerak di sektor hulu-hilir dan di sektor penunjang
pertanian.

Kemajuan industri pertanian ditentukan oleh keunggulan produk dan


pemasaran produk komoditi yang dihasilkan. Keunggulan produk komoditi
tanaman pangan dan hortikultura bergantung kepada kinerja penanaman,
pengawasan dan manajemen penanganan pasca panen. UPT Laboratorium
Pengamatan Hama Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikutura merupakan salah
satu lembaga penting bagi keunggulan tersebut karena persoalan yang
menyangkut hama dan penyakit Tanaman pangan dan hortikultura menjadi hal
yang penting untuk diamati karena dapat berguna bagi petani dalam melakukan
budidaya dan dapat berguna bagi pemulihan ekonomi negara.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Laboratorium PHP juga sebagai pusat
kegiatan pengamatan dan peramalan perkembangan OPT serta sebagai tempat
klinik tanaman dan mendiagnosa OPT. Pengamatan di lapangan yang
dilaksanakan oleh Petugas Hama dan Penyakit (PHP) atau POPT di wilayah
kerjanya dikoordinir oleh Koordinator PHP dan dikoordinasikan dengan LPHP.

1.2 Tujuan
a. Memberikan pengalaman visual dan pengenalan tentang segala sesuatu yang
menyangkut kegiatan observasi, perencanaan dan pelaksanaan, serta sistem
pengelolaan di seluruh sektor pertanian.

b. Mahasiswa mampu mengenal, mengetahui, dan menganalisis kondisi


lingkungan dunia kerja.

1
c. Mengasah soft skill dan hard skill mahasiswa sehingga mampu bekerjasama
dalam tim.

d. Membentuk pola pikir mahasiswa dalam melihat suatu masalah dan


memberikan solusinya.

e. Membina kemampuan dan keterampilan Mahasiswa secara optimal dalam


aspek perencanaan, pembahasan, kesimpulan dan saran, serta kemampuan untuk
menyampaikan gagasan dalam bentuk tulisan.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari kegiatan magang ini sebagai berikut:

Bagi peserta magang / kerja praktek mempelajari lebih dalam dari kegiatan
seperti pembuatan agens hayati, pembuatan PGPR, pembuatan pestisida nabati,
dan pengendalian hama terpadu.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Organisme Pengganggu Tanaman(OPT)


Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor
pembatas penting dalam upaya peningkatan produksi sayuran. Serangan OPT
terjadi di semua tahap pengelolaan agribisnis sayuran dimulai dari sebelum masa
tanam, di pertanaman, sampai penyimpanan dan pengangkutan produk.
Masyarakat sudah tidak asing dengan nama-nama OPT sayuran, seperti ulat daun
kubis, lalat pengorok daun, kutu daun, penyakit hawar daun, penyakit layu
bakteri, penyakit bengkak akar, nematoda sista kentang (NSK) dan masih banyak
lagi. Kehilangan hasil tanaman sayuran akibat serangan OPT di pertanaman
diperkirakan mencapai 25-100% dari potensi hasil. Di samping sangat
menurunkan kuantitas produksi, serangan OPT juga dapat menurunkan kualitas
dan harga produk, serta daya saing produk di pasar. Secara ekonomis kerugian
tersebut mencapai miliaran rupiah setiap tahun (Setiawati et al., 2008).
Organisme yang paling sering dijumpai mengganggu tanaman adalah hama,
seperti yang di jumpai pada daerah Sumbawa yang sebagian besar  tanaman
padinya terserang oleh hama walang sangit (Leptocorixa acuta) yang
mengakibatkan menurunnya hasil pendapatan padi petani, juga menurunkan
kualitas padi para petani, para petani sudah berusaha menghentikan serangan
hama ini, akan tetapi jumlah hama malah bertambah dari sebelumnya, hal ini
diakibatkan oleh ulah para petani yang memberikan pestisida secara berlebihan
dalam penanganan hama. Sejauh ini dinas pertanian daerah sumbawa sudah mulai
turun tangan dalam penanganan hama walang sangit (Leptocorixa acuta) yang
meresahkan para petani. ( Herman, 2003).
Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi
tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan.
Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu
hama, penyakit dan gulma. Organisme pengganggu tanaman merupakan salah satu
penghambat produksi dan penyebab ditolaknya produk tersebut masuk ke suat
negara, karena dikawatirkan akan menjadi hama baru di negara yang ditujunya.
Berdasarkan pengalaman, masih adanya permasalahan OPT yang belum tuntas
penanganannya dan perlu kerja keras untuk mengatasinya dengan berbagai upaya
dilakukan, seperti lalat buah pada berbagai produk buah dan sayuran buah dan
virus gemini pada cabai. Selain itu, dalam kaitannya dengan terbawanya OPT
pada produk yang akan diekspor dan dianalis potensial masuk, menyebar dan
menetap di suatu wilayah negara, akan menjadi hambatan yang berarti dalam
perdagangan internasional. (Setiawati et al., 2008).

3
2.2 Pengendalian

2.2.1 Pengendalian Hayati


a. Agens Hayati

Pengertian agen hayati menurut FAO (1988) adalah mikroorganisme baik


yang terjadi secara alami seperti bakteri, cendawan, virus dan protozoa, maupun
hasil rekayasa genetik (genetically modified microorganism) yang digunakan
untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Pengertian ini
hanya mencakup mikroorganisme, padahal agen hayati tidak hanya meliputi
mikroorganisme tetapi juga organisme yang ukurannya lebih besar dan dapat
dilihat secara kasat mata seperti predator atau parasitoid untuk membunuh
serangga. Dengan demikian pengertian agen hayati perlu dilengkapi dengan
kriteria menurut FAO (1997) yaitu organisme yang dapat berkembang biak
sendiri seperti parasioid, predator, parasite, dan artropoda pemakan tumbuhan,
serta pathogen.

Trichoderma merupakan genus cendawan yang mampu dijadikan sebagai


agens pengendali patogen secara hayati. Mekanisme antagonis yang dilakukan
Trichoderma sp. dalam menghambat pertumbuhan patogen antara lain kompetisi,
parasitisme, antibiosis,dan lisis (Purwantisari & Rini 2009).

Menurut Talanca et al. (1998) mekanisme antagonisme Trichoderma spp.


terhadap cendawan patogen dilakukan dengan mengeluarkan toksin berupa enzim
β-1,3 glukanase, kitinase, dan selulase yang dapat menghambat pertumbuhan
bahkan dapat membunuh patogen. Sifat antagonis Trichoderma spp. dapat
dimanfaatkan sebagai alternatif dalam pengendalian patogen yang bersifat ramah
lingkungan.

Salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk


biologis tanah dan biofungisida adalah jamur Trichoderma sp. Mikroorganisme ini
adalah jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran tanaman
dilapangan. Spesies Trichoderma sp. disamping sebagai organisme pengurai,
dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman.
Beberapa spesies Trichoderma sp. telah dilaporkan sebagai agensia hayati seperti
Trichoderma harzianum, Trichoderma koningii, dan Trichoderma viridae yang
berspektrum luas pada berbagai tanaman pertanian. Biakan jamur Trichoderma
sp. dalam media pembawa (carrier) seperti beras, jagung, bekatul, serta kompos
TKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) dapat diberikan ke areal pertanaman dan
berlaku sebagai biodekomposer, mendekomposisi limbah organik (rontokan
dedaunan dan ranting tua) menjadi kompos yang bermutu. Serta dapat berlaku
sebagai biofungisida. Trichoderma sp. dapat menghambat pertumbuhan beberapa
jamur penyebab penyakit pada tanaman antara lain Rigidiforus lignosus,
Fusarium oxysporum, Rizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, dll (Nuryanti, 2015).

4
Paenibacillus polymyxa merupakan bakteri non patogen yang menguntungkan
di bidang kesehatan dan lingkungan. Bakteri ini penghasil antibiotik polomiksin.
Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan mempunyai
daya hambat terhadap kegiatan mikroorganisme lain. Di bidang pertanian,
Paenibacillus polymyxa dapat ditemukan di tanah dan tanaman. Bakteri ini
mampu mengikat nitrogen. Biofilms dari Paenibacillus polymyxa menunjukkan
produksi eksopolysakarida pada akar tanaman yang dapat melindungi tanaman
dari patogen. Hasil uji di BB Biogen bakteri juga mengandung hormon pengatur
gibberellin. (Widarti dan Sugeng, 2014).

Paenibacillus polymyxa merupakan agen hayati dari jenis bakteri yang


diperoleh secara alami di lapangan. Caranya dengan mengisolasi daun padi yang
sehat diantara daun padi yang terserang penyakit hawar daun bakteri (BLB).
(BPTPH,2007).

b. PGPR

Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) merupakan kumpulan bakteri


yang hidup bersimbiosis mutualisme dengan akar tanaman yang dapat berfungsi
sebagai pemacu pertumbuhan tanaman. PGPR dapat membantu tanaman dalam
proses penyerapan unsur hara yang ada di dalam tanah. Dengan penggunaan
PGPR, tingkat serangan hama dan penyäkit tanaman dapat diminimalisir. Hal
tersebut juga sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Soenandar, et al.
(2010) hal. 50 bahwa PGPR dapat bermanfaat dalam menghasilkan fitohormon
(IAA, sitokinin, giberelin, dan senyawa penghambat produksi etilen),
meningkatkan proses penyerapan unsur hara melalui mineralisasi dan
transformasi, serta berperan dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman
(biopektan) melalui produksi senyawa ketahanan. (Soenandar et al,2010)

Pengaruh PGPR secara langsung dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman


terjadi melalui berbagai macam mekanisme, di antaranya fiksasi nitrogen bebas
yang ditransfer ke dalam tanaman, produksi siderophore yang meng-khelat besi
(Fe) dan membuatnya tersedia bagi akar tanaman, melarutkan mineral seperti
fosfor dan sintesis fitohormon. Peningkatan langsung dari pengambilan mineral
melalui peningkatan dalam spesifik flux ion di permukaan tanaman karena
keberadaan PGPR ini telah juga dilaporkan. Strains PGPR menggunakan satu atau
lebih mekanisme ini dalam rizosfer. Telah diketahui bahwa PGPR mensintesis
auksin dan sitokinin atau terlibat dalam sintesis etilen tanaman (Sorensen, dkk.,
2001)

Pengaruh PGPR secara tidak langsung dalam meningkatkan pertumbuhan


tanaman terjadi melalui penekanan fitopatogen yang dilakukan melalui
mekanisme yang berbeda. Ini termasuk kemampuan dalam memproduksi
siderofor yang mengkhelat Fe, menjadikannya tidak tersedia bagi patogen;

5
kemampuan dalam mensintesis metabolit anti fungal seperti antibiotik, dinding sel
fungal – lysing enzim atau hidrogen sianida, yang menekan pertumbuhan patogen
jamur; kemampuan untuk bersaing secara sukses dengan patogen untuk nutrisi
atau unsur hara atau tempat khusus dalam perakaran tanaman; dan
kemampuannya dalam menimbulkan resistensi sistemik (Sorensen, dkk., 2001)

PGPR yang diisolasi dari akar dapat dimanipulasi untuk meningkatkan


produktifitas tanaman. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa bakteri kelompok
Bacillus sp., Pseudomonas sp., dan Rhizobium sp. dapat dimanfaatkan sebagai
pemacu pertumbuhan tanaman sekaligus berperan untuk mengendalikan penyakit
tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mengisolasi bakteri
endofit dari perakaran jagung (Zea mays sp.), bambu (Bambusa sp.), dan
leguminosae untuk mendapatkan isolat – isolat bakteri endofit akar seperti
Bacillus sp., Pseudomonas sp., dan Rhizobium sp., yang berpotensi sebagai agen
pemacu pertumbuhan tanaman, sehingga hasil yang diperoleh, yaitu sebuah
produk biofertilizer MIKA (Mikroorganisme Akar) yang dapat dipelajari dan
dikembangkan sebagai produk komersial. (Sorensen, dkk., 2001)

2.2.2 Pengendalian Secara Kimia


a. Pestisida Nabati

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuh-
tumbuhan dan berkhasiat mengendalikan serangan hama pada tanaman. Pestisida
nabati tidak meninggalkan residu berbahaya pada tanaman maupun lingkungan
serta dapat dibuat dengan mudah menggunakan bahan yang murah dan peralatan
yang seerhana. (Soenandar, 2010).

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan
atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini
diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung,
ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder
dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan
digunakan sebagai pestisida. Pestisida dari bahan nabati sebenarnya bukan hal
yang baru tetapi sudah lama digunakan, bahkan sama tuanya dengan pertanian itu
sendiri. Sejak pertanian masih dilakukan secara tradisional, petani di seluruh
belahan dunia telah terbiasa memakai bahan yang tersedia di alam untuk
mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pada tahun 40-an sebagian
petani di Indonesia sudah menggunakan bahan nabati sebagai pestisida,
diantaranya menggunakan daun sirsak untuk mengendalikan berbagai macam
hama sehingga hama tanaman yang menyerang dapat dikendalikan secara alami
karena tidak menyebabkan racun bagi organisme lain (Oka, 1995).

6
2.2.3 Penerapan PHT
Pengendalian hama terpadu (PHT) adalah sebuah pendekatan baru untuk
melindungi tanaman dalam kontek sebuah sistem produksi tanaman (Rola, 1993).
PHT memiliki beberapa prinsip yang khas, yaitu; (1) sasaran PHT bukan
eradikasi/pemusnahan hama tetapi pembatasan atau pengendalian populasi hama
sehingga tidak merugikan, (2) PHT merupakan pendekatan holostik maka
penerapannya harus mengikutsertakan berbagai disiplin ilmu dan sektor
pembangunan sehingga diperoleh rekomendasi yang optimal, (3) PHT selalu
mempertimbangkan dinamika ekosistem dan variasi keadaan sosial masyarakat
maka rekomendasi PHT untuk pengendalian hama tertentu juga akan sangat
bervariasi dan lentur, (4) PHT lebih mendahulukan proses pengendalian yang
berjalan secara alami (non-pestisida), yaitu teknik bercocok tanam dan
pemanfaatan musuh alami seperti parasit, predator, dan patogen hama.
Penggunaan pestisida harus dilakukan secara bijaksana dan hanya dilakukan
apabila pengendalian lainnya masih tidak mampu menurunkan populasi hama, dan
(5) program pemantauan/pengamatan biologis dan lingkugan sangat mutlak dalam
PHT karena melalui pemantauan petani dapat mengetahui keadaan agro-ekosistem
kebun pada suatu saat dan tempat tertentu (Untung,1997).

7
BAB III METODE PELAKSANAAN

3.1 Organisasi Instansi/ Perusahaan


UPT. Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara
merupakan Instansi yang bergerak dalam penelitian mengenai OPT dan
pengendalian tanaman pangan dan hortikultura ,khususnya pada LPHP Tanjung
Morawa memiliki berbagai kegiatan sperti survei yang dilakukan untuk melihat
perkembangan OPT pada tanaman pangan dan hortikultara yang nantinya akan
dilakukan pengendalian terhadap OPT. Pengendalian yang dikembangkan oleh
instansi LPHP Tanjung Morawa adalah penggunaan agen hayati seperti pestisida
nabati dan Trichoderma.,

A. Tugas

Adapun tugas dari instansi LPHP Tanjung Morawa yaitu:

a. Melaksanakan pengamatan, penetapan diagnosis dan penyebar luasan informasi


OPT serta mengumpul/ analisis Data OPT.

b. Melaksanakan peramalan OPT secara spesifik lokasi.

c. Pengujian teknis pengendalian OPT dan penetapan dampak penggunaan


pestisida.

B. Fungsi

Adapun fungsi dari instansi LPHP Tanjung Morawa yaitu:

a. Membina dan mengkoordinasi kegiatan pengamatan dan peramalan OPT serta


faktor iklim.

b. Menyelenggarakan pembinaan dan mengkoordinasi kegiatan PHP melalui


pelatihan, pertemuan dan/atau kunjungan lapang

c. Melaksanakan surveillance dan peramalan OPT

d. Melakukan identifikasi dan diagnosis OPT baru

e. Menerapkan dan mengembangkan teknik pengendalian OPT yang bersifat


spesifik lokasi

f. Mengumpulkan dan menganalisa data hasil pengamatan PHP

g. Membuat laporan hasil analisa tersebut dan segera melaporkan kepada instansi
sebagaimana diatur dalam buku pedoman pengamatan dan pelaporan
perlindungan tanaman pangan dan hortikultura

8
h. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan pengamatan dan pengambilan
contoh OPT dan agens hayati

i. Melaksanakan pengamatan dalam rangka menetapkan ambang ekonomi


pengendalian suatu OPT yang bersifat spesifik lokasi

j. Melaksanakan studi-studi/rekayasa teknologi dalam rangka mendukung


pengembangan teknik pengendalian OPT

k. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait di wilayah kerjanya

l. Identifikasi dan pengembangan agens hayati

m. Mengawasi dan mengkoordinasi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan petugas


PHP di lapangan

n. Menyebarluaskan teknik pengendalian OPT

o. Membuat koleksi OPT, agens hayati dan bahan nabati yang ditemukan di
wilayah kerjanya

p. Melakukan pembiakan OPT dan agens hayati pada tanaman padi, palawija dan
hortikultura

q. Melakukan pengawasan pestisida sebatas wewenang yang diberikan kepada


LPHP

r. Melaksanakan klinik tanaman ( memberikan informasi permasalahan OPT


kepada masyarakat/petani )

s. Visualisasi hasil-hasil kegiatan LPHP melalui pertemuan gelar teknologi, rapat,


pameran pembangunan dan penyebarluasan teknologi pengendalian OPT

3.2 Bahan dan Metode

1. Laboratorium
Kegiatan magang yang bersifat dalam ruangan pengerjaannya dilakukan
didalam laboratorium PHP Tanjung Morawa. Setiap alat dan bahan sudah
disiapkan oleh pihak laboratorium, sehingga memudahkan peserta magang untuk
melakukan kegiatannya selama pelaksanaan magang berlangsung. Adapaun bahan
dan cara kerjanya sebagai berikut:

a. Pembuatan agens hayati Paenibacillus polymyxa

Adapun alat yang digunakan yaitu kompor, wajan, aerator, selang ,ember,
saringan, plastisin, kapas, botol, gunting, jarum ose, timbangan, dirijen, dan besi

9
pemberat. Dan bahannya yaitu bibit paenibacillus, air kelapa, air , alkohol, dan
PK.

Paenibacillus polymyxa merupakan jenis bakteri yang menguntungkan


terutam dibidang pertanian. Bakteri ini dapat dijadikan sebagai agens pengendali
secara hayati. Adapun pembuatan bakteri ini yaitu menggunakan media air
kelapa , namun medianya dapat juga diganti media lain . Pelaksaan dari kegiatan
ini yaitu Pertama , proses perebusan menggunakan alat berupa wajan dan kompor
dan bahan berupa media air kelapa . Setelah direbus, air kelapa didinginkan
kemudian dimasukkan kedalam dirijen dan kemudian dimasukkan 5 testube bibit
paenibacillus kedalam dirijen tadi ,setelah itu dirangkai botol aqua sebanyak dua
botol dan disediakan selang plastik sebanyak 3 buah. Selang plastik berguna untuk
menghubungkan aerator dengan botol aqua yang berisi larutan PK, Botol aqua
berisi larutan PK dengan botol aqua yang berisi kapas, dan Botol aqua yang berisi
kapas dengan dirijen yang berisi air kelapa dan Paenibacillus polymyxa.

Adapun fungsi kapas dan larutan Pk pada pembuatan agens hayati ini yaitu
untuk penyaringan oksigen yang masuk kedalam dirijen agar menghasilkan
oksigen yang murni untuk perkembangbiakan bakteri. Aerator berfungsi sebagai
pemompa atau penghasil gelembung udara pada rangkaian ini. Kemudian tunggu
lebih kurang selama tiga munggu untuk melihat hasilnya.

b. Pembuatan agens hayati Trichoderma sp.

Adapaun alat yang digunakan yaitu gelas ukur, autoclave, ember, saringan,
incase, plastik, jarum ose, hacter dan bunsen. Dan bahannya yaitu air, jagung
(yang telah digiling), alkohol dan bibit Trichoderma sp.

Trichoderma sp. merupakan bagian dari genus cendawan yang dijadikan


sebagai agens pengendalian patogen secara hayati. Adapun cara pembuatannya
dilakukan menggunakan media jagung. Pertama , jagung dicuci kemudian
ditiriskan. Setelah ditiriskan jagung dimasukkan kedalam autoclve untuk direbus.
Dimasukkan beberapa buah batu kedalam autoclve untuk dijadikan pengganjal
atau pemberat. Sebelum itu, plastik disediakan terlebih dahulu. Plastik putih
berukuran 5 kg kemudian dimasukkan jagung kira-kira 2 gelas piala kedalam
plastik . Jagung dimasukkan kedalam plastik tadi, setelah didalam plastik
dimasukkan kedalam autoclave kemudian tunggu selama 1 jam. Setelah itu,
angkat jagung dari autoclave dan dinginkan.

Cara perbanyakan agens hayati ini yaitu pencampuran dengan bibit jagung
yang telah disediakan Sebanyak 2 Kg . Disiapkan jarum ose, bunsen ,autoclave,
dan hacter kemudian masukkan bibit jagung sebnyak sepetiga dari bibit di testube
kedalam plastik yang berisi jagung yang telah didinginkan tadi menggunakan
jarum ose yang telah disterilkan menggunakan alkohol. Kegiatan ini dilakukan

10
didalam incase yang berisikan bunsen. Setelah itu, plastik di hacter untuk yang
telah berisi bibit jagung dan diaduk bibit jagung dalam plastik hingga tercampur
rata. Terakhir, ditunggu selama seminggu untuk mendapatkan hasilnya.

c. Pembuatan pestisida nabati

Adapun alat yang digunakan yaitu alu, pisau, parang, ember, dan pastik.
Dan bahannya yaitu 100 gr daun mindi, 300 gr serei, 500 gr lengkuas, 100 gr daun
sirsak, 2 sdm rinso dan 2 liter air.

Dan cara pembuatannya yaitu pertama, disediakan alat dan bahan untuk
pengerjaanya, kemudian setiap bahan yang terdiri dari daun mindi, daun sirsak,
lengkuas dan sereh ditumbuk masig-masing bahan didalam lumpang hingga
hancur dan dibantu dengan pemberian air dalam proses penumbukannya. Setelah
itu, semua bahan yang telah dihaluskan, dicampurkan dan diberi air sebanyak 30
liter kemudian didiamkan beberapa hari. Setelah didiamkan, ditambahkan deterjen
2 sendok makan dan diaduk kemudian ditambahkan lagi air sebanyak lebih
kurang sekitar 400 L. Dan pesnab sudah dapat diaplikasikan.

d. Pembuatan media PDA

Adapun alat yang digunakan yaitu timbangan, pisau, kompor, wajan,


testube, autoclave , alumunium foil, dan kapas. Dan bahannya yaitu kentang, agar-
agar, gula, air dan alkohol.

Pembuatan PDA berfungsi dalam perkembangbiakan jamur, media ini


menggunakan bahan yang berasal dari kentang. Cara pembuatan media ini yaitu
pertama , disiapkan kentang sebanyak 300 gr dan dicuci hingga bersih. Setelah
itu, kentang dikupas dan dipotong. Setelah dipotong , kentang direbus selama 8
menit kemudian ditiriskan kentangnnya dan dimasukkan gula 3 gram , agar-agar 3
bungkus kedalam air bekas rebusan kentang selama 15 menit.. Setelah 15 menit
air rebusan tadi dimasukkan kedalam testube dan ditutup dengan kapas serta
aluminium foil. Dimasukkan testube kedalam pastik dalam keadaan sedikit
dimiringkan . Setelah itu di masukkan kedalam autovlace untuk dikukus. Tunggu
selama 1 jam. Kemudian diangkat dan dinginkan.

e. Pembiakan Penibacillus polymyxa dan Trichoderma sp.

Adapun alat yang diperlukan yaitu testube, jarum ose, bunsen, laminar
airflow, incase, alumunium foil, dan kapas . Dan bahannya yaitu bibit
Paenibacillus polymyxa, bibit Trichoderma sp. dan alkohol.

Pembiakan Paenibacillus polymyxa dapat dilakukan dengan cara yaitu


pertama , disediakan bunsen, incase, jamur ose, korek api, alkohol, testube yang
berisi agar dan bibit Paenibacillus polymyxa . Kemudian bunsen diyalakann

11
didalam airflow, jarum ose disterilisasikan menggunakan alkohol . Setelah itu
jarum ose dibakar mengguakan bunsen hingga berwarna merah, kemudian
diletakkan pada media agar sebelum digerus permukaan bibitnya. Setelah digerus
permukaannya langsung digoreskan pada permukaan agar. Usahakan digoreskan
dengan sangat pelan , jangan menggunakan kekuatan agar agarnya tidak hancur
dan bakteri dapat tumbuh. Kemudian setelah digerus dapat didiamkan beberapa
hari hingga bakterinya tumbuh.

Pada pembiakan Trichoderma sp. , cara dan langkahnya hampir sama


namun yang membedakan hanya pada bibit, tempat pengerjaanya dan cara
penggoresannya. Pada pembiakan Trichoderma sp. ,tidak perlu digores
melainkan cukup diletakkan saja bibitnya diatas permukaan agar menggunakan
jarum ose atau dapat ditotolkan dipermukaan agarnya . Hal ini dikarenakan jamur
dapat tumbuh dipermukaan agar tanpa perlu digorekan pada media agarnya.
Pengerjaan pembiakan jamur ini dilaksanakan di dalam incase tidak didalam
laminar air flow. Dalam pelaksanaannya , pembiakan jamur ini tidak dapat
tumbuh dikarenakan, karena pada saat pembiakan tidak dilakukan dengan hati-
hati sehingga media terkontaminasi.

f. Pembuatan PGPR

Adapun alat yang digunakan yaitu wajan besar, kompor, alat pengaduk,
ember dan timbangan. Dan bahannya yaitu air, gula , belacan, dedak, akar bambu,
dan ajinomoto.

PGPR merupakan bakteri yang bersimbiosis dengan akar yang berfungsi


sebagai pemacu pertumbuhan tanaman. PGPR dapat dibuat dengan memanfaatkan
akar tanaman seperti akar bambu. Adapun cara pembuatannya yaitu, pertama
yaitu siapkan 500 gr akar bambu kemudian masukkan ke dalam 2 liter air tunggu
selama 3 kali 24 jam. Setelah 3 kali 24 jam masukkan akar yag sudh direndam
tadi ke dalam 50 liter air, kemudian masukkan dedak 5 kg, belacan 1 kg, gula 2
kg,dan ajinomoto setengah kg, Campurkan semua bahan didalam wajan besar
yang dibawahnya terdapat api dari kompor yang menyala, aduk sampai rata
kemudian matikan api dan tunggu selama lebih kurang tiga malam atau seminggu
hingga mendapatkan hasilnya.

g. Pembuatan dan pemanenan tribac

Adapun alat yang digunakan yaitu wadah, ember dan saringan. Dan
bahannya yaitu agens hayati bakateri Paenibacillus polymyxa dan agens hayati
jamur Trichoderma sp.

Adapun cara pembuatannya yaitu saring bakteri Paenibacillus polymyxa


kedalam wadah besar sebanyak 30 liter dan campurkan 2 kg jamur Trichoderma
sp. Aduk hingga rata, tribac ini memiliki bau yang sangat menyengat dan

12
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk baunya hilang namun tribak ini
sangat berperan dalam pengendalian patogen.

h. Bimbingan

Adapun pada pelaksanaan bimbingan hanya memerlukan alat tulis dan


kamera hp. Kegiatan ini berupa mahasiswa mendengarkan materi yang
disampaikan oleh pemateri , kemudian mencatatnya . Setiap materi disampai
secara umumnya saja. Dan berlangsung dengan baik. Setelah pemateri
menyelesaikan pemnyampaian materinya, kami mengajak pemateri untuk
melakukan sesi foto bersama. Dan kemudian berakhir dengan bersalaman.

i. . Pembuatan koleksi basah

Adapun alat yag digunakan yaitu gelas beaker berukuran 2L, kompor
listrik dan pengaduk kaca. Dan bahannya yaitu aquades 1L, cufri sulfat 10 gr,
asam asetat 10 ml, gliserin 10 ml dan formalin 2 %.

Adapun cara pembuatan koleksi ini yaitu pertama disediakan alat seperti
kompor listrik, gelas beker ukuran 2 liter, dan pengaduk kaca dan bahannya yaitu
aquades 1L, cupri sulfat 10 gr, asam asetat 10 ml, gliserin 10 ml dan formalin
2%. Dicampurkan semua bahan (kecuali formalin) kedalam beaker glass
kemudian dipanaskan diatas kompor hingga mendidih. Spesimen (daun) yang
akan dikoleksi dibersihkan dengan air bersih. Kemudian spesimen direbus
kedalam bahan yang telah mendidih dan diamati perubahan warna hingga kembali
hijau. Dingkat spesimen dan direndam didalam air bersih selama 24 jam. Setelah
24 jam spesimen diangkat. Kemudian disiapkan media untuk pengawetannya.
Pada 1 liter formlin 2%, dimasukkan 54 ml formalin kedalam 946 ml aquades.
Setelah itu disesuaikan tempatnya dengan daun yang akan di koleksi. Kemudian
ditata spesimen didalam jar spesimen yang telah berisi fornalin 2% tadi, dan
koleksi basah sudah siap.

2. Lapangan
Selain kegian magang yang dilakukan dilaboratorium, terdapat juga
kegiatan yang bersifat lapangan. Para peserta magang ikut serta dalam
pengamatan dan kegiatan lapangan lainnya yang diadakan oleh pihak LPHP
Tanjung Morawa. Adapaun alat, bahan dan cara kerjanya sebagai berikut:

a. PPHT

Adapun alat yang digunakan yaitu kertas karton gunting, lem, alat tulis,
penggaris, dan buku. Dan cara kerja dari kegiatan ini yaitu sediakan kertas karton,
kemudian potong sesuai ukurang yang sudah diarahkan pihak laboratorium, kotak

13
ini di bentuk dengan membuat tigaruangan didalam kotak, Hal ini tertujuan umtuk
memisahkan jawaban a, b, c pada kotak. Kotak dibuat sebnyak 20 buah.
Kemudian pembuatan koinnya dari kertas karton. Koin di buat sebnyak 25 nomor,
dengan setiap nomor tedoro dari 20 buah nomor yang sama. Cara penentuannya
yaitu berdasarkan absen. Nomor satu untuk absen nomor satu dan begitu
seterusnya.Ini bertujuan untuk memudahkan dalam penilaian sehingga tidak
tertukar . Petani memsauki kawasan balok box secara bergantian, setelah itu
petani membaca soal yang sudah ditancapkan oleh pegawai laboratorium
sebelumnya. Petani para mahasiswa magang membantu menuntun petani dan
mengarahkannya untuk dapat dengan mudah membaca soal dan menuntunnya
mengikuti arahan yang telah di berikan sebelumnya.

Setelah selesai melakukan kegiatan balok box, dilanjutkan dengan


kegiatan pemberian materi oleh pihak laboratorium mengenai ekosistem tanaman
cabai, kemudian dilakukan kegiatan pengamatan pada tanaman cabai yang ada
disekitra kawasan yang ditentukan. Petani menuliskan apa yang dilihatnya seperti
berapa tinggi tanaman, berapa jumlah daun dan berapa nbanyak hama yang
terdapat pada tanaman cabai yang diamati. Setelah itu petani melaporkan
pengamatannya kepada pihak laboratorium dan menggambarkannya pada sebuah
kertas karton serta mempresentasikannya dihadapan yang lain

b. Pengamatan lapangan

Adapun alat yang diperlukan hanya berupa alat tulis dan kamera hp. Setiap
mahasiswa memfoto tanaman yang terserang dan hama yang diperolehnya.
Mahasiswa magang mengikuti arahan dari pembimbing lapangan kemudian
mengikuti dam memperhatikan apa saja yang beliau sampaikan. Setelah itu
beristirahat dan melanjutkan pengamatan hama dan penyakit pada tanaman padi.

c. Gerdal OPT

Adapun alat yang digunakan berupa alat penyemprot, dirijen, plastik,


gunting, tali, cangkul dan parang. Dan bahan yang digunakan yaitu tricho-
kompos, dan agens hayati. Kompos yang digunakan sebanyak 4 karung,
Trichoderma sp. sebanyak 7 kg, 2 kg untuk tribac dan 5 kg untuk dicampurkan
dengan kompos dan Paenibacillus polymyxa sebanyak 30 liter . Gerakan
pengendalian OPT dilakukan kepada petani pisang yang berada didaerah siguci,
kecamatan STM hilir, dusun 5, bandar batu. Pengendalian dilakukan dengan
pemberian dan pengaplikasian tricho-kompos, pengaplikasian tribac ,
penyungkupan pada buah pisang dan sanitasi pada tanaman pisang. Daun pisang
yang sudah tua di pangkas dan dibuang dengan menjauhkannya dari tanaman
pisang hal ini bertujuan agar tanaman pisang yang lain tidak terkena penyakit jika
tanaman yang dibuang tersebut sudah terkena penyakit maka tanaman pisang yang
lain dapat terhindar dari penyakit

14
3.4 Pengawasan
Pengawasan dilakukan secara langsung oleh para pegawai yang ada di
Laboratoriun. Sebelum para mahasiswa diawasi, setiap pengawas memberikan
arahan dan penjelasan mengenai prosedur pengerjaan dari setiap kegiatan yang
akan diaksanakan. Pengawasan bertujuan untuk memantau kerja dari para
mahasiswa magang mengenai kegiatan kerja yang dilaksanakan. Dan pengawasan
juga dilakukan secara tidak langsung oleh dosen pembimbing magang melalui via
zoom ataupun melalui chat di grup magang .

3.5 Manajemen kegiatan


Kegiatan yang dilaksanakan pada LPHP Tanjung Morawa yaitu berkisar
tentang perlindungan dan pengamatan mengenai hama dan penyakit tanaman
pangan dan hortikutura. Adapun waktu pelaksanaanya , dilakukan secara
kondisional. Pada kegiatan yang dilaksanakan di LPHP Tanjung Morawa
mendahulukan pengamatan di laboratorium daripada di lapangan, mengingat
karena adanya wabah Covid-19 sehingga tidak memungkinkan untuk bergerak
bebas di lapangan.

15
BAB IV. TUGAS KHUSUS
Pelaksanaan kuliah praktek atau magang , biasanya memiliki tugas khusus
yang diberikan oleh pembimbing lapangan untuk masing-masing mahasiswa/i
yang melaksanakan magang ditempat mereka. Namun pada LPHP Tanjung
Morawa, para mahasiswa/i magang tidak diberikan tugas khusus karena
keterbatasan peralatan yang ada sehingga dalam pelaksaannya , kami para
mahasiswa/i magang melaksanakan kegiatan magang secara bersama-sama.
Meskipun demikian tidak mengurangi maksud dan tujuan dari pelaksanaan
magang ini.

Kegiatan yang kami dilakukan yaitu: Pembuatan agens hayati berupa


Trichoderma sp. dan Paenibacillus polymyxa, pembuatan pestisida nabati,
pembuatan media PDA, pembiakan Paenibacillus polymyxa dan Trichoderma
sp. ,pembuatan PGPR, pembuatan dan pemanenan tribac(trcho-bakteri), PPHT
berupa pre-test petani, bimbingan, pengamatan lapangan, pembuatan koleksi
basah, dan gerdal (gerakan pengendalian) OPT.

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pembuatan agens hayati


5.1.1 Trichoderma sp.

16
Menurut Nuryanti (2004) ,Trichoderma sp. dapat berperan sebagai organisme
pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan
tanaman. Beberapa spesies Trichoderma sp. telah dilaporkan sebagai agensia
hayati seperti Trichoderma harzianum, Trichoderma koningii, dan Trichoderma
viridae yang berspektrum luas pada berbagai tanaman pertanian. Biakan jamur
Trichoderma sp. dalam media pembawa (carrier) seperti beras, jagung, bekatul,
serta kompos TKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) dapat diberikan ke areal
pertanaman dan berlaku sebagai biodekomposer, mendekomposisi limbah organik
(rontokan dedaunan dan ranting tua) menjadi kompos yang bermutu. Serta dapat
berlaku sebagai biofungisida. Trichoderma sp. dapat menghambat pertumbuhan
beberapa jamur penyebab penyakit pada tanaman antara lain Rigidiforus lignosus,
Fusarium oxysporum, Rizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, dll.

Pada pelaksanaan magang ttenang pembuatan Trichoderma sp.,


mahasiswa magang membuatnya menggunakan media jagung. Adapun hasil yang
diperoleh dari pembuatan Trichoderma sp. yaitu ditemukannya adanya jamur
yang tumbuh pada jagung setelah beberapa hari disimpan diruangan. Adanya
jamur dari Trichoderma sp. ini ditandai dengan perubahan warna dari jagung yang
disimpan . Jamur terlihat berwarna hijau lumut pada permukaan biji jagung.
Namun dalam pertumbuhannya tidak terjadi secara merata dikarenakan pada saat
pemberian bibit Trichoderma, tidak tercampur secara rata. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan Trichoderma tidak sempurna.

5.1.2 Paenibacillus polymyxa

Menurut Widarti dan Sugeng (2014), Paenibacillus polymyxa merupakan


bakteri non patogen yang menguntungkan di bidang kesehatan dan lingkungan.
Bakteri ini penghasil antibiotik polomiksin. Antibiotik merupakan zat yang
dihasilkan oleh mikroorganisme dan mempunyai daya hambat terhadap kegiatan
mikroorganisme lain. Di bidang pertanian, Paenibacillus polymyxa dapat
ditemukan di tanah dan tanaman. Bakteri ini mampu mengikat nitrogen. Biofilms
dari Paenibacillus polymyxa menunjukkan produksi eksopolysakarida pada akar
tanaman yang dapat melindungi tanaman dari patogen. Hasil uji di BB Biogen
bakteri juga mengandung hormon pengatur gibberellin.

Pada pembuatan agens hayati Paenibacillus polymyxa ,pihak laboratorium


menggunakan media berupa air kelapa. Hal ini dikarenakan beberapa hal yang
menyebabkan menggunakan air kelapa, selain percobaan dari pihak laboratorium
hal ini juga lebih ekonomis dibandingkan bahan lainnya. Dalam
pengaplikasiannya pengunaan media kelapa cukup efektif terhadap pengendalian
hayati pada tanaman. Adapun hasil yang peroleh berupa bakteri yang sudah
berkembang dalam air kelapa. Kemudian dapat diaplikasikan dengan cara
disemprot pada tanaman.

17
5. 2 Pembuatan Pestisida Nabati
Pestisida nabati merupakan pestisida yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
yang berfungsi untuk mengendalikan serangan hama pada tanaman. Pestisida ini
dapat diperoleh dengan mudah karena berasal dari bahan-bahan yang ada dialam,
namun dalam pelaksanaannya ,kami hanya menggunakan empat jenis bahan yang
ada disekitar laboratorium yaitu daun mindi, daun sirsak, serai dan lengkuas ,
meskipun begitu pestisida ini sudah diuji cobakan oleh pihak laboratorium
sehingga pada saat pelaksanaannnya kami dapat diarahkan oleh pembimbing
lapangan.

Menurut Kardiman (1999), Daun sirsak merupakan tanaman tahunan yang


mempunyai kandungan senyawa kimia Acetogenin pada daun, akar, bunga, kulit
buah kulit batang. Bahan nabati pada daun sirsak dapat digunakan senyawa
penolak serangga, toksin dan menjadi pertahanan bagi tumbuhan terhadap hewan
pemangsa tumbuhan .

Selain penggunaan daun sirsak juga terdapat daun mindi, daun dan biji
dari tanaman mindi dapat digunakan untuk mengendalikan ulat, kumbang, serta
kutu daun yang selalu menyerang tanaman pangan dan hortikultura. Zat yang
terkandung dalam mindi mampu menghambat pertumbuhan serangga hama.

5.3 Pembuatan media PDA


PDA (Potato Dextrose Agar) adalah media yang umum untuk
pertumbuhan jamur di laboratorium karena memilki pH yang rendah (pH 4,5
sampai 5,6) sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan
lingkungan yang netral dengan pH 7,0 dan suhu optimum untuk pertumbuhan
antara 25-30° C.

Menurut Sugianto (2012), PDA (Potato Dextrose Agar) merupakan media


yang sangat umum yang digunakan untuk mengembangbiakkan dan
menumbuhkan jamur dan khamir. Komposisi Potato Dextrose Agar ini terdiri dari
bubuk kentang, dextrose dan juga agar. Bubuk kentang dan extrose merupakan
sumber makanan untuk jamur dan khamir. Karena fungsinya yang dapat
mengembangbiakkan jamur, sekarang ini PDA juga banyak digunakan oleh
pembudidayan jamur seperti jamur tiram. Untuk memaksimalkan pertumbuhan
bibit jamur, biasanya pembudidaya mengatur kondisi pH yang rendah (sekitar 3,5)
dan juga menambahkan asam atau antibiotik untuk menghambat terjadinya
pertumbuhan bakteri .

Pembuatan media ini , dibuat sebelum dilakukannya pembiakan agens hayati.


Hal ini dikarenakan pertumbuhan agens hayati memerlukan memerlukan sumbr
makanan untuk tumbuh. Maka dibuatlah media untuk pertumbuhannya yang
berasal dari kentang. Pembuatan menggunakan bahan dari kentang dikarenakan

18
bubuk atau sari kentang merupakan sumber makanan bagi pertumbuhan agens
hayati.

5.4 Pembiakan Paenibacillus poymyxa dan Trichoderma sp.


Pembiakan dilakukan bertujuan untuk memperbanyak bibit patogen agar
nanti dapat digunakan sebagai agens hayati. Pembiakan ini sangat diperlukan
dalam proses pembuatan agens hayati karena dalam proses pembuatannya
melibatkan jamur Trichoderma dan bakteri Paenibacillus polymyxa sebagai media
dari pertumbuhan agens hayati. Adapun hasil dari pembuatan media ini yaitu pada
jamur Trichoderma sp. , terdapat banyak bakteri yang tidak tumbuh hal ini
dikarenakan kurang hati-hatinya dalam pelaksaan kegiatan ini sehingga media
terkontaminasi.Namun dalam pembiakan bakteri Paenibacillus sp. , bakteri ini
tumbuh dengan baik dalam waktu beberapa hari.

5.5 Pembuatan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria)


PGPR merupakan bakteri yang bersimbiosis dengan akar yang berfungsi
sebagai pemacu pertumbuhan tanaman. PGPR dapat membantu tanaman dalam
proses penyerapan unsur hara yang ada di dalam tanah . PGPR dapat dibuat
dengan memnfaatkan akar tanaman seperti akar bambu. Adapaum manfaat dari
PGPR ini yaitu menambah fiksasi nitrogen di tanaman kacang-kacangan Memacu
pertumbuhan bakteri fiksasi nitrogen bebas, meningkatkan ketersediaan nutrisi
lain seperti phospat, belerang, besi dan tembaga, memproduksi hormon tanaman,
menambah bakteri dan cendawan yang menguntungkan dan mengontrol hama dan
penyakit tumbuhan. PGPR ini bisa didapatkan dari perendaman akar tanaman
bambu dan ditambahkan dengan bebrapa bahan lainnya. Setelah itu bisa dapat
diaplikasikan pada tanaman.

5.6 Pembuatan dan pemanenan tribac


Tribac adalah singkatan dari Trichoderma-bakteri. Ini merupakan
campuran antar jamur dan bakteri. Pada LPHP Tanjung Morawa menggunakan
jamur Trichoderma sp dan bakteri Penibacilus polymyxa yang dicampurkan
dalam satu kemasan dengan takaran 30 berbanding 2, yaitu 30 liter bakteri dan 2
kg jamur. Pencampuran antara jamur dan bakteri antagonis ini terbukti mampu
menghambat dan menekan gejala awal dari penyakit tanaman.

19
Gambar 1. kemasan tribac

5.7 PPHT ( lapangan)


Penerapan PHT di lapangan berupa uji pre-test untuk petani cabai .
Kegiata ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan petani seputar hama dan
penyakit pada tanaman cabe. Pretes ini dinilai oleh para pihak laboratorium
sebagai gambaran tentang pengetahuan petani mengenai hama dan penyakit
tanaman , khususnya tanaman padi dan hasil dari pres test ini diumukan kepada
petani sebagai penilai diri para petani . Kemudian diadakannya sosialisasi oleh
pihak laboratorium kepada petani mengenai ekosistem tanaman cabai kemudian
digambar dan dipresentasikan oleh petani.

Gambar 2. Hasil karya petani

5.8 Pelaksanaan bimbingan


Bimbingan merupakan kegiatan yang diadakan pihak laboratorium kepada
mahasiswa magang, bertujuan untuk lebih mengenalkan dan menambah wawasan
mengenai hama dan penyakit tanaman serta mengenai pestisida. Kegiatan ini
berlangsung dengan baik dan berakhir dengan kegiatan sesi berfoto bersama
pemateri.

5.9 Pengamatan ke Lapangan


Pengamatan dilakukan pada areal tanaman padi, Setiap peserta magang
mengamati dan mendengarkan penjelasan mengenai hama dan penyakit pada
tanaman padi. Pada umumnya dikawasan tersebut tanaman padi terserang hama
wereng batang coklat namun terdapat pula beberapa penyakit yaitu penyakit blast
dan kresek. Selain hama wbc terdapat pula hama putih palsu dan hama penggerek
batang.

20
Gambar 3. Hasil pengamatan

5.10 Koleksi basah (Herbarium)


Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang
telah dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan
data-data mengenai tumbuhan tersebut. Membuat herbarium yaitu
pengumpulan tanaman kering untuk keperluan studi maupun pengertian, tidaklah
boleh diabaikan ,yaitu melalui pengumpulan, pengeringan, pengawetan, dan
dilakukan pembuatan herbarium.

Menurut Setyawan (2004),Herbarium merupakan karya referensi tiga


dimensi, herbarium bukan hanya untuk mendefinisikan suatu pohon, namun
segala sesuatu dari pohon. Mereka memegang bagian yang sebenarnya dari bagian
mereka itu. Nama latin untuk koleksi ini ataupun Herbarium adalah Siccus
Hortus, yang secara harfiah berarti taman kering, dan setiap specimen
menekan yang terpasang pada selembar kertas yang ditulisi dengan apa tanaman
yang dikumpulkan itu, kapan dan dimana ditemukannya .

Koleksi basah atau herbarium berfungsi sebagai pengawetan pada bagian


tanaman, biasa ini bertujuan sebagai bagian dari pembelajaran karena pada kolesi
terdapat klasifikasi dari tanaman tersebut atau klasifikasi dari penyakit yang
menyerang tanaman tersebut. Pada kegiatan magang yang kami lakukan, kami
mengoleksi tiga jenis penyakit yang menyerang tanaman padi dan tanamam
melon. Pada tanaman padi penyakit yang akan di koleksi yaitu penyakit blast dan
kresek sedangkan pada tanaman melon yaitu penyakit downy mildew.

5.11 Gerdal OPT


Gerdal adalah singkatan dari pengendalian OPT. Gerdal ini dilakukan pada
tanaman pisang didaerah Siguci. Daerah siguci memiliki banyak tanaman pisang,
dikarenakan daerah ini menerapkan menanam 1000 pohon pisang. Perjalanan
menuju daerah ini cukup jauh sehingga harus menggunakan mobil laboratorium .
Pengendalian ini dimulai dengan penyambutan oleh kepala laboratorum kemudian
pengaplikasian Trichoderma sp dengan kompos, pengaplikasian Paenibacillus sp.
dan terakhir yaitu sanitasi lahan tanaman pisang. Pada saat dilapangan ditemukan
banyak daun pisang yang sudah tua tidak dipangkas dan dibiarkan busuk di
batang. Hal ini harus dihindari karena dapat menjadi tempat berkembangbiaknya
penyakit . Dan kemudian buah pisang saat masih kecil harus disungkup, untuk
mencegah masuknya hama pada buah sehingga buah dapat terlindungi.

21
BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulannya yaitu kegiatan magang sangat membantu penulis
dalam meningkatkan pengetahuan penulis mengenai agens hayati, pembuatan
pestisida nabati, PGPR, pembuatan tribac, dan lain sebagainya. Secara umum,
pengamatan dan pengendalian hama penyakit tanaman dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Namun pada LPHP Tanjung Morawa lebih memfokuskan tentang
agens hayati karena itu merupakan salah satu kegiatan utama dari laboratorium
ini. Agens hayati sangat berperan dalam pengendalian patoden secara hayati
sehingga lebih ramah lingkungan. Pada pengamatan yang dilakukan, penulis
memperoleh banyak pelajaran yang biasanya tidak penulis dapatkan di kampus.

22
B. Saran
Adapun saran yaitu semoga kedepannya lebih banyak pengetahuan yang
penulis dapatkan dan pihak laboratorium dapat memberikan gambara pelaksanaan
kegiatan sebelum pelaksaan magangnya di mulai, misalnya seperti diawal
pertemuan, sehingga para mahasiswa dapat menentukan gambaran pelaksaannya.
Dan untuk pihak kampus semoga kedepannya bisa dilaksanakan pembukaan
magang secara langsung, agar mahasisa dapat mempersiapkan diri dengan lebih
baik lagi.

23
DAFTAR PUSTAKA
BPTPH. 2007. Bakteri Pelindung Petani (Paenibacillus polymyxa) Balai
Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura. Banyumas.

FAO,1988. Guidelines for the registration of biological pest control agents.Food


and agriculture organization of the United Nations, Rome. 77 pp.

FAO,1997. Code of conduct for the import adrelease of exotic biological control
agents. Biocontrol news and information 18(4): 119- 124.

Herman. 2003. Rugi Akibat Hama Walang Sangit. Sumbawa: Gaung Post

Nuryanti. 2015. Pengaruh Trichoderma sp. dan Kompos Terhadap Kesuburan


Tanah. http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpsurabaya/berita-
807%20pengaruh%20trichoderma-sp-dan-kompos-terhadap-kesuburantanah
%20.html . Diakses pada tanggal 12 Juli 2016.

Oka, Ida Nyoman. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya Di


Indonesia. Gadjah Mada University press : Yogyakarta

Purwantisari, S & Rini, BH 2009, ‘Uji antagonisme jamur patogen Phytophthora


infestans penyebab penyakit busuk daun dan umbi tanaman kentang dengan
menggunakan Trichoderma spp. isolat lokal’, BIOMA 11(1): 24-32.

Rola,A.C. and P.L. Pingali. 1993. Pesticides, Rice Productvity, and Farmer’s
Health. An Economic Assessment. International Rice Research Institute, Los
Banos, Laguna, Philippines. 100 pp.

Setiawati,W, Udiarto, BK & Soetiarso, TA 2008, ‘ Pengaruh varietas dan sistem


tanam cabai merah terhadap penekanan populasi kutukebul ‘, Jurnal
Hortikultura 18 (1) :55-61.

Soenandar,Meidiantie, Muanis Nur Aeni dan Ari Raharjo . 2010. Petunjuk Praktis
Membuat Pestisida Organik. Jakarta : PT Agromedia Pustaka.

Sorensen, J., Jensen, L. E., and Nybroe, O. 2001. Soil and rhizosphere as habitats
for Pseudomonas inoculants: New knowledge on distribution, activity and
physiological state derived from micro-scale and single-cell studies. Plant
Soil.

Talanca, AH, Soenartiningsih & Wakman W, 1998, ‘Daya hambat jamur


Trichoderma spp. pada beberapa jenis jamur patogen’, Risalah Seminar
Ilmiah dan Pertemuan Tahunan XI PEI, PFI, dan HPTI, Sulawesi Selatan,
Maros, pp. 317-322.

vii
Untung, K. 1997. Penerapan Prinsip-prinsip PHT pada Sub Sektor Perkebunan.
Bahan Ceramah pada Apresiasi Proyek PHT Tanaman Perkebunan Rakyat.
Cipanas, Jawa Barat. Maret 1997.

Widiarti, A dan Sugeng, B. 2014. Artikel Paenibacillus polymixa.


ojs.jurnal.faster. unsur.ac.id. https://jurnal.unsur.ac.id/

viii
LAMPIRAN

Dokumentasi
Gambar Keterangan

Pembukaan magang oleh pihak pusat

Sesi foto bersama kapala upt.


Perlindungan tanaman pangan dan
hortikultura di medan

Perebusan air kelapa

Perangkaian untuk Paenibacillus


polymyxa

Pencucian jagung giling

ix
Pemasukkan jagung kedalam plastik

Pemberian bibit Trichoderma sp.

Penggerusan daun untuk pestisida


nabati

Penggerusan lengkuas untuk pestisida


nabati

Pembuatan media

x
Pemasukkan media kedalam testube

Penggerusan bakteri Paenibacillus


polymyxa

Hasil dari Pembiakan Trichoderma sp.

Hasil dari pembiakan Paenibacillus


polymyxa

Perendaman akar bambu

xi
Pembuatan balok box

Pemasangan balok box diareal


tanaman cabai

Bimbingan oleh pihak laboratorium

Sesi foto bersama setelah bimbingan

Pengamatan hama pada tanaman padi

xii
Pembuatan koleksi basah

Hasil dari koleksi basah

Pencampuram kompos dengan


Trichoderma sp.

Sanitasi lahan pisang

xiii

Anda mungkin juga menyukai