Anda di halaman 1dari 17

Manajemen

Kesehatan Pertanian
Kelompok 3

Nur Rida Atikah 01


D11.2017.02464

Sabilla Rahma Nurkinasih 02


D11.2017.02468

Galuh Roro Mumtaazah 03


D11.2017.024485
Persebaran penyakit antar wilayah

Hipertensi banyak dialami oleh petani


disebabkan karena pola hidup tidak sehat
Penggunaan petisida yang tidak seperti merokok, minum kopi, konsumsi
tepat tanpa diikuti dengan alat makanan berlemak dan tinggi garam, serta
perlindungan diri dapat stress kerja yang diakibatkan tingginya beban
menyebabkan terjadinya kerja yaitu 7 hari dalam seminggu.
keracunan pestisida Nyeri tulang dan sendi menjadi masalah utama
Tingkat ekonomi  yang rendah dan yang sering dialami petani di desa. Nyeri sendi
beban pekerjaan yang tinggi dan tulang ini disebabkan posisi petani dalam
menyebabkan petani mengalami bekerja tidak ergonomis, beban kerja yang
kurang gizi sehingga dapat berlebih tanpa istirahat yang cukup, dan
mempengaruhi kesehatan dan sebagian petani berusia lanjut usia yang telah
produktifitas pertanian. mengalami penyakit degeneratif dan penurunan
masa otot, tulang dan mobilitas sendi.
Kebiasaan merokok petani serta Petani menghabiskan sebagian besar
tingginya beban pekerjaan waktunya dilahan pertanian yang panas
menyebabkan banyak petani terkena sinar matahari secara terus
mengalami anemia. menerus dapat mengakibatkan terkena
penyakit heatstroke, kanker kulit, dan
katarak.
Lanjutan …
Sebagian besar petani
memanfaatkan hewan ternak baik
untuk mengolah tanah maupun Petani pedesaan biasanya melakukan MCK
sebagai pupuk kandang, hal ini disungai sehingga beresiko terserang penyakit
dapat menjadi penyebab terkena kulit dan diare.
penyakit leptospirosis.

Proses mengolah lahan pertanian Peralatan berat, mesin, dan peralatan pertanian
apabila tidak menggunakan alat lainnya apabila digunakan secara tidak tepat
pelindung diri seperti sepatu boot dapat menimbulkan trauma pada tubuh petani.
maka beresiko terkena penyakit
Cutaneous larva migrans dan
gigitan ular berbisa.
Para petani di perkebunan sering mengalami
trauma punggung yang disebabkan karena jatuh
dari pohon saat memanen hasil kebun seperti
kelapa dan buah-buahan. Para petani kebun ni
ketika memanjat pohon untuk memanen hasil
kebun tidak memakai alat perlindungan diri
sehingga resiko terjatuh dari pohon sangat
tinggi.
Peran Profesi Kesmas
Zoonosis merupakan penyakit yang harus ditangani secara lintas
sektoral, karena sumbernya adalah hewan dan korbannya adalah
manusia. Di hewan sendiri bisa berasal dari ternak, satwa liar, hewan air
maupun hewan yang berperan sebagai hama seperti tikus dan juga dari
produk asal hewan baik produk pangan maupun non pangan.
Disinilah peran tenaga kesehatan masyarakat dalam sektor pertanian
dengan dilakukannya pengendalian zoonosis yang memerlukan sebuah
program yang terintegrasi mulai pengendalian zoonosis yang menyerang
hewannya, pencegahan penularan zoonosis dari hewan ke manusia serta
penanganan zoonosis di manusia.
Resiko Input Produksi
Resiko pemenuhan atas input produksi pertanian organik relatif tinggi.
1
Hal ini antara lain terjadi sebagai akibat dari adanya kekurangan benih
organik bersertifikat, pupuk hayati, pestisida nabati, peralatan pertanian

Faktor yang khusus dirancang untuk praktek pertanian organik, serta input lain.
Hal ini terjadi karena pangsa pasar yang realtif masih kecil sehingg
terlalu kecil untuk menjadi menguntungkan dilayani oleh unit agribisnis
tertentu.

Risiko Resiko Benih


Benih atau bibit pada pertanian organik disyaratkan bukan berasal dari
bibit hasil rekayasa genetika atau genetically modified organism (GMO),
2
Lingkungan dan sebaiknya benih berasal dari kebun pertanian organik. Penggunaan
bibit rekayasa genetika oleh petani konvensional dapat menimbulkan
resiko bagi petani organik. Kontaminasi dari serbuk sari dari GMO
dipandang sebagai resiko yang sangat serius (Hanson et al., 2004).

Manajemen Resiko Lahan


Lahan pertanian organik dapat berupa lahan pertanian yang baru dibuka

Pertanian atau lahan pertanian intensif yang telah dikonversi menjadi lahan
pertanian organik. Lahan yang dimiliki boleh dikerjakan secara bertahap
jika seluruh lahan tidak dapat dikonversi secara bersamaan, dengan 3
menerapkan standar konversi dan dimulai pada bagian lahan yang
dikehendaki. Lahan untuk dibudidayakan organik dapat terkena cemaran
bahan agrokimia dari pupuk dan pestisida, sebagai akibat dari posisi
lahan organik terhadap lahan pertanian konvensional.
Resiko Kesuburan Tanah
Resiko kesuburan tanah terkait dengan penurunan kandungan hara
1
tanah akibat berbagai perubahan yang ada

Resiko Produktivitas

Faktor Penurunan produksi dapat terjadi pada masa transisi. Masa konversi
pada pertanian organik relatif lebih lama, karena masa konversi lahan
tergantung pada penggunaan lahan, pupuk, pestisida, dan jenis tanaman
2
(Cushon, 2008).

Risiko Resiko Cuaca dan Iklim 3


Paparan kondisi cuaca dan iklim menimbulkan resiko besar untuk hasil

Lingkungan produksi. Resiko cuaca dan iklim yang terjadi tidak berbeda baik pada
pertanian organik dan maupun pertanian konvensional (Hanson et al.,
2004).
Resiko Organisme Pengganggu Tanaman 4
Manajemen Resiko serangan hama, penyakit, dan gulma menyebabkan
permasalahan yang lebih besar dalam pertanian organik, karena pada
pertanian organik tidak menggunakan solusi cepat dalam bentuk
Pertanian penggunaan pestisida sintetik. Pada pertanian konvensional,
penggunaan pupuk dan pestisida sintetis telah berkembang atas dasar
adanya kebutuhan untuk mengurangi kerentanan terhadap alam dan
untuk memastikan hasil yang lebih tinggi atas serangan hama dan
penyakit yang lebih rendah. Dalam ketiadaan alat ini, pertanian organik
dianggap lebih beresiko. Pada jangka panjang, resiko ini akan semakin
berkurang karena penggunaan pengendalian kimia pada pertanian
konvensional dapat menyebabkan resistensi dan munculnya jenis
organisme pengganggu tanaman yang baru (Hanson et al., 2004 dan
Skerte, 2011).
Resiko kerjasama
(cooperative risk)

Faktor risiko dari Resiko keputusan


Penduduk manajemen
(management
decision risk) Resiko
pembagian
informasi
(information
sharing risk),
Resiko
penjadwalan
(operation
schedule risk)
Prinsip secara umum, melalui tahap
yang sama yaitu :
Identifikasi faktor risiko:
Pada konteks sebuah rantai pasok, resiko terbagi menjadi dua
yaitu
1. Resiko eksternal merupakan resiko yang dihadapi oleh unit
usaha berkaitan dengan jalannya sistem rantai pasok.
Resiko eksternal terdiri dari resiko kerjasama (cooperative risk),
resiko keputusan manajemen (management decision risk), resiko
pembagian informasi (information sharing risk), resiko
penjadwalan (operation schedule risk).
Prinsip secara umum, melalui tahap
yang sama yaitu :
2. Resiko Internal merupakan resiko yang dihadapi oleh
unit usaha berkaitan dengan operasional unit usaha.
Resiko internal terdiri resiko finansial (financial risk),
resiko proses (process risk) dan resiko pasar (market
risk) (Liu, 2008).
Analisis Resiko

Analisis resiko dan pengelolaan resiko pada rantai nilai


lebih kompleks daripada individu. Resiko dan
kerentanan dianalisis dengan pendekatan sistem yang
memperhitungkan eskposur, potensi kerugian, pilihan
manajemen resiko, serta hubungan dengan pelaku di
luar rantai nilai baik secara individu maupun kelompok
(Jaffee, 2008).
Rencana pengelolan faktor risiko
(termasuk dalamnya surveilans)

Strategi pengelolaan resiko pada bidang


pertanian terdiri dari:
- strategi budidaya,
- strategi pembagian resiko,
- diversifikasi,
- jaminan sosial,
- pasar berjangka, atau
- asuransi.
SIMPUL 1 -> SUMBER PENYAKIT
- Bahan toksik seperti insektisida pada
sektor pertanian sebagai pembasmi
serangga
- Bakteri
- Jamur gol. dermatofia
- Cacing
- Bentuk fisik yaitu peralatan tani yang
digunakan
SIMPUL 2 -> MEDIA TRANSMISI PENYAKIT
- Air yang mengandung mikroorganisme
dan menyebabkan penyakit kulit, diare,
lepto
- Udara dari hirupan insektisida
- Tanah tempat bersarang cacing usus,
cutaneous larva migran
- Serangga/binatang seperti gigitan ular ular
- Manusia dengan kurangnya menjaga
hygiene dan sanitasi, penggunaan APD,
serta kelelahan bekerja (kurang ergonomis
atau kurang istirahat)
SIMPUL 3 -> PERILAKU PEMAJANAN
- Kurangnya penggunaan APD
menyebabkan sumber penyakit mudah
masuk melalui media transimisi ke
manusia
- Melakukan MCK di sungai sembarangan
SIMPUL 4 -> MANAJEMEN KASUS
- Manajemen pekerja dalam penggunaan
APD untuk menghindari penyakit menular
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai