Anda di halaman 1dari 14

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI

1. Astri Melinda Sari Saragih


TERAPI KOMPLEMENTER PADA KLIEN PALIATIF
2. Junisa Medianiva
3. Mayang Hidayah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan 4. Saskia Khairiani
Paliatif dan Menjelang Ajal 5. Lidya Kristiani
6. Putri Handayani
7. Sri Setia Ningsih
8. Riana Br. Saragih
9. Firdaus
10. Yesi Yosiana Sianipar
Agenda Style
01 LATAR BELAKANG

02 PEMBAHASAN

03 ASUHAN KEPERAWATAN

04 KESIMPULAN
LATAR BELAKANG

perawatan paliatif merupakan bagian penting dalam


perawatan pasien yang terminal yang dapat dilakukan secara
sederhana, seringkali prioritas utama adalah kualitas hidup
dan bukan kesembuhan dari penyakit pasien. Tujuan
perawatan paliatif adalah meningkatkan kualitas hidup dan
menganggap kematian sebagai prose normal, tidak
mempercepat atau menunda keamatian, menghilangkan nyeri
dan keluhan lain yang mengganggu, menjaga keseimbangan
psikologis dan spiritual, mengusahakan agar penderita tetap
aktif sampai akhir hayatnya dan mengusahakan membantu
mengatasi duka cita pada keluarga. Reaksi emosional pada
klien paliatif tersebut ada lima yaitu denail, anger, bergaining,
depression dan acceptance
PEMBAHASAN

Pengertian paliative
care
Perawatan paliatif care adalah
penedekatan yang bertujuan memperbaiki
kualitas hidup pasien dan keluarga yang
menghadapi masalah berhubungan dengan
penyakit yang dapat mengancam jiwa,
Tujuan Keperawatan
mealaui pencegahan dan membantu
Paliatif
meringankan penderitaan, identifikasi dini
dan penilaian yang tertib serta penanganan Tujuan dari perawatan palliative adalah
nyeri dan masalah lain baik fisik, untuk mengurangi penderitaan pasien,
psikososial dan spiritual memperpanjang umurnya, meningkatkan
kualitas hidupnya, juga memberikan
support kepada keluarganya. Meski pada
akhirnya pasien meninggal,
yang terpenting sebelum meninggal dia
sudah siap secara psikologis dan spiritual,
tidak stres menghadapi penyakit yang
dideritanya.
 
Peran Fungsi Perawat
Pada Asuhan
Keperawatan Paliatif

Pelaksana perawat yaitu pemberi asuhan keperawatam,


Konsep Terapi penddikan kesehatan, koordinator, advokasi,
Komplementer kolaborator, fasilitator, modifikasi lingkungan,
kemudian pengelola yaitu manajer kasus, konsultan,
koordinasi. Pada penddik yaitu di pendidikan /
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dipelayan, perawat juga berperan sebagai peneliti.
(KBBI), terapi adalah usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang
sedang sakit, pengobatan penyakit,
perawatan penyakit. Komplementer
adalah bersifat melengkapi, bersifat
menyempurnakan. Pengobatan
komplementer dilakukan dengan tujuan
melengkapi pengobatan medis
konvensional dan bersifat rasional yang
tidak bertentangan dengan nilai dan
hukum kesehatan di Indonesia.
Klasifikasi Terapi Komplementer
Mind-body medicine

Hipnosis Guided imagery


meditasi Hipnosis adalah keadaan penuh Guided imagery adalah
Meditasi adalah perhatian, konsentrasi reseptif intervensi yang perawat dapat
pengaturan perhatian oleh ditandai dengan perubahan lakukan dengan pengaturan
sensori, keadaan psikologis yang berbeda (rumah sakit,
diri sendiri secara sengaja. diubah, dan minim fungsi rumah, hospice), dapat
motorik. digunakan dengan pasien dan
keluarga untuk mengurangi rasa
sakit dan kecemasan.

Pelatihan relaksasi Terapi distraksi


Pelatihan relaksasi melibatkan Terapi distraksi adalah teknik di mana
napas dalam, relaksasi otot rangsangan sensorik diberikan kepada pasien
progresif, dan pencitraan dalam rangka untuk mengalihkan perhatian
mereka dari pengalaman yang tidak
menyenangkan
Terapi Seni
Terapi musik Terapi seni menggunakan proses
kreatif untuk memungkinkan
Terapi musik adalah pengunaan
kesadaran dan ekspresi emosi
music yang diatur/dikontrol untuk
individu. Untuk pasien kanker,
perubahan klinis. Terapi musik
seringkali sulit untuk
digunakan untuk mengurangi rasa
mengungkapkan secara verbal apa
sakit dan penderitaan.
yang dirasakan seseorang tentang
diagnosis, rawat inap, pengobatan,
penyakit berulang, keluarga, dan
kematian.
 
H U B U N G A N T E R A P I K O M P L E M E N T E R PA D A
K E P E R AWAT A N P A L I AT I F

Masyarakat cenderung menggunakan terapi komplementer karena banyak


terapi yang menjanjikan kesembuhan 100% dan bisa mengobati berbagai jenis
penyakit namun belum banyak penelitian yang membuktikannya. Salah satu
penyakit paliatif yang bisa dilakukan terapi komplementer adalah penyakit
kanker. Pengobatan kanker yang baik harus memenuhi fungsi menyembuhkan
(kuratif), mengurangi rasa sakit (paliatif) dan mencegah timbulnya kembali
(preventif). Pengobatan komplementer alternatif adalah salah satu pelayanan
kesehatan yang akhir-akhir ini banyak diminati oleh masyarakat maupun
kalangan kedokteran konvensional (Hasanah & Widowati, 2016).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Irawan, Rahayuwati & Yani (2017)
menunjukkan bahwa pengguna terapi modern sering mengeluh mual muntah
terutama pasca kemoterapi. Pengguna terapi modern dan komplementer (pijat)
mengatakan penggunaan pijat mengurangi lelah dan nyeri pasca terapi modern
dilakukan. Pengguna terapi modern dan komplementer (herbal) mengatakan
penggunaan herbal mengurangi mual muntah dan mempercepat penyembuhan
pasca terapi modern dilakukan. Pengguna terapi modern dan komplementer
(herbal dan pijat) mengatakan penggunaan herbal dan pijat untuk mengurangi
efek samping terapi modern.
Asuhan Pada pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal yang menjalani
prosedur pembedahan menurut Smeltzer dan Bare (2002), proses pengkajian
post operasi adalah kesinambungan dari pengkajian pre operasi.

keperawatan a. Keluhan utama, data umum pasien, riwayat pemakaian obat, adanya
alergi, pembedahan sebelumnya, dan pengetahuan pasien terhadap persiapan
tindakan pembedahan, yang meliputi persiapan fisik dan mental serta
prognosis tindakan keperawatan selanjutnya dalam mobilisasi dini, latihan
pergerakan pasca pembedahan.
PENGKAJIAN b. Riwayat penyakit sistemik seperti, liver, kardiovaskuler, diabetes, paru-
paru, dan masalah infeksi gigi, infeksi saluran kemih, dan infeksi lainnya.
Osteomielitis dapat terjadi melalui penyebaran hematologi. Disabilitas
permanen dapat terjadi akibat infeksi yang terjadi pada tulang dan sendi,
infeksi yang ada harus diobati dulu sebelum pembedahan ortopedi terencana.
c. Penampilan fisik umum, postur, gaya berjalan, kesimetrisan tubuh,
deformitas, keterbatasan sendi, adanya massa, warna kulit, ekimosis, jejas
pada kulit, nyeri tekan, krepitus, pemakaian alat fiksasi atau alat bantu.
d. Integritas fungsi meliputi keterbatasan mobilitas, keterbatasan fungsi
neuromuskuler. Perubahan sensori-persepsi, pengkajian neurovaskuler,
fungsi motorik dan defisit sensori sebelum induksi
Smeltzer dan Bare (2002) menetapkan diagnosa keperawatan
utama pasien setelah pembedahan ortopedi sesuai urutan prioritas
adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan,
DIAGNOSA pembengkakan, dan immobilisasi.
KEPERAWATAN b. Potensial terhadap perubahan perfusi jaringan perifer yang
berhubungan dengan pembengkakan, alat yang mengikat,
gangguan peredaran darah.
c. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri,
pembengkakan, prosedur pembedahan, adanya alat fiksasi.
d. Perubahan citra diri, harga diri, atau kinerja peran yang
berhubungan dengan dampak masalah muskuloskeletal.
Tujuan utama pasien setelah pembedahan ortopedi dapat meliputi pengurangan nyeri,
perfusi jaringan yang adekuat, pemeliharaan kesehatan, peningkatan mobilitas, perbaikan
konsep diri, dan tidak adanya komplikasi (Smeltzer & Bare, 2002). Intervensi
perawatan sesuai dengan diagnosa yang telah ditegakkan antara lain :

a. Meredakan nyeri
Setelah pembedahan ortopedi, nyeri mungkin sangat berat, edema, hematoma, dan spasme
otot merupakan penyebab nyeri yang dirasakan. Tingkat nyeri pasien dan respon terhadap

Intervensi
upaya terapeutik harus dipantau ketat. Nyeri yang terus bertambah dan tidak dapat dikontrol
perlu dilaporkan ke dokter ahli untuk dievaluasi. Harus diupayakan segala usaha untuk
mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan. Bila pemberian analgesik per oral atau
intramuscular diberikan pada kondisi hanya jika diperlukan. Obat diberikan berdasarkan
pencegahan dalam interval yang ditentukan bila awitan nyeri dapat diramalkan (Smeltzer &
Bare, 2002).
Pendekatan farmakologi dan nonfarmakologi diperlukan untuk penatalaksanaan nyeri
(Potter & Perry, 2006). Peninggian ekstremitas yang dioperasi dan kompres dingin bisa
dilakukan untuk membantu mengontrol nyeri dan mengurangi edema (Smeltzer & bare,
2002). Perawat akan menyadari bahwa tehnik perubahan posisi, relaksasi, distraksi, guided
imagery, dan terapi modalitas lainnya diperlukan untuk membantu mengurang dan
mengontrol nyeri pada pasien (Pulido, Hardwick, Munro, May & Dupies-Rosa, 2010)
b. Memelihara perfusi jaringan c. Memperbaiki mobilitas d. Peningkatan konsep
adekuat fisik diri
Rencana perawatan pre operasi Mobilisasi merupakan Perawat dan pasien
terus dilanjutkan. Perawat harus keluhan yang paling menyusun rencana yang
memantau status neurovaskuler banyak menyertai setelah akan dicapai.
bagian badan yang dioperasi dan nyeri, dan keluhan takut Peningkatan aktivitas
melaporkan segera kepada dokter untuk bergerak juga perawatan diri dalam
bila ditemukan adanya gangguan disertai keluhan nyeri pada batas program terapeutik
perfusi jaringan. Pasien diberi pembedahan ortopedi dan pengembalian peran
penyuluhan agar melakukan (Australian Acute dapat membantu
latihan mobilisasi dan latihan Musculosceletal Pain mengenali kembali
pergelangan atau sendi (Black & Guidelines Group, 2004). kemampuannya dan
Hawks, 2009). Perhatikan juga Hubungan terapeutik dapat meningkatkan harga diri,
indikasi adanya pressure ulcer, membantu pasien identitas diri, dan kinerja
peningkatan nutrisi, pemenuhan berpartisipasi dalam peran. Penerimaan
kebersihan diri sebagai upaya aktivitas yang dirancang perubahan citra tubuh
juga memperbaiki perfusi. untuk memperbaiki tingkat dapat dibantu dengan
mobilisasi. dukungan yang diberikan
oleh perawat, keluarga
dan orang lain (Smeltzer
& Bare, 2002)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI

Terapi medis adalah meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup


pasien. Optimalisasi terapi medis harus aman, efektif, pemilihan
terapi secara bijak dan pelayanan kesehatan secara akurat serta
adanya kesepakatan antara pasien dan pemberi pelayanan
berdasarkan informasi terkini. Terapi komplementer merupakan
terapi holistis atau terapi nonbiomedis. Hasil penelitian tentang
psikoneuroimunologi mengungkapkan bahwa proses interaktif pada
manusia dengan tubuh, pikiran, dan interaksi sosial mempengaruhi
kesejahteraan seseorang dapat dipengaruhi oleh terapi
komplementer secara garis besar di dasarkan sebagai kategori
terapi pikiran penghubung tubuh (mind – body terapies) sementara
kesimpulan terapi biomedis lebih banyak mempengaruhi seluruh tubuh dan
berfokus pada dampak terapi terhadap respon tubuh dan psikis
terutama pada pasien paliatif yang bertujuan untuk meningkatkan
quality of life.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai