0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
51 tayangan16 halaman
Teknik pengendalian vektor penyakit secara genetika meliputi teknik serangga mandul, translokasi kromosom, ketidakcocokan sitoplasma, sifat rentan terhadap insektisida, dan hibridisasi. Teknik-teknik ini telah berhasil diterapkan pada berbagai vektor penyakit seperti nyamuk dan lalat buah untuk mengurangi populasinya dan angka kasus penyakit.
Teknik pengendalian vektor penyakit secara genetika meliputi teknik serangga mandul, translokasi kromosom, ketidakcocokan sitoplasma, sifat rentan terhadap insektisida, dan hibridisasi. Teknik-teknik ini telah berhasil diterapkan pada berbagai vektor penyakit seperti nyamuk dan lalat buah untuk mengurangi populasinya dan angka kasus penyakit.
Teknik pengendalian vektor penyakit secara genetika meliputi teknik serangga mandul, translokasi kromosom, ketidakcocokan sitoplasma, sifat rentan terhadap insektisida, dan hibridisasi. Teknik-teknik ini telah berhasil diterapkan pada berbagai vektor penyakit seperti nyamuk dan lalat buah untuk mengurangi populasinya dan angka kasus penyakit.
GENETIKA SABILLA RAHMA NURKINASIH D11.2017.02468 Pengendalian genetik
“studi tentang peran faktor genetik dalam
perubahan sistem biologis agar dapat terkendalinya vektor yang memiliki peran negatif bagi lingkungan” 1. Teknik Serangga Mandul (TSM) “Teknik pengendalian vektor secara genetik dengan cara mensterilkan atau memandulkan serangga dengan merusak DNA didalam kromosom sperma oleh sinar gamma Co-60, kemudian di lepas dilapangan. Hasilnya dapat diukur dengan melihat persentase telur steril” Keberhasilan Intervensi • Lalat sekrup (Cochliomyia hominivorax) di Mexico dan Libya
• Lalat buah (Ceratitis capitata) dan berbagai jenis
lalat buah lain di Amerika Serikat, Afrika Selatan, Eropa dan Asia
• UlatMerah Buah Kapas (Pectinophora gossypiella)
telah berhasil dilakukan di Amerika Serikat • NgengatCodling (Cydia pomonella) di Kanada untuk hama tanaman pertanian
• Nyamuk (Anopheles gambie), di Brazil
• Nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti) di Amerika dan Kuba
• Nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti) di Indonesia masih
dalam tahap pengembangan 2. Translokasi Kromosom “teknik radiasi untuk mengubah lokasi letak urutan susunan gen dalam kromosom sehingga dihasilkan serangga berbeda yang tidak mempunyai kemampuan untuk berfungsi sebagai vektor penyakit” The use of chromosome-based vectors for animal transgenesis by Kuroiwa, dkk. Faculty of Medicine, Tottori University Penjelasan : Pada tahun 1997, pertama kali dikenalkan, kemampuan memasukkan DNA manusia (HCFs) ke dalam tikus (Tc). HCFs yang dipindahkan secara stabil dan dipertahankan sebagai kromosom tambahan dalam sel somatik tikus. Sampai saat ini mereka berhasil memproduksi tikus chimeric dari sel Microcell-Hybrid (ES) yang mengandung kromosom manusia nomor 4, 6, 7, 11, 14, 21 atau 22.
(-)Dapat terjadi masalah apabila terdapat perbedaan pada stabilitas kromosom
manusia. (-) sedang dalam proses meminimalkannya, sehingga tidak lagi mengandung gen manusia, yang bertujuan menggunakannya sebagai vektor untuk terapi gen manusia. (-) Tetapi sampai sejauh ini percobaan yang melibatkan sel manusia harus dihentikan karena alasan hukum atau kegagalan percobaan. (+) untuk mengatasi berbagai masalah dalam sistem vektor virus dan non-virus yang ada 3. Cytoplasmic Incompability “mengawinkan antar-galur (strain) nyamuk vektor penyakit dengan galur nyamuk lain sehingga dapat menyebabkan sitoplasma telur dari nyamuk hasil penyilangan tersebut tidak dapat ditembus sperma sehingga tidak terjadi pembuahan.” Contoh kasus: Ahli biologi serangga telah mengaplikasikan penginduksian Wolbachia ke dalam populasi serangga secara selektif melepaskan pejantan yang terinfeksi ke dalam populasi serangga yang tidak terinfeksi yang menyebabkan penurunan kebugaran atau kejantanan. Pernah dilakukan pada lalat buah. (-)Ketertarikan pada efek yang disebabkan oleh Wolbachia juga mengarah pada penemuan, bahwa beberapa nyamuk yang terinfeksi Wolbachia kebal terhadap infeksi patogen virus manusia tertentu. Perlu adanya strategi baru untuk mengendalikan penyakit yang ditularkan melalui vektor. 4. Sifat rentan Insektisida Adanya sifat rentan terhadap insektisida juga dpt digunakan untuk pengendalian secara genetika.
“Resistensi terjadi apabila secara alami terjadi mutasi genetika
memungkinkan proporsi yang kecil dari populasi (kurang dari 1 per 100.000 individu) mampu ber-tahan dan tetap hidup akibat insektisida (Kemenkes RI, 2012). “
Tandanya dari perbandingan 1:100.000 tersebut sedikit kemungkinan adanya
mutasi genetika pada insektisida dalam pengendalian genetika 5. Hibridiasi “perkawinan atau persilangan sibling spesies yang menghasilkan jantan steril lebih kompetitif/kuat dibanding jantan normal/fertil sehingga peluangnya besar dalam mengawini betina normal.” Kelebihan Pengendalian Genetik • Dapatmengurangi populasi pembawa penyebab penyakit (vektor/reservoir) • Mengurangi angka kasus penyakit penyebab vektor • Walaupunbertahap namun efektif dan terbasmi apabila eksperimen genetik berhasil Kelemahan pengendalian Genetik • Dapatterjadi kegagalan dari perbedaan gen akan membunuh salah satu gen karna gen memiliki kekuatannya masing-masing. • Membutuhkan biaya yang mahal. • Eksperimental coba-coba bisa menjadi masalah sampai ke ranah hukum. • Membutuhkan waktu yang cukup lama Referensi • Riyani Setiyaningsih, Maria Agustini, dan Ali Rahayu. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit. Pengaruh Pelepasan Nyamuk Jantan Mandul terhadap Fertilitas dan Perubahan Morfologi Telur Aedes aegypti. Salatiga (2015) • Singgih Sutrisno. Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi. Prinsip Dasar Penerapan Teknik Serangga Mandul untuk Pengendalian Hama Pada Kawasan Yang Luas. Jakarta (2006) • Buku Parasitologi Kedokteran oleh Dzaenudin Natasisastra, dr., Sp.ParK dan Prof. dr. Ridad Agoes, MPH. • Y Kuroiwa, H Yoshida, T Ohshima, T Shinohara, A Ohguma, Y Kazuki, M Oshimura, I Ishida and K Tomizuka. Pharmaceutical Research Laboratory, Kirin Brewery Co Ltd, Gunma, Japan; and Department of Molecular and Cell Genetics, School of Life Sciences, Faculty of Medicine, Tottori University. The use of chromosome-based vectors for animal transgenesis.Tottori, Japan (2002) • Insect genetic technologies, Research coordinating network. Wolbachia Genes Responsible for Cytoplasmic Incompatibility. Tennessee, USA (20170 TERIMAKASIH..