Anda di halaman 1dari 24

KURIKULUM NEGARA MALAYSIA

1.1 Pendidikan di Negara Malaysia Sebelum Masa Penjajahan


Malaysia adalah negeri multi-etnis dan multi ras. Terdiri dari ras Melayu sebagai ras
utama, ras China, dan India. Mengingat ras Melayu sebagai ras utama, maka bahasa Melayu
ditetapkan sebagai bahasa nasional. Meski demikian bahasa mandarin dan bahasa tamil juga
dipergunakan secara luas dalam percakapan sehari-hari. Sebelum penjajahan pendidikan di
Malaysia berdasarkan sistem pondok yang diadakan di madrasah dan di sekolah-sekolah
agama. Contohnya di Pondok Langgar, Pondok Sena di Kedah, Pondok Bukit Mertajam,
Madrasah Al Masyhur.
Sekolah agama atau madrasah lebih sistematik daripada sekolah pondok dari segi
kurikulumnya, waktu belajarnya relatif tetap dan peralatannya lebih lengkap. Sekolah-sekolah
tersebt dimaksudkan agar melahirkan pelajar yang bermoral tinggi.
1.2 Pendidikan Malaysia pada Masa Penjajahan
Negara Malaysia menjadi daerah jajahan bangsa-bangsa Eropa dimulai dari datangnya
bangsa Portugis tahun 1511, disusul bangsa Belanda dan terakhir Inggris. Bangsa-bangsa
Eropa tersebut tidak hanya menjajah perekonomiannya tetapi juga politik dan budaya. Hal
tersebut kemudian berpengaruh terhadap pola pendidikan yang ada di negara Malaysia.
Pada tahun 1815 sekolah vernakular Cina didirikan oleh kumpulan pendakwah baru
Persatuan Pendakwah London. Terdapat pula sekolah cina Sekolah vernakular (sekolah dasar)
merujuk kepada sekolah yang menggunakan bahasa ibunda dalam pelaksanaan penyelidikan
dan pembangunn di sekolah. Terdapat tiga jenis vernakular yaitu : Melayu, Cina dan Tamil.
Sekolah Vernakular Melayu yang pertama kali didirikan adalah tahun 1855 yaitu di Bayan
lepas, Pulau Pinang. Sekolah Melayu Gelugor, Pulau Pinang menggunakan bahasa
melayu sebagai bahasa pengantar.yang dibuka oleh perseorangan. Sekolah Cina menggunakan
bahasa Cina atau Mandarin sebagai pengantar. Guru-guru dan buku teks sekolah vernakular
Cina ini diimpor dari negara Cina. Contoh sekolah vernakular Cina antara lain : SJK (C) Huan
Lian tanjung Perak, SJK (C) Chung Hwa Kelantan. Kelas Bahasa Cina diadakan di semua
“Free School”. Namun perkembangannya sekolah-sekolah ini gagal dan akhirnya dihentikan
atau ditutup.
Sedangkan sekolah vernikular tamil diselnggarakan dengan menggunakan bahasa
Tamil sebagai bahasa pengantar. Guru, kurikulum dan buku teks diimpor dari India. Contohnya
SJK (T) Manikavasagam Tanjung malim dan Perak.
Pada tahun 1854, Pemerintah Hindia timur mengeluarkan arahan kepada Gubernur
negeri-negeri Selat untuk memberikan laporan tentang status dan keadaan pendidikan di
negerinya masing-masing agar tindakan selanjutnya dapat diambil.
Pada tahun 1872 mulai diperkenalkan persekolahan dengan dua sesi. Pembukaan
sekolah dua sesi dilakukan oleh seorang nazir pendidikan AM. Skinner. Persekolahan dua sesi
yaitu : sekolah pagi dan sekolah petang. Sekolah pagi dengan mata pelajaran bahasa melayu,
Matematika, Ilmu alam ditambah materi pelajaran vokasional. Sedangkan sekolah petang
dengan mata pelajaran bahasa Arab dan Al Qur,an. Permasalahan yang sangat penting saat
itu adalah kekurangan guru. Akibat kekurangan guru tersebut telah menjadi faktor tidak adanya
sekolah menengah Melayu pada waktu itu. Hal inilah yang kemudian telah mendorong
didirikannya Maktab Perguruan Sultan Idris ( MPSI ) di Tanjung Malim pada tahun 1922 dan
Maktab Perguruan Perempuan Melayu ( MPPM ) di Malaka pada tahun 1935.
Pada Zaman pemerintahan Inggris di tanah Melayu, Sekolah Inggris mulai
diperkenalkan. Contohnya King Edward VII di Perak, Clifford School di Pahang. Meskipun
sekolah-sekolah pondok masih siteruskan diklangan penduduk Melayu. Sekolah vokasional
Melayu juga telah diadakan untuk melatih kumpulan buruh.Meskipun ada aneka macam jenis
sekolah dengan kekhususan masing-masing, sekolah-sekolah Inggris yang dikendalikan oleh
misionaris Kristian adalah terbuka bagi semua anak-anak tanpa membedakan ras dan
agama. Pada Zaman penjajahan Inggris, guru-guru diberikan pelatihan kerja profesional dan
dikirim ke Raffles College yang berlokasi di negara Inggris. Mulai tahun1920-an, dua buah
lembaga untuk tempat pelatihan para guru didirikan.
Pendidikan malaysia dizaman penjajahan memiliki ciri-ciri tertentu yang berbeda
dengan sebelumnya. Pendidikan Zaman Penjajahan Inggris bercirikan :
1. Setiap jenis sekolah khusus mengikuti kaum
2. Kurikulum sekolah satu dengan sekolah lainnya berbeda
3. Lokasi sekolah bagi setiap kaum terpisah
4. Bahasa pengantar berlainan satu dengan lainnya, contohnya sekolah Cina bahasa
pengantar bahasa Mandarin, sekolah Tamil berbahasa tamil.

1.3 Pendidikan Malaysia Pada Masa Kemerdekaan-Tahun 2007


Setelah mengalami kemerdekaan, Malaysia membangun pendidikannya. Dengan
berbasis sistem pendidikan di Inggris, Malaysia menerapkan pendidikan dasar selama enam
tahun, disusul pendidikan menengah selama lima tahun ( tiga tahun menengah rendah atau
pertama dan dua tahun menengah atas ). Semuanya itu dapat diakses anak-anak Malaysia
sengan gratis. Para siswa wajib mengikuti ujian negara di setiap akhir jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah rendah dan pendidikan menengah tinggi.
Pendidikan rendah atau dasar 9 Primary Education ) di malaysia berlangsung 6 tahun
yang wajib diikuti oleh anak usia 7-12 tahun. Wajib belajar di Malaysia dicanangkan dan
dilaksanakan mulai tahun persekolahan 2003. Pendidikan wajib adalah satu peraturan yang
mewajibkan setiaporang tua yang mempunyai anak berumur 6 tahun mendaftarkannya di
sekolah rendah. Pendaftaran siswa baru biasanya dilakukan 1 tahun sebelum masa
persekolahan. Keteledoran orang tua memasukkan anaknya mengikuti wajib belajar dianggap
sebagai kesalahan menurut undang-undang. Jika hal ini terbukti dipengadilan, maka orang tua
tersebut akan didenda maksima RM 5000 atau dihukum maksimal 6 tahun.
Mengenai biaya pendidikan dasar orang tua siswa hanya diminta membayar iuran
sekolah pada awal tahun pelajaran baru. Beasrnya iuran yang dipungut oleh pihak sekolah
berkisar antara RM 50 sampai RM 75 (Rp.125.000 – 187.500) per tahun tiap siswa. Iuran
tersebut dirinci untuk pembayaran asuransi, biaya ujian tengah semester, ujian semesteran,
iuran khusus, biaya LKS, prakter komputer, kartu ujian, file data siswa dan raor. ( Griya Maya
Faiq, 2007 ). Khusus untuk sumbangan PIBG ( Persatuan Ibu Bapak dan Guru ) hanya dipungut
satu bayaran untuk satu keluarga. Keluarga yang menyekolahkan lebih dari satu anak, hanya
dikenakan iuran yang sama yaitu RM 25 per keluarga. Dan untuk siswa kelas VI ditambah
biaya UPSR sebesar RM 70. Selain itu tidak ada pungutan lain, termasuk pula tidak ada
pungutan sumbangan dana pembangunan. Pembangunan dan renovasi gedung sepenuhnya
menjadi tanggungjawab pemerintah.
Buku pelajaran yang dipakai siswa relatif tidak berganti setiap tahun. Bila orang tua
siswa membeli semua buku pelajaran, harganya berkisar antara RM 80 samai RM 125 per siswa
per tahun. Buku yang telah dibeli untuk anak sulung akan dapat dipakai terus oleh adiknya
secara turun-temurun. Khusus keluarga dengan pendapatan kurang dari RM 2000 per bulan,
dapat mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk peminjaman