Anda di halaman 1dari 19

MENDELIAN INHERITANCE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Genetika Lanjut


yang Dibina Oleh Prof. Dr. Aloysius Duran Corebima, M.Pd

Oleh :
Dwi Pipit Indriyanti 170341864547
Offering C

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
MARET 2018
TOPIK 2: Mendelian inheritance

GENETIKA MENDEL
Dalam proses penjabaran makna genetika Mendel, diperlukan pemahaman tentang beberapa
konsepsi yang mendasarinya. Beberapa konsepsi tersebut yaitu hukum pemisahan Mendel
(Hukum Mendel I), hukum pilihan bebas Mendel (Hukum Mendel II), populasi Mendel, dan
gen-gen Mendel.
Hukum pemisahan Mendel menyatakan bahwa selama pembentukan gamet, anggota suatu
pasang gen akan memisah satu sama lain. Lebih lanjut dijelaskan bahwa gen pada setiap sifat
tidak bergabung dengan cara apapun, melainkan berdiri sendiri selama hidupnya individu
yang kemudian akan memisah ketika terjadi proses pembentukan gamet. Separuh gamet
mengandung satu gen sedangkan separuh lainnya mengandung gen yang lain. Hukum pilihan
bebas Mendel menyatakan bahwa suatu pasang gen memisah secara bebas dari pasangan gen
lainnya selama pembentukan gamet. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa gen diwariskan
secara bebas satu sama lainnya. Populasi Mendel diartikan sebagai suatu satuan organisme
yang bereproduksi secara seksual dan secara alami melakukan persilangan satu sama lain
pada batas geografis yang difinitif, satuan tersebut membangun suatu gene pool. Selanjutnya,
gen-gen Mendel diartikan sebagai berbagai gen yang distribusikan dari berbagai inti turunan
dengan bantuan suatu spindel.
Berdasarkan pemaparan beberapa konsepsi genetika Mendel tersebut, kemudian dapat
diartikan bahwa genetika Mendel merupakan genetika yang berlaku dalam batas populasi
Mendel; aspek kajian berhubungan dengan hukum pemisahan Mendel dan hukum pilihan
bebas Mendel, serta aspek-aspek lain yang terkait. Di sisi lain, genetika Mendel juga dapat
diartikan sebagai genetika yang mengkaji hukum-hukum pewarisan Mendel serta aspek-
aspek lain yang terkait dalam batas populasi Mendel.

LAHIRNYA GENETIKA MENDEL


The Blending Theory of Inheritance
Masa prailmiah berlangsung hingga sebelum tahun 1900. Meskipun ketika itu Mendel sudah
memerkenalkan paradigma pertama genetika, hal tersebut belum dikenal secara umum.
Selama periode prailmiah, terkecuali kosep Mendel, pengamatan atas sifat menurun
cenderung bersifat kausal dan sistematis. Pada periode ini terdapat sebuah teori yang diterima
orang yaitu The Blending Theory of Inheritance. Teori ini menjelaskan bahwa sifat keturunan
dari kedua induk bercampur sedemikian rupa, sebagaimana terjadi percampuran pada macam
darah. Teori ini, pada masa itu, diperkuat karena tidak ada upaya kuantifikasi untuk
melakukan pengapatan satu sifat pada satu serta pengamatan tidak dilakukan secara terencana
selama beberapa generasi berurutan. Selanjutnya diketahui bahwa Mendel merumuskan
sebuah mekanisme pewarisan sifat yang berbeda dengan teori ini.
Percobaan dan Temuan Hukum Pemisahan Mendel
Mendel menggunakan kacang ercis (Pisum sativum) untuk mengetahui proses pewarisan satu
sifat. Alasan penggunakaan kacang ercis yaitu karena kacang ercis memiliki kecenderungan
melakukan pemuahan sendiri. Dala hal ini bangun bunga ercis memungkinkan serbuk sari
secara normal jatuh ke kepala putik bunga yang sama. Selain itu, untuk melakukan
perkawinan silang juga dapat dilakukan sengan sederhana. Cara yang digunakan yaitu
membuka kuncup bunga ercis yang belum mekar dan memotong benang sarinya sebelum
masak. Hal tersebut menyebabkan penyerbukan sendiri dapat dicegah untuk kepentingan
persilangan.
Kacang ercis tersebut dikumpulkan kemudian diseleksi selama dua tahun agar mendapatkan
satu ciri strain yang stabil. Selama proses percobaan, Mendel melakukan persilangan antara
satu strain dengan strain yang lain hingga turunan ke-2 (F2). Ciri yang muncul pada F2
kemudian direkam frekuensinya dan dihubungkan dengan gambaran data ciri turunan
pertama (F1) maupun ciri induk. Upaya percobaan ini memungkinkan Mendel dapat
menemukan hukum pemisahan dan hukum pilihan bebas yang dikenal dengan hukum Mendel
I dan hukum Mendel II.
Pelaksanaan Percobaan Mendel dan Hasilnya
Pada salah satu percobaannya, Mendel mempelajari sifat bentuk biji. Ercis biji bulat
disilangkan dengan ercis biji keriput yang menghasilkan seluruh turunan pertama (F1) biji
bulat. Hal serupa terjadi pada percobaan sifat yang lain yang melibatkan polong hijau –
polong kuning, polong mengembung - polong tidak mengembung, bunga aksial – bunga
terminal, batang tinggi – batang rendah, kulit biji abu-abu – kulit biji putih, dan biji kuning –
biji hijau. Mendel menyebutkan bahwa semua sifat yang muncul pada F1 merupakan sifat
dominan sedangkan yang tidak muncul disebut sifat resesif. Bagan persilangan tersaji pada
Gambar 1. Pada percobaan Mendel terbukti bahwa:
a. Polong hijau > polong kuning

b. Polong mengembung > polong tidak mengembung

c. Batang tinggi > batang rendah

d. Bunga aksial > bunga terminal

e. Kulit biji abu-abu > kulit biji putih

f. Biji kuning > biji putih

Gambar 1. Bagan Persilangan Percobaan F1 Mendel (Corebima, 2013)

Mendel melanjutkan percobaannya hingga turunan ke-2 (F2). Salah satu sifat yang dijelaskan
yaitu bentuk biji (bulat dan keriput). F1 yang telah terbentuk ditumbuhkan terus dan
dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri hingga akhirnya menghasilkan keturunan kembali.
Biji yang dihasilkan pada percobaan ini ternyata menunjukkan sifat bulat dan keriput dan
letaknya pada setiap polong berhadap-hadapan. Jumlah biji bulat 5474 sedangkan biji keriput
1850. Rasio perbandingan biji bulan dan biji keriput pada F2 yaitu 3:1. Bagan persilangan
tersaji pada Gambar 2.
Gambar 2. Bagan Persilangan Percobaan F2 Mendel (Corebima, 2013)
Percobaan Mendel kemudian dilanjutkan untuk mengetahui galur pada setiap sifat dengan
rasio 3:1 yang sudah ditemukan. Percobaan ini dilakukan dengan menanam biji bulat dan biji
keriput kemudian kedua tanaman tersebut dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri. Hasil
percobaan ini menunjukkan bahwa biji keriput sudah merupakan galur murni yang dibuktikan
dengan biji keriput yang ditanam tumbuh, berkembang, dan menghasilkan biji keriput. Di sisi
lain, biji bulat yang ditanam tumbuh, berkembang, dan menghasilkan biji bulat dan biji
keriput. 1/3 biji bulat tumbuh dan berkembang menghasilkan ercis yang seluruhnya berbiji
bulat, sedangkan 2/3 lainnya tumbuh dan berkembang menghasilkan 3/4 ercis biji bulat serta
1/4 ercis biji keriput. Hasil ini menunjukkan bahwa 1/3 biji bulat dalam rasio 3:1 merupakan
galur murni dan 2/3 sisanya bukan merupakan galur murni. Hasil ini juga berlaku pada
percobaan yang dilakukan dengan sifat-sifat ercis yang lain.
Analisis Mendel Atas Hasil Percobaan Persilangan Menuju Penemuan Hukum
Pemisahan Mendel
Dalam upaya menganalisis hasil percobaan yang telah dilakukan, Mendel merumuskan
hipotesis yang secara umum dijelaskan sebagai berikut: (1) ciri yang berlawanan pada ercis
dipengaruhi oleh suatu faktor (gen) yang diwariskan oleh induk kepada turunannya melalui
gamet; setiap gen dapat berada pada bentukan alternatif (alela) yang bertanggungjawab
terhadap karakter alternatif yang dimunculkan dan (2) Untuk setiap karakter yang
dimunculkan, ercis harus memiliki dua faktor (gen) yang diturunkan masing-masing oleh
induk jantan dan betina.
Mendel berpendapat bahwa galur murni ciri biji bulat pada ercis ditentukan oleh dua
faktor identik (homozigot) demikian pula yang terjadi pada galur murni biji keriput. Di sisi
lain, pada 2/3 biji bulat yang bukan merupakan galur murni, Mendel menjelaskan bahwa
karakter yang dimunculkan dipengaruhi oleh dua faktor yang tidak satu sama lain tidak
identik (heterozigot). Pada keadaan terdapat dua faktor yang tidak identik, Mendel
menjelaskan bahwa salah satu faktor bersifat dominan dan yang lainnya bersifat resesif.
Berdasarkan fakta bahwa sifat induk kembali muncul pada turunan yang tumbuh dari biji
heterozogot, Mendel menjelaskan bahwa kedua faktor yang tidak identik tersebut tidak
bergabung (tidak bercampur) dalam cara apapun melainkan berdiri sendiri selama hidupnya
individu dan akan memisah ketika terjadi proses pembentukan gamet. Dalam hal ini, separuh
gamet membawa satu faktor dan gamet lainnya membawa faktor yang lain. Penjelasan ini
yang mendasari hukum pemisahan Mendel.
Percobaan dan Temuan Hukum Pilihan Bebas Mendel
Sebelumnya Mendel telah melakukan persilangan dengan menggunakan satu karakter (biji
bulat dan biji keriput). Pertanyaan yang muncul kemudian yaitu “Apakah yang terjadi jika
pada rangkaian percobaan persilangan, dua ciri diperhatikan sekaligus?”.
Pada percobaan ini Mendel menyilangkan tanaman ercis biji bulat kuning dengan biji keriput
hijau. Hasil percobaan memunculkan F1 sesuai dengan dugaan Mendel yaitu seluruh
turunannya memunculkan karakter bulat bulat kuning.
Pada F2, Mendel mempertimbangkan dua hal yaitu: (1) ciri yang berasal dari satu induk akan
diwariskan bersama-sama dan (2) ciri yang berasal dari satu induk akan diwariskan secara
bebas satu sama lain. Kemungkinan pertama akan benar apabila F2 memunculkan karakter
biji bulat kuning dan biji keriput hijau dalam rasio 3:1. Sedangkan kemungkinan kedua akan
benar apabila pada F2 memunculkan empat karakter biji dengan rasio 9:3:3:1.
Hasil percobaan menunjukkan terdapat empat karakter biji pada F2 yang terdiri atas bulat
kuning, bulat hijau, keriput kuning, dan keriput hijau dengan rasio mendekati 9:3:3:1. Hal ini
mendasari hukum pilihan bebas Mendel yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang
menentukan karakter berbeda diwariskan secara bebas satu sama lain.
Konsepsi Dasar Mendel
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan oleh Mendel, dapat dirumuskan bahwa
Mendel memiliki konsep bahwa setiap karakter dipengaruhi oleh dua faktor yang
berpasangan (baik identik ataupun tidak identik). Lebih lanjut dijelaskan bahwa faktor
tersebut merupakan satuan atau unit karakter yang berdiri sendiri yang dijelaskan melalui
hasil percobaan F2 pada persilangan dua atau tiga ciri sekaligus. Simpulan yang dapat ditarik
dalam hal ini yaitu Mendel berpendapat bahwa satu buah faktor menentukan atau mengontrol
satu buah karakter.
TEMPAT, WAKTU, DAN AKIBAT PERISTIWA YANG BERLANGSUNG
MENGIKUTI HUKUM PEMISAHAN MENDEL, DAN HUKUM PILIHAN BEBAS
MENDEL
Hukum pemisahan Mendel dan hukum pilihan Mendel secara kontekstual dapat dijelaskan
terjadi dalam tubuh makhluk hidup. Beberapa aspek yang digunakan yaitu dimana terjadi?
kapan terjadi?, dan apa akibatnya jika terjadi?
Berkaitan dengan tempat terjadinya, hukum pemisahan Mendel dan hukum pilihan bebas
Mendel hanya terjadi pada makhluk hidup diploid yang berbiak secara seksual. Tentang
makhluk hidup haploid (prokaryotik), walaupun berbiak secara seksual, namun kedua hukum
Mendel tersebut tidak dapat berlangsung. Selanjutnya, apabila dilihat dari sudut pandang
makhluk hidup triploid atau poliploid (yang berbiak secara seksual) peristiwa pemisahan dan
pilihan bebas Mendel tidak berlangsung tepat sebagaimana yang dirumuskan dalam hukum
Mendel I dan hukum Mendel II. Lebih lanjut dijelaskan bahwa peristiwa yang mendasari
hukum Mendel I dan hukum Mendel II terjadi pada organ (atau bagian) reproduksi jantan dan
betina organisme diploid. Mengenai waktu terjadinya hukum pemisahan Mendel dan hukum
pilihan bebas Mendel, dijelaskan bahwa peristiwa tersbut terjadi ketika terjadi suatu proses
tertentu di dalam tubuh makhluk hidup yang pada akhirnya menghasilkan gamet.
Dalam hal akibat dari hukum pemisahan Mendel dan hukum pilihan bebas Mendel dapat
dilihat dari terbentuknya gamet atau “inti gamet” yang beranekaragam. Keanekaragaman
gamet atau “inti gamet” ini dapat menjelaskan tentang turunan pada reproduksi seksual. Hal
ini pula dapat menjelaskan bahwa hukum pemisahan Mendel dan hukum pilihan bebas
Mendel memiliki kaitan erat dengan evolusi makhluk hidup. Pernyataan tersebut didukung
oleh teori yang mendasari sebuah seleksi alam yaitu differential reproduction.
BEBERAPA TERMINOLOGI
Interaksi Dominan dan Interaksi Resesif
Pada percobaan yang telah dilakukan oleh J. G. Mendel (persilangan tanaman ercis [Pisum
sativum]) menyatakan bahwa terdapat dua sifat, yaiu sifat dominan dan sifat resesif. Sifat
dominan merupakan sifat yang mengalahkan sifat resesif, sedangkan sifat resesif merupakan
sifat yang dikalahkan oleh sifat dominan. Kedua sifat tersebut merupakan sifat interaksi
antara dua faktor (gen) penyusun suatu pasang faktor (gen).
Interaksi Dominan Tidak Sempurna dan Interaksi Kodominan
Interaksi antara kedua faktor tidak selalu bersifat dominan dan resesif, namun interaksi
tersebut ada yang bersifat dominan tidak sempuurna dan kodominan. Contoh munculnya sifat
interaksi tidak sempurna yaitu pada kuda. Apabila terdapat interaksi antara kedua faktor
bersifat dominan maka warna bulu badan yang muncul adalah terang (putih). Apabila
interaksi antara kedua faktor bersifat beda (satu dominan dan satu resesif) maka warna bulu
badan yang muncul adalah kuning keemasan dengan ekor keputihan. Apabila interaksi kedua
faktor bersifat resesif maka warna bulu badan yang muncul adalah coklat kemerahan.
Interaksi lain yang terjadi adalah interaksi yang bersifat kodominan. Sifat ini muncul, apabila
kedua sifat induk muncul bersamaan pada sifat anak. Contoh dari sifat ini adalah munculnya
golongan darah AB. Golongan darah AB berasal dari golongan darah A dan B, kedua sifat
induk muncul bersamaan.
Interaksi Lethal
Interaksi antara dua faktor dapat berpengaruh terhadap viabilitas tiap individu. Viabilitas
tersebut dapat menyebabkan kematian pada individu tersebut. Interakasi tersebut dikatakan
bersifat letal, sedangkan faktor yang berinteraksi disebut dengan faktor lethal. Interaksi lethal
dapat bersifat dominan dan dapat bersifat resesif. Bersifat dominan, apabila kedua faktor
bersifat dominan sedangan bersifat resesif apabila kedua faktor bersifat resesif. Contoh
interaksi lethal dominan adalah kelainan postur pada ayam sedangkan contoh interaksi lethal
resesif adalah pasangan faktor hemofili pada manusia.
Genotip dan Fenotip
Istilah genotip dan fenotip memiliki makna yang berbeda. Menurut Wilhem Johannsen tahun
1909 menyatakan bahwa fenotip merupakan penampakan yang mencakup morfologi,
fisiologi, dan tingkah laku makhluk hidup sedangkan genotip adalah konstitusi genetik yang
telah diwariskan. Fenotip dapat berubah sedangkan genotip tidak dapat berubah selama hidup
makhluk hidup.
Keadaan (Sifat) Homozigot, Heterozigot, dan Galur Murni
Terdapat istilah lain selain dominan dan resesif yaitu homozigot dan heterozigot. Homozigot
merupakan karakter yang dikontrol oleh 2 gen sepasang yang identik. Hereozigot merupakan
karakter yang dikontrol oleh 2 gen sepasang yang tidak identik. Sepasang gen yanghomozigot
akan menghasilkan istilah galur murni. Menurut Gardner dkk. Pada tahun 1984 menyatakan
bahwa galur murni total akan terpenuhi apabila seluruh pasangan alel berada dalam keadaan
homozigot, serta galur murni ini akibat dari peristiwa inbreeding. Peristiwa inbreeding
merupakan pembuahan sendiri atau perkawinan antara individu-individu berkerabat dekat
dalam banyak generasi.
Hibrid
Hibrid merupakan turunan suatu persilangan antara dua individu yang secara genetik berbeda.
Berdasarkan jumlah sifat yang diperlihatkan dalam persilangan tersebut, hibrid dibedakan
menjadi beberapa istilah, seperti monohibrid, dihibrid, trihibrid, dan polihibrid. Mono berarti
1, di berarti 2, tri berarti 3, dan poli berarti lebih dari 3.
SIMBOL
Penulisan simbol tidak diatur oleh suatu ketetapan sehingga penulisannya tidak bersifat
universal dan dapat berubah sesuai dengan rujukan. Penulisan ini sering menggunakan simbol
huruf latin. Untuk alel dominan menggunakan huruf besar dan ditulis miring (B) sedangkan
untuk alel resesif menggunakan huruf kecil dan ditulis miring (b). Pada rujukan lain,
penulisan alel dominan menggunakan huruf kecil, miring dan ditambah dengan tanda positif
di sebelah kanan (r+) atau hanya menggunakan simbol positif (+). Penggunaan istilah latin
dapat diubah ke dalam bahasa nasional, namun tidak semuanya dapat diubah.
TEMUAN TEMUAN SESUDAH J.G. MENDEL
Teori Pewarisan Kromosom (The Chromosomal Theory of Inheritance)
Terdapat beberapa pernyataan para ahli genetika terkait dengan teori pewarisan kromosom.
Kesimpulan dari beberapa pernyataan tersebut menegaskan bahwa faktor (gen) terdapat pada
kromosom, kromosom-kromosom tersebut berpasangan, tiap separuh pasangan berasal dari
induknya, serta perilaku yang parallel antara faktor dan kromosom ditemukan selama meiosis
dan di saat ferstilisasi.
Pautan
Semua faktor yang terdapat pada satu kromosom yang sama akan cenderung terpaut satu
sama lain selama pembelahan reduksi pada meiosis. Keadaan atau peristiwa ini merupakan
keadaan yang normal. Faktor-faktor yang terdapat pada satu kromosom memang terangkai
satu sama lain (melalui ikatan kimia), jumlah pautan pada makhluk hidup diploid adalah
sebanyak jumlah pasangan kromosom.
Pautan Kelamin
Sifat yang diturunkan oleh induk kepada anaknya dapat terpaut kromosom gonosom atau
kromosom kelamin. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh T.H. Moran dan
C.B. Bridges pada tahun 1910 dengan menggunakan Drosophila melanogaster. Pada
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor warna mata terdapat pada kromosom
kelamin X dan kromosom kelamin Y tidak mengandung warna mata.
Pola pewarisan yang terpaut kelamin pada Drosophila melanogaster juga ditemukan pada
semua hewan dan tumbuhan yang individu jantannya berkelamin heterogametik. Contoh sifat
yang terpaut kromosom kelamin pada manusia adalah sifat buta warna dan hemofilia.
Pindah Silang (Crossing Over)
Kejadian pindah silang didasari dengan adanya peristiwa chiasma. Chiasma diartikan bahwa
telah terjadi suatu pemutusan dan penyambungan kembali, yang diikuti oleh pertukaran
resiprok antara kedua kromatid di dalam bentukan bivalen (satu kromatid bersifa paternal,
sedangkan yang lain bersifat maternal). Peristiwa pindah silang umumnya terjadi selama
meiosis pada semua makhluk hidup berkelamin betina maupun jantan dan antara semua
pasangan kromosom homolog.
Peristiwa pindah silang dapat diamati dan tidak dapat diamati. Pindah silang yang mudah
dideteksi adalah yang berlangsung antara dua kromatid bukan sesaudara karena apabila
sesaudara kromatidnya identik sehingga susah untuk diamati. Pertukaran bagian-bagian
antara kromosom-kromosm homolog mnyebabkan perubahan posisi faktor tertentu dari suatu
kromosom ke pasangan homolognya. Keadaan semacam ini berakibat munculnya tipe
turunan yang bukan tipe parental, yang disebut dengan tipe rekombinan.
Pemetaan Kromosom
Pemetaan kromosom pertama kali diperkenalkan oleh A.H. Sturtevant dengan memanfaatkan
data frekuensi rekombinan akibat peristiwa pindah silang selama meiosis. Satuan jarak yang
digunakan untuk memperlihatkan posisi faktor satu dengan yang lainnya pada suatu
kromosom disebut dengan unit peta. Satu unit peta setara dengan 1% frekuensi rekombinan.
1) Pemetaan Kromosom yang Memanfaatkan Sarana Persilangan Trihibridisasi

Contoh persilangan trihibridisasi terjadi pada Drosophila melanogaster, dimana pada


persilangan tersebut memperlihatkan ketiga faktor yang terpaut pada satu kromosom kelamin
X. Persilangan tersebut menyatakan bahwa terjadi pindah silang pada individu betina selama
meiosis serta terdapat tipe rekombinan yang merupakan hasil dari dua peristiwa pindah silang
selama periode meiosis yang sama. Hal ini membuktikan bahwa semua tipe rekombinan tidak
dapat terbentuk sendiri-sendiri satu sama lain. Bukti tersebut mempertegas bahwa faktor-
faktor tersebu tersusun secara linier.
2) Interferensi Genetik

Interferensi menyatakan bahwa terdapat pengaruh dari satu peristiwa rekombinasi atas
peristiwa rekombinasi lainnya. Interferensi biasanya ditulis dengan simbol I. Nilai
interferensi dapat dihitung dengan cara I=1-c. c merupakan koefisien koinsiden, yaitu hasil
bagi antara frekuensi peristiwa rekombinasi ganda yang terjadi dan yang diharapkan.
Besarnya nilai interferensi sangat tergantung kepada letak faktor-faktor yang terlibat dalam
peristiwa pindah silang. Apabila jarak antara kedua faktor semakin dekat maka nilai I akan
semakin besar begitu pula sebaliknya. Nilai interferensi dapat bersifat postif dan negatif.
Bersifat positif apabila berada pada kisaran 0-1, nilai tersebut menyatakan bahwa pindah
silang pertama berpengaruh terdapat kejadian pindah silang kedua yang berlangsung di
dekatnya. Bersifat negatif apabila nilai interferensi >1, nilai tersebut menyatakan bahwa
pindah silang pertama meningkatkan peluang pindah silang tambahan didekatnya.
Pindah Silang Berlangsung Selama Tahap Tetrad Pasca Replikasi
Peristiwa pindah silang lebih sering terjadi setelah replikasi. Pernyataan tersebut sesuai
dengan penelitian yang melibatkan kelas jamur Ascomycetes. Alasan penggunaan kelas
tersebut karena (1) meiosis belangsung setelah fusi kedua inti haploid dari dua tipe kelamin;
(2) ascospora hasil meiosis tersusun secara linier di dalam struktur serupa tabung yang
disebut ascus; (3) ascospora tumbuh dan berkembang menghasilkan miselia multiseluler; (4)
N. crassa dapat tumbuh pada suatu medium buatan yang sederhana; (5) N. crassa
berkembang biak secara aseksual maupun seksual.
Apabila peristiwa pindah silang terjadi sebelum replikasi maka semua hasil dari suatu meiosis
pasti memperlihatkan ciri tipe rekombinan.Apabila peristiwa pindah silang terjadi setelah
replikasi maka hanya dua dari empat hasil suatu meiosis yang memperlihatkan tipe
rekombinan.Pernyataan tersebut disajikan pada Gambar 1 dan 2.

Gambar 3.Kejadian pindahsilang sebelumreplikasi (Corebima, 2013)


Gambar 4.Kejadian pindahsilang setelahreplikasi (Corebima, 2013)

Gagal Berpisah (nondisjunction) Dari Kromosom Kelamin X


Gagal berpisah merupakan suatu peristiwa penyimpangan yang trejadi selama proses
pembelahan. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian persilangan Drosophila melanogaster
yang dikemukakan oleh T.H. Morgan dan Bridges. Gagal berpisah ini dikarenakan kedua
kromosom X gagal memisah selama proses meiosis sehingga keduanya menuju kutub yang
sama sehingga terbentuk telur yang memiliki 2 kromosom kelamin X maupun yang tidak
memiliki kromosm kelamin X. Peristiwa gagal berpisah dibedakan menjadi 2 yaitu gagal
berpisah primer dan gagal berpisah sekunder. Peristiwa gagal berpisah tidak hanya terjadi
pada hewan tetapi juga pada manusia.
Alela Ganda
Alela ganda merupakan faktor yang memiliki lebih dari 2 macam alel. Contoh alel ganda
yaitu faktor penentu atau pengontrol warna bulu kelinci dan faktor penentu golongan darah
pada manusia.
Pleiotropy
Pleiotropy merupakan keadaan yang berhubungan dengan satu faktor yang berpengaruh
terhadap lebih dari satu sifat. Semua gen mungkin bersifat pleiotropy naumn efek yang
dihasilkan belum diketahui atau belum dikenal.
Polygene
Variasi yang terjadi pada makhluk hidup ada dua yaitu variasi yang terputus-putus dan variasi
yang tidak terputus-putus. Variasi terputus-putus mudah dibedakan sedangakn variasi yang
tidak terputus-putus tidak mudah dibedakan. Variasi yang tidak terputus-putus disebut
dengan sifat kuantitatif. Variasi tidak terputus-putus dijumpai pada tiap sifat yang dikontrol
oleh beberapa faktor atau bahkan oleh banyak faktor sekaligus dan tiap factor memiliki efek
kumulatif. Tiap faktor secara individual mempunyai sedikit peranan terdapat suatu sifat,
tetapi bersama faktor lain secara kumulatif akan mengontrol suatu sifat bersama sehingga
tampak berkisar dalam satu rentangan, faktor tersebut disebut dengan polygene.
Interaksi Antara Factor (Gen)
Interaksi antara dua factor akan menghasilkan suatu sifat lain. Pernyataan ini beradasarkan
penelitian atau eksperimen yang dilakukan oleh R.C. Punnest dan W. Bateson dengan
menggunakan ayam. Persilangan yang dilakukan tersebut menghasilkan ayam dengan jengger
yang berbeda dengan induknya. Persilangan tersebut disajikan pada Gambar 3.

Gambar 5. Persilangan ayam membuktikan adanya interaksi factor


(Corebima, 2013)

Epistasi
Epistasi merupakan suatu kondisi atau peristiwa yang meunjukkan dominansi, dimana sifat X
tertutupi oleh sifat Y sehingga sifat X tidak nampak pada hasil persilangan. Adapun contoh
epistasis disajikan pada Gambar 4.
Gambar 6. Contoh persilangan yang menunjukkan epistasis (Corebima, 2013)

Berdasarkan Gambar 4, dapat disimpulkan bahwa gen cc menutupi gen PP sedangkan gen pp
menutup CC. Interaksi faktor resesif menghasilkan warna putih sedangkan interaksi faktor
dominan menghaslkan warna ungu.

HUKUM PEMISAHAN MENDEL DAN HUKUM PILIHAN BEBEAS MENDEL


DEWASA INI
Pada era kekinian, beberapa konsepsi yang disampaikan oleh Mendel terbukti benar dan tetap
diterima hingga saat ini. Di pihak lain, terdapat pula beberapa konsepsi Mendel yang terbukti
tidak benar, kurang tepat, ataupun perlu disempurnakan berdasarkan perkembangan ilmu
genetika saat ini.
Bagaimana Konsepsi Dasar J.G. Mendel Pada Masa Kini?
Konsep karakter atau sifat ditentukan oleh faktor (gen) masih bisa diterima hingga saat ini.
Saat ini diketahui bahwa setiap ekspresi karakter atau sifat organisme ditentukan oleh reaksi
biokimia yang terjadi di dalam tubuh organisme tersebut. Reaksi biokimia dihasilkan dengan
katalis enzim. Enzim merupakan suatu protein yang tersusun oleh rantai polipeptida yang
pembentukannya dikontrol oleh faktor (gen).
Konsepsi Mendel selanjutnya tentang kemunculan setiap karakter dikotrol oleh dua faktor
berpasangan belakangan ini diketahui hanya terjadi pada organisme eukaryotik haploid. Hal
ini menandakan keterbatasan konsepsi Mendel kala itu. Selanjutnya, organisme eukaryotik itu
pula dibatasi pada faktor (gen) di dalam inti sel saja. Perkembangan ilmu biologi molekuler
menyatakan bahwa saat ini sudah diketahui terdapat DNA di luar inti sel seperti pada
mitokondria yang bentuknya sirkuler.
Konsep bahwa sebuah faktor (gen) merupakan unit yang berdiri sendiri saat ini jelas salah.
Hal tersbeut karena karena saat ini diketahui bahwa faktor (gen) merupakan segmen DNA.
DNA merupakan asam nukleat yang berada pada kromosom. Bahwa hasil percobaan Mendel
memperkuat konsepsinya itu hanya karena ciri sifat beda yang disilangkan berada pada
kromosom yang berbeda.
Pandangan Mendel tentang sebuah faktor (gen) mengontrol sebuah karakter dapat diterima,
namun lebih dari itu, ada pula karakter yang dikontrol oleh lebih dari satu faktor (gen), dan
ada pula satu faktor (gen) yang mengontrol lebih dari satu karakter. Kebenaran konsepsi
Mendel yang menyatakan sebuah faktor (gen) mengontrol sebuah karakter masih perlu
dijustifikasi. Berdasarkan penjelasan bahwa sebuah reaksi biokimia yang mengontrol sebuah
karakter bukan merupakan reaksi tunggal. Jika ditarik lebih ke belakang, bahwa sebuah reaksi
biokimia melibatkan enzim yang proteinnya berasal dari DNA yang ekspresinya dikontrol
oleh faktor (gen). Maka dapat dikatakan bahwa sebuah karakter dimungkinkan dikontrol oleh
lebih dari satu faktor (gen). Namun, konsepsi Mendel dapat saja dikatakan benar apabila
dibatasi pada lingkup reaksi biokimia dan polipeptida tertentu. Konsep ini hanya dipandang
benar, bukan memang benar adanya.
Tentang konsepsi dominansi yang melekat pada faktor (gen) telah diperluas dengan tambahan
yang diberikan oleh perkembangan ilmu genetika. Saat ini diketahui dominansi dipengaruhi
faktor internal, eksternal, dan lingkungan genetik. Dalam hubungan ini, dominansi gen
disebabkan karena adanya modifier gene dalam lingkungan genertik. Selain itu dimungkinkan
pula karena jumlah atau aktivitas enzim yang pembentukannya berlangsung di bawah kontrol
faktor (gen). Saat ini, konsepsi dominansi Mendel tidak dapat diterapkan pada semua kasus.
Evaluasi Terhadap Hukum Pemisahan Mendel dan Hukum Pilihan Bebas Mendel
Hukum pemisahan Mendel dan hukum pilihan bebas Mendel secara prinsipil benar. Hukum
ini tersusun atas dasar konsepsi bahwa setiap faktor merupakan unit yang berdiri sendiri.
Oleh karena hari ini diketahui bahwa faktor (gen) diketahui merupakan bagian dari
kromosom, maka yang melakukan pemisahan Mendel dan pilihan bebas Mendel selama
pembelahan reduksi yaitu kromosom. Oleh karena faktor (gen) merupakan bagian dari
kromosom, maka dalam hal ini faktor (gen) mengikuti kromosom.
Pewarisan Mendel Belum Mencakup Seluruh Pola Pewarisan
Pewarisan Mendel anya pada organisme diploid yang berbiak secara seksual. Dalam hal ini,
organisme yang tidak berbiak secara seksual belum dijelaskan.Kalaupun konjugasi pada
E.coli dikatakan sebuah mekanisme berbiak seksual, pola Mendel ini tetap tidak belaku.Hal
tersebut dikarenakan karena kojugasi tidak didauhuli meiosis.Pola pewarisan pada organisme
prokaryotik dilakukan melalui pembelahan biner. Di pihak lain, pada organisme asesluler
dijelaskan mekanisme pewarisannya mengikuti karakteristik replikasi asam nukleat.

Sumber Rujukan

Corebima, A.D. 2013. Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press.

Gardner, E. J., Simmons, M. J., and Snustad, D. P. (1991). Principles of Genetics. 8th.ed.
N.Y.: John Wiley & Sons,Inc.

Snustad, P. And Simmons, M.J. 2012. Principles of Genetics 6 edition. USA: John Willey &
Sons, Inc.
Questioning and Answering

Nama : Ardiyas Robi Saputra


NIM : 170341864531

1. Bagaimana mekanisme transformasi genetik bakteri Agrobacterium tumefaciens?


Proses transformasi dimulai dengan melekatnya Agrobacteriumpada sel tanaman.
Kejadian awal ini dimediasi oleh gen-gen yang berlokasi pada kromosom bakteri (gen
chvA, chvB dan att). Langkah berikutnya adalah terinduksinya gen-gen pada vir-region
oleh suatu signal yang spesifik didalam sel bakteri sehingga dihasilkan produk dari expresi gen-
gen virulen untuk memproses T-DNA dan mentransfernya dari dalam sel bakteri. Prosesing
dan transfer T-DNA dimediasi oleh berbagai protein yang dikode pembentukannya oleh
gen-gen virulen. Prosesing T-DNA dimulai dari suatu kejadian memproduksi T-DNA
untai tunggal yang disebut T-strand yang ditransfer ke dalam sel tanaman.Kejadian ini
dimediasi oleh produk dari genvirD1 dan virD2 yang berfungsi memotong T-DNA di
bagian left border dan right border. Salah satu produk yaitu molekul VirD2 tetap melekat
secara kovalen pada 5’ end dari T-strand dan membentuk apa yang disebut T-complex yang
masih setengah jadi. Pembentukan T-complex ini dilaporkan berfungsi untuk menjaga T-
DNA dalam perjalanannya menuju inti sel tanaman inang.Tahap akhir dari transformasi
genetik oleh Agrobacterium adalah integrasi T-DNA ke dalam genom sel tanaman
inang.

2. Mengapa efek maternal cangkang siput ke kanan lebih dominan dibandingkan dengan
yang ke kiri?
Karakteristik yang terjadi pada cangkang siput diturunkan oleh genotip induk betina.
Ketika persilangan antara betina melingkar ke kanan dan jantan melingkar ke kiri, F1
yang dihasilkan semuanya melingkar ke kanan, karena fenotip dari ss tidak
diekspresikan. sebagai gantinya pola yang diturunkan dari betina s+s+ tidak diekpresikan
dan pada genotip betina F1 s+sdiekspresikan pada F2. Ketika s+s+ atau s+s siput adalah
bawaan, mereka menghasilkan keturunan yang semuanya melingkar ke kanan.
Persilangan resiprok antara betina melingkar ke kiri dan jantan ke kanan, semua F1
melingkar ke kiri. Semua F2 melingkar ke kanan, ketika setiap F2 adalah bawaan,
genotip ss memproduksi keturunan yang melingkar ke kiri.

3. Apa tujuan pemandulan jantan pada penyerbukan silang tanaman?


a. Sebagai penghasil sterilitas genetik
b. Penghasil setrilitas sitoplasma
c. Menignkatkan penyerbuka silang alami
d. Penghasil benih hibrida
Nama : Farah Robi’atul Jauhariyyah
NIM : 160341801492

1. Dari beberapa konsep Mendel, manakah konsep yang diterima di masa kini dan manakah
konsep yang dianggap kurang tepat? Jika kurang tepat, bagaimana pembenarannya?
Jawab:
Konsep yang diterima di masa kini:
 Karakter atau sifat ditentukan oleh unit karakter yag disebut faktor (gen).
 Kemunculan tiap karakter ditentukan oleh dua faktor berpasangan (hanya berlaku
pada makhluk hidup diploid).
 Sebuah faktor (gen) mengontrol sebuah karakter.
Konsep yang dianggap kurang tepat:
 Konsep faktor (gen) adalah satuan atau unit yang berdiri sendiri. Faktor (gen) terdapat
di dalam kromosom dan dapat terpaut satu sama lain.
 Persilangan dihiridasi dan trihibridasi sesuai dan memperkuat konsep Mendel.
Persilangan yang dilakukan Mendel hanya bersifat kebetulan karena hasilnya bisa
berbeda jika dilakukan pada organisme lain yang memiliki kromosom lebih banyak.
 Dominansi adalah sifat yang melekat pada faktor atau gen. dominansi sebenarnya
merupakan ekspresi dari gen yang juga dipengaruhi oleh enzim dan lingkungan
sekitar makhluk hidup yang bersangkutan.

2. Paramecium merupakan slaah satu organisme yang menunjukkan peristiwa yang “mirip”
ekstrakromosomal inheritance, jelaskan kosep yang mendasari!
Jawab:
Sitoplasma paramecium mengandung sel kappa, yang merupakan bakteri simbion pada
sitoplasma paramecium yang membawa gen K pada intinya. Sitoplasma paramecium
dapat membunuh paramecium lain bila ada 400 partikel di dalam tubuh paramecium.
Transmisi kappa menghasilkan 2 kemungkinan, yaitu hanya ditransfer intinya atau
sitoplasmanya ikut tertransfer.Sitoplasma paramecium mempengaruhi sifat anakan,
bukan karena ekstrakromosomal namun karena bakteri simbion pada sitoplasma.

3. Apakah dampak yang terjadi jika terjadi kerusakan pada DNA pada organel sitoplasma?
Jawab:
Jika terjadi kerusakan pada DNA organel sitoplasma, maka kemungkinan organisme
tersebut akan mati. Rusaknya DNA organel menyebabkan organel tersebut tidak dapat
menjalankan perannya dengan baik dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sel
hingga akhirnya sel akan mati.
Nama : Nizar Azizatun Nikmah
NIM : 170341864529

1. Interaksi antara dua faktor ada yang dapat menyebabkan kematian pada keturunannya.
Faktor apakah yang menyebabkan peristiwa tersebut?

Jawab:
Faktor yang menyebaban peristiwa tersebut adalah faktor letal. Interaksi antara dua
faktor tersebut dapat berpengaruh terhadap viabilitas tiap individu. Viabilitas tersebut
dapat menyebabkan kematian pada individu tersebut. Interaksi anatar dua faktor disebut
dengan interkasi letal. Interaksi lethal dapat bersifat dominan dan dapat bersifat resesif.
Bersifat dominan, apabila kedua faktor bersifat dominan sedangan bersifat resesif apabila
kedua faktor bersifat resesif. Contoh interaksi lethal dominan adalah kelainan postur
pada ayam sedangkan contoh interaksi lethal resesif adalah pasangan faktor hemofili
pada manusia.

2. Interaksi antara kedua faktor tidak selalu bersifat dominan dan resesif, namun interaksi
tersebut ada yang bersifat dominan tidak sempuurna dan kodominan. Kapan interaksi
tersebut berisfat tidak dominan dan bersifat dominan?

Jawab:
Interaksi bersifat tidak dominan apabila terdapat interaksi antara dua faktor dengan sifat
yang berbeda (baik itu dominan maupun resesif). Contoh munculnya sifat interaksi tidak
sempurna yaitu pada kuda. Apabila terdapat interaksi antara kedua faktor bersifat
dominan maka warna bulu badan yang muncul adalah terang (putih). Apabila interaksi
antara kedua faktor bersifat beda (satu dominan dan satu resesif) maka warna bulu badan
yang muncul adalah kuning keemasan dengan ekor keputihan. Apabila interaksi kedua
faktor bersifat resesif maka warna bulu badan yang muncul adalah coklat kemerahan.
Interaksi bersifat kodominan muncul, apabila kedua sifat induk muncul bersamaan pada
sifat anak. Contoh dari sifat ini adalah munculnya golongan darah AB. Golongan darah
AB berasal dari golongan darah A dan B, kedua sifat induk muncul bersamaan.

3. Variasi yang terjadi pada makhluk hidup ada dua yaitu variasi yang terputus-putus dan
variasi yang tidak terputus-putus. Apa perbedaan antara kedua variasi?

Jawab:
Variasi terputus-putus mudah dibedakan dalam kelompok-kelompok yang terlihat
berbeda dengan yang lain sedangkan variasi yang tidak terputus-putus tidak mudah
dibedakan dalam kelompok karena batas antara kelompok tidak jelas.

Anda mungkin juga menyukai