Anda di halaman 1dari 48

Latar Belakang

Genetika merupakan suatu cabang ilmu biologi yang mengkaji materi genetik, reproduksi, ekspresi, struktur, perubahan dan rekombinasi, keberadaan dalam populasi, serta perekayasaan gen. Makhluk hidup yang ada sekarang merupakan hasil keturunan dari generasi sebelumnya, generasi yang ada saat ini memiliki sifatsifat yang dimiliki oleh generasi sebelumnya. Salah satu ilmuwan yang berhasil melakukan penelitian pewarisan sifat adalah John Gregor Mendel.

Lanjutan..
Pada tahun 1865, J.G. Mendel berupaya membuktikan bahwa turunan kedua dari persilangan satu ciri beda (monihibrid) akan menghasilkan keturunan kedua dengan rasio fenotip 3:1, sedangkan jika persilangan yang dilakukan melibatkan dua sifat beda maka rasio fenotip turunan keduanya adalah 9:3:3:1. Hasil penelitian Mendel dikenal sebagai Hukum pemisahan acak (Hukum Mendel I) dan Hukum Pemilihan Bebas (Hukum Mendel II).

Masih lanjutan..
Di Indonesia teori pewarisan sifat Mendel sangat berpengaruh dalam dunia biologi, sehingga tidak mengherankan jika banyak kalangan ingin membuktikan teori pewarisan sifat yang dikemukakan oleh J.G. Mendel dengan memanfaatkan lalat buah (Drosophila melanogaster). Lalat buah jenis Drosophila melanogaster merupakan salah satu hewan yang sering digunakan dalam riset penelitian genetika. Hal ini dikarenakan siklus hidupnya yang relatif singkat. Selain itu, hewan ini juga sangat produktif dan dapat menghasilkan banyak keturunan.


Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti mencoba melakukan persilangan pada Drosophila melanogaster strain N >< b beserta resiproknya, N >< se beserta resiproknya serta b >< se beserta resiproknya untuk mengetahui fenomena Hukum Mendel I yang ditemukan pada persilangan tersebut.

Rumusan Masalah

Bagaimana fenotip keturunan pertama (F1) dan keturunan kedua (F2) dari persilangan Drosophila melanogaster strain N >< b beserta resiproknya? Bagaimana fenotip keturunan pertama (F1) dan keturunan kedua (F2) dari persilangan Drosophila melanogaster strain N >< se beserta resiproknya? Bagaimana fenotip keturunan pertama (F1) dan keturunan kedua (F2) dari persilangan Drosophila melanogaster strain b >< se beserta resiproknya?

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui fenotip keturunan pertama (F1) dan keturunan kedua (F2) dari persilangan Drosophila melanogaster strain N >< b beserta resiproknya. Untuk mengetahui fenotip keturunan pertama (F1) dan keturunan kedua (F2) dari persilangan Drosophila melanogaster strain N >< se beserta resiproknya. Untuk mengetahui fenotip keturunan pertama (F1) dan keturunan kedua (F2) dari persilangan Drosophila melanogaster strain N >< b beserta resiproknya.

Kegunaan Penelitian

Dapat menambah pemahaman mengenai Hukum Mendel I melalui persilangan fenotip keturunan pertama (F1) dan keturunan kedua (F2) dari proyek penelitian ini. Menambah pengalaman dan kecakapan dalam melakukan penelitian bagi peneliti . Memberikan motivasi untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan Hukum Mendel I ataupun Hukum Mendel II dengan menggunakan strain yang berbeda.

Asumsi Penelitian
Medium

dalam tiap-tiap botol persilangan maupun stok dianggap memiliki volume dan kondisi yang sama. Kondisi lingkungan yang meliputi suhu, cahaya, kelembapan dan intensitas cahaya dianggap sama.

Ruang Lingkup dan Batasan Masalah


Drosophila melanogaster yang digunakan dalam penelitian ini adalah strain N, b dan se. Data yang diperoleh dari penelitian ini berasal dari pengamatan fenotip keturunan pertama dan keturunan kedua yang meliputi warna mata, warna tubuh dan keadaan sayap Drosophila melanogaster. Penelitian yang dilakukan hanya mengenai Hukum Mendel I.

