MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Landasan Pendidikan yang Dibina Oleh
Dr. Susriyanti Mahanal, M.Pd
Oleh: Kelompok 5
Offering: C
Melati Insani Putri 170341864505
Muh. Nur Akbar 170341864556
Ni Luh Putu Emayanti 170341864509
0
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan ...............................................................................................................2
0i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan menjadi salah satu simbol baik tidaknya suatu negara. Betapa tidak,
suatu Negara akan terus terkenal seiring majunya pendidikan. Sebuah survey yang baru-
baru ini dilakukan menunjukkan bahwa indikasi Negara termasuk dalam worlds
happiest countries adalah tergantung pada faktor pemasukan, pendidikan, kesehatan,
harapan hidup, ekonomi, kesetaraan dan pertahanan gender. Dengan demikian, negara
akan memperhatikan dengan baik pendidikannya.
Pendidikan merupakan suatu hal yang menjadi konsetrasi setiap negara yang ada
Dunia. Melalui pendidikan, negara dapat berkembang hingga menjadi negara besar dan
memiliki pengaruh kuat terhadap negara lain. Oleh karena itu, setiap negara selalu
melakukan perbaikan dan evaluasi terhadap sistem pendidikan di negaranya. Tidak
tertutup kemungkinan bagi nagara-negara yang sudah maju sekalipun, tetap melakukan
perbaikan terhadap pendidikan.
Istilah Pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang
secaraberagam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang
dipegangnya. Terjadinya perbedaan penafsiran pendidikan dalam konteks akademik
merupakan sesuatu yang wajar, bahkan dapat semakin memperkaya wawsan
berfikirmanusia dan bermanfaat untuk pengembangan teori itu sendiri. Bahkan setiap
negara memiliki penafsiran sendiri terhadap pendidikan yang baik untuk negaranya,
sehingga wajar bila setiap negara memiliki sistem pendiidkan yang berbeda-beda.
Secara global, pendidikan dapat dinilai dan diukur pencapaiannya. Rata-rata sistem
pendidikan yang baik diterapkan oleh negara-negara maju, terutama negara maju di
Eropa dan Amerika. Sampai saat ini, tidak dapat dipungkiri jika negara-negara di Eropa
dan Amerika memiliki sistem pendidikan yang baik. Hal tersebut terlihat dari peringkat
pendidikan di Dunia yang didominasi oleh negara Eropa dan Amerika.
Negara-negara Eropa dan Amerika seperti Finlandia, Inggris, Belanda, Kanada dan
Amerika Serikat tidak diragukan lagi kualitas pendidikannya. Masing-masing negara
tersebut memiliki karakter sendiri dan manajemen khusus dalam mengatur pendidikan
dinegaranya. Dengan mengentahui sistem pendidikan dinegara maju tersebut, maka akan
menjadi referensi bagi calon pendiidk atau praktisi pendidikan untuk menyusun
pendidikan yang bai di Indonesia. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dipaparkan
sistem pendidikan negara-negara maju di Eropa dan Amerika.
1
2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas, diantaranya:
1. Bagaimanakah sistem pendidikan di Finlandia?
2. Bagaimanakah sistem pendidikan di Belanda?
3. Bagaimanakah sistem pendidikan di Inggris?
4. Bagaimanakah sistem pendidikan di Kanada?
5. Bagaimanakah sistem pendidikan di Amerika?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, diantaranya:
1. Untuk mengetahui sistem pendidikan di Finlandia
2. Untuk mengetahui sistem pendidikan di Belanda
3. Untuk mengetahui sistem pendidikan di Inggris
4. Untuk mengetahui sistem pendidikan di Kanada
5. Untuk mengetahui sistem pendidikan di Amerika
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
4
sudah lebih spesifik sesuai masing-masing individu. Menggunakan sebuah sistem yang
disebut sebagai national joint application system, sekolah-sekolah pada jenjang ini
memilih mana saja kandidat-kandidat siswa yang sesuai untuk menempuh pendidikan ini
di masing-masing sekolah. Dalam jenjang ini terdapat upper secondary schools dan juga
vocational schools yang menangani pendidikannya (Carl, 2012).
Upper secondary schools mirip dengan SMA di Indonesia yang intinya semua
siswa disiapkan untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi di
universitas. Lalu untuk vocational schools pada dasarnya seperti SMK dimana intinya
adalah semua siswa akan diajarkan berbagai kemampuan praktek secara langsung. Hal
ini ditujukan agar supaya mereka bisa langsung menggunakan keahlian-keahlian tersebut
untuk bekerja. Selain itu ada juga kesempatan bagi lulusan vocational schools untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Tahapan ini mencakup usia 16 hingga 19 tahun
(Carl, 2012).
c. Higher Education
Jenjang tertinggi dari sistem pendidikan di Finlandia ini adalah yang menentukan
arah dari kehidupan yang sebenarnya dari warga Finlandia. Berbagai hal kaitannya
dengan inovasi-inovasi serta penemuan-penemuan dalam lingkup nasional sangat
dipengaruhi oleh pendidikan pada jenjang ini. Finlandia mempunyai dua pilihan untuk
jenjang pendidikan tinggi yaitu universities dan universities of applied sciences atau yang
sebelumnya juga dikenal sebagai polytechnics (Carl, 2012).
Total ada 14 universities di Finlandia yang kesemuanya menyediakan gelar
Bachelors, Masters, Licentiate and Doctoral dengan waktu tempuh studinya yang
berbeda-beda. Semua universitas di Finlandia juga memiliki dasar yang sama yaitu pada
bidang penelitian demi terciptanya berbagai inovasi dan penemuan baik itu untuk
keperluan nasional atau bahkan untuk mengglobal atau internasional. Lulusan dari
jenjang pendidikan ini diharapkan nantinya bisa berkarya untuk Finlandia secara khusus
dan untuk kemanusiaan secara umumnya (Carl, 2012).
Universitas-universitas di Finlandia memiliki kebebasan dalam menjalankan
pendidikan sesuai ketentuan masing-masing karena adanya Finnish Universities Act.
Kemerdekaan dan kebebasan dalam menjalankan pendidikan membuat keberlangsungan
pendidikan pada jenjang ini lebih terjaga yang terbukti dengan adanya 14 universitas
resmi dibawah Finnish inistry of Education and Culture (Carl, 2012).
6
karena tidak ada assessment atau penilaian. Siswa-siswa di Finlandia dibimbing untuk
memiliki hak yang sama ketika belajar, maka tidak heran jika di dalam kelas mereka
memiliki minimal dua guru untuk mengajar, 1 bertindak sebagai guru utama dan 1-nya
sebagai asisten.
Disisi lain berdasarkan hak dasar warga Finlandia, prinsip Receive understanding
and have their say in accordance with their age and maturity yaitu menerima pemahaman
dan pendapat sesuai umur dan kedewasaan, jadi mereka memiliki hak mendapatkan ilmu
sesuai umur mereka tanpa diskriminasi. Mereka juga mendapatakan dukungan spesial
jika dibutuhkan seperti anak cacat dan anak-anak yang membutuhkan waktu ektra akan
memiliki kelas tambahan untuk diajarkan secara khusus agar mereka mendapatkan hal
yang sama seperti anak lainnya. Dari segi mata pelajaran di Finlandia memiliki 6 mata
pelajaran inti yang semuanya terbungkus dengan kata orientation. kenapa ada kata
orientation? karena kurikulum di Finlandia memiliki konsep gagasan bahwa 6 mata
pelajaran ini bukan mengharuskan siswa belajar isi dari seluruh pelajaran ini namun
mengajak anak didik untuk mulai memperoleh kemampuan menjelajah dan memahami
fenomena-fenomena alam yang ada disekitar mereka. maka jika anda melihat ada tiga
kata yang dipakai disini yaitu examine, understand, & experience. Jadi siswa melatih
kemudian memahami dan mencoba. Jadi pada hakikatnya siswa di Finlandia tidak belajar
isi dari buku-buku tetapi berinteraksi dengan ilmu-ilmu tersebut. tentunya dengan
fasilitas yang lengkap di setiap sekolah, baik desa maupun kota (Anna dkk, 2011).
Hal menarik lainnya adalah bagaimana seorang guru mengajar di Finlandia tidak
sebatas hanya di dalam kelas. Siswa diajak mengekplorasi pengetahuan secara langsung
di luar kelas ketika bahan ajar berkaitan dengan lingkungan. Jadi dalam hal ini siswa
tidak semata-mata belajar teori namun terjun ke lapangan untuk membuka wawasan
mereka tentang alam demi mendapatkan pengetahuan dari pengalaman secara langsung.
jangan heran jika di Finlandia ada yang namanya Parental engagement, orang tua siswa
juga terlibat dalam pendidikan anak jadi mereka juga secara tidak langsung memiliki
ikatan kerjasama dengan sekolah. Tujuannya adalah agar memungkinkan pihak sekolah
tahu bakat anak secara akurat lebih dini jadi apa yang dibutuhkan si anak lebih tersalurkan
di sekolah dengan informasi dari orangtuanya ke pihak sekolah. Mereka lakukan dalam
bentuk diskusi bersama orangtua dan staff. Tidak hanya itu, orang tua juga memiliki hak
mengevaluasi kurikulum sehingga mereka punya hak memberikan saran untuk
perkembangan si anak. ini adalah peran nyata orangtua dalam pendidikan. jadi orantua di
Finlandia tidak sekedar mendaftarkan anak ke sekolah dan terus selesai, mereka punya
8
tanggungjawab sebagai orangtua untuk memonitor kemajuan si anak dengan baik melalui
keterlibatan memberikan saran dan pendapat untuk perbaikan kurikulum jika dibutuhkan
(Anna dkk, 2011).
4. Pendidik
Tidak mudah menjadi guru di FInlandia. Untuk kuliah di jurusan pendidikan saja,
seseorang harus bersaing sangat ketat. Fakultas pendidikan menjadi fakultas paling
bergengsi dibandingkan fakultas lainnya. Guru di Finlandia dipilih dari lulusan 10
perguruan tinggi terbaik di finlandia. Dimana semua guru wajib menempuh pendidikan
master. Rata rata gaji guru di finlandia adalah $2.33 perbulan. Negara dan rakyat
finlandia menempatkan guru sebagai profesi terhormat. Guru guru di Finlandia
dibebaskan menyusun kurikulum dan silabus sesuai visi dan misi sekolah dengan kreatif,
mereka merancang buku teks yang aplikatif. Mereka juga menggunakan strategi belajar
mengajar yang beragam dengan memperhatikan multiple intelligence semua siswa. Guru
juga menentukan model evaluasi dan penilaian setiap aktivitas belajar mengajar.Dampak
dari otonomi tersebut menjadikan guru guru di Finlandia sangat bertanggung jawab
terhadap keberhasilan pendidikan para siswanya (Ajen, 2006).
pengadministrasian diatur pada tingkat lokal. Pemerintah kota bertanggung jawab atas
sekolah-sekolah negeri dan yayasan atau organisasi yang punya fungsi yang sama pada
sekolah-sekolah swasta. Mereka juga melaksanakan berbagai tugas terhadap semua
sekolah seperti pengawasan pelaksanaaan peraturan wajib belajar. Mereka juga mendanai
biaya-biaya fasilitas baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. Semua sekolah swasta
atau negeri didanai oleh negara selama memenuhi kriteria seperti sekolah harus memiliki
minimal 260 siswa, guru berlisensi dan rencana sekolah dengan target pencapaian
disetujui oleh pengawas sekolah yang ditunjuk pemerintah. Mereka juga dapat
menentukan kurikulum dan bahan ajar yang spesifik, meskipun materi pelajaran harus
berada dalam kerangka Departemen.Pada tahun 2006, Kementerian memutuskan untuk
memberikan semua dana untuk sekolah dasar dalam bentuk block grant, sehingga sekolah
akan memiliki otonomi keseluruhan atas pengeluaran. Sistem ini telah di tempat untuk
sekolah menengah sejak tahun 1996 (Priyadi, 2014).
Kementerian pendidikan dan ilmu pengetahuan dipimpin oleh seorang menteri
yang bertanggung jawab mengkoordinasikan kebijakan-kebijakan ilmu pengetahuan dan
pendidikan. Menteri dibantu oleh seorang sekertaris Negara dengan tanggung jawab
khusus atas pendidikan dasar dan menengah. Pengawasan pendidikan adalah tanggung
jawab menteri pendidikan dan ilmu pengetahuan, dan dilaksanakan oleh inspektorat
pendidikan. Ini merupakan badan yang bersifat desentralistis. Pada tahun 1990,
inspektorat pendidikan mempunyai 14 kantor ditingakat regional dengan 500 orang staf
tetap, 237 orang diantaranya adalah inspektur. Tugas kantor inspektorat adalah
mengawasi pembangunan, menjaga bahwa semua peraturan berjalan sebagaimana
mestinya, meningkatkan pembangunan pendidikan, dan melaporkan kepada menteri,
baik diminta atau atas inisiatif sendiri. Inspektorat pendidikan tinggi, disamping tugas-
tugas tersbut, juga bertanggung jawab menyusun dan memberikan dukungan terhadap
tim evaluasi universitas disaat melakukan evaluasi diri. Inspektorat juga bertnggung
jawab menyampaikan laporannya yang independen tentang keadaan pendidikan
diparlemen (Priyadi, 2014).
Pendidikan formal dibiayai oleh Kementerian Pendidikan dan ilmu Pengetahuan
kecuali pendidikan pertainan yang dibiayai oleh Kementerian pertanian: dana ini
bersumber dari penghasilan pajak dan dalam jumlah yang sangat terbatas, dari sekolah,
khusus, dan uang sekolah. Lembaga pendidikan tinggi dapat mengumpulkan uang dari
pengajaran atau penelitian yang dilaksanakan atas dasar kontrak. Pendidikan yang tidak
didanai oleh pemerintah juga merupakan sector yang cukup besar, yang dananya
10
seluruhnya dibayar oleh peserta pendidikan, atau orang tua, atau majikan yang
menyekolahkan stafnya. Dana pemerintah dialokasikan untuk pendidikan sesuai
persyaratan tertentu. Peraturan yang terpisah mengatur pendanaan untuk staf, untuk
investasi, untuk biasa operasional. Aspek-aspek pendanan pendidikan mencangkup
jumlah murid pada sekolah tertentu, lamanya waktu pendidikan, besarnya kelas (jumlah
murid perkelas), dan skala gaji guru-guru. Peraturan tentang kelebihan pengeluaran
(overspend) menetapkan bahwa njika dalam satu tahun ajaran kotapraja mengeluarkan
biaya untuk sekolah-sekolah negeri lebih dari yang telah ditetapkan, maka kotapraja yang
bersangkutan harus mengeluarkan dana yang jumlahnya sama besarnya dengan kelebihan
itu kepada sekolah-sekolah swasta setempat. Peraturan ini bersumber dari persamaan
keuangan antara sekolah negeri dan swasta sesuai ketentuan kobstitusi. Dalam tahun
1987, pemerintah setempat mengeluarkan kira-kira 680 juta DFI. (US$340 juta) untuk
fasilitas pendidikan (Priyadi, 2014).
2. Jenjang Pendidikan
Secara umum menurut Aid (1981), sistem pendidikan di
Belanda dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Pendidikan Tingkat Dasar dan lanjutan (Primary and Secondary Education)
1) Pendidikan Tingkat Dasar
a) Wajib sejak berumur 5 tahun
b) Berlangsung selama kurang lebih 8 tahun
c) Di tahun terakhir, para siswa sudah dianjurkan untuk memilih pendidikan
lanjutan yang akan mereka jalani
2) Pendidikan Lanjutan
a) Dimulai sejak siswa berumur 12 tahun, dan diwajibkan sampai umur 16 tahun
b) Beberapa Tingkatan Pendidikan Lanjutan
c) VMBO (Program 4 tahun) ( setara SMP) memberikan pendidikan yang
merupakan gabungan dari pendidikan umum dan kejuruan (Senior Secondary
Vocational and Training)
d) HAVO (5 tahun)(setara SMK) dan VWO (6 tahun)(setara SMA) merupakan
pendidikan selektif. Dua jenis pendidikan yang memberikan akses langsung
ke sistem pendidikan tingkat tinggi (HigherEducation)
3) Lulusan VWO Bisa mengakses langsung ke Universitas. Lulusan HAVO Bisa
mengakses langsung ke HBO (Hogeschool/Universities of Profesional
Education). Dua tahun terakhir di HAVO atau 3 tahun terakhir di VWO
11
pengajaran seharusnya tidak diatur secara sentral. Dewan pendidikan (school board)
setempat seharusnya bertanggung jawab untuk hal itu (Supriyadi, 2015).
Pada tingkat sekolah dasar rencana kerja merupakan instrument utama
bagi dewan pendidikan. Organisasi dan isi program pendidikan ditetapkan sekurang-
kurangnya sekali dua tahun dalam bentuk proposal dari guru-guru. Didalamnya
berisi pilihan materi pelajaran, metode mengajar, cara atau teknik bagaimana hasil belajar
anak di ukur, dinilai dan dilaporkan. Tiap tahun dirancang program kegiatan guru dan
kegiatan murid untuk pelajaran-pelajaran tertentu. Rencana kerja (Workplan) sekolah
dibahas oleh inspektorat, dan semua rencana kegiatan harus disampaikan untuk
diserahkan kepada inspektorat (Supriyadi, 2015).
Raport siswa di Basisschool memuat 44 butir pendidikan. Banyaknya items yang
harus dinilai oleh Basisschool membuat pihak sekolah betul-betul dapat mengenali bakat,
mentalitas dan budaya para siswanya. Basis school bertugas menstimulir bakat,
menggembleng mentalitas dan mengembangkan budaya para siswanya dalam suasana
demokratis dan sportif, sehingga tercipta generasi penerus Belanda yang bukan cuma
pandai, tapi juga berakhlak luhur. 44 butir pendidikan di Basisschool adalah:
Bahasa Belanda (11 butir): Ekspresi Siswa (4 butir):
1. Teknik membaca 28. Melukis
2. Pemahaman teks 29. Pekerjaan tangan
3. Entusiasme saat membaca 30. Musik
4. Perbendaharaan kata 31. Sandiwara
5. Teknik mengeja Olahraga (2 butir):
6.TataBahasa 32. Permainan
7. PekerjaanRumah 33. Gerak badan
8.Mengarang Kelakuan siswa (3 butir):
9.Kemampuanberargumentasi 34. Kelakuan di kelompok sesama siswa
10.Kemahiran mengucap/berbicara 35. Kelakuan di luar kelas sesama siswa
11. Menulis tebal tipis. 36. Kelakuan terhadap pengajar
Presentasi (4 butir): Pekerjaan Rumah (2 butir):
12. Referensi Buku 37. Belajar sendiri
13. Guntingan Koran 38. Membuat tugas
14. Bercerita di depan kelas Katekese (1 butir):
15. Membuat skripsi kecil 39. Partisipasi
13
Di Sekolah Menengah kegiatan seni, musik, olahraga masih digeluti oleh siswa,
selain mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, Sejarah, Ilmu Bumi, Bahasa Inggeris,
Perancis, Jerman, Latin dan Yunani. Meski tak ada kurikulum khusus mengganyang
korupsi, sistim pendidikan Dasar dan Menengah di Belanda ini terbukti mampu
memproduksi generasi penerus Belanda yang bersih korupsi (Agustiar,2002).
Mulai dari tahun 1993 ke atas, siswa pada semua jenis pendidikan menengah
mendapat pelajaran dalam 15 mata pelajaran dari kurikulum inti (core-curriculum) yang
berbobot sama dengan 3,000 jam pelajaran setiap tahun pelajaran. Kira-kira 20% dari
kurikulum sekolah dapat dipilih dan ditentukan oleh dewan pendidikan (Agustiar,2002).
Pengembangan kurikulum baru terorganisasi secara sistematis semenjak tahun
1960-an. Lembaga Nasional Pengembangan Kurikulum (Nasional Institute for
Curriculum Development, SLO) dibentuk tahun 1975. tugas utama SLO adalah
menyusun proposal kurikulum. Asosiasi sekolah menetapkan proposal mana yang akan
dipakai, dan dewan pendidikan membuat keputusan atas dasar implementasinya.
Disamping SLO, beberapa pusat penelitian dan pengembangan universitas juga
menyusun kurikulum melalui berbagai eksperimen (Agustiar,2002).
4. Pendidik
Pendidikan guru adalah bagian dari pendidikan tinggi. Guru-guru sekolah dasar
dididik pada perguruan tinggi propesional atau fakultas-fakultas yang khusus untuk
pendidikan guru sekolah dasar (PABOs). Kuliah berlangsung selama 4 tahun dan
menprogramkan agar guru-guru yang mengajar di sekolah dasar mampu mengajarkan
semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Mahasiswa yang mendaftarkan
pada lembaga keguruan ini meningkat dengan cepat (1987:3,000-4,00 orang; 1990:6,000)
setelah menurun sebelum 1987. jumlah tamatanjuga meningkat (1987:1,700 orang;
1989:2,600 orang) (Agustiar,2002).
Guru-guru sekolah menengah harus memiliki kualifikasi Grade satu atau
kualifikasi Grade dua. Guru yang berkualifikasi Grade dua boleh mengajar pada level
tiga tahun pertama di VWO dan HAVO, dan di sekolah-sekolah MAVO, VBO, dan
MBO. Guru-guru berkualifikasi Grade satu boleh mengajar pada semua kelompok umur
pada semua jenis sekolah menengah. Kuliah penuh untuk pendidikan guru-
guru Grade dua dalam mata pelajaran umum diselenggarakan pada perguruan tinggi
propesional selama 4 tahun. Mahasiswa mengambil spesialisasi dalam satu mata
pelajaran atau bidang studi dan hanya boleh mengajar selain bidang keahliannya, mata
pelajaran pendukung pada level tertentu. Semenjak tahun 1979, diadakan kuliah
15
eksperimen dalam mata pelajaran teknik yang berlangsung selama 5 tahun. Jumlah
mahasiswa pada program ini meningkat (1987:3,148 orang; 1990:4,427 orang), walaupun
jumlah lulusannya menurun (1987:2,254 orang; 1989:1,755 orang) (Agustiar,2002).
Untuk mendapatkan guru-guru yang berkualifikasi Grade Satu, mahasiswa yang
telah menyelesaikan satu program gelar non kependidikan di universitas, perlu mengikuti
pendidikan satu tahun di perguruan tinggi keguruan. Pendidikanguru yang terdiri dari dua
lapis pada pendidikan tinggi sepenuhnya didanai oleh pemerintah. Untuk mengajar pada
pendidikan khusus diperlukan mengambil pendidikan dua tahun setelah mendapatkan
kualifikasi mengajar HBO. Kuliah paruh waktu juga disediakan pada perguruan tinggi
profesional untuk program kualifikasi Grade Satu dan Grade Dua (Agustiar,2002).
Guru-guru sekolah dasar normalnya bekerja 40 jam seminggu. Pada sekolah
menengah, standar beban mengajar guru adalah 29 jam pelajaran. Tugas guru mencakup
mengajar dan tugas lainnya (nonteaching). Guru-guru yang dibebani tugas-tugas ekstra,
dibebaskan sebagian dari tugas mengajar. Dosen-dosen perguruan tinggi diatur dengan
satu bentuk peraturan sendiri didasarkan pada peraturan pegawai negeri, tetapi
dimodifikasi sesuai keadaan di universitas (Agustiar,2002).
Agency, HM Land Registry, The Insolvency Service, Intellectual Property Office dan
Ordnance Survey. Terdapat 38 lembaga non-kementerian yang juga bekerjasama dengan
kementerian ini, seperti Office of Fair Trading dan UK Trade & Investment (UKTI)
(Soelaiman, 2014).
Selain kedua lembaga kementerian pemerintahan tersebut, terdapat pula lembaga
lain yang berkecimpung dalam sistem pendidikan di tingkat nasional. Salah satunya
adalah Ofsted atau Office for Standards in Education, Children's Services and Skills.
Ofsted merupakan lembaga non-kementerian yang bertanggung jawab terhadap
pemeriksaan dan pengaturan panti sosial dan penitipan anak (day care and children's
social care), dan pemeriksaan terhadap pelayanan anak-anak, sekolah, perguruan tinggi,
pelatihan guru tingkat dasar, youth work, kerja praktek dan pendidikan orang dewasa.
Pada tingkat pendidikan tinggi, badan Quality Assurance Agency for Higher Education
(QAA) menyediakan layanan penjaminan mutu di seluruh Inggris. Badan tersebut
bersifat independen dari pemerintah Inggris dan dinaungi oleh berbagai organisasi yang
merepresentasikan kepala berbagai lembaga pendidikan di Inggris (Soelaiman, 2014).
Dalam hal pembiayaan pendidikan, badan yang dinamakan The Education
Funding Agency (EFA) bertanggung jawab terhadap pendanaan untuk pendidikan usia
antara 3 sampai dengan 19 tahun. Badan ini erat kaitannya dengan Departemen
Pendidikan (DfE), sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Sedangkan untuk
pendanaan dan pengawasan pelatihan (skills training) dan pendidikan lanjutan (further
education) untuk usia di atas 19 tahun, dibebankan kepada Skills Funding Agency yang
merupakan rekan kerja Departemen Bisnis, Inovasi dan Keterampilan (BIS). Lembaga
tingkat nasional yang bertanggung jawab terhadap pendanaan pendidikan tingkat tinggi
(higher education) adalah lembaga Higher Education Funding Council for England
(HEFCE). Biaya langsung (direct cost) untuk pembiayaan riset spesifik didanai oleh UK
Research Councils, yang menurut undang-undang berada di bawah pengawasan BIS
dengan wilayah pendanaan mencakup seluruh Inggris (Soelaiman, 2014).
2. Jenjang Pendidikan
Menurut Soelaiman (2014), jenjang pendidikan di Inggris yang umumnya dibagi
menjadi beberapa jenjang berdasarkan umur :
1. Pendidikan pra-primer (pre-primary education), usia 3-4 tahun
2. Pendidikan primer (primary education), usia 4-11 tahun
3. Pendidikan sekunder (secondary education), usia 11-16 tahun
4. Pendidikan lanjutan (further education), usia 16-18 tahun
17
3. Kurikulum
Terdapat dua jenjang pendidikan yang diatur di dalam Kurikulum Nasional untuk
England (National Curriculum), yaitu: Pendidikan Pra-Primer dan Pendidikan Primer dan
Sekunder. Education Act 2002 Chapter 32 adalah undang-undang yang mendasari
pengaturan ini. Di dalam undang-undang ini, Kurikulum Nasional untuk Wales pun juga
diatur, tepatnya di Part 7. Perbedaan di antara keduanya hanya terletak pada keberadaan
mata pelajaran Bahasa Welsh di dalam Kurikulum Nasional untuk Wales (Beravale,
2012).
Tidak terdapat kurikulum yang baku untuk Pendidikan Lanjutan dan Pendidikan
Tinggi. Hal ini dikarenakan beragamnya kualifikasi yang ada di jenjang pendidikan pasca
16 tahun. Setiap kualifikasi memiliki kurikulumnya masing-masing. Siswa pada tahap ini
sudah dianggap cukup dewasa untuk memilih. Beberapa kualifikasi yang ada
menawarkan pelatihan keterampilan praktis sehingga dapat langsung bekerja selepas itu.
Beberapa menawarkan persiapan sebelum masuk ke universitas dan sebagainya. Bagian
selanjutnya dari buku ini membahas secara rinci, dari sumber-sumber referensi yang
tersedia, kurikulum pada setiap jenjang pendidikan di England (Beravale, 2012).
a. Pendidikan Pra-Primer
Berdasarkan undang-undang, pendidikan pra-primer adalah pendidikan untuk
anak-anak yang belum memasuki usia wajib belajar (anak yang belum berusia 5
tahun). Pendidikan ini dapat disediakan di sekolah, misalnya di taman kanak-kanak
atau kelas nursery di sekolah dasar, atau di mana saja.
Untuk anak-anak usia 3 bulan sampai 3 tahun, umumnya pendidikan
disediakan oleh sektor swasta dan voluntary, dengan orang tua membayar biaya
pendidikan dan tidak diwajibkan (non-compulsory). Untuk anak-anak berusia 3 dan
4 tahun terdapat pendidikan gratis bagi orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya.
Berdasarkan undang-undang yang diatur Childcare Act 2006, saat ini telah
diberlakukan sistem Early Years Foundation Stage (EYFS). EYFS ditujukan untuk
bayi sejak lahir hingga usia 5 tahun. Terdapat enam bidang pembelajaran dan
pengembangan, yaitu: pengembangan pribadi, sosial, dan emosi; komunikasi, bahasa
dan melek huruf; pemecahan masalah, reasoning dan angka; pengetahuan umum dan
pemahaman terhadap dunia; olah raga; dan pengembangan kreatifitas. Tahap paling
awal pendidikan di jenjang ini diberikan secara paruh waktu, sampai dengan 12 jam
seminggu. Kurikulum perkembangan anak, atau disebut foundation stage di dalam
19
pendidikan wajib belajar juga menyediakan pendidikan tingkat lanjutan untuk siswa
usia 16 sampai 18 tahun (Beravale, 2012).
Penerimaan siswa baru sekolah-sekolah primer atau sekunder yang dibiayai
pemerintah, tidak dipungut bayaran. Orang tua siswa dapat mengirimkan aplikasi
untuk sekolah anaknya di mana saja. Proses penerimaan siswa diatur oleh pemerintah
melalui peraturan khusus yaitu Schools Admissions Code dan Schools Admission
Appeals Code. Semua sekolah yang dibiayai oleh pemerintah dan memiliki bangku
kosong harus menerima aplikasi siswa tanpa syarat. Kebijakan penerimaan siswa jika
jumlah bangku tidak mencukupi ditentukan oleh pemerintah daerah atau dewan
pengurus sekolah (tergantung dasar hukum sekolah bersangkutan) (Beravale, 2012).
Sekolah harus buka selama 190 hari dalam satu tahun. Pengajar wajib berada
di sekolah 5 hari lebih lama untuk tujuan kegiatan di luar waktu mengajar, seperti
misalnya pengembangan profesi. Jangka waktu dan hari libur ditentukan oleh
pemerintah daerah atau dewan pengurus sekolah, tergantung dari dasar hukum
sekolah bersangkutan. Tahun ajaran baru biasanya dimulai awal September dan
diakhiri bulan Juli tahun berikutnya. Sekolah umumnya beroperasi lima hari
seminggu (Senin sampai Jumat) (Beravale, 2012).
4. Pendidik
Guru/Staf pengajar di England tidak tergolong pegawai negeri sipil (civil
servants), namun direkrut oleh pemerintah daerah atau lembaga yang tergantung jenis
sekolahnya. Guru di lembaga swasta merupakan pegawai dari lembaga tersebut. Jumlah
guru yang mengajar di sekolah yang dikelola oleh pemerintah daerah dan akademi
tertanggal November 2012 adalah sebanyak 442.000, terdapat kenaikan sebesar 2,6% dari
November 2011. Jika digabung dengan jumlah tenaga pengajar lainnya seperti asisten
guru, staf pendukung dan tambahan di sekolah, maka jumlahnya menjadi 899.000 dan ini
tersebar di 24.328 sekolah (data per Januari 2013), mulai dari nursery hingga sekolah-
sekolah pada jenjang pendidikan sekunder (111). Terdapat sebutan khusus untuk tenaga
kerja di sekolah ini, yaitu FTE (Full-Time Employee) school workforce (Gillard, 2011).
Mayoritas dari guru yang terdata, sekitar 96%, adalah qualified teacher dengan
kualifikasi tingkat sarjana atau lebih tinggi. Data terkait juga menyebutkan bahwa gaji
bersih rata-rata yang mereka terima per tahun adalah sebesar 37.600. Untuk menjadi
guru di England dan Wales, seseorang diwajibkan untuk memiliki sertifikat QTS atau
Qualified Teacher Status yang diterbitkan oleh The National College for Teaching and
Leadership (NCTL), sebuah lembaga eksekutif DfE. Hal yang sama juga berlaku di
21
Scotland, dengan sertifikat Teaching Qualification (TQ), dan Irlandia Utara. Hanya saja
lembaga yang menerbitkan sertifikatnya berbeda. Sertifikat ini didapatkan setelah
mengikuti Initial Teacher Training atau ITT yang diadakan juga oleh NCTL. Di Scotland
dan Irlandia Utara, pelatihan serupa dinamakan Initial Teacher Education atau ITE
(Gillard, 2011).
Di jenjang pendidikan primer dan sekunder, pembinaan para guru adalah
tanggung jawab dari masing-masing sekolah. Dalam hal ini, para guru diberikan pelatihan
yang berhubungan dengan beberapa topik seperti isu kurikulum, penentuan target dan
evaluasi, kebutuhan khusus, kepimpinan, dan teknologi. Pelatihan biasanya diadakan di
sekolah pada saat hari pelatihan atau di pusat pelatihan regional yang dikelola oleh
pemerintah daerah.
Pembinaan guru juga dapat dilakukan antar sekolah. Terdapat 200 sekolah dengan
predikat oustanding (yang diberikan oleh Ofsted, terdapat di sub bab 5.2) yang
dicanangkan dan didanai oleh pemerintah sebagai Teaching Schools. Sekolah-sekolah ini
memiliki peran utama dalam melakukan pembinaan guru di sekolah-sekolah yang
dikelola pemerintah di England. Model ini menekankan pada kolaborasi dalam bentuk
aliansi sekolah-sekolah (Beravale, 2012).
Selain melakukan pembinaan, sekolah juga bertanggung jawab melakukan
evaluasi terdapat performa guru-gurunya. Dalam konteks figur, hal ini menjadi tanggung
jawab kepala sekolah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam melakukan evaluasi
telah diatur di dalam The Education (School Teachers Appraisal) (England) Regulations
2012 (Beravale, 2012).
Para guru juga didorong untuk mengikuti CPD atau Continuing Professional
Development. CPD biasanya disediakan oleh institusi seperti IfL atau Institute for
Learning. Gambar 10 menunjukkan hal-hal yang mendorong guru untuk mengambil
CPD. Materi-materi yang diajarkan di dalam pelatihan ini mengaktualisasi keterampilan
mengajar dan belajar. Selain itu, para guru juga didorong untuk mengambil kembali
pendidikan pascasarjana pada bidang-bidang prioritas, seperti Bahasa Inggris,
Matematika, Sains dan Seni. Pemerintah secara khusus mengalokasikan dana sebesar 2
juta per tahunnya untuk menyediakan beasiswa National Scholarship Fund hingga
3.500, diberikan bagi para guru yang berminat. Hingga saat ini, program beasiswa ini
sudah terlaksana sebanyak tiga kali (Gillard, 2011).
Di jenjang pendidikan tinggi, pelatihan yang diberikan lebih ke arah
pengembangan diri untuk sukses di riset, seperti teknik riset, administrasi, keterampilan
22
manajerial, pengembangan diri dan IT. Beberapa materi-materi pelatihan disediakan oleh
institusi seperti HEA atau Higher Education Academy (Gillard, 2011).
bersifat informal, dan murid harus bersifat lebih aktif dalam proses belajar mengajar
(Marishak, 2012).
Materi kurikulum yang diterbitkan oleh Departemen atau Kementrian Pendidikan
harus diuji coba terlebih dahulu disekolah-sekolah sebelum mendapat perubahan dari
kementrian. Ada sekolah-sekolah swasta harus mendapat persetujuan dari kementrian
dan dewan pendidikan setempat sebelum disetujui secara resmi (Agustiar, 2001).
Kurikulum sekarang memasukan komputer, berfikir kreatif, belajar mandiri dan
pendidikan lingkungan. Empat inti kurikulum di Canada adalah:
a. Pendidikan sekitar sasaran sosial, tujuan-tujuan publik, biaya-biaya, manfaat-manfaat
dan etika kewarganegaraan untuk memungkinkan seseorang untuk menilai keadaan
tindakan-tindakannya.
b. kapasitas untuk menganalisa identitas diri sendiri melalui studi lingkungan, agama,
filsafat, dan literatur.
c. Beberapa praktek di dalam negosiasi dunia nyata, di dalam psikologi konsultasi dan
berupa kepemimpinan di dalam lingkungan pengetahuan.
d. perspektif global dan satu sikap dari tanggung jawab pribadi untuk hasil yang umum
tentang kehidupan secara umum.
3. Jenjang Pendidikan
a. Pendidikan Dasar (Primary School , Public School),
Sama seperti AS, sistim pendidikan di Kanada berbeda di setiap propinsi.
Menurut UU Kanada, pendidikan merupakan tanggung jawab tiap propinsi.
Umumnya anak-anak Kanada masuk taman kanak-kanak selama satu atau dua tahun
pada usia 4 atau 5 tahunsecara sukarela. Semua anak masuk kelas SD pada usia 6
tahun. Lamanya masa sekolah dasar di Kanada berbeda untuk tiap propinsi.Propinsi-
propinsi seperti Quebec, Ontario, dan Manitoba mempunyai masa pendidikan dasar
lebih panjang dibanding propinsi lainnya.Karena di propinsi-propinsi tersebut sistim
pendidikan dasar dan menengahnya hanya terdiri dari sekolah dasar dan menengah.
Dengan sistem ini, seorang anak di Quebec harus menghabiskan enam tahun untuk
sekolah dasar, kemudian lima tahun untuk sekolah menengah. Sebelum masuk
universitas, ia harus menjalani masa pendidikan pra-universitas (disebut CEGEP)
selama dua tahun.CEGEP bisa dianggap sebagai kursus tambahan yang dapat
dikreditkan ke dalam kredit universitas (Alwasilah, 2008).
b. Pendidikan Menengah (High School)
24
oleh negara, dan semua menjaga kualitas secara konsisten tanpa memandang
lokasinya (Alwasilah, 2008).
Kesemuanya menjaga mutu pendidikan akademis secara otonomi. Jumlah
mahasiswa di setiap universitas bervariasi dari 35000 sampai kurang dari
1000.Sebagai tambahan, banya universitas memiliki mahasiswa-mahasiswa yang
belajar part-time dan tingkat lanjut (S2dan S3) (Alwasilah, 2008).
4. Pendidik
Pada awalnya pengadaan pegawai sekolah semuanya diangkat dari pusat. Namun,
setelah tahun 1970 Kanada menetapkan model MBS (manajemen berbasis sekolah) atau
yang disebut School Site Decision Making (SSDM) yaitu pengambilan keputusan
diserahkan pada tingkat sekolah (Agustiar, 2001).
Desentralisasi yang diberikan kepada sekolah adalah alokasi sumber daya bagi
staf pengajar dan administrasi, peralatan dan pelayanan. Menurut Sungkowo, ciri ciri
MBS di Kanada sebagai berikut: penentuan alokasi sumber daya ditentukan sekolah,
alokasi anggaran pendidikan tersebut dimasukkan ke dalam anggaran sekolah, adanya
program efektivitas guru dan adanya program pengembangan profesionalisme tenaga
kerja (Agustiar, 2001).
Dengan adanya model MBS seperti ini, sekolah-sekolah di Kanada sangat ketat
dalam menyeleksi tenaga pengajar yang akan ditempatkan di sekolahnya. Dengan
ketatnya proses seleksi tenaga pengajar tersebut, maka tentu saja akan meninggkatkan
kredibilitas dan kualitas dari sekolah itu sendiri dan juga ditunjang dengan system
pembelajran yang efektif membuat siswa-siswa yang belajar di sana dipastikan
mendapatkan pengajaran yang sangat efektif bagi siswa-siswa itu sendiri (Agustiar,
2001).
Tahun ajaran sekolah untuk Grade 1 sampai Grade 5, dimulai pada bulan Agustus dan
berakhir pada bulan Agustus di tahun berikutnya. Siswa dikelompokan dalam kelas
berdasarkan usia (Schroeder, 2000).
Sistem Pendidikan di AS terdiri dari 12 kelas selama 12 tahun, melalui jenjang
Primary (setara SD) dan Secondary (setara SMP dan SMA) sebelum masuk ke
Pendidikan Tinggi. Pembagian kelas di jenjang Primary dan Secondary pada beberapa
State tidak sama. Sebagian State mempunyai sistem 6+3+3, sebagian yang lain
mempunyai sistem 5+3+4. Namun, secara umum sebagain besar State menganut
pembagian jenjang Primary 5 tahun (K5), Middle School (SMP) 3 tahun dan High School
(SMA) 4 tahun (Schroeder, 2000).
Pengelompokan kelas pada dasarnya didasarkan pada usia. Sehingga sampai
dengan kelas 12 dapat dikatakan tidak ada yang tinggal kelas. Walaupun demikian, di
Grade 10, 11 dan 12 siswa dimungkinkan untuk mengambil lagi pelajaran di kelas-kelas
sebelumnya (Schroeder, 2000).
SD dimulai dari kelas 1 sampai kelas 5, 6 tahun jika dihitung dari TK,
(Kindergarten). Kelas 6 dalam sistem pendidikan di AS dimasukan ke jenjang SMP. SMP
meliputi tingkatan kelas menengah antara SD dan SMA. SMP biasanya adalah kelas 6, 7
dan 8. SMA biasanya meliputi kelas 9, 10, 11 dan 12 (Schroeder, 2000).
Pada saat SMP dan SMA, siswa diberi sedikit kebebasan supaya lebih mandiri;
misalnya dengan pindah ke kelas yang berbeda untuk mata pelajaran yang berbeda
(moving class) dan diperbolehkan untuk memilih beberapa mata pelajaran pilihan.
Biasanya, mulai di kelas 9, nilai menjadi bagian dari transkrip resmi siswa (Schroeder,
2000).
3. Kurikulum
Meskipun tidak ada kurikulum nasional di AS, State bersama sekolah dan asosiasi
sekolah maupun asosiasi keahlian merekomendasikan standar tertentu untuk memandu
kurikulum yang digunakan di sekolah. Oleh karena itu, setiap State memiliki standar dan
kurikulum yang berbeda-beda (Hofstadter, 2004).
Tujuan dari kurikulum ini adalah untuk memastikan bahwa semua anak diberi
kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuannnya, mengembangkan potensi
mereka dan mempersiapkan mereka untuk memenuhi tantangan belajar di abad 21.
Kurikulum ini memberikan perhatian yang tinggi pada anak sebagai pembelajar dan
menggunakan berbagai metodologi pengajaran (Hofstadter, 2004).
28
akhir tiap kelas. Sehingga lulusan SMA siap untuk masuk ke perguruan tinggi atau masuk
ke pasar kerja (Hofstadter, 2004).
Pada umumnya di tingkat SMA, siswa mengambil berbagai macam kelas tanpa
penekanan khusus pada mata pelajaran tertentu. Siswa diminta untuk mengambil
sejumlah kredit minimum tertentu dari mata pelajaran wajib. Sebagai tambahan, siswa
dapat memilih mata pelajaran pilihan untuk mengisi waktu yang dibutuhkan untuk
belajar. Perhitungannya adalah jumlah jam belajar per minggu (Hofstadter, 2004).
Penggunaan bahasa Inggris dalam mengajar masih merupakan masalah. Bahasa
Inggris dituturkan oleh lebih dari 95 % penduduk AS, Bahasa Inggris adalah bahasa de
facto official. Di AS ada sekitar 9,7 juta anak usia 5 sampai 17 tahun yang berbicara
dalam bahasa lain, seperti Spanyol, Cina, Korea, Vietnam dsb. di rumah. Sebagian dari
mereka, sekitar 1,3 juta anak tidak dapat berbicara bahasa Inggris dengan baik atau
malahan tidak bisa sama sekali (Hofstadter, 2004).
Oleh karena itu, bahasa Inggris merupakan mata pelajaran yang sangat penting
dari Grade 1 sampai Grade 12. Mata pelajaran ini tidak dalam bentuk tata bahasa Inggris,
tetapi dalam bentuk mengarang dan membuat laporan. Sejak dini (bahkan dari
Kindergarten) anak anak dibiasakan mebuat jurnal atau laporan dari apa yang mereka
lihat dan kerjakan. Mata pelajaran bahasa kedua ( bahasa selain bahasa Inggris) diberikan
di SMP (Hofstadter, 2004).
Pelajaran utama yang merupakan pelajaran wajib di hampir semua SMA di AS
adalah:
a. Sains (biasanya minimal tiga tahun, termasuk di dalamnya Biologi , Kimia dan
Fisika)
b. Matematika (biasanya minimal empat tahun , termasuk di dalamnya Aljabar,
Geometri, Pra-kalkulus , Statistik dan bahkan Kalkulus )
c. Bahasa Inggris (biasanya minimal empat tahun, termasuk di dalamnya Sastra,
Humaniora, Komposisi, bahasa lisan, dll)
d. Ilmu Sosial (biasanya minimal tiga tahun , termasuk di dalamnya berbagai Sejarah,
Pemerintahan atau program Ekonomi )
e. Pendidikan Jasmani ( minimal satu tahun)
Banyak State memberikan mata pelajaran Kesehatan sebagai pelajaran wajib.
Pada mata pelajaran ini, siswa belajar tentang Anatomi, Gizi, pertolongan pertama pada
kecelakaan, Seksualitas, kesadaran akan bahaya narkoba (NAPZA) dan pengendalian
kelahiran. Program anti-narkoba juga biasanya merupakan bagian dari mata pelajara ini.
30
Bahasa asing dan beberapa bentuk pendidikan seni juga merupakan bagian wajib dari
kurikulum di beberapa sekolah (Hofstadter, 2004).
Beberapa mata pelajaran pilihan antara lain adalah:
a. Komputer (Word processor, pemrograman , desain grafis )
b. Atletik (lintas negara, sepak bola, baseball, bola basket, atletik, renang, tenis, senam,
polo air, sepak bola, softball, gulat, cheerleader, bola voli, lacrosse, hoki es, hoki
lapangan, kru, tinju, ski atau snowboarding, gol, bersepeda gunung, marching band)
c. Karir dan Pendidikan Teknik ( Pertanian/Agriscience, Bisnis/Pemasaran, Keluarga
dan Ilmu Konsumen, Pekerjaan Kesehatan dan Pendidikan Teknologi, termasuk
Penerbitan (koran jurnalisme/mahasiswa, buku tahunan/tahunan, majalah sastra)
d. Seni Pertunjukan/Seni Visual (paduan suara, band, orkestra, drama, seni, keramik,
fotografi dan tari)
e. Bahasa asing (Spanyol dan Perancis yang umum, Cina, Latin , Yunani Kuno, Jerman,
Italia, Arab dan Jepang adalah kurang umum)
Olah raga merupakan pelajaran pilihan wajib dan standar sekolah. Baik SD, SMP
dan SMA harus mempunyai fasilitas olah raga yang baik. Dipercaya bahwa olahraga
memupuk sportifitas dan solidaritas yang sehat. Kompetisi olah raga dari berbagai
macam cabang olah raga dilakukan sejak SMP dan sangat besar di SMA. Para juara akan
mendapat beasiswa untuk masuk perguruan tinggi (Hofstadter, 2004).
Olah raga dan kesenian merupakan bagian dari kurikulum yang penting bagi
siswa di SMA. Semua anak diwajibkan memilih salah satu cabang olah raga dan cabang
musik. Sekolah-sekolah mengidentifikasikan diri dengan olah raga dan grup musik.
Siswa yang terpilih mewakili sekolah untuk cabang olah raga tertentu dan grup musik
(klasik) mendapatkan penghargaan yang istimewa. Kurikulum juga menekankan
perlunya perhatian yang lebih besar kepada siswa dengan kebutuhan pendidikan khusus.
Di Amerika anak dengan keperluan khusus, belajar di sekolah yang sama dengan anak
yang normal (Hofstadter, 2004).
4. Pendidik
Di AS tidak ada peraturan secara nasional mengenai sertifikasi guru, walaupun
secara nasional guru harus bersertifikat. Sertifikasi guru berbeda di tiap State. Peraturan
dan prosedur sertifikasi di tentukan oleh State Department of Education (Kantor Wilayah
Pendidikan). Guru-guru untuk K12 minimum adalah Sarjana Pendidikan pada subjek
yang bisa mendapatkan sertifikat, misalnya Bahasa Inggris, Seni, Ilmu Pengetahuan,
Matematika, dan sebagainya (Hofstadter, 2004).
31
Beberapa State mengatur bahwa guru harus sudah lulus tes standar untuk keahlian
mengajar. Kemampuan mengajar sangat diutamakan di setiap State. Para guru bisa
mendapatkan sertifikat mengajar dari universitas yang menyediakan jurusan pendidikan
dan dari beberapa lembaga swasta yang diakui. Tidak ada lembaga pemerintah yang
memberikan sertifikat. Guru-guru harus mendapatkan license atau ijin untuk mengajar
berupa Certificate of Eligibility (CE). Guru bisa mendapatkan CE dengan mengambil
sejumlah kredit tertentu di perguruan tinggi ataupun di lembaga yang memberikan
sertifikat. Salah satu contoh adalah di New Jersey (NJ). NJ adalah State pertama yang
memberi rute alternatif untuk menjadi guru (Hofstadter, 2004).
Sebagaimana lulusan SMA, guru bisa juga mengambil tes yang dilaksanakan oleh
ETS khusus untuk sertifikasi mengajar. Di banyak State, sebelum mendapat sertifikat,
seorang guru harus mengetahui cara mengajar yang baik dan harus lulus ujian mengenai
paedagogi. Pengetahuan umum dan pengetahuan mengenai subyek yang diajarkan. Tes
dilakukan setiap 4 6 tahun (Hofstadter, 2004).
Pada tingkat nasional dikenal adanya National Board for Professional Teaching
Standards (NBPTS). Lembaga independen ini memberikan setifikasi bagi guru yang
ingin meningkatkan standar kualifikasinya. NBPTS bertujuan untuk menjaga kualitas
guru dengan memberikan standar terkait apa yang harus diketahui dan harus dilakukan
oleh seorang guru. NBPTS juga memberi sertifikat bagi guru yang memenuhi standar
tersebut dengan mengembangkan sistem sertifikasi sukarela (Hofstadter, 2004).
Sistem sertifikasi sukarela dilakukan oleh swasta dapat berjalan karena sertifikat
yang dimiliki oleh guru akan berpengaruh pada jabatan dan gaji yang diterimanya. Secara
umum, dapat dikatakan kualitas guru ditentukan oleh sertifikat yang didapatkannya
(Hofstadter, 2004).
Menurut Hofstadter (2004), sertifikat di beberapa setiap State bisa berbeda.
Namun, pada umunya terdapat 3 macam sertifikat, yaitu:
a. Initial Certificate setelah 3 tahun- hanya mengajar yang umum
b. Transformation Certificate setelah 5 tahun
c. Professional Certificate
Biasanya, setelah 5 tahun guru akan kembali bersekolah di universitas untuk
mendapatkan sertifikat yang lebih tinggi lagi. Sertifikat juga dapat diberikan oleh
universitas yang diakui. Untuk menjaga kualitas guru dalam mengajar, secara berkala
diadakan refreshing bagi para guru oleh County. Sementara itu, sekali dalam satu minggu
para guru diminta mempresentasikan cara mengajar dan dievaluasi bersama. Pada saat
32
itu evaluasi akan diberikan oleh senior guru atau kepala sekolah yang hadir, juga oleh
penilik sekolah yang kadang kala hadir dalam acara mingguan tersebut (Hofstadter,
2004).
Tidak ada guru yang berstatus pegawai negeri. Semua guru di AS adalah
dikontrak, namun sebagaimana di universitas ada guru yang dikontrak dengan jangka
panjang. Dengan sistem ini, kinerja harus selalu dijaga. Apabila kinerja menurun, kontrak
bisa tidak diperpanjang, Karir guru dimulai dari guru junior, kemudian guru senior,
menjadi kepala sekolah dan atau kemudian menjadi pemilik sekolah (Hofstadter, 2004).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan sistem pendidikan negara-negara maju di Eropa dan
Amerika, maka dapat disimpulkan bahwa sistem pendidikan disetiap negara berbeda-
beda. Setiap negara memiliki kriteria dan tujuan pendidikan sesuai kebutuhan negaranya
masing-masing.
1. Negara Findlandia memiliki ciri khusus pada kualifikasi guru yang dipekerjakan.
2. Sistem pendidikan Belanda didasarkan pada statuta (anggaran dasar/undang-
undang)yang kuat dan berfungsi sebagai dasar peraturan-peraturan yang lebih rinci
dalam bidang-bidang tertentu. Peraturan ini dibuat menurut urutan atau hierarki.
Parlemen yang akan menentukan kebijakan pendidikan.
3. Sistem pendidikan Inggris dikelola oleh pemerintah pusat dan menguasai wilayah
administrasi United Kingdom.
4. Sistem pendidikan Kadana memasukan komputer, berfikir kreatif, belajar mandiri
dan pendidikan lingkungan
5. Sistem pendidikan Amerika tidak ditentukan oleh pemerintah pusat, melainkan
negara bagia n bahkan sekolah sendiri yang menentukan sistem pendidikan.
33
34
DAFTAR PUSTAKA
Agustiar, Syah Nur. (2001), Perbandingan sistem pendidikan, Bandung : Lubuk Agung.
Current, Richard N.. 1965. American History: A Survey. New York: Alfred A. Knopft.
Farida Anna, Rois Suhud, Ahmad Edi S. 2011. Sekolah Yang Menyenangkan (metode
kreatif mengajar dan pengembangan karakter siswa) Bandung, Nuansa
Cendekia.
Hofstadter, Richard. 2004. Garis Besar Sejarah Amerika Serikat. Deplu AS.
Mandryk, 2013. Operation World: Panduan untuk Mendoakan Semua Bangsa di Dunia
[Edisi ke-7], Gloria, Katalis Media & Literature.
Schroeder, Richard C.. 2000. Garis Besar Pemerintahan Amerika Serikat. Deplu AS
35
Soelaiman, Fauzi. 2014. Sistem Pendidikan di Inggris Edisi 2. KBRI London : United
Kingdom.