Selama proses pengembangan kurikulum, ACARA mencari masukan dari para pemangku
kepentingan utama, masyarakat dan individu. Makalah bentuk dan rancangan kurikulum yang
diterbitkan online untuk konsultasi . Stakeholder dapat memberikan umpan balik dengan
menanggapi kuesioner atau melalui pengajuan tertulis.
Sistem pendidikan
Pendidikan dimulai pada tingkat sekolah dasar dan berlanjut hingga pendidikan tinggi di
universitas atau TAFE. Terlepas dari apapun jenjang pendidikan atau minat Anda, Anda akan
menemukan pendidikan berkelas dunia di sini.
Di Australia, pendidikan dimulai pada tingkat sekolah dasar dan berlanjut hingga pendidikan
tinggi di universitas atau TAFE. Terlepas dari apapun jenjang pendidikan atau minat Anda,
Anda akan menemukan pendidikan berkelas dunia di sini.
Bahasa Inggris adalah bahasa resmi dan bahasa pengantar di Australia. Beberapa sekolah
menawarkan program dwibahasa atau program dalam bahasa lain seperti Mandarin, Vietnam,
Indonesia dan Jerman.
Pendidikan sekolah
Beberapa college pendidikan dan pelatihan kejuruan (VET) juga menawarkan kualifikasi
Senior Secondary Certificate of Education.
Setelah sekolah menengah, jalur pelatihan biasanya berkembang menjadi pendidikan tinggi
(Universitas) dan pendidikan dan pelatihan kejuruan (VET). Program sertifikat di VET dapat
berlanjut ke jenjang yang lebih tinggi seperti Diploma, Advanced Diploma (Diploma
Lanjutan), dan Bachelor Degree (Gelar S1). Program level Diploma, Associate dan Bachelor
Degree (Gelar S1) di Universitas (atau VET) dapat berlanjut ke jenjang yang lebih tinggi
seperti Graduate Certificate (Sertifikat Pascasarjana), Graduate Diploma (Diploma
Pascasarjana), Masters (Magister) dan Doctoral (Doktor).
Coursework (kuliah)
Research (riset)
Extended (perluasan).
Kebanyakan Masters degree membutuhkan delapan belas bulan hingga dua tahun studi penuh
waktu. Program ini ditempuh setelah menyelesaikan Bachelor atau Honours Degree.
Program research Masters Degree berisi setidaknya dua per tiga riset dengan tesis substansial
yang diperiksa secara eksternal. Program ini membutuhkan setidaknya satu tahun studi penuh
waktu. Research Masters Degree sering berlanjut ke program Doctoral.
Program ini biasanya membutuhkan tiga sampai empat tahun studi penuh waktu. Mahasiswa
diharapkan memberikan kontribusi asli yang substansial untuk pengetahuan dalam bentuk
pengetahuan baru atau adaptasi asli dan signifikan, ataupun penerapan dan penafsiran
pengetahuan yang ada.
Semua Doctoral degree membutuhkan penyelesaian tesis, disertasi, tafsiran kritis atau
sejenisnya, yang biasanya diperiksa oleh dua atau tiga pakar akademik dengan reputasi
internasional, di mana dua di antaranya harus eksternal.
Banyak institusi VET dan pendidikan tinggi yang menawarkan pendidikan jarak jauh atau
program studi eksternal (dikenal sebagai ‘off-campus’). Program studi online sekarang
banyak tersedia, begitu juga dengan program pembelajaran jarak jauh yang lebih tradisional.
Cek situs web masing-masing institusi untuk informasi lebih lanjut tentang program studi di
luar kampus.
Alasan
Matematika memiliki nilai sendiri dan keindahan dan Kurikulum Australia: Matematika
bertujuan untuk menanamkan pada siswa apresiasi dari keanggunan dan kekuatan penalaran
matematika. Ide-ide matematika telah berkembang di semua budaya selama ribuan tahun, dan
terus berkembang. Teknologi digital yang memfasilitasi perluasan ide dan menyediakan
akses ke alat-alat baru untuk melanjutkan eksplorasi matematika dan penemuan. Kurikulum
berfokus pada pengembangan yang semakin canggih dan halus pemahaman matematika,
kelancaran, penalaran, pemikiran logis analisis dan keterampilan pemecahan masalah.
Kemampuan ini memungkinkan siswa untuk menanggapi situasi akrab dan asing dengan
menggunakan strategi matematika untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah
secara efisien.
Tujuan
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Australia adalah satu-satunya benua di dunia yang hanya terdiri dari satu buah negara,
yang juga disebut dengan Australia. Australia dikenal oleh dunia sebagai tempat yang nyaman
dan sehat untuk ditinggali. Penduduk di Australia ramah, udaranya bersih, lingkungan aman,
fasilitas transportasi yang bagus, serta tunjangan pendidikan dan kesehatan berkleas
internasional membuat Australia menjadi tempat yang bagus untuk ditinggali. Pendidikan di
Australia juga sangat bagus.
Di tempat ini, Australia memiliki kualitas pendidikan yang tinggi, dan bahkan gelar atau
ijazahnya pun diakui secara internasional. Selain itu, biaya pendidikan di Australia tergolong
murah dan terjangkau bila dibandingkan dengan Inggris atau Amerika, bahkan pemerintah
memberikan ijin bagi mahasiswa yang berasal dari luar Australia untuk bekerja baik fulltime
maupun partime untuk memenuhi biaya pendidikan mereka. Australia juga menawarkan
program studi yang sangat bervariasi, baik jurusan maupun jenjangnya. Hal ini mempermudah
siswa dalam mencari sekolah yang sesuai dengan keinginannya.
Pendidikan adalah kunci keberhasilan sebuah negara, bahkan kemajuan sebuah negara
salah satunya tergantung dengan bagaimana pemerintahan sebuah negara memuliakan
pendidikan dan pemerataannya, karena pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara.
Setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang bermutu sesuai dengan
minat dan bakat tanpa memandang gender, status sosial, statusekonomi, suku, etnis dan agama.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan pendidikan diatas, dan sebagai tolak ukur mutu dan
keberhasilan di negara kita, kita dapat melakukan perbandingan sistem pendidikan negara lain,
dalam hal ini salah satu negara yang dapat kita perbandingkan sistem pendidikannya dengan
negara Indonesia adalah negara Australia.
Dengan begitu banyaknya kelebihan Australia di bidang pendidikan, maka ada baiknya
Indonesia sedikit berkaca dari sistem pendidikan di Australia itu sendiri. Untuk megetahui
informasi tentang sistem pendidikan negara Australia dengan berbagai cara, dan salah satunya
melalui makalah yang sangat sederhana ini, dalam makalah ini dipaparkan sedikit tentang
sistem pendidikan Australia dan dapat kita pahami sebagai bahan untuk sedikit memperbaiki
sistem pendidikan di Indonesia.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa ideologi negara Australia?
2. Bagaimana sistem pendidikan di Australia?
3. Bagaimana pengembangan kurikulum di Australia?
4. Bagaimana standart pendidikan di Australia?
5. Bagaimana perbandingan kurikulum di Australia dengan di Indonesia?
3. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui ideologi Negara Australia.
2. Untuk mengetahui sistem pendidikan di Australia.
3. Untuk mengetahui pengembagan kurikulum di Australia.
4. Untuk mengetahui standart pendidikan di Australia.
5. Untuk mengetahui perbandingan kurikulum di Australia dengan di Indonesia.
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada
calon – calon pendidik, tenaga pendidik dan pihak – pihak lain mengenai kurikulum di negara
Australia dan perbandingannya denga
kurikulum yang ada di negara Indonesia demi kemajuan sistem pendidikan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Ideologi Negara Australia
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang
komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu, secara umum dan beberapa arah
filosofis, atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota
masyarakat.
Australia sendiri memiliki ideologi politik liberalisme yang merupakan warisan dari para
pembawanya yang berasal dari Eropa. Hal itu bisa terlihat dari pola kehidupan sehari-hari
penduduknya serta dalam kehidupan pemerintahannya yang menjadikan Australia sebagai
sebuah keunikan tersendiri di tengah-tengah budaya dan ideologi yang beranekaragam yang
berada di Asia Tenggara khususnya. Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat,
dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang
utama.
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh
kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan,
khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran gagasan
yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang relatif
bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya pembatasan
terhadap pemilikan individu. Oleh karena itu paham liberalisme lebih lanjut menjadi dasar bagi
tumbuhnya kapitalisme.
2. Sistem Pendidikan Australia
1. Sistem Pendidikan Di Australia Secara Umum
Pemerintah Negara Bagian dan Teritori Australia memegang peranan penting dalam hal
manajemen dan administrasi pendidikan sektor sekolah. Setiap Negara Bagian dan Teritori
mempunyai hukum dan peraturan-peraturan terkait mengenai kurikulum, akreditasi program
studi, ujian bagi siswa dan penghargaan bagi siswa. Pemerintah Australia memegang peranan
kepemimpinan secara nasional dan bekerjasama dengan Pemerintah Negara-negara Bagian dan
Teritori serta pihak-pihak industri dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas dan
keefektipan sekolah. Pemerintah Australia juga menyediakan subsidi yang cukup penting bagi
sekolah-sekolah pemerintah maupun swasta. Di Australia, tahun ajaran adalah dari akhir bulan
Januari, atau awal bulan Februari, sampai dengan awal bulan Desember. Kebanyakan Negara
Bagian dan Teritori menggunakan sistem tahun ajaran yang mencakup empat triwulan.
Tasmania mempunyai sistem tahun ajaran yang terdiri dari tiga kuartalan. Terdapat dua
kategori besar sekolah-sekolah Australia. Sekolah-sekolah Negeri beroperasi di bawah
tanggung jawab langsung dari Pemerintah Negara Bagian atau Teritori. Sekolah-sekolah
Negeri menerima pendanaan inti dari Pemerintah Negara Bagian atau Teritori dan pendanaan
tambahan dari Pemerintah Federal. Sekolah-sekolah selain sekolah negeri menerima
pendanaan tambahan dari Pemerintah Federal dan Pemerintah Negara Bagian/Teritori, dan
suatu proporsi pendanaan yang besar dari sumbangan swasta dan biaya-biaya sekolah. Sekolah-
sekolah selain dari Sekolah Negeri umumnya mempunyai afiliasi agama atau gaya pengajaran
yang khusus dan di Australia sejumlah besar sekolah-sekolah selain Sekolah Negeri adalah
sekolah Katolik.
Sekolah-sekolah di Australia boleh hanya untuk laki-laki, hanya untuk perempuan atau
untuk keduanya laki-laki dan perempuan (co-educational). Terdapat 8 Bidang Pembelajaran
Yang Penting yang merupakan fokus pengajaran di semua sekolah Australia. Bidang-bidang
tersebut memberikan kepada para pelajar suatu pendidikan yang utuh dan keterampilan
bermasyarakat (sosialisasi). Semua sekolah yang menerima pelajar Internasional akan
mengajar sesuai dengan 8 Bidang Pembelajaran Yang Penting itu, seperti :
1. Seni
2. Bahasa Inggris
5. Matematika
6. Ilmu Pengetahuan
8. Teknologi
Selain dari 8 Bidang Pembelajaran yang Penting tersebut, para pelajar dapat memilih dari
sederajat luas mata pelajaran pilihan, yang memastikan keanekaragaan di pendidikan Australia.
Contoh-contoh termasuk memakai komputer, perniagaan, undang-undang (hukum), pertanian,
psikologi, drama, desain grafis, penerbangan dan masih banyak lagi.
Pembelajaran difokuskan pada hasil-hasil dari pada hanya sekedar menghafal. Kecakapan
dalam pembelajaran termasuk investigasi, eksperimentasi, evaluasi dan partisipasi. Para siswa
melakukan riset dan menjalani penugasan yang membentuk bagian dari penilaian atas mereka.
Para guru disekolah menengah biasanya mengajar satu atau dua mata pelajaran dan para siswa
pindah dari ruang ke ruang sesuai dengan daftar jam pelajaran mereka.
Sistem pendidikan di Australia tidak mengenal tidak naik kelas. Artinya semua siswa akan
naik kelas. Hal ini sangat memungkinkan karena mata pelajaran yang diambil sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Sistem pendidikan disana juga tidak mencantumkan ranking
akademik siswa dalam rapor. Dalam rapor siswa, dicantumkan nilai siswa untuk setiap mata
pelajaran beserta komentar guru, dan deskripsi posisi nilai siswa terhadap rata-rata kelas
untuk setiap mata pelajaran. Siswa yang meraihkan prestasi tertentu dalam suatu mata
pelajaran akan mendapatkan penghargaan berupa sertifikat atau voucher dari guru atau sekolah.
Satu kegiatan yang sangat disukai siswa adalah kegiatan excursion, yaitu sekolompok
siswa mengunjungi suatu tempat sambil belajar. Dalam kegiatan ini mereka akan belajar
tentang objek yang dilihatnya. Sehingga sepulangnya dari tempat tersebut mereka akan punya
wawasan yang penuh tentang apa yang telah dilihat. Misalnya mereka pergi exursion ke kebun
binatang. Mereka akan menikmati keindahan hewan-hewan sambil mendapat pengetahuan dari
guru pendamping atau pemandu. Tempat-tempat yang sering jadi tempat ekskursi adalah
sungai, universitas, taman-taman, perusahaan, gallery seni dan tempat penting lainnya
Pada negara Australia, pedoman kurikulum dibuat terpusat tetapi sekolah-sekolah dapat
mengadaptasikannya untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan lokal. Pengecualian yang agak
besar terjadi pada kurikulum sekolah menengah untuk kelas-kelas terakhir; detail kurikulum
disusun secara terpusat untuk kepentingan ujian eksternal.
Territory, sekolah relatif memiliki otonomi yang lebih luas dan dapat mengembangkan
kurikulumnya dasar tujuan umum yang ditentukan di tingkat sekolah.
Di pusat, penyusunan pedoman kurikulum serta objektif kurikulum secara umum bisa
menjadi tanggung jawab seksi kurikulum dalam departemen pendidikan.
Masalah kurikulum yang krusial dalam sistem pendidikan Australia terletak terutama pada
isi kurikulum, yaitu menentukan isi kurikulum yang cocok untuk masyarakat. Hal ini timbul
disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam masyarakat Australia dan komposisi penduduk.
Lebih sulit memperoleh kesepatan tentang isi kurikulum saat ini dibandingan dengan masa
sebelumnya karena masyarakat Australia yang semakin pluralistik dan sekaligus multikultural.
1. Keragaman Budaya
Kedua, ada lima karakteristik nilai (value) yang akan dibangun melalui kurikulum tersebut,
yaitu :
Siswa menjelaskan dan alasan tentang pola, struktur dan hubungan untuk memahami,
menafsirkan, membenarkan dan membuat pola.
Mahasiswa memahami dan menghargai wordl fisik, biologi dan teknologi dan memiliki
pengetahuan dan keterampilan dan nilai-nilai untuk membuat keputusan dalam kaitannya
dengan itu.
Mahasiswa memahami, konteks geografis dan historis budaya dan memiliki
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang diperlukan untuk partisipasi aktif inlife di
Australia.
Siswa berinteraksi dengan orang lain dan budaya lain selain mereka sendiri dan
dilengkapi untuk berkontribusi pada komunitas global.
Siswa berpartisipasi pada kegiatan kreatif mereka sendiri dan memahami dan terlibat
dengan seni, budaya dan intelektual karya orang lain.
Nilai Siswa dan menerapkan practies yang mendorong pertumbuhan pribadi dan
kesejahteraan.
Siswa motivasi diri dan percaya diri dalam pendekatan mereka untuk belajar dan
mampu bekerja secara individu dan bersama-sama.
Siswa mengakui bahwa everyyone memiliki hak untuk vald jatuh dan aman dan dalam
hal ini, memahami hak dan kewajiban mereka dan berperilaku bertanggung jawab.
Suatu kecenderungan pada semua sistem sekolah negeri di Australia semenjak awal 1970-
an adalah pendelegasian tanggung jawab kurikulum kepada sekolah-sekolah. Pada beberapa
Negara bagian, pedoman kurikulum dibuat terpusat, tetapi sekolah-sekolah dapat
mengadaptasikannya untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan lokal.
Pada Negara bagian yang lain, pejabat-pejabat di pusat menyusun tujuan umum dan
sekolah menjabarkannya ke dalam bentuk kurikulum yang rinci, tetapi tetap berada dalam
kerangka tujuan umum yang telah ditetapkan. Pengecualian yang agak besar terjadi pada
kurikulum sekolah menengah untuk kelas-kelas terakhir. Detail kurikulum disusun secara
terpusat untuk kepentingan ujian eksternal. Pada kedua territories, the Australian Capital
Teritori(ACT) dan Northern Teritory, sekolah relative memiliki otonomi yang lebih luas dan
dapat mengembangkan kurikulumnya atas dasar tujuan umum yang telah ditentukan di tingkat
sekolah.
Terdapat variasi dalam hal tanggung jawab pengembangan kurikulum di setiap Negara
bagian, maka terdapat pula perbedaan dalam pengimplementasiannya. Dalam hal kurikulum
disusun berdasarkan pedoman dan materi pelajaran dari pusat, pejabat-pejabat senior dari pusat
secara teratur mengunjungi sekolah-sekolah antara lain untuk memonitor pelaksanaan
kurikulum.
2. Standart Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
Hampir semua guru prasekolah dan pendidikan dasar serta kebanyakan guru-guru sekolah
menengah dididik pada CAE (Colleges of Advanced Education). Sejumlah guru-guru sekolah
menengah, dan beberapa orang guru pendidikan dasar mendapatkan pendidikan di universitas.
Semua sistem sekolah memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mendapatkan
pendidikan dalam jabatan (inservice education), termasuk peningkatan kualifikasi atau ijazah
dengan menyelesaikan kuliah-kuliah yang disetujui terlebih dahulu.
Guru di Australia dibekali ilmu dan materi. Lisensi mengajarnya di dapat dari kementerian
pendidikan disana. Guru-guru yang ada, dari guru Kinder Garden (TK) sampai guru senior high
school (SMA) memiliki kemauan yang tinggi untuk selalu mengembangkan diri. Hal itu juga
berlaku bagi guru-guru yang ada di daerah-daerah pedalaman atau daerah pinggiran.
3. Standart Medol Pembelajaran Di Australia
Matematika anak kecil berbeda dengan matematika murni. Matematika murni berada di
dalam pikiran sedangkan matematika anak kecil berada di luar pikiran. Seorang guru
matematika hendaknya berpedoman pada skema matematika realistik ketika melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Matematika realistik terdiri dari empat tahapan yaitu matematika
konkret, model konkret, model formal, dan matematika formal. Dalam pembelajaran
matematika siswa Sekolah Dasar, penggunaan matematika konkret dan model konkret
sebaiknya diperbanyak. Siswa sebaiknya disuruh berinteraksi dengan lingkungan karena dalam
mengolah pikiran siswa harus dimulai dari dunia nyata.
Matematika membutuhkan proses yang panjang dan tidak hanya sekedar mengandalkan
hafalan. Siswa tidak bisa dipaksa untuk menyukai pelajaran matematika. Pembelajaran
matematika yang tidak siap akan menimbulkan bencana bagi siswa. Siswa akan terkena
tsunami matematika. Dalam pembelajaran matematika perlu adanya persiapan. Pembelajaran
matematika yang disertai persiapan dapat menjadi hiburan yang menyenangkan bagi siswa.
Persiapan guru dalam pembelajaran matematika salah satunya adalah dengan cara menganalisis
kurikulum yang pada akhirnya menghasilkan RPP. RPP sebaiknya disusun secara sistematis
agar mudah dalam pelaksanaannya. Selain itu, guru sebaiknya mampu mengembangkan media
atau alat bantu pembelajaran, misalnya alat peraga dan LKS. Alat peraga diperlukan agar siswa
dapat melihat secara langsung wujud konkret dari suatu benda sedangkan LKS diperlukan agar
siswa dapat mengembangkan pola pikir dan terbiasa memecahkan suatu persoalan matematika.
Di Australia, kemampuan guru sangat bisa diandalkan. Tempat untuk belajar sudah sangat
layak karena fasilitas yang ada sudah memadai. Ruang kelas yang disediakan cukup luas dan
juga disediakan buah-buahan untuk siswa. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa tidak
kekurangan gizi dan tetap segar dalam mengikuti proses pembelajaran. Pendidikan karakter
dan tata tertib saat diskusi sangat ditekankan dalam pembelajaran. Pada saat diskusi, siswa
selalu diberi kebebasan untuk menyampaikan pendapatnya masing-masing namun harus tetap
menghargai pendapat siswa yang lain. Setuju ataupun tidak setuju adalah dengan pendapatnya,
bukan dengan orangnya. Jadi, siswa harus sportif dalam berdiskusi. Fasilitas lainnya yaitu
pepustakaan. Perpustakaan yang ada di Sekolah Dasar di Australia sangat mendukung untuk
menunjang proses pembelajaran siswa. Buku-buku yang tertata rapi dan keadaan ruangan yang
bersih membuat siswa nyaman apabila berada di tempat tersebut. Sistem peminjaman dan
pengembalian buku juga sudah menggunakan sistem komputer. Selain pepustakaan, terdapat
juga laboratorium komputer yang digunakan untuk membuat portofolio. Portofolio dibuat oleh
guru dan berisi tentang catatan aktifitas siswa.
Guru dalam menjalankan tugas dimanapun, kapanpun, dalam kegiatan sadar maupun tidak
sadar selalu berkaitan dengan 2 hal yaitu accountability (dipercaya) dan sustainability (terus).
Guru dapat dilihat seberapa tingkataccountability dari sisi akademiknya. Guru yang memiliki
tingkat accountability tinggi selalu ingin dipercaya orang lain bahwa ia adalah guru
matematika yang professional dan bisa diandalkan. Pengembangan profesional guru
sepenuhnya ada di tangan guru sehingga keprofesionalan guru yang berkenaan dengan tugas,
hak, dan kewajiban harus dipahami oleh masing-masing guru. Untuk meningkatkan
akuntabilitas kinerja guru, upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan kegiatan Lesson
Study. Lesson study merupakan suatu strategi pembinaan profesi guru yang berkenaan
langsung dengan permasalahan dalam praktik pembelajaran di kelas. Lesson Study yang
dijadikan sebagai sarana perbaikan praktik pembelajaran di kelas dapat meningkatkan mutu
guru dan mutu pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu siswa.
Lesson Study membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya.
Tahap-tahap dalamLesson Study meliputi plan (merencanakan), do (melaksanakan),
dan see (refleksi). Di Jepang, kegiatan Lesson Studybukan lagi kegiatan yang terprogram tetapi
sudah menjadi kebiasaan dan merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh MGMP.
Siswa di Jepang sudah terbiasa diobservasi sehingga siswa tidak merasa terganggu selama
pelaksanaan observasi. Selama observasi, observer melakukan pengamatan secara teliti
menggunakan lembar pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya. Aspek-aspek yang
diamati misalnya interaksi antar siswa, interaksi siswa dengan bahan ajar, interaksi siswa
dengan guru, interaksi siswa dengan lingkungan, motivasi belajar siswa, perhatian siswa,
konsentrasi siswa, dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Setelah
observasi selesai, semua observer diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat mengenai
kelebihan dan kekurangan guru dalam mengajar. Pendapat yang disampaikan harus sesuai
dengan hasil pada saat observasi. Sore harinya, diadakan
4. Standart Penilaian Pembelajaran di Australia
Masalah yang terdapat dalam sistem ujian dan kenaikan kelas antara lain adalah
mendapatkan keseimbangan antara ujian internal sekolah dan kesulitan belajar-mengajar yang
mungkin muncul dalam kenaikan kelas otomatis berdasarkan usia.
Sistem lain yang digunakan oleh sekolah-sekolah di Australia untuk mengevaluasi sekolah
adalah dengan cara membandingkan data dari ujian National Assement Program Literacy and
Numeracy (NAPLAN) yang dilakukan oleh seluruh sekolah di Australia setiap tahunnya. Hasil
dari ujian tersebut diumumkan dalam website NAPLAN yang nantinya dapat dilihat oleh orang
tua murid dan pokok eksternal lainnya. Pemerintahan dari setiap state juga dapat mengacu pada
data NAPLAN yang nantinya alokasi dana akan diberikan pada sekolah-sekolah yang
membutuhkan. Metode evaluasi NAPLAN baru dicanangkan pada tahun 2008 dan seluruh
data NAPLAN akan diimplementasikan ditahun 2010.
5. Perbandingan Kurikulum Perbandingan Jenjang Sekolah Menengah Di
Australia dengan Di Indonesia
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
1. Jenjang Pendidikan Formal di Australia
Rentang persekolahan (spend of schooling) di berbagai negara bagian dan wilayah
terdapat persamaan dan sekaligus perbedaan, baik dari segi penamaan maupun penjejangannya.
Rentang persekolahan di Australia yakni mulai dari Taman Kanak-
kanak (Kindergarten) sampai ke tahun ke-12 (pendidikan menengah), dilanjutkan ke
pendidikan tinggi. Nama-nama jenjang persekolahan di Australia adalah Taman Kanak-
kanak (Kindergarten) atau Prasekolah, Sekolah Dasar (Primary School), dan Sekolah
Menengah (Junior Secondary School dan Senior High School).
Pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdapat perbedaan lama pendidikan dari
masing-masing negara bagian dan wilayah daratan, ada yang pendidikan dasarnya 6 (enam)
tahun dan pendidikan menengah juga 6 (enam) tahun, serta ada yang pendidikan dasarnya 7
(tujuh) tahun dan pendidikan menengahnya 5 (lima) tahun. Ini dikarenakan berdasarkan
Konstitusi Australia, pendidikan adalah tanggung jawab negara bagian. Pada setiap negara
bagian, seorang Menteri Pendidikan dengan sebuah departemen pendidikan melaksanakan
pendidikan dasar dan menengah, dan adakalanya juga pendidikan prasekolah pada daerah itu.
Sehingga masing-masing negara bagian dan wilayah daratan mempunyai otoritas sendiri-
sendir dalam pelaksanaan pendidikannya.
2. Jenjang Pendidikan Formal di Australia
Rentang persekolahan di Indonesia pada setiap daerah relatif sama, yakni mulai dari
Taman Kanak-kanak (Pendidikan Anak Usia Dini), dilanjutkan dengan pendidikan dasar
(Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama), pendidikan menengah (Sekolah Menengah
Atas/Sekolah Menengah Kejuruan), dan pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi). Nama-nama
jenjang persekolahan di Indonesia adalah Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) /
Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP) / Madrasah Tsanawiyah (MTs),
Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA) / Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) / Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan Perguruan Tinggi (Universitas, Sekolah
Tinggi, Institut, Politeknik, atau Akademik).
3. Jenjang Pendidikan Menengah
Pada bagian ini akan diuraikan secara rinci mengenai jenjang pendidikan menengah di
Australia dan Indonesia serta perbedaan jenjang pendidikan menengah di Australia dan
Indonesia.
1. Jenjang Pendidikan Menengah di Australia
Pendidikan menengah Junior Secondary School adalah wajib bagi anak yang berusia usia
12 atau 13 tahun sampai 16 tahun tergantung dari lamanya pendidikan menengah di daerah
tersebut.
Pada jenjang pendidikan Senior High School, setiap siswa berkewajiban memilih
program pendidikan kejuruan atau pendidikan umum. Di Australia pendidikan kejuruan
diarahkan untuk pasar kerja. Dimana setiap negara memiliki kejuruan Pendidikan dan
Pelatihan (Vocational Education and Training / VET). VET mempersiapkan siswa untuk
bekerja yang tidak perlu gelar sarjana. Biasanya, VET memakan waktu 2 (dua) tahun setelah
pendidikan Senior High School atau 4 (empat) tahun setelah Junior Secondary School. VET
merupakan pendidikan berupa kursus keterampilan dan mendapat sertifikat.
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan bahwa
terdapat berbagai perbedaan yang mencolok antara pendidikan di Australia dan Indonesia.
Beberapa perbedaan tersebut meliputi:
1. Sistem pendidikan yang berbeda, dimana wajib belajar di Australia adalah 10
tahun (primary dan secondari school) sementara di Indonesia adalah 9 tahun (SD dan
SMP).
2. Tes nasional yang dilakukan oleh pemerintah Australia adalah NAPLAN
(National Assessment Program-Literacy and Numeracy), yang dilakukan sebagai
persiapan menuju year 10. Sementara di Indonesia, tes nasional yang dilakukan adalah
UNAS, yaitu setelah menyelesaikan jenjang SD, SMP, dan SMA.
3. Syarat guru di Australia sama dengan di Indonesia, yaitu S1 (4 tahun) hanya
saja terdapat program khusus bagi calon guru yang sudah menamatkan S1 di luar
jurusan kependidikan untuk bisa menjadi seorang guru. Di Indonesia, pernah diadakan
program Akta IV, namun sudah tidak berlaku lagi. Orang yang ingin menjadi guru harus
mengikuti sekolah guru atau mengambil master di bidang pendidikan.
4. Setiap negara bagian di Australia memiliki cara tersendiri untuk meningkatkan
profesionalitasan gurunya.
5. Asosiasi guru di Australia disebut dengan The Australian Teacher Education
Assosiation (ATEA), sementara di Indonesia disebut PGRI (Persatuan Guru Republik
Indonesia).
6. Beberapa permasalahan pendidikan di Australia meliputi (1) kesenjangan antara
sekolah privat dan publik (2) keterbatasan teknologi dan informasi untuk anak sosio-
ekonimi rendah (3) staff pengajar yang tidak mendapatkan insentif sesuai porsi kerja
(4) lima puluh persen siswa sosio-ekonomi rendah mengabaikan study mereka untuk
bekerja.
7. Tidak adanya pendidikan agama di Australia.
2. Saran
Berdasarkan penjelasan mengenai kurikulum pendidikan di Australia yang telah
dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat kita ketahui bahwa kurikulum negara tersebut sangat
bagus, untuk itu kita dapat menjadikan kurikulum di negara australia tersebut sebagai referensi
untuk memperbaiki sistem pendidikan yang ada di negara kita Indonesia.
Australia adalah salah satu negara yang memiliki kualitas pendidikan yang terbaik di
dunia. Hal tersebut membuat beberapa orang memiliki ketertarikan untuk belajar dan
mencari pengalaman belajar di Australia. Setidaknya terdapat 8 universitas di
Australia yang masuk ke dalam 150 universitas terbaik di dunia. Selain karena kampus
dengan kualitas belajar tingkat dunia, terdapat beberapa hal lain yang juga mendorong
sebagian orang untuk menempuh pendidikan di sana.
Pilihan untuk belajar di Australia memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Namun apabila ditanggapi dengan baik, kelebihan dan kekurangan tersebut dapat
menjadi sebuah kekuatan untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Kelebihan
Bagi beberapa pelajar yang membidangi science, fasilitas riset merupakan hal yang
sangat penting ketika menempuh pendidikan tinggi. Fasilitas yang mendukung dapat
menghasilkan inovasi yang lebih baik untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
Pelajar internasional di Australia berasal dari berbagai negara di dunia. Hal tersebut
dapat dimanfaatkan untuk membangun jaringan internasional yang dapat membantu
pelajar meningkatkan kualitas diri.
Lulusan universitas di Australia yaitu S1/S2/S3 dapat tinggal selama beberapa tahun di Australia,
tergantung pada tingkat pendidikan yang ditempuh. Lulusan diploma untuk beberapa jurursan
tertentu juga dapat tinggal beberapa tahun di Australia. Hal ini dapat menjadi kesempatan bagi
pelajar yang telah lulus untuk mencari pengalaman kerja atau untuk memulai bisnis di Australia.
Selain keuntungan-keuntungan tersebut, terdapat beberapa
keuntungan lain yang bisa didapatkan apabila menempuh pendidikan di
Australia. Namun untuk medapatkan keuntungan tersebut, perlu dicermati
kekurangan yang akan diperoleh agar dapat mengantisipasi hal-hal tidak
terduga yang mungkin akan terjadi.
Aliran pendidikan yang berbeza adalah berasaskan kepada fahaman, ideologi dan
kepercayaan yang pelbagai di negara ini. Tujuannya, mengakui bangsa Melayu dan
beragama Islam sebagai bangsa dominan di negara ini namun tetap menghormati dan
menjaga kebajikan kaum-kaum lain seperti Cina dan Tamil. Umumnya, terdapat tujuh
jenis sekolah di Malaysia iaitu sekolah kebangsaan, sekolah jenis kebangsaan, sekolah
wawasan, sekolah agama Islam, sekolah Mubaligh, sekolah bestari dan sekolah
berasrama penuh. Kepelbagaian aliran pendidikan pada hari ini adalah implikasi daripada
zaman penjajahan yang mengamalkan prinsip pecah dan perintah.
Wujudnya, budaya menghormati hak kaum lain mampu memupuk kesepaduan kaum dan
etnik di negara ini. Walaupun, mempunyai aliran pendidikan yang berbeza namun subjek-
subjek asas turut mewarnai sistem pengajaran dan pembelajaran harian seperti Bahasa
Melayu, Matematik, Sains dan English. Bezanya, sekolah-sekolah aliran Cina dan India
mempunyai tambahan mata pelajaran elektif seperti bahasa dan tulisan Cina dan Tamil.
Keseragaman kurikulum dalam sistem pendidikan sekarang secara tidak langsung dapat
memupuk kesepaduan kaum dan etnik. 2.2 Bahasa Melayu Bahasa Rasmi dan Bahasa
Pengantar di Sekolah
Semua sekolah mengakui kredibiliti bahasa Melayu sebagai bahasa rasmi di negara ini
dan menjadi bahasa pengantar di sekolah-sekolah kebangsaan. Namun, dalam konteks
memupuk kesepaduan kaum dan etnik di negara ini bahasa Cina dan Tamil dibenarkan
menjadi bahasa pengantar khusus untuk sekolah-sekolah jenis kebangsaan. Artikel /
Perkara 152 Perlembagaan Malaysia menyatakan bahawa bahasa kebangsaan
merupakan bahasa Melayu. Walau bagimanapun, perlembagaan menjamin kebebasan
pembelajaran dan penggunaan bahasa-bahasa lain, kecuali di atas tujuan-tujuan rasmi.
Tujuan-tujuan Rasmi bermakna apa-apa tujuan kerajaan, samada negara atau negeri,
dan termasuklah apa-apa tujuan penguasaan awam. Untuk penguatkuasaan ini, semua
prosiding mahkamah dan dokumen-dokumen parlimen serta mesyuarat-mesyuarat mesti
dilakukan di dalam bahasa Melayu. Tulisan rasmi bagi bahasa Melayu juga dinyatakan di
dalam Artikel 152 sebagai rumi atau tulisan Latin. Walau bagaimanapun, penggunaan
Jawi tidak dilarang.
Sistem penilaian peperiksaan yang sama merupakan antara elemen penting dalam
memupuk kesepaduan kaum dan etnik di negara ini. Kurikulum peringkat sekolah rendah
dibahagikan kepada dua tahap iaitu Tahap I dan Tahap II. Tahap I bermula pada Tahun
1 hingga 3 yang menekankan penguasaan kemahiran membaca, menulis dan mengira
(3M) dan memupuk nilai dan bakat. Tahap II bermula pada Tahun 4 hingga 6 yang
memberi penekanan kepada pengukuhan kemahiran asas 3M, pemupukan siap, nilai dan
bakat, penguasaan ilmu, kemahiran berfikir secara kreatif dan kritis serta kemahiran
membaca dan menulis dalam jawi. Ujian Penilaian Sekolah Rendah (UPSR) diadakan
bertujuan untuk mentafsir prestasi murid-murid dalam bidang akademik.
Pelajar lepasan SPM yang berjaya dalam peperiksaan dan memenuhi syarat tertentu
adalah berpeluang untuk melanjutkan pelajaran ke Tingkatan 6 di sekolah-sekolah
kerajaan dan bantuan kerajaan atau mengikuti program matrikulasi di universiti awam.
Pelajar yang melanjutkan ke Tingkatan 6 dalam tempoh dua tahun akan menduduki Sijil
Tinggi Pelajaran Malaysia (STPM) bagi membolehkan pelajar melanjutkan pelajaran ke
universiti. Keempat, Madrasah atau sekolah agama. Sekolah agama dan Madrasah
semakin berkembang dan masih wujud di negara ini sehingga kini. Di Malaysia, sebanyak
17 buah sekolah rendah agama dan 77 buah sekolah menengah agama rakyat telah
mendaftar di bawah Kementerian Pelajaran Malaysia (KPM) sehingga tahun 2005.
Pada masa kini, sistem pendidikan negara boleh dibahagikan kepada pendidikan
prasekolah, pendidikan rendah, pendidikan menengah, pendidikan pra-universiti.
Pendidikan Prasekolah
Sistem pendidikan rendah bermula dari tahun 1 hingga tahun 6, dan menerima
kemasukan kanak-kanak yang berusia 7 hingga 12 tahun. Kurikulum sekolah rendah
sama ada sekolah kebangsaan atau sekolah jenis kebangsaan adalah berdasarkan
kepada Kurikulum Bersepadu Sekolah Rendah (KBSR) dan kini sedang diperkenalkan
kurikulum baru iaitu Kurikulum Standard Sekolah Rendah (KSSR) bermula pada tahun
2010. Bahasa pengantar bagi sekolah kebangsaan ialah bahasa Melayu dan bahasa
pengantar bagi sekolah jenis kebangsaan ialah bahasa Tamil dan bahasa Mandarin
masih dikekalkan sehingga kini. Senario perubahan kurikulum sekolah rendah adalah
seperti berikut: -
Sekolah Menengah masih lagi dibahagikan kepada dua iaitu sekolah menengah rendah
dan sekolah menengah atas. Pertama, sekolah menengah rendah. Pelajar melanjutkan
pelajaran dari tingkatan 1 hingga tingkatan 3. Pada akhir tingkatan 3, pelajar akan
menduduki peperiksaan Penilaian Menengah Rendah (PMR). Pelajar akan dikategorikan
mengikut aliran Sains atau Sastera berdasarkan kepada keputusan PMR dan pelajar yang
tidak mendapat keputusan yang memuaskan diberi pilihan untuk membuat pengkhususan
vokasional di sekolah teknik.
Kedua, sekolah menengah atas. Sekolah menengah atas melanjutkan pelajaran dari
tingkatan 4 hingga 5. Pada akhir tingkatan 5, pelajar masih lagi menduduki peperiksaan
SPM. Peperiksaan SPM adalah berdasarkan kepada peperiksaan School Certificate
United Kingdom lama sebelum menjadi peperiksaan tahap ‘O’ General Certificate of
Education (GCE) yang menjadi General Certificate of Secondary School (GSCE). Pelajar
turut menduduki kertas GCE tahap ‘O’ bagi bahasa Inggeris selain kertas bahasa Inggeris
SPM sejak tahun 2006. Selain itu, penilaian karangan kertas bahasa Inggeris SPM
diadakan di bawah penguasaan pegawai peperiksaan Tahap ‘O’ British dan dinyatakan
pada kertas keputusan walaupun penilaian ini tidak termasuk dalam peperiksaan SPM.
Bagi pelajaran sekolah jenis kebangsaan Cina, pelajar yang berkelayakan boleh
meneruskan pengajian di Sekolah Tinggi Persendirian Cina. Para pelajar akan menduduki
peperiksaan piawai Unified Examination Certifacate (UEC) dan sesetengah pelajar boleh
menduduki peperiksaan SPM sebagai calon persendirian. Peperiksaan UEC diadakan
oleh Dong Jiao Zong iaitu Persatuan Guru dan Pengarah Sekolah Cina sejak tahun 1975.
Dikatakan bahawa terdapat tiga tahap UEC iaitu Vokasional, Junior dan Senior. Bahasa
Cina menjadi bahasa pengantar bagi Vokasional dan Junior. Bahasa Cina dan Inggeris
dijadikan sebagai bahasa pengantar untuk mata pelajaran Matematik, Sains, Simpan Kira,
Akaun dan Perdagangan.
Sekolah Agama dan Madrasah
Sekolah pondok, madrasah dan sekolah agama Islam lain merupakan bentuk sekolah
asal di negara ini. Sekolah agama masih wujud di Malaysia dan biasanya pelajar di
kawasan luar bandar masih belajar di sekolah-sekolah ini. Pelajar dari aliran agama boleh
melanjutkan pelajaran ke universiti tempatan namun kebanyakan pelajar sekolah agama
di negara ini melanjutkan pelajaran ke Mesir dan Pakistan.
Selepas SPM, pelajar boleh membuat pilihan sama ada belajar dalam Tingkatan 6,
matrikulasi atau pengajian diploma. Pelajar yang meneruskan pengajian ke Tingkatan 6
masih mengambil peperiksaan Sijil Tinggi Pendaftaran Malaysia (STPM). Peperiksaan
STPM diiktiraf di peringkat antarabangsa. Tingkatan 6 dan matrikulasi merupakan piawai
atau kelayakaan perlu untuk kemasukan universiti. Sesetengah pelajar menerima
pendidikan pra-universiti di kolej persendirian dan memilih diploma, A-level, program
matrikulasi Kanada atau kursus yang sama dari negara lain
Bagi mereka, sekolah rendah adalah asas untuk membina semangat cintakan ilmu dalam diri kanak-
kanak. Apabila kanak-kanak suka kepada ilmu, maka mereka akan dengan sendiri berminat untuk
mencari ilmu dengan lebih serius dan mendalam di sekolah menengah dan juga di peringkat
universiti.
Dengan itu, bukan matlamat sekolah rendah untuk mengajar dan ‘memaksa’ kanak-kanak belajar
secara berat dan serius, menghafal fakta dan maklumat, tetapi lebih kepada membuka minat dan
kecintaan kepada ilmu dan maklumat. Waktu untuk belajar dengan serius dan mendalam akan
berlaku di sekolah menengah dan peringkat universiti. Sekolah rendah juga adalah tempat
menyuburkan nilai murni, jati diri anak sebagai generasi baru negara dan menerapkan serta membina
kemahiran untuk menjadi insan bermanfaat selepas mereka dewasa.
Contohnya, kajian membuktikan bahawa mempunyai kemahiran berbahasa yang tepat, yakin diri
dalam berkomunikasi, pandai bercakap di hadapan ramai, berani bertanya soalan untuk memahami
sesuatu fakta, kritis dalam mencari idea menyelesaikan masalah, suka berfikir di luar kotak, minat
membaca, tepat menjaga masa, suka membantu orang lain, menghormati orang lain, sukakan ilmu
dan menggunakan teknologi moden mencari maklumat tentang sesuatu ilmu baru dan bekerja secara
kumpulan (team work) adalah keperluan penting untuk berjaya dalam hidup semasa mereka dewasa,
maka ia diterima sebagai prinsip penting persekolahan mereka.
Begitu juga apabila kajian menunjukkan nilai-nilai murni yang ingin diterapkan ini akan lebih berkesan
dan sebati dalam diri kanak-kanak apabila ia diterap secara lembut, bersahaja, dengan perasaan
seronok dengan kasih sayang semasa kanak-kanak masih di peringkat awal umur mereka
(umumnya sebelum berumur 14 tahun), maka ia juga diterima pakai sebagai prinsip penting
pendidikan di sana.
Justeru, hampir seluruh pendekatan di sekolah rendah mereka bagi pelajar berumur 6 hingga 12
tahun (Pra-sekolah sehingga Gred 6) diambil menjurus ke arah merealisasikan idea tersebut.
Hasilnya, pendekatan pendidikan sekolah rendah mereka dibuat secara ‘menarik’ dengan moto
‘learning is fun’ (menuntut ilmu itu seronok), ‘school is fun’ (sekolah itu seronok) , ‘critical thinking is
the goal of education’ (berfikir secara kritis adalah matlamat pendidikan) dan suka bertanya dan
berbincang dalam kelas adalah matlamat pendidikan. Pendekatan guru juga sangat mesra pelajar,
positif dan membina.
Oleh kerana pendidikan dibuat dengan gembira, seronok dengan pelbagai aktiviti perbincangan dua
hala yang ceria, dengan sillabus yang kurang berat, ia menjadikan belajar di sekolah rendah di sini
seolah-olah bermain sahaja.
Kanak-kanak hadir ke sekolah dengan perasaan seronok, dengan tekanan yang minima, belajar
sambil bermain dan membina kemahiran yang lebih baik hari demi hari. Hadir ke sekolah adalah
aktiviti yang dinanti-nanti oleh kanak-kanak. Bahkan ramai yang menangis untuk ke sekolah apabila
cuti sekolah bermula dan sangat gembira pula apabila cuti penggal berakhir. Inilah yang dilalui oleh
anak-anak Malaysia yang pernah mengikuti sistem persekolahan sekolah rendah di negara itu.
Untuk mencapai objektif tersebut, sekolah mereka tidak membezakan kedudukan pelajar pandai
dan kurang pandai dalam penyusunan kelas. Setiap kelas menggabungkan dua gred sekali gus –
kecuali pelajar ‘pre-school’, pelajar dari Gred 1 dan 2 diletakkan dalam satu kelas, Gred 3 dan 4
dalam satu kelas dan juga Gred 5 dan 6 bersama-sama. Mereka tidak memberi nama kelas A, B, C
dan lain-lain yang merujuk kelas pandai, kurang pandai dan sebagainya. Tetapi menggunakan nama
guru kelas sebagai ganti, contohnya Kelas 3/4T merujuk kepada kelas di bawah seliaan guru kelas
bernama Tom. Kelas 1/2J menunjukkan kelas di bawah guru kelas bernama John.
Menurut pengetua sekolah anak saya yang ditemubual, (anak saya menghadiri sekolah kerajaan
selama 3 tahun di utara Melbourne), dalam setiap kelas perlu ada gabungan tiga kategori pelajar,
yang lambat memahami sesuatu input; yang sederhana kemampuan penerimaan informasi dan juga
yang cepat faham sesuatu maklumat.
Ujian tetap diadakan untuk melihat markah sebagai cara mengetahui kemampuan pelajar,
tetapi penilaian dibuat secara ‘natural’ tanpa tekanan dan pelajar tidak diasingkan mengikut
‘kepandaian’ mereka. Saya akan menceritakan mengenai cara peperiksaan dibuat dalam artikel yang
seterusnya.
Ini menunjukkan sekiranya kelas 5/6J mempunyai 20 orang, maknanya 10 orang dari gred 5 dan 10
orang dari gred 6 akan berada dalam kelas tersebut. Daripada 10 murid tersebut, mungkin 3 orang
adalah mereka yang cepat memhami maklumat, 3 orang yang agak sederhana dan 4 orang lagi
yang lambat memahami sesuatu input. Mereka akan bekerjasama dan saling tolong menolong
supaya yang lemah akan sentiasa dibantu secara rakan sekelas (peer-support).
Oleh kerana mencapai objektif pendidikan menjadi keutamaan, maka setiap tindakan diambil
menjurus kepada apakah nilai murni yang ingin diterapkan. Di sana, mereka memakai sistem ‘buddy’
di kalangan pelajar untuk menanamkan nilai bekerjasama dan tolong menolong.
Pelajar gred atas dan juga yang lebih cepat faham akan dilantik sebagai pembimbing atau ‘buddy’
kepada pelajar lain. Mereka akan membantu rakan yang lebih lemah, sekaligus menanam nilai tidak
memandang hina orang yang lebih rendah dari mereka, bahkan perlu saling membantu,
bertanggungjwab dan pemurah. Namun begitu ada juga beberapa subjek yang lebih berat yang
difokuskan kepada pelajar tahap lebih tinggi. Ia juga menanam semangat menjadi ketua yang prihatin
di dalam jiwa pelajar.
Keprihatinan kerajaan dalam menjayakan hasrat pendidikan mereka sangat ketara. Sekolah di bina
dengan bilangan yang banyak terutama dalam kawasan penempatan penduduk yang padat.
Contohnya di tempat kami tinggal di kawasan Reservoir, terdapat enam sekolah rendah kerajaan
dalam kawasan berdekatan, dan juga dua sekolah swasta untuk dipilih oleh ibu bapa untuk mendaftar
anak. Bangunan sekolah rendah di sana pula umumnya adalah setingkat sahaja. Banyak bangunan
sekolah mereka hanya dibina dengan gabungan kayu dan batu. Pengetua sekolah yang ditemubual
menjelaskan bahawa setiap sekolah kebiasaannya tidak mempunyai bilangan yang ramai. Sekolah
yang ditadbirnya hampir 300 pelajar dari pra-sekolah sehinggalah gred enam. Dengan bilangan
pelajar yang sedikit, ia memudahkan pengawasan, perancangan dan pengurusan pendidikan kanak-
kanak.
Bagi menjayakan objektif mendidik dan menerapkan nilai murni, serta menggunakan
pendekatan mesra pelajar, setiap kelas mempunyai bilangan murid yang sedikit. Purata kelas di
sana adalah antara 20 orang sahaja setiap kelas. Dengan bilangan pelajar yang kecil, guru di sana
bukan sahaja mampu berhubung dengan murid dengan lebih rapat, bahkan mengenali latar belakang
pelajar dan juga ibu bapa mereka. Perbincangan dua hala lebih mudah diadakan. Guru tidak perlu
mengangkat suara dan menjerit-jerit untuk menarik perhatian murid. Dan yang penting guru akan
senang mengawal selia pelajar di bawah seliaannya, yang mana menyebabkan proses
menyampaikan ilmu menjadi lebih tenang dan senang.
Susunan meja
Sekolah rendah mereka adalah medan menyuburkan keberanian dan yakin diri dalam bercakap, bijak
berbincang dalam kumpulan dan melatih semangat berkongsi dan kerjasama. Untuk itu, meja pelajar
sekolah rendah (bagi semua gred) disusun berbentuk empat segi besar untuk 6-8 pelajar satu meja.
Ini dibuat dengan sengaja, bertujuan supaya pelajar dapat bercakap dan berbincang sesama mereka
bagi membina kemahiran berkomunikasi.
Guru sekolah anak saya yang ditemubual turut menjelaskan bahawa semua tajuk dan subjek akan
mengambil pendekatan perbincangan dua hala, bahkan menggalakkan pelajar berbincang sesama
mereka dan berkongsi idea masing-masing. Ini menyuburkan kemahiran berhubungan dan bergaul
dalam masyarakat.
Mereka sungguh serius mencari jalan untuk menerapkan kemahiran bercakap, saling berkongsi,
saling mengajar sesama kawan dan membina semangat ‘team work’ yang baik. Jarang sangat guru
menyuruh pelajar membuat kerja secara sendirian, diam tidak bercakap, tetapi mereka
menggalakkan perbincangan dalam kumpulan di meja besar tersebut, dan kemudian seorang wakil
kumpulan akan ke depan membentangkan hasil perbincangan mereka. Kerja kumpulan adalah
keutamaan mereka walaupun bagi pelajar gred satu. Apabila ada yang tidak pandai berbincang,
ketika itulah guru menunjukkan panduan bagaimana cara bercakap, berbincang, memberi peluang
orang bercakap dan kita mendengar, menghormati pandangan orang lain, bagaimana untuk memberi
idea dan mempertahankan idea kita secara sihat.
Saya akan menyambung perbezaan dengan sistem di negara kita mengenai bilangan pelajar dan
kedudukan meja serta bagaimana ia boleh mempengaruhi keadaan pembelajaran kita yang serius
dan formal. Saya juga akan membawakan perbezaan pendekatan membina dan positif yang
diamalkan oleh guru-guru di sana untuk kita sama-sama mengambil iktibar dan pengajaran. - 6
September, 2013.