NPM : 2023025006
Kurikulum dapat dipahami dari tiga dimensi yakni kurikulum sebagai mata pelajaran,
kurikulum sebagai pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai rencana pembelajaran
(Sanjaya, 2015). Kurikulum sebagai mata pelajaran merupakan sejumlah mata pelajaran yang
harus ditempuh untuk mendapati ijazah. Kurikulum sebagai pengalaman belajar merupakan
seluruh pengalaman belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik untuk mendapatkan
ijazah, dan kurikulum sebagai rencana pembelajaran merupakan Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Adapun tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Sementara aturan pendidikan yang ada di negara Jepang terbagi atas dua periode yaitu
periode sebelum Perang Dunia II dan periode setelah Perang Dunia II dimana kedua periode
tersebut memiliki butir-butir perbedaan mengenai kebijakan yang diterapkan dalam
pendidikan Jepang. Sebelum Perang Dunia ke II diberlakukan kebijakan pendidikan yang
terangkum dalam salinan Naskah Kekaisaran mengenai pendidikan atau yang disebut dengan
Imperial Rescript on Education. Dimana pada zaman dahulu para kaisar telah dididik berbasis
nilai yang luas dan kekal, serta menanam nilai-nilai positif secara mendalam dan kokoh
dalam pribadi setiap kaisar. Materi yang diajarkan pada zaman dahulu lebih cendrung
mengarah pada kesetiaan dan kepatuhan dari generasi kegenerasi dengan tetap menerapkan
estetika.
Nilai-nilai positif dari para kaisar di Jepang inilah yang diterapkan pada pendidikan
yang ada di negara tersebut. Dimana setiap individu harus mampu menjalin hubungan yang
harmonis, mencurahkan kasih sayang terhadap orang-orang di sekelilingnya, kesetiaan, dan
kepatuhan kepada orang tua, suami, istri, sahabat, menjadi diri sendiri yang moderat dan
sederhana, serta menuntut ilmu sedalam mungkin dan diimbangi dengan jiwa seni.Setelah
berakhirnya Perang Dunia ke II yaitu pada tanggal 3 November 1946, kebijakan pendidikan
Jepang mulai dirubah berbasis Hak Asasi Manusia, kebebasan hati nurani, jaminan setiap
individu untuk mengembangkan kebebasan berfikir, kebebasan akademik dimana setiap
individu memperoleh hak untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan kemampuannya.
Pada Maret 1947, Peraturan Pendidikan Nasional Jepang (School Education
Law) menentapkan susunan pendidikan dasar pendidikan yang keseluruhannya terdiri atas 6-
3-3-4. Yang artinya tahap-tahap pendidikan Jepang terdiri atas empat tahapan yang memiliki
tujuan, visi, misi, yang khusus pada setiap jenjang tahapannya.