Definisi Operasional

Hukum Mendel I: Merupakan Hukum yang dikemukakan oleh J.G. mendel mengenai pemisahan bebas pasangan alel yang terjadi selama pembentukan gamet. Persilangan: Merupakan suatu upaya untuk menyebabkan terjadinya perkawinan pada dua individu Drosophila melanogaster yang berbeda strain maupun dengan strain yang sama. Strain: Merupakan suatu kelompok-kelompok intra spesifik, suatu individu dalam satu spesies yang memiliki sejumlah kecil perbedaan ciri secara genetik dalam keadaan homozigot.

Lanjutan..

Fenotip : Merupakan karakter-karakter yang dapat diamati pada suatu individu (yang merupakan hasil interaksi antara genotip dan lingkungan tempat hidup dan berkembang) (Ayala dalam Corebima, 2003). Genotip : Merupakan keseluruhan jumlah informasi genetik yang terkandung pada suatu makhluk hidup (Crowder, 1990). F1 : Merupakan hasil persilangan dari perental (induk) atau turunan pertama. F2 : Merupakan hasil persilangan F1 atau turunan kedua. Penulisan simbol dominan digunakan simbol (+) sedangkan penulisan simbol resesif digunakan simbol (-)

KAJIAN PUSTAKA

Sistematika Drosophila melanogaster

Drosophila melanogaster adalah jenis serangga bersayap yang masuk ke dalam ordo Diptera (bangsa lalat). Spesies ini umumnya dikenal sebagai lalat buah dalam pustaka-pustaka biologi eksperimental (walaupun banyak jenis lalat-lalat buah lainnya) dan merupakan organisme model yang paling banyak digunakan dalam penelitian genetika, fisiologi, dan evolusi sejarah kehidupan. Drosophila melanogaster populer karena sangat mudah berbiak (hanya memerlukan waktu dua minggu untuk menyelesaikan selururh daur kehidupannya), mudah pemeliharaannya, serta memiliki banyak variasi fenotip yang relative mudah diamati (Anonim, 2012).

Hukum Mendel I Corebima (1997) menyebutkan bahwa kedua faktor (gen) untuk tiap sifat tidak bergabung dengan cara apapun, tetapi tetap berdiri sendiri selama hidupnya, dan memisah di saat pembentukan gamet, sehingga separuh gamet mengandung satu gen sedangkan separuhnya lagi mengandung gen lainnya. Kesimpulan ini dikenal dengan hukum pemisahan Mendel.

Pada persilangan-persilangan monohibrida dengan tanaman coba Ercis, di antara dua ciri (pada induk), hanya satu ciri yang muncul pada generasi turunan pertama (F1) : satu ciri induk mengalahkan yang lain. J.G. Mendel menyebutkan ciri tersebut sebagai ciri yang bersifat dominan, sedangkan yang dikalahkan disebut resesif. Sifat keturunan yang dapat kita amati/lihat (warna, bentuk, ukuran) dinamakan fenotip. Sifat dasar yang tak tampak dan tetap (artinya tidak berubahubah karena lingkungan) pada suatu individu dinamakan genotip (misalnya TT,tt) (Suryo, 1986). Stern (1930) dalam Suryo (1986) berpendapat bahwa genotip dan lingkungan dapat menetapkan genotip.

Anggota dari sepasang gen yang memiliki pengaruh yang berlawanan disebut alel. Homozigot adalah individu yang genotipnya terdiri dari alel yang sama (misalnya TT,tt), sedangkan heterozigot adalah individu yang genotipnya terdiri dari pasangan alel yang tidak sama (misalnya Tt). Homozigot dapat dibedakan atas homozigot dominan (TT) dan homozigot resesif (tt) (Suryo, 1986).

Dalam percobaannya Mendel menyilangkan kacang ercis normal (Tinggi) dengan kacang ercis kerdil (rendah/abnormal). Untuk melakukan persilangan itu penyerbukan sendiri dicegah terlebih dahulu sehingga terjadi penyerbukan silang buatan. Biji yang dihasilkan kemudian ditanam dari biji-biji yang ia tanam tersebut, semua tumbuh berupa kacang normal (tinggi). Kalau kacang hasil silangan ini disilang lagi sesamanya, ternyata biji yang tumbuh dari silangan itu menjadi kacang kapri yang tinggi batangnya ada 2 rupa. Sebagian tinggi dan sebagian kagi rendah. Dari sini dapat terlihat bahwa karakter tinggi dan rendah pada persilangan pertama menghasilkan tanaman yang memiliki 1 karakter saja, yakni tinggi, tapi pada keturunan kedua, kedua karakter itu terpisah kembali. Dengan begitu, karakter rendah muncul kembali (Yatim, 1986). Perbandingan (rasio) antara fenotip tinggi dan rendah dari keturunan hasil penyerbukan sendiri itu adalah 3:1

Kerangka Konseptual

Hipotesis Penelitian

Fenotip F1 yang muncul pada persilangan D. melanogaster strain N>< se beserta resiproknya adalah N (normal), sedangkan F2 yang muncul dari persilangan tersebut adalah N dan se. Fenotip F1 yang muncul pada persilangan D. melanogaster strain N>< b beserta resiproknya adalah N (normal), sedangkan F2 yang muncul dari persilangan tersebut adalah N dan b. Fenotip F1 yang muncul pada persilangan D. melanogaster strain b>< se beserta resiproknya adalah N (normal), sedangkan F2 yang muncul dari persilangan tersebut adalah N, b, se, dan strain baru.

METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif karena data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan jumlah masing-masing fenotip yang dihasilkan dari persilangan baik jumlah masingmasing fenotip pada keturunan pertama (F1) maupun pada keturunan kedua (F2) dari masingmasing persilangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan rekonstruksi kromosom kelamin dan analisis deskriptif melalui grafik.

Waktu dan Tempat Penelitian Waktu Penenlitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan selam 3 bulan mulai dari bulan Februari 2012 sampai bulan Mei 2012. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Genetika (ruang 310) Gedung Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang.

Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh lalat buah (Drosophila melanogaster) N (normal), b (black), dan se (sephia) yang dibiakkan di Laboratorium Genetika gedung Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang. Sedangkan sampel yang diambil merupakan lalat buah (Drosophila melanogaster) strain N, b, dan se yang diambil dari biakkan di laboratorium genetika FMIPA UM dan dijadikan sebagai stok dalam penelitian ini.

Alat dan Bahan Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah mikroskop stereo, botol selai, spons/busa, kertas pupasi, gunting, kuas, timbangan, kompor gas, pisau, panic, kardus, selang ampul, selang kecil, cutter, blender, kasa steril, cotton bud, pengaduk kayu, plastic transparan, kertas label, Tupperware, spidol permanen, dan karet. Bahan Drosophilla melanogaster strain N, b, dan se, pisang rajamala, tape, gula merah, kertas pupasi, tissue, air, dan fermipan.

Prosedur Kerja Membuat medium 1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. 2. Mengupas kulit pisang, memilah serat dari tape singkong. 3. Menimbang pisang sebanyak 700 gram, tape singkong 200 gram, dan gula merah 100 gram (komposisi untuk satu resep). 4. Memblender pisang dan tape singkong secara bersama-sama serta menambahkan air secukupnya (memblender sampai halus). 5. Mencairkan gula merah dengan sedikit air. 6. Memasukkan hasil blenderan (pisang dan tape) kedalam panci, dan dimasak selama 45menit (ketika hampir mendidih tambahkan gula merah yang telah dicairkan). 7. Setelah 45 menit, mematikan api dan memasukkan medium ke dalam botol selai botol dan menutupnya dengan spons dalam keadaan panas. 8. Mendinginkan dengan cara merendam botol selai yang telah diisi medium dengan sedikit air. 9. Setelah dingin, memberikan yeast medium diberi yeast 7 butir dan kertas pupasi. NB: Sebelum memasukkan medium, botol harus disterilkan dengan cara pengasapan.

Persiapan Stok Induk 1. Menyiapkan botol yang berisi medium. 2. Memberi label pada tiap botol. 3. Mengambil beberapa induk strain N, b, dan se dari stok di Laboratorium Genetika dengan menggunakan selang. 4. Memasukkan stok tersebut ke dalam botol selai yang telah disiapkan. 5. Mengamati stok induk tersebut sampai terbentuk pupa. 6. Mengisolasi pupa yang sudah menghitam ke dalam selang ampul yang sudah berisi irisan pisang dan menutup selang tersebut dengan gabus. 7. Menunggu hingga pupa menjadi imago yang siap untuk dikawinkan.

Persilangan untuk Menghasilkan F1 Menyilangkan Drosophila melanogaster strain N dengan strain b beserta resiproknya dan menyilangkan strain N dengan strain se beserta resiproknya dari ampulan yang sudah menetas kemudian memasukkannya ke botol selai baru yang sudah berisi medium. Perlakuan tersebut dilakukan sampai minimal 6 kali ulangan. Dengan catatan umur lalat yang akan disilangkan tidak lebih dari 3 hari. 2. Memberikan label pada botol. Label bertuliskan tanggal, bulan, tahun, ulangan ke berapa, dan juga memberikan keterangan tentang strain apa yang disilangkan. 3. Melepas lalat jantan setelah 2 hari. 4. Setelah muncul pupa maka induk betina dipindahkan ke medium baru. Medium baru tersebut diberi label medium B, begitu seterusnya sampai betina mati. 5. Pada persilangan dibiarkan sampai muncul anak kemudian mengamati fenotip yang muncul pada F1 serta menghitung jumlahnya. Menghitung jantan dan betina anak pada setiap strain, ulangan, dan setiap generasi selama 7 hari yang dimulai dari hari ke-0 hingga hari ke-6.
1.

Persilangan F1 >< F1 untuk Menghasilkan F2 1. Dari hasil persilangan F1 sebagian pupa yang sudah menghitam diampul untuk persilangan menuju F2. 2. Dari hasil ampulan yang sudah menetas diambil Drosophila melanogaster sesama F1 kemudian dimasukkan dalam satu botol yang sudah diberi medium baru. Dilakukan minimal 6 kali ulangan. Strain yang dipakai adalah keturunan dari persilangan Drosophila melanogaster strain N dengan strain b beserta resiproknya dan strain N dengan strain se beserta resiproknya. 3. Memberi label jenis strain yang dipakai, tanggal dan bulan persilangan serta ulangannya. 4. Memberi label jenis strain yang dipakai, tanggal dan bulan persilangan serta ulangannya. 5. Setelah dua hari maka induk jantan dilepaskan. 6. Setelah muncul pupa memindahkan betina ke medium yang baru, begitu seterusnya sampai betina mati. 7. Pada persilangan dibiarkan sampai muncul anak kemudian mengamati fenotip yang muncul pada F2 serta menghitung jumlahnya. Meghitung jantan dan betina anak pada tiap strain, ulangan, dan setiap generasi selama 7 hari yang dimulai dari hari ke-1 sampai hari ke-7.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara menghitung dan mengamati fenotip F1 dan F2 dari masingmasing persilangan yang dilakukan dari hari ke1 sampai hari ke-7.

Teknik Pengumpulan Data

Data keturunan kedua (F2) yang diperoleh dari masing-masing persilangan strain dianalisis dengan teknik analisis deskriptif dan rekonstruksi kromosom.

Teknik Analisis Data

DATA DAN ANALISIS DATA


proyek penelitian ini, strain Drosophila melanogaster yang digunakan adalah N, se, dan b, dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Strain N : Warna mata merah Tubuh berwarna kuning kecoklatan Faset mata halus
Dalam

2. Strain se : Warna mata kecoklatan Tubuh berwarna kuning kecoklatan Faset mata halus

3. Strain b : Warna mata merah Tubuh berwarna hitam Faset mata halus

Rekonstruksi Kromosom
a. Persilangan strain N >< se

P1
Genotipe gamet F1

:
: : :

N >< se
se+ >< se se+ se se+ se se+ se

P2 Genotipe Gamet
F2

: : :
:

F1 >< se+ >< se se+ , se


se+

F1 se+ se se+ , se
se
se+ se (N heterozigot) se se (se homozigot)

F1
se+ se+ se+ se+ se

(N homozigot)

se

(N heterozigot)

Grafik Jumlah Keturunan F2 Persilangan F1 N>< se beserta resiproknya

b. Persilangan strain N
P1 Genotipe gamet F1 P2 Genotipe : : : : : : N b+ b+ b+ b+ b F1 b+ b b+, b

><
>< ><

b
b b b b

>< ><

Gamet

F1 b+ b b+, b

F2
F1

b+

b+

b+ b+

(N homozigot)

b+ b (N heterozigot)

b+ b (N heterozigot)

b b

(b homozigot)

Grafik Jumlah Keturunan F2 Persilangan F1 N>< b beserta resiproknya

c. Persilangan strain b >< se P1 : b >< se Genotipe : se+ b >< b+ se se+ b b+ se Gamet : se+ b >< b+ se F1 : se+ b (N) se+ b P2 : F1 >< F1 Genotipe : se+ b + >< se+ b + se b se b Gamet : se+ b+, se+ b, se b+, se b

F2 :
F1 (N) se+ se+ (N) se+ se+ (N) se+ se (N) se+ se se+ b+ (N) se+ se+ (se) se+ se+ (N) se+ se se+ b (N) se+ se (N) se+ se se b+ (N) se+ se se b se+ b+ b+ b+ b+ b b+ b+ b

b+

se+ b

b+ b

b b

b+ b

(se) se+ se

b b

se b+

b+ b+

b+ b

(b) se b+ se b+ (b) se b+ se b

(b) se b+ se b (b se) se b se b

se b

b+ b

(se) se+ b se b

PEMBAHASAN

Fenotipe F1 dan F2 persilangan N ><b beserta resiproknya semua ketrurunan F1 dari persilangan N ><b beserta resiproknya adalah strain N (heterozigot) yang memiliki fenotipe mata berwarna merah, faset mata halus, warna tubuh kuning kecoklatan dan kedudukan sayapnya menutupi tubuh dengan sempurna. Menurut Corebima (1997) ciri yang tampak pada F1 oleh J.G Mendel disebut ciri dominan, sedangkan yang tidak tampak disebut sebagai ciri resesif. Hal ini disebabkan sifat dominan yang dimiliki N menutupi sifat resesif yang dimiliki oleh b.

Fenotipe F1 dan F2 persilangan N ><se beserta resiproknya Keturunan pertama (F1) yang didapat dari hasil persilangan N ><se beserta resiproknya menghasilkan keturunan yang menunjukkan fenotip N (Normal). Hal ini dikarenakan strain N pada persilangan tersebut memiliki sifat yang dominan sehingga sifatnya akan menutupi fenotip strain se yang bersifat resesif. Sedangkan pada keturunan kedua (F2) diperoleh hasil keturunan yang menunjukkan strain N dan se dengan rasio N : se = 3 : 1

Berdasarkan

pengamatan pada keturunan pertama dan keturunan kedua persilangan lalat buah (Drosophila melanogaster) strain N >< b dan N >< se beserta resiproknya diperoleh hasil rasio fenotip keturunan kedua (F2) yang sesuai dengan Hukum Mendel I yang disebut juga sebagai Hukum Segregasi atau Hukum Pemisahan Mendel.

Kesimpulan
Fenotip

F1 yang dihasilkan dari persilangan D. melanogaster strain N >< b beserta resiproknya adalah N. sedangkan F2 dari persilangan tersebut menghasilkan keturunan N dan b. Fenotip F1 yang dihasilkan dari persilangan D. melanogaster strain N >< se beserta resiproknya adalah N. sedangkan F2 dari persilangan tersebut menghasilkan keturunan N dan se. Rasio fenotip F2 dari rekonstruksi kromosom sebesar 3:1

Saran
Sebaiknya

penelitian ini dilakukan dengan ketekunan, ketelitian serta kesabaran yang tinggi agar penelitian dapat memperoleh hasil yang maksimal. Sebaiknya digunakan sumber-sumber rujukan yang lebih bervariasi lagi agar pemahaman yang diperoleh lebih baik lagi.

DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2012. Drosophila melanogaster (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/drosophila_melanogaster, diakses tanggal 13 April 2012). Boror,J.D. Tripelhorn.1992. Pengenalan Pengajaran Serangga. Yogyakarta: UGM Press. Campbell, Neil.dkk.2002.Biologi jilid I Edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Corebima, AD.1997.Genetika Mendel.Surabaya: Airlangga University Press. Suryo.1986.Genetika Strata I. Yogyakarta: UGM Press. Yatim, Wildan. 1986. Genetika. Bandung: Penerbit Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai