Oleh :
Nama : Fadhila Meilasari
NIM : B1A015051
Kelompok :1
Rombongan : II
Asisten : Rindy Anindita Laksmi
A. Latar Belakang
B. Tujuan
A. Materi
Alat alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah cawan petri, tabung
reaksi, hotplate and stirer, beaker glass, erlenmeyer, timbangan, jarum ose, bor
gabus, mikroskop, dan buku identifikasi.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah aquades, kentang, agar,
dextrose, chloramphenicol, sampel (roti berjamur, tanah kuburan, tanah tanaman
kakao, jagung berjamur, terung, labu siam, dan kayu lapuk).
B. Metode
A. Hasil
Kelompok 1 2 3 4
Hijau Hijau,
Warna Koloni Putih Putih
keabuan putih
Warna Sebalik Hijau,
Abu-abu Putih Coklat
Koloni putih
Karakter Tepi Koloni Rata Ireguler Bergerigi Rata
Makroskopis
Tekstur Seperti
Kasar Halus Halus
Permukaan kapas
Pola
Konsentris Konsentris Konsentris Konsentris
persebaran
Media PDA (Potato Dextrose Agar) adalah media yang paling umum
digunakan dalam menumbuhkan jamur. Proses pembuatan media dilakukan di dalam
laboratorium dengan komposisi bahan yaitu kentang 200 gram, agar powder 15 gram
dan dextrose 20 gram (Nirwana, 2012). Media PDA memiliki karakteristik khusus
yaitu memiliki konsistensi padat (solid), secara visual memiliki warna kuning tipis
dan bersifat selektif dalam menumbuhkan jamur (Winda, 2009).
b
c
a. Sporangiofor
b. Spora bentuk lonjong
c. Hifa Aseptat
Berdasarkan Gambar 4.5 pengamatan mikromorfologi yang dapat diamati antara lain
memiliki sporangiofor, hifanya aspetat, bentuk spora lonjong, dan warna spora
hyalin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pratiwi et al. (2016) Jamur Phytium sp.
mempunyai miselium kasar, membentuk sporangium berbentuk bulat atau lonjong
dan tidak teratur seperti batang atau bercabang-cabang. Oospora memiliki dinding
yang agak tebal dan halus. Pada medium PDA Phytium sp. membentuk banyak
klamidospora bulat. Phytium sp. adalah jamur yang bersifat saprofit atau parasit,
dapat menjadi patogen apabila menyerang buah, akar, dan batang. Memiliki hifa
hialin, tidak bersepta, hifa utama berukuran 5-7 µm, lebarnya mencapai 10 µm.
Produksi miselium aerial pada jamur Phytium sp. tergantung dengan medium yang
digunakan. Bentuk umum miselium Pythium berubah dari pola normal lurus ke pola
abnormal seperti bergelombang, dan bagian internal menjadi bagian-bagian kecil,
hancur dan hilang (Halo et al., 2018).
Klasifikasi Phytium sp. menurut Semangun (1996) yaitu:
Kingdom : Fungi
Divisio : Protophyta
Class : Schizomycetes
Order : Hypocreales
Familia : Hypocreaceae
Genus : Phytium
Species : Phytium sp.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Kedia, A., Prakash, B., Mishra, P.K., and Dubey, N.K. 2014. Antifungal and
antiaflatoxigenic properties of Cuminum cyminum (L.) seed essential oil and
its efficacy as a preservative in stored commodities. International Journal of
Food Microbiology, 168: 1-7.
Masniawati, A., Kuswinanti, T., Gobel, R.B., & Risnawaty, R., 2013. Identifikasi
Cendawan Terbawa Pada Benih Padi Lokal Aromatik Pulu Mandoti, Pulu
Pinjan, dan Pare Lambau Asal Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
Manasir. 1 (1): 51-59.
Pane, D.P & Delvian, D.E. 2015. Keberadaan Fungi Selulolitik Pada Tanah Bekas
Erupsi Gunung Sinambung di Kabupaten Karo. Medan: USU.
Pracaya. 1996. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Pratiwi, N.W., Juliantari, E., Napsiyah, L.K. 2016. Identifikasi Jamur Penyebab
Penyakit Pascapanen pada Beberapa Komoditas Bahan Pangan. Jurnal Riau
Biologia 1(14): 86-94.