Oleh :
Nama : Fadhila Meilasari B1A015051
Wira Dhyaksa P. B1A015063
Firdaus Maulana B1A015104
Lisa Purwandari B1A015103
Kelompok :3
Rombongan : 1
Asisten : Sella Irene
A. Latar Belakang
Analisis vegetasi yang dilakukan pada area luas tertentu umumnya berbentuk
segi empat, bujur sangkar, atau lingkaran serta titik-titik. Vegetasi tingkat pohon,
biasanya untuk mengalisisnya digunakan metode kuadrat antara lain lingkaran, bujur
sangkar, atau segi empat, adapun untuk tingkat semai serta tumbuhan yang rapat
digunakan petak contoh titik atau bentuk kuadrat untuk tumbuhan yang tidak rapat.
Variasi ukuran petak contoh tergantung pada homogenitas vegetasi yang ada
(Fachrul, 2007).
Metode analisis vegetasi ada 4 macam yaitu metode destruktif, metode
nondestruktif, metode nonfloristica, dan metode floristica. Metode destruktif, untuk
memahami jumlah materi organik yang dapat dihasilkan oleh suatu komunitas
tumbuhan, untuk bentuk vegetasi yang sederhana, sangat membantu dalam
menentukan kualitas suatu padang rumput. Metode nondestruktif, dilakukan dengan
2 pendekatan yaitu penelaahan organisme hidup atau tumbuhan tidak didasarkan
pada taksonominya dan penelaahan organisme tumbuhan secara taksonomi. Metode
nonfloristica, yaitu vegetasi berdasarkan bentuk hidupnya, jadi pembagian dunia
tumbuhan secara taksonomi sama sekali diabaikan, mereka membuat klasifikasi
tersendiri dengan dasar-dasar tertentu. Metode floristica, yaitu penelaahan dilakukan
terhadap semua populasi spesies pembentuk masyarakat tumbuhan tersebut, sehingga
pemahaman dari setiap jenis tumbuhan secara taksonomi adalah sangat dibutuhkan
(Fachrul, 2007).
Metode kuadran umunya dilakukan bila vegetasi tingkat pohon saja yang jadi
bahan penelitiaan. Metode ini mudah dan lebih cepat digunan untuk mengetahui
komposisi, dominasi pohon dan menaksir volumenya. Vegetasi merupakan
kumpulan tumbuh-tumbuhan yang biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup
bersama-sama pada suatu tempat, dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut
terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu
sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang
hidup dan tumbuh serta dinamis (Heddy dan Kurniati, 1996). Syarat penerapan
metode kuadran adalah distribusi pohon yang diteliti harus acak. Metode kuadran
atau metode titik pusat kuadran merupakan metode sampling tanpa petak contoh
yang dapat dilakukan secara efisien karena dalam pelaksanaannya di lapangan tidak
memerlukan waktu lama dan mudah dikerjakan (Indriyanto, 2008).
Menurut Michael (1994), bahwa metode kuadran adalah suatu metode yang
menggunakan ukuran luas yang diukur dalam suatu kuadrat (misalnya Ha, m2 ,cm2),
bentuk petak yang digunakan dalam metode kuadran ini dapat berupa persegi empat
(kuadrat), segi panjang, ataupun sebuah lingkaran. Beberapa keadaan yang
menimbulkan kesulitan dalam menentukan batasan individu tumbuhan, kerapatan
dapat ditentukan dengan cara pengelompokan berdasarkan kriteria tertentu.
Kerimbunan, ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis
tumbuhan, apabila dalam penentuan kerapatan dijabarkan dalam bentuk kerapatan,
maka untuk kerimbunannya juga lebih baik dipergunakan kelas kerimbunan.
Frekuensi, ditentukan berdasarkan kerapatan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam
sejumlah area cuplikan (n), dibandingkan dengan seluruh atau seluruh cuplikan yang
dibuat (N), biasanya dalam persen (%).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui komposisi dan dominansi
suatu spesies serta struktur komunitas di suatu daerah dan supaya mahasiswa dapat
memahami serta mempraktekan motede kuadran ini dengan baik di lapangan pada
lahan suatu komunitas tertentu.
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum metode kuadran anatara lain tali rafia,
kamera digital, alat tulis dan meteran kain.
Bahan yang digunakan yaitu vegetasi tumbuhan yang terdapat di Kebun Raya
Baturraden.
B. Metode
d2
d1
Titik point d4 d3
A. Hasil
1. Perhitungan Kerapatan :
a. Kerapatan masing-masing spesies
FR KR NP
F K
Nama spesies Jumlah (Relative (Relative (Importance
(Frequency) (Density)
Frequency) Density) Frequency)
Arrijani. 2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung Gede-
Pangrango. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Frick, H., & Moediartianto. 2004. Ilmu Kontruksi Bangunan Kayu, Pengembangan
Kontruksi Kayu. Jakarta: Kanisius.
Heddy, S., & Kurniati, M. 1996. Prinsip-prinsip Dasar Ekologi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Herliyana, E. N. 2012. Laporan Awal Penyakit Busuk Akar Merah Ganoderma sp.
pada Agathis sp. (Damar) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa
Barat. Jurnal Silvikultur Tropika, 03(2), pp. 102-107.
Martawijaya, A., Kartasujana, I., Kadir, K. & Prawira, S. A. 1981. Atlas Kayu
Indonesia. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Walver, J. F & Demeats. 1980. Plant Ecology. Second edition. New Dehli: Tata
McGraw-mill Publishing Company Ltd.
Wang, J., Qin. Y., Zhengjun, L., & Chengfeng, L. 2013. Analysis On The Change Of
Vegetation Coverage In Qinghai Province From 2000 To 2012. International
Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information
Sciences, 25(7), pp. 121-126.