Anda di halaman 1dari 17

PENGAMATAN KAPANG KELAS ASCOMYCETES

LAPORAN PRAKTIKUM Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Mikologi yang diampu oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd dan Agung Witjoro, S.Pd, M.Kes

Oleh Kelompok 5 Nur Azizah Erma Yunita Martina Dwi Maulida Syafira Dwi Martha 100342400923 100342404638

109341417191

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI BIOLOGI Maret 2013

A. Topik Pengamatan Kapang Kelas Ascomycetes

B. Hari/Tanggal Praktikum Pengamatan Kapang Kelas Ascomycetes dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 11 Maret 2012

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui ciri-ciri morfologi koloni kapang yang termasuk dalam kelas Ascomycetes 2. Untuk mengetahui ciri-ciri sitologi kapang yang termasuk dalam kelas Ascomycetes

D. Dasar Teori Pembuatan preparat kapang dengan metode slide culture dapat menghasilkan preparat kapang dengan struktur yang lebih lengkap dan utuh bila dibandingkan dengan preparat sederhana. Preparat denga metode slide culture dibuat dengan cara menumbuhkan kapang pada medium yang diletakkan pada kaca benda sehingga diperoleh struktur kapang yang utuh dan lengkap dengan semua bagian tubuh kapang, setelah diinkubasikan selma 3 x 24 jam. Apabila diperoleh preparat kapang dengan bagian-bagian yang lengkap, maka preparat tersebut dapat digunakan untuk mendeskripsi dan mengidentifikasi kapang (Hastuti, 2007). Kapang yang termasuk kelas Ascomycetes kebanyakan hidup sebagai saprofit dan menimbulkan kerusakan pada berbagai macam bahan makanan, makanan hasil olahan, kain, kayu, dan sebagainya. Namun ada pula yang bersifat parasit pada tumbuhan, hewan, dan manusia. Selain itu juga ada spesies-spesies kapang yang menguntungkan manusia, antara lain menghasilkan antibiotik dan zat-zat organik lain. Koloni-koloni kapang ini beranekaragam warna, karena konidianya mempunyai warna pigmen yang bervariasi, antara lain: hijau tua, hijau kebiruan, coklat, dan hitam. Aspergillus sp. dan Penicillium sp. seringkali dinamakan juga

jamur roti, karena sering dijumpai sebagai kontaminan pada roti, walaupun demikian spesies-spesies kapang tersebut juga dapat dijumpai pada makanan hasil olahan lainnya, misalnya: dodol, ikan asin, kue kering, dll. Serta berbagai macam biji-bijian. Hifa kapang ini pada umumnya bersekat-sekat, kecuali golongan khamir (misalnya Saccharomyces) tidak membentuk hifa dan hanya berupa sel-sel yang berbentuk bulat atau oval. Perkembangbiakan vegetatif dapat berlangsung dengan membelah diri, membentuk tunas fragmentasi, arthospora, blastospora, klamidospora atau dengan konidia pada umumnya. Perkembangbiakan generatif pada umumnya dengan askospora yang dibentuk dalam askus (Hastuti, 2007). Morfologi Ascomycetes Klasifikasi Ascomycetes Kingdom Divisi Subdivisi Class : Fungi : Ascomycota : Ascomycotina : Ascomycetes Divisi Ascomycota ini bercirikan talus yang terdiri dari miselium bersepta. Reproduksi seksual membentuk askospora di dalam askus. Ada yang hidup sebagai parasit, yang menimbulkan penyakit pada tumbuhan. Jamur Ascomycota jamur kantung ada yang uniseluler dan multiseluler. Jamur ini ada yang bersifat parasit dan ada juga yang bersifat saprofit. Kebanyakan Ascomycetes membentuk askus dalam jasad buah yang kompleks. Disuatu masa dahulu, kumpulan yang mengeluarkan askus dengan nyata dipanggil Euascomycetes (yang bermakna ascomycete yang benar) sementara ahli-ahli yang hanya mempunyai askus tunggal, diletakkan dibawah Hemiascomycetes (separuh ascomycete). Pengkelasan dibawah Euascomycete adalah berasaskan jenis-jenis jasad buah ahlinya: yaitu terbagi pada jasad buah jenis apotesium (disebut sebagai Discomycete), peritesium (Pyrenomycetes) dan kleistotesium (Plectomycetes). Ascomycota dapat ditemukan pada makanan yang busuk. Warnanya dapat merah, cokelat, atau hijau. Ascomycota dapat mengakibatkan penyakit tanaman, misalnya pada kacang, stroberi, dan apel. Ciri-ciri umum Ascomycetes

A. Spora seksual melalui meiosis: Ascomycetes adalah jamur dimana proses seksual melibatkan pembentukan spora haploid (askospora) yang terhasil melalui proses meiosis. Proses ini dilakukan oleh nukleus diploid yang berasal daripada askus. Askus-askus pula akan membina jasadbuah yang dipanggil askokarpa. B. Spora aseksual melalui mitosis: Ascomycetes juga melakukan pengeluaran spora secara aseksual. Secara umum, spora aseksual yang tidak menjalani pengawanan seksual disebut konidiospora (konidia) yang dikeluarkan diatas hifa tegak yang khusus, dipanggil konidiofora (atau tangkai spora; fora = tangkai). Proses pembentukan adalah melalui mitosis. C. Fase anamorf dan teleomorf: Kini, fasa aseksual Ascomycetes (khususnya untuk kumpulan Deuteromycetes) diberi nama yang khusus fasa anamorf (bentuk yang tidak-sempurna; imperfect form), jika ini berlaku, maka fasa hidupannya bukan lagi anamorf, tetapi telah bertukar menjadi teleomorf (bentuk yang sempurna). Ciri-ciri morfologi Ascomycetes : 1) Reproduksi aseksual dengan konidia 2) Reproduksi seksual terjadi dalam ascus, suatu struktur seperti kantung yang mengandung 8 askospora 3) Hifa bersepta, contoh : Aspergillus dan Penicillium Anatomi Ascomycetes a) Jamur Ascomycota jamur kantung ada yang uniseluler dan multiseluler. b) Ada yang bersifat parasit dan ada juga yang bersifat saprofit. c) Hifa bersekat. d) Berkembangbiak secara seksual dengan membentuk spora yang dihasilkan dalam suatu kantung (askus) yang disebut askospora e) Berkembangbiak secara aseksual dengan membentuk konidiospora, yaitu spora yang dihasilkan secara berantai pada ujung suatu hifa f) Didalam askus terdapat 8 buah spora karena 2 inti diploid melakukan pembelahan meiosis menghasilkan 4 inti haploid. setiap haploid akan membelah secara mitosis sehingga setiap askus terdiri dari 8 Contohnya yaitu Aspergillus sp. , Penicillium sp. , Saccharomyces cerevisiae.

Metabolisme Ascomycetes Ascomycetes anggotanya ada yang uniseluler contohnya Saccharomyces cereviceae (khamir), Penicilium chrysogenum (pembuat antibiotik), Aspergillus wentii (membuat kecap) ,tetapi sebagian besar anggotanya multiseluler, contohnya Morchella esculenta, Sarcosypha coccinea, Venturia inaequalis (merusak apel), Claviceps purpurea (penyebab penyakit ergot pada gandum),dll. Beberapa jenis jamur bersimbiosis menjadi mikoriza, sebagian lagi bersimbiosis menjadi lumut kerak, sebagian besar sporofit pada sisa organisme. Contoh Ascomycetes yang terkenal ialah : a) Aspergillus : Jamur ini kedapatan dimana-mana sebagai saprofit, koloni yang sudah menghasilkan spora warnanya menjadi coklat kekuning-kuningan, kehijau-hijauan atau kehitam-hitamaan, ini sedium yang semula berwarna putih sudah tidak tampak lagi. Makanan kita yang kita biarkan terbuka mudah sekali dihinggapi Aspergillus fumigatus yang dapat menyebabkan penyakit paru-paru pada hewan dan kadang-kadang juga pada manusia.

Gambar 1. Aspergillus fumigatus Sumber: http://www.pfdb.net/photo/mirhendi_h/box020909/standard/a_fumigatus_s.jpg

b) Penicillium : Jamur ini serupa dengan Aspergillus hanya dengan pengamatan mikroskop dalam susunan konidianya. Spesies yang terletak ialah Penicillium natatum, Penicillium chy sogenum karena keduanya menghasilkan zat antibiotik penecillium. Penicillium rogueporsi dan Penicillium cameniber adalah spesies yang digunakan dalam pembuatan keju.

Gambar 2. Penillium frequentans Sumber: http://microfungi/truman/edugallery/AnamorphicPenicilliumPenicillium-citreoviride-5100x.jpg

Reproduksi Ascomycetes

Gambar 3. Reproduksi Ascomycetes Sumber: http://3.bp.blogspot.com/hpAfux6BjJY/Tr5bObhtUlI/1HFUrEwxGIY/s1600/ascomycota.jpg

Reproduksi Aseksual Ascomycetes Dilakukan dengan membentuk kuncup. Kuncup terbentuk pada sel induk yang kemudian lepas. kadang-kadang kuncup tetap melekat pada induk selnya membentuk rantai sel yang disebut hifa semu atau pseudohifa. Reproduksi seksual ascomycetes Mula-mula Hifa berbeda jenis saling berdekatan. Hifa betina akan membentuk Askogonium dan hifa jantan akan membentuk Anteridium, masing-masing berinti haploid. Dari askogonium akan tumbuh Trikogin yaitu saluran yang menghubungkan askogonium dan anteridium. Melalui trikogin anteridium pindah dan masuk ke askogonium sehingga terjadi plasmogami.

Askogonium tumbuh membentuk sejumlah hifa askogonium yang dikarion. Pertumbuhan terjadi karena pembelahan mitosis antara inti-inti tetapi tetap berpasangan. Pada Ascomycota yang memiliki badan buah, kumpulan hifa askogonium yang dikariotik ini membentuk jalinan kompak yang disebut Askokarp. Ujung-ujung hifa pada askokarp membentuk askus dengan inti haploid dikariotik. Di dalam askus terjadi kariogami menghasilkan inti diploid. Di dalam askus terdapat 8 buah spora. Spora terbentuk di dalam askus sehingga disebut sporaaskus. Spora askus dapat tersebar oleh angin. Jika jatuh di tempat yang sesuai, spora askus akan tumbuh menjadi benang hifa yang baru. Catatan: didalam askus terdapat 8 buah spora karena 2 inti diploid melakukan pembelahan meiosis menghasilkan 4 inti haploid. setiap haploid akan membelah secara mitosis sehingga setiap askus terdiri dari 8 buah spora Contoh dan Peranan Ascomycetes Contoh dan peranan spesies yang menguntungkan Contoh spesies: a. Sacharomyces cerevisae : sehari-hari dikenal sebagai ragi. - berguna untuk membuat bir, roti maupun alkohol. - mampu mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2 dengan proses fermentasi. b. Neurospora sitophila: jamur oncom. c. Peniciliium nojajum dan Penicillium chrysogenum: penghasil antibiotika penisilin. d. Penicillium camemberti dan Penicillium roqueforti : berguna untuk mengharumkan keju. e. Aspergillus oryzae : untuk membuat sake dan kecap. f. Aspergillus wentii : untuk membuat kecap g. Aspergillus flavus menghasilkan racun aflatoksin, hidup pada biji-bijian. Aflatoksin merupakan salah satu racun penyebab kanker hati. h. Claviceps purpurea hidup sebagai parasit pada bakal buah Gramineae.

i. Tuber magnatum atau Truffle putih digunakan dalam kuliner. j. Saccharomyces ellipsoideus, untuk pembuatan wine dari anggur. k. Saccharomyces tuac, untuk pemuatan tuak dari air nira. l. Neurospora sitophila, untuk pembuatan oncom m. Neurospora crassa, kapang yang dipakai sebagai organisme model dalam biologi. n. Morchella esculenta dan Sarcoscypha coccinae, yang tubuh buahnya dapat dimakan. Beberapa ordo dari Ascomycetes, terutama Eurotiales, Tuberales, Pezizales, dan Helotiales, mempunyai spesies yang diduga membentuk ektomikoriza, sedangkan salah satu dari spesies dari Saccharomyces disebut juga dengan khamir (ragi roti) yaitu Saccharomyces cereviceae, untuk pembuatan roti dan minuman beralkohol. Contoh dan peranan spesies yang merugikan a. Venturia inaequalis penyebab penyakit yang merusak buah apel. b. Clavisceps purpurea penyebab penyakit ergot pada tanaman gandum. Gandum yang terkena spesies ini akan menimbulkan ergotisma pada hewan atau manusia yang memakannya c. Aspergillus flavus, yang hidup pada Kacang dan media lain yang sejenis, dapat membahayakan lever dan mengandung karsinogenik

E. Alat dan Bahan Alat 1. Mikroskop 2. Kaca benda 3. Kaca penutup 4. Jarum inokulasi 5. Lampu spiritus 6. Laminar Air Flow Bahan 1. Biakan Aspergilus fumigatus 2. Biakan Penicillium frequentans

3. Larutan Lactophenol cotton blue

F. Cara Kerja Preparat slide culture dibuat dari biakan kapang yang tersedia

Satu preparat ditambah dengan Lactophenol cotton blue dan satunya tidak

Diamati dengan mikroskop

Mengisi tabel pengamatan yang tersedia

G. Data Pengamatan No. Ciri Kapang Spesies Kapang Penicillium frequentans Aspergillus fumigatus

Morfologi Kapang 1 2 3 4 Warna koloni Diameter koloni Sifat koloni Warna khas bagian dasar koloni Pengamatan Mikroskopis 1 2 3 4 5 6 7 Warna hifa Sekat pada hifa Diameter hifa Warna konidiofor Diameter konidiofor Panjang konidiofor Konidiofor bercabang/tidak 8 Dinding konidiofor halus/kasar 9 Bentuk vesikula Hialin Ada 2,5 m Hialin 2,5 m 12,5 m Bercabang Hialin Ada 2,5 m Hialin 5 m 125 m Tidak bercabang Putih kecoklatan Beludru Cokelat Hijau kehitaman Beludru Kuning

Halus -

Halus Pyriform

10 11 12 13 14

Diameter vesikula Metula ada/tidak Ukuran metula Warna metula Kedudukan fialida terhadap vesikula

Ada 5 x 2,5 m Hialin

10 m Ada 7,5 x 2,5 m Hialin Tumbuh pada metula

yang tumbuh dari vesikula

15

Tipe percabangan konidiofor

Tingkat 2 5 x 2,5 m Hijau kebiruan Clavate Sub globuse Halus 1,25 m Hijau kebiruan -

10 x 2,5 m Hialin Silinder Globuse Halus 1,25 m Hialin Radiata

16 17 18 19 20

Ukuran fialida Warna fialida Bentuk fialida Bentuk konidia Dinding konidia halus/kasar

21 22 23

Diameter konidia Warna konidia Tipe pertumbuhan konidia

Morfologi Kapang

Gambar 4. Penicillium frequentans dan Aspergillus fumigatus Sumber: dokumen pribadi

Anatomi Kapang

Gambar 5. Penicillium frequentans Sumber: dokumen pribadi

Gambar 6. Aspergillus fumigatus tanpa pewarna dan Aspergillus fumigatus menggunakan pewarna lactophenol cotton blue Sumber : dokumen pribadi

H. Analisis Data Identifikasi isolat fungi dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama yaitu, pengamatan fungi secara makroskopis yang meliputi pengamatan terhadap warna dan bentuk koloni. Tahap kedua yaitu, pengamatan secara mikroskopis yang dilakukan dengan membuat slide cuture yang meliputi pengamatan terhadap bentuk hifa, bentuk, dan ukuran konidia. Pengukuran kapang dilakukan dengan menera mikroskop dengan mikrometer, sehingga didapatkan skala antara lensa okuler dengan lensa obyektif. Penicillium frequentans Hasil pengamatan makroskopis pada kapang jenis Penicillium

menunjukkan bahwa kapang tersebut memiliki koloni yang berwarna putih kecoklatan, dengan sifat koloni serupa beludru, serta warna khas dasar koloni

berwarna cokelat. Pengamatan secara makroskopis ini tidak dapat dihitung diameternya karena dibiakkan pada medium miring. Pengamatan mikroskopis Penicillium frequentans dilakukan melalui metode slide culture, hasil dari biakan kapang yang ditumbuhkan pada medium dibagi menjadi 2, salah satunya ditetesi dengan alkohol 95% dan diwarnai dengan lactophenol cotton blue, sedangkan preparat lain hanya ditetesi dengan alkohol 95%. Hasil dari preparat tanpa penambahan pewarna terlihat kurang jelas dan tidak ditemukan adanya kapang, tetapi hasil dari pengamatan pada kelompok lain terlihat bahwa warna hifa pada Penicillium frequentans adalah hialin, warna konidiofor hialin, dan terdapat metula dengan warna hialin. Hasil amatan pada preparat yang ditambah dengan lactophenol cotton blue terlihat kapang berwarna biru sehingga memudahkan pengamat dalam melakukan pengukuran, sehingga tercatat bahwa pada hifa terdapat sekat, diameter hifa 2,5 m, diameter konidiofor 2,5 m dengan panjang 12,5 m, konidiofor bercabang, dinding konidiofor terlihat halus, pada Penicillium tidak terdapat vesikula, terdapat metula yang berukuran 5 x 2,5 m, dan tipe percabangan konidiofor termasuk dalam tingkat 2. Ukuran fialida pada Penicillium 5 x 2,5 m, berwarna hijau kebiruan dengan bentuk clavate. Konidia berukuran 1,25 m berwarna hijau kebiruan berbentuk sub globuse berdinding halus. Aspergillus fumigatus Ciri morfologi koloni yang kami amati adalah koloni yang ada pada biakan media miring. Hasil dari pengamatan tersebut adalah koloni Aspergilus fumigatus bersifat seperti beludru, warna koloni hijau kehitaman, dan warna khas bagian dasar koloni kuning seperti ang terlihat pada Gambar 4. Berdasarkan pengamatan mikroskopis dari preparat slide culture yang telah dibuat, kapang Aspergilus fumigatus mempunyai warna hialin atau transparan sehinggga sulit diamati bila tanpa menggunakan lactofenol cotton blue. Pada preparat yang ditambah dengan lactofenol cotton blue, kapang mempunyai warna biru sehingga lebih muda untuk diamati bagiannya seperti pada Gambar 6. Aspergilus fumigatus memiliki hifa berwarna hialin dan bersekat. Diameter hifa adalah 2,5 m. Konidiofor juga berwarna hialin dengan panjang 125 m dan diameter 5 m. Konidiofor tidak bercabang dan berdinding halus.

Bentuk vesikula pyriform dengan diameter 10 m. Pada pengamatan ini kami melihat bahwa A. Fumigatus ini memiliki sterigma berupa metula dan fialida. Metula berwarna hialin dengan ukuran 7,5 x 2,5 m. Fialida berwarna hialin. Ukuran fialida 10 x 2,5 m dan bentuknya silinder. Jadi, kedudukan fialida adalah menumpang pada metula yang tumbuh pad vesikula. Bentuk koanidia globuse dengan dinding halus. Warna konidia hialin dan berdiameter 1,25 m serta pertumbuhannya.

I. Pembahasan Pembuatan preparat kapang dengan metode slide culture memberikan gambaran kapang dengan lebih lengkap dan jelas sehingga dapat dilakukan pengukuran panjang konidiofor, hifa, serta vesikula. Media yang digunakan dalam pembiakan kapang metode slide cuture adalah medium CA karena medium ini sangat cocok untuk perkembangan spora kapang jenis Penicillium dan Aspergillus. Koloni Penicillium tumbuh sekitar 4 hari pada suhu 25oC pada medium. Pengamatan makroskopis koloni bakteri Penicillium frequentans memperlihatkan koloni yang berwarna putih kecoklatan, besifat beludru, dan warna dasar koloni cokelat, hal ini tidak sesuai dengan literatur, warna pigmen koloni disebabkan karena konidianya memiliki pigmen yang bervariasi. Koloni mula-mula berwarna putih lama-lama berubah kehijauan (Pohan, tanpa tahun). Menurut beberapa literatur lain menyebutkan bahwa koloni jamur ini tumbuh lambat, berdiameter 27,33 mm pada umur tiga hari setelah inokulasi. Koloni jamur berwarna hijau gelap (Sudantha, 2009). Koloni Penicillium seharusnya berwarna hijau gelap, tetapi pada hasil pengamatan menunjukkan bahwa warna dari koloni coklat muda, hal ini dimungkinkan bahwa koloni biakan Penicillium terkontaminasi oleh jenis kapang lain. Pengamatan mikroskopis kapang dilakukan dengan metode slide culture, dari hasil analisis data, preparat mikrokopis tanpa pewarna pada kelompok kami tidak terlihat adanya kapang jenis Penicillium, sehingga kami mengambil data dari kelompok lain. Hal tersebut dikarenakan kesalahan dari praktikan saat penggunaan mikroskop, kaca penutup pada preparat tergeser saat pergantian lensa

objektif, sehingga seluruh biakan kapang pada preparat tergencet dan hilang. Berdasarkan data dari kelompok lain, warna asli dari Penicillium adalah hialin, pada hifa, konidiofor, dan metula, dan berwarna hijau kebiruan pada fialida dan konidianya, sehingga dengan filida dan konidia yang berwarna inilah yang menyebabkan koloni Penicillium seharusnya berwarna hiju tua. Sedangkan preparat mikroskopis dengan penambahan lactophenol cotton blue dengan jelas memperlihatkan struktur anatomi dari Penicillium. Penicillium memiliki bentuk seperti sapu yang terdiri atas konidia berupa bulatan yang menempel pada fialida yang menempel pada metula, Penicillium tidak memiliki vesikula sehingga metula langsung menempel pada konidiofor. Berdasarkan hasil pengukuran mikrometer, hifa bersekat dan diameter berukuran 2,5 m, konidiofor memiliki panjang 12,5 m dengan diameter 2,5 m, konidiofor bercabang tingkat 2 berdinding halus, serta memiliki metula berukuran 5 x 2,5 m. Fialida pada Penicillium berbentuk clavate dengan ukuran 5 x 2,5 m berwarna hijau kebiruan. Konidia pada Penicillium berwarna hijau kebiruan, berdinding halus dengan diameter 1,25 m dan berbentuk sub globuse pada kepalanya. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa Penicillium memiliki konidiofor panjang, dan mempunyai konidia berbentuk bulat sampai bulat lonjong berdiameter 3,0 3,5 (Sudantha, 2009). Aspergilus fumigatus merupakan saprofit dan jamur yang dapat menyebabkan penyakit paru-paru pada hewan dan kadang-kadang juga pada manusia. Jamur ini termasuk anggota dari Ascomycetes. A. Fumigatus mempunyai miselium yang bersekat-sekat. Koloni yang sudah menghasilkan spora warnanya menjadi coklat kekuningan, kehijau-hijauan atau kehitaman dan miselium yang semula berwarna putih sudah tidak tampak lagi (Dwidjoseputro, 1989). Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan kami mengenai koloni jamur yang berwarna hijau kehitaman, dasarnya berwarna kuning dan bersifat seperti beludru. Hifa dan konidiofor berwarna hialin, sedangkan diameter konidiofor lebih lebar daripada diameter hifa. Konidiosfor tumbuh tegak lurus dari hifa substrat dan diujungnya menghasilkan bentukan bengkak yang disebut dengan vesikel. Dari vesikel akan tumbuh banyak hifa pendek yang dapat menunjang konidia atau bercabang membentuk hifa pendek lagi yang akan membawa konidia. Hifa yang membawa

konidia disebut fialida, sedangkan hifa yang menunjang fialida disebut metula (Carlile, 2001). Hal ini sesuai dengan data pengamatan kami seperti pada Gambar 6 yang menunjukkan bahwa A. Fumigatus mempunyai fialida yang tumbuh pada metula. Fialida membawa rangkaian konidia. Fialida berbentuk silinder dengan warna hialin dan ukurannya 10 x 2,5 m. Bentuk vesikula pyriform dengan diameter 10 m. Konidia yang dihasilkan fialida tidak langsung banyak, produksi konidia berturut-turut dari sterigma tunggal membentuk untai atau rangkaian konidia. Banyak untaian konidia yang terbentuk di fialida pada vesikel, sehingga jamur ini terlihat seperti alat pel. Konidia bersifat sangat hidrofobik dan disiapkkan tidak untuk basah, konidia yang sudah matang siap terpisah dan dibuyarkan oleh arus udara. Aspergilus mempunyai toleransi pada Aw yang rendah, dapat tumbuh pada substrat yang potensial osmotik tinggi, sporulasi di atmosfer yang mempunyai kelembapan relatif rendah (Carlile, 2001). Berikut ini adalah tabel morfologi beberapa jamur genus Aspergilus (Chaturvedi, 2007):

J. Diskusi

1. Apakah perbedaan ciri-ciri morfologi koloni kapang dari genus Aspergillus dan Penicillium yang saudara amati? Jawab: Pengamatan makroskopis koloni Penicillium dan Aspergillus berbeda pada warna koloni, Penicillium memiliki warna putih kecoklatan pada bagian atas (top side) dan warna coklat pada bagian dasar koloni, sedangkan Aspergillus memiliki warna hijau kehitaman pada bagian atas (top side) dan warna kuning pada bagian dasar koloni. 2. Apakah perbedaaan ciri-ciri mikroskopis antara kapag yang termasuk dalam genus Aspergilus, Penicillium serta S. cerevisae? Aspergilus - Multiseluler - Mempunyai vesikula - Konidiofor bercabang Penicillium - Multiseluler - Tidak ada vesikula S. cerevisae - Uniseluler - Tidak mempunyai bentuk hifa maupun konidia

tidak - Konidiofor bercabang

K. Kesimpulan
Ciri-ciri morfologi koloni kapang kelas Ascomycetes adalah koloni serupa

beludru dan berwarna putih sampai hijau kehitaman


Ciri-ciri sitologi kelas Ascomycetes tersusun atas hifa bersekat, memiliki

konidiofor, kadang terdapat vesikula, terdapat metula, fialida dan konidia.


Penicillium frequentans memiliki konidia dan fialida yang berwarna hijau

kebiruan, sedangkan Aspergillus fumigatus berwarna hialin pada seluruh bagian tubuh kapang.

DAFTAR RUJUKAN

Carlile, M.J., Watkinson, S.C., Gooday, G.W. 2001. The Fungi. London: Academic Press. Chaturvedi,V. 2007. Mycology Proficiency Testing Progam Critique. (online), (https://www.google.com/url?q=http://www.wadsworth.org/ptp/mycology _reports/Jan07.pdf&sa=U&ei=oVlOUbKNGsi7kQWJl4DIDA&ved=0CB gQFjAI&client=internal-uds-cse&usg=AFQjCNFdTyBYWLb0bgnNDYwjfHVbR7QZg), diakses 22 Maret 2013. Dwidjoseputro. 1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Hastuti,U.S. 2007. Penuntun Praktikum Mikologi. UM: Malang Pohan, A. Tanpa tahun. Bahan Kuliah Mikologi. FK UNAIR: Surabaya Sudantha, I.M. 2009. Karakterisasi Jamur Saprofit dan Potensinya untuk Pengendalian Jamur Fusarium Oxysporum F. Sp. Vanillae Pada Tanaman Vanili. Agroteksos Vol. 19 No. 3, Desember 2009

Anda mungkin juga menyukai