Anda di halaman 1dari 5

Nama : Yustina Retno Kusuma Wardani

NPM : 2023025006

Prodi : Magister Pendidikan IPA

Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum

ANALISIS KURIKULUM PENDIDIKAN DI INDONESIA DAN NEGARA LAIN

Kurikulum (curriculum) merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau


pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Kurikulum dipahami sebagai seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004,
2006 dan yang sekarang kurikulum 2013 yang walaupun belum merata disatuan pendidikan
seluruh Indonesia diterapkan. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari
terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat
berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di
masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu
Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta
pendekatan dalam merealisasikannya.

Kurikulum dapat dipahami dari tiga dimensi yakni kurikulum sebagai mata pelajaran,
kurikulum sebagai pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai rencana pembelajaran
(Sanjaya, 2015). Kurikulum sebagai mata pelajaran merupakan sejumlah mata pelajaran yang
harus ditempuh untuk mendapati ijazah. Kurikulum sebagai pengalaman belajar merupakan
seluruh pengalaman belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik untuk mendapatkan
ijazah, dan kurikulum sebagai rencana pembelajaran merupakan Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Adapun tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. 

Kurikulum Pendidikan Di Jepang


Pada level nasional tanggung jawab pendidikan ada pada kementrian pendidikan, ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Kementrian memberikan pedoman untuk menyusun kurikulum
mata pelajaran serta persyaratan kredit mulai dari TK hingga ke perguruan tinggi.
Kementrian juga bertanggung jawab terhadap pengembangan buku teks untuk sekolah dasar
dan menengah. Kemudian distrik terdapat dewan pendidikan yang bertanggung jawab
terhadap suvervisi atas masalah-masalah personalia pada lembaga pendidikan pemerintah,
memberikan inservice training asset cultural, dan memberikan nasihat kepada lembaga-
lembaga pendidikan. Di masing-masing kota memiliki tiga sampai lima orang dewan
pendidikan dengan fungsi utama memberikan dan mengurus institusi pendidikan di kota.
Sistem keuangan di jepang disediakan bersama-sama antara pemerintah pusat, distrik,
maupun kota, dimana diambil dari pajak dan dari sumber-sumber lain. Kualitas pendidikan di
Jepang memang tak perlu dipertanyakan lagi, jika melihat berhasilnya Jepang untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Salah satu yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia
adalah kurikulum pendidikan di negara tersebut. Tak hanya di Indonesia yang gemar ganti
kurikulum pendidikan, negara maju seperti Jepang pun kerap ganti kurikulum. Perubahan
tersebut mau tidak mau membawa dampak perubahan permintaan kualifikasi dan kompetensi
pendidik di Jepang.Pembuatan kurikulum pendidikan Jepang diawasi oleh The Board of
Education yang terdapat pada tingkat perfectur dan munipal.  Karena kedua lembaga ini
masih terkait erat dengan MEXT, maka pengembangan kurikulum Jepang masih sangat
kental sifat sentralistiknya.  Namun rekomendasi yang dikeluarkan oleh Central Council for
Education (chuuou shingi kyouiku kai) pada tahun 1997 memungkinkan sekolah berperan
lebih banyak dalam pengembangan kurikulum di masa mendatang.
Beberapa hal berikut harus diperhatikan ketika sekolah menyusun kurikulumnya :
1.  Mengacu kepada standar kurikulum nasional
2. Mengutamakan keharmonisan pertumbuhan jasmani dan rohani siswa
3. Menyesuaikan dengan lingkungan sekitar
4. Memperhatikan step perkembangan siswa
5. Memperhatikan karakteristik course pendidikan/jurusan pada level SMA.

Secara garis besar penyusunan kurikulum sekolah adalah sebagai berikut :


1. Menetapkan tujuan sekolah
2. Mempelajari standar kurikulum, dan korelasinya dengan tujuan sekolah
3. menyusun course wajib dan pilihan untuk SMP dan SMA
4. Mengalokasikan hari efektif sekolah dan jam belajar.

Sementara aturan pendidikan yang ada di negara Jepang terbagi atas dua periode yaitu
periode sebelum Perang Dunia II dan periode setelah Perang Dunia II dimana kedua periode
tersebut memiliki butir-butir perbedaan mengenai kebijakan yang diterapkan dalam
pendidikan Jepang. Sebelum Perang Dunia ke II diberlakukan kebijakan pendidikan yang
terangkum dalam salinan Naskah Kekaisaran mengenai pendidikan atau yang disebut dengan
Imperial Rescript on Education. Dimana pada zaman dahulu para kaisar telah dididik berbasis
nilai yang luas dan kekal, serta menanam nilai-nilai positif secara mendalam dan kokoh
dalam pribadi setiap kaisar. Materi yang diajarkan pada zaman dahulu lebih cendrung
mengarah pada kesetiaan dan kepatuhan dari generasi kegenerasi dengan tetap menerapkan
estetika.
Nilai-nilai positif dari para kaisar di Jepang inilah yang diterapkan pada pendidikan
yang ada di negara tersebut. Dimana setiap individu harus mampu menjalin hubungan yang
harmonis, mencurahkan kasih sayang terhadap orang-orang di sekelilingnya, kesetiaan, dan
kepatuhan kepada orang tua, suami, istri, sahabat, menjadi diri sendiri yang moderat dan
sederhana, serta menuntut ilmu sedalam mungkin dan diimbangi dengan jiwa seni.Setelah
berakhirnya Perang Dunia ke II yaitu pada tanggal 3 November 1946, kebijakan pendidikan
Jepang mulai dirubah berbasis Hak Asasi Manusia, kebebasan hati nurani, jaminan setiap
individu untuk mengembangkan kebebasan berfikir, kebebasan akademik dimana setiap
individu memperoleh hak untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan kemampuannya.
Pada Maret 1947, Peraturan Pendidikan Nasional Jepang (School Education
Law) menentapkan susunan pendidikan dasar pendidikan yang keseluruhannya terdiri atas 6-
3-3-4. Yang artinya tahap-tahap pendidikan Jepang terdiri atas empat tahapan yang memiliki
tujuan, visi, misi, yang khusus pada setiap jenjang tahapannya.

Berikut ini adalah perubahan kurikulum yang pernah dilakukan Jepang.


1. Pada tahun 1955, kurikulum pendidikan setelah PDII disusun, kurikulum ini merupakan
kurikulum yang paling padat dan memuat pengetahuan yang paling banyak dibandingkan
dengan kurikulum-kurikulum berikutnya.
2. Pada tahun 1967, kurikulum pendidikan Jepang menerima metode Investigative Learning,
yang memuat materi pengajaran sedikit, hanya bagian-bagian yang sesuai dan
memungkinkan dilakukannya kegiatan investigative yang termuat di dalam kurikulum ini.
3. Tahun 1977 kurikulum diubah lagi. Kali ini menganut system pendidikan yang tidak
membebani siswa. Dengan pengaruh ini semua siswa dites, berdasarkan hasil tes ini
bagian dari kurikulum yang dianggap sulit dibuang, dengan demikian isi kurikulum
berkurang lagi. 
4. Tahun 1988 terjadi perubahan pandangan pada kalangan pendidikan di Jepang. Pada saat
ini kegiatan hands-on dianggap penting. Maka dalam kurikulum hanya topik-topik yang
bisa dihands-on kan saja yang dimuat, bagian yang tidak memungkinkan kegiatan hands-
on tidak dimuat di dalam kurikulum.
5. Kurikulum yang dipakai sekarang ini merupakan kurikulum yang disusun pada tahun
1998. Dibandingkan dengan kurikulum lainnya, kurikulum ini merupakan yang paling
sedikit dan paling ringan muatannya. Kurikulum ini mendapat kritikan dari kalangan
pengusaha seperti Toyota dan Sharp. Mereka menganggap kurikulum yang ada tidak
memberikan kesempatan belajar yang cukup bagi anak-anak berbakat. Anak-anak yang
cemerlang dianggap tidak mendapat tantangan yang cukup dari kurikulum yang sekarang
ini. 

Adapun tujuan Pendidikan di Jepang sebagai berikut:


1. Mengembangkan kepribadian setiap individu secara utuh.
2. Berusaha keras mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas baik pikiran
maupun jasmani.
3. Mengajarkan kepada setiap siswa agar senantiasa memelihara keadilan dan kebenaran.

Pendidikan Sekolah Dasar di Jepang


Tingkat Sekolah Dasar (SD), sifat dan karakteristik kurikulum di Jepang hampir sama
dengan kurikulum SD di Indonesia. Hanya yang membedakan adalah pada mata pelajaran
kebiasaan hidup yang umumnya diajarkan di kelas 1 dan 2. Tujuan utama diajarkan mata
pelajaran ini adalah untuk mengenalkan dan membiasakan anak-anak pada pola hidup
mandiri. Daripada mengajarkan mata pelajaran IPA dan IPS, Jepang lebih memilih
memperkenalkan tata cara kehidupan sehari-hari kepada anak-anak yang baru lulus dari
tingkat TK yang lebih memfokuskan kegiatan bermain daripada belajar di dalam kelas.
Pembelajaran utama seperti bahasa Jepang dan berhitung mempunyai porsi yang lebih
dibanding pelajaran lainnya. Sedangkan pelajaran moral diajarkan tidak secara khusus dalam
mata pelajaran tertentu, tetapi diajarkan oleh wali kelas sejam seminggu atau diintegrasikan
melalui pelajaran lain. Dan pendidikan moral sudah termasuk pada pendidikan agama
(Kristen, Budha, Shinto). Selain murid disibukkan dengan pendidikan akademik, pendidikan
bersifat estetik berupa musik dan menggambar juga diajarkan dalam porsi besar di kelas 1
dan 2. Di Jepang, pendidikan dasar tidak mengenal ujian kenaikan kelas, tetapi siswa yang
telah menyelesaikan proses belajar di kelas satu secara otomatis akan naik ke kelas dua,
demikian seterusnya.

Anda mungkin juga menyukai