Anda di halaman 1dari 31

MANAJEMEN

KESEHATAN
HAJI

1. Lutfi Aprita
2. Sri Amrilia
3. Riska Safrida
Kesehatan haji di Indonesia

Indonesia merupakan negara dengan populasi


pemeluk agama islam terbesar di dunia. Pada
tahun 2010 sebanyak 81,18% penduduk
indonesia adalah pemeluk agama islam. Fakta
tersebut menjadikan indonesia sebagai
penyumbang jemaah haji terbesar di dunia.
Penyelenggaraan kesehatan haji menuju istithaah kemudian
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia (Permenkes RI) Nomor 15 Tahun 2016 tentang
Istithaah Kesehatan Jemaah Haji.

Istithaah Kesehatan Jemaah Haji


didefinisikan sebagai kemampuan
jemaah haji dari aspek kesehatan
yang meliputi fisik dan mental yang
terukur dengan pemeriksaan dan
pembinaan yang dapat
dipertanggungjawabkan sehingga
jemaah haji dapat menjalankan
ibadahnya sesuai tuntunan agama
Islam.
Upaya pelayanan kesehatan
haji

Dalam penyelenggaraan ibadah haji di


indonesia Kemenkes kesehatan bertanggung
jawab terhadap pelayanan kesehatan haji yang
dimulai dari sebelum keberangkatan hingga
keberangkatan. Kemenkes melalui pusat
kesehatan haji memiliki tugas melaksanakan
kebijakan teknis, pelaksanaan,pemantauan,
evaluasi dan pelaporan yang sesuai dengan
undang-undang.
Proses pemeriksaan
dan pembinaan
Jemaah haji
Selama menjalankan ibadah haji setiap kloter
didampingi oleh 1 dokter dan 2 paramedis
serta petugas non kloter kesehatan atau panitia
penyelenggara ibadah haji arab saudi. Pada
tahun 2016 petugas kesehatan indonesia di
arab terdiri dari tim promotif dan preventif,
tim gerak cepat, tim kuratif dan rehabilitatif,
dan tenaga pendamping kesehatan.
Tugas TKHI dan PPIH
• Pelayanan pasif dikamar periksa pondokan
• Pelayanan aktif. Melakukan Vitisasi, pemeriksaan
1 kesehatan, bimbingan kesehatan dikamar jenazah haji.
2

• Rujukan
3 • Indonesia kemungkinan KLB penyakit
4

• Pengamatan sanitasi lingkungan


• Pencatatan laporan
5
6
Tugas PPIH

Melaksanakan fungsi Evakuasi antar


pelayanan Fungsi rujukan
kegawatdaruratan daerah kerja

Sanitasi dan Identifikasi dan


surveilans kewaspadaan dini
KLB
Faktor Risiko Kesehatan Haji

1. Faktor Internal ( dari Jemaah sendiri)


Faktor internal mencakup beberapa hal meliputi:
 Usia
Salah satu karakteristik jamaah haji Indonesia adalah banyaknya
jamaah usia lanjut (> 60 Th). Banyaknya jamaah haji lansia ini tentunya
merupakan faktor risiko kesehatan haji, seperti lemahnya kekuatan
fisik, mudah terserang penyakit, sulitnya adaptasi lingkungan, maupun
banyaknya penyakit degeneratif yang diderita oleh para lansia.

 Penyakit bawaan
Penyakit ataupun faktor risiko penyakit antara lain penyakit jantung,
hipertensi, Diabetes Mellitus, Hiperkholesterol, ginjal, anemia, riwayat
stroke, dan sebagainya.
2. Faktor eksternal ( Lingkungan luar Jemaah)

 Aktifitas fisik
Padatnya aktifitas fisik yang dilakukan oleh Jemaah haji seperti
perjalanan yang jauh, berdesak desakan, mengejar waktu ibadah,
kegiatan ziarah-ziarah dll. Puncak aktifitas fisik adalah saat melontar
jumrah. Sehingga dibutuhkan fisik yang sehat
 Cuaca
Perbedaan cuaca yang ekstrem antara tanah air dengan tanah suci ini
tentunya juga merupakan faktor risiko timbulnya penyakit antara lain
heat stroke, influenza, ISPA, asma, penyakit kulit.
 Penularan Penyakit
berkumpulnya manusia dari berbagai belahan penjuru dunia dengan
latar belakang daerah endemis dan epidemi masing-masing berisiko
adanya penularan penyakit dari satu orang ke orang lainnya. Penyakit
yang berisiko menular antara lain meningitis, TBC, hepatitis, diare,
kholera, influenza, dan yang belum lama ini muncul adalah MERS-CoV
dan virus ebola, serta penyakit menular lainnya.
Penyakit penyakit yang
muncul saat melakukan
kegiatan Haji
Penyakit meningokokus

Calon jemaah haji yang berasal dari daerah


endemis meningitis merupakan sumber rantai
penularan penyakit ini.
Pemerintah arab saudi sejak tahun 1987
mewajibkan calon haji melakukan vaksinasi
meningitis meningokokus.
Lanjutan

Musim haji pada tahun 2000 dan 2001 terjadi


KLB meningitis meningokokus dengan jumlah
penderita masing masing 1300 dan 1109 orang.
Lebih dari 50% penderita disebabkan oleh
N.meningitidis serogrup W135,
ISPA dan Influenza

Ispa merupakan proporsi penyakit terbesar


pasien yang dirawat di RS Arab Saudi. WHO
menganjurkan bahwa calon jemaah haji usia
lanjut atau yang beresiko tinggi disarankan
untuk mendapatkan vaksinasi
Polio

kasus polio di indonesia diduga dibawa dari


arab saudi baik oleh jemaah haji ataupun tenaga
kerja dari arab saudi.

Pemerintah arab saudi mewwajibkan setiap


pengunjung berusia kurang dari 15 tahun harus
menunjukkan sertifikat vaksinasi polio.
Penyakit Kronis

Data kematian haji tahun 2007 menunjukkan


bahwa sebagian besar kematian terjadi oleh
penyakit kronis yang berhubungan dengan
aktifitas fisik seperti penyakit jantung dan
obstruksi paru kronis. Resiko meninggal pada
kelompok usia >70 tahun meningkat tajam
( hampir 10x usia 50-60 tahun). Hampir 40%
orang meninggal berada diluar sarana
pelayanan kesehatan.
Jemaah Risti
 Jemaah haji yang secara epidemiologi beresiko
sakit dan atau mati selama perjalanan ibadah
haji, meliputi :
1. Jemaah haji lanjut usia
2. Jemaah haji penderita penyakit menular
tertentu yang tidak boleh terbawa keluar dari
indonesia
3. Jemaah haji wanita hamil
4. Jemaah haji dengan ketidakmampuan tertentu
terkait penyakit kronis atau penyakit lain nya.
Teori Faktor Resiko dengan Status
Kesehatan Jemaah Haji

Sumbu X= status kesehatan Jamaah Haji (faktor intrinsik). • Sumbu Y= faktor risiko
kesehatan (faktor ekstrinsik). • Z1 = intervensi melalui penguatan pelayanan
kesehatan dan pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) diperkuat dengan
pembimbingan dan pengendalian faktor risiko kesehatan jamaah haji. • Z2 =
intervensi melalui pembimbingan dan pengendalian faktor risiko kesehatan haji
serta pelayanan dan pengobatan penyakit.
Manajemen faktor resiko kesehatan Haji

Indonesia merupakan negara dengan jumlah


muslim terbanyak didunia, sehingga Indonesia
merupakan negara terbanyak yang
mengirimkan jamaah haji ke Arab Saudi.
Indonesia berisiko tinggi tertular penyakit dari
penyakit menular yang sedang endemis di Arab
Saudi atau negara lain yang ikut dalam ibadah
haji.
Sistem komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan
(SISKOHATKES) merupakan kegiatan
pengamatan/surveilans yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan dalam suatu
siklus musim haji dengan menggunakan sistem
komputerisasi.
 Penyelenggaraan kesehatan haji terdiri dari
pelayanan dan pemeriksaan kesehatan,
bimbingan dan penyuluhan, imunisasi,
surveilans, SKD dan respon
KLB,penanggulangan KLB dan musibah
masal, kesehatan lingkungan dan manajemen
kesehatan haji.
Pelaksanaan surveilans kesehatan haji berdasarkan
komponen sistem surveilans kesehatan haji yaitu :
 Input (masukan)
a. Sumber daya manusia
b. Dana
c. Sarana dan bahan
d. Metode
e. Data
 Proses
a. Pengumpulan data
b. Kompilasi data
c. Analisis dan interpretasi data
d. Pencatatan dan pelaporan
 Output (keluaran)
a. Informasi
b. Indikator kinerja
c. Diseminasi informasi
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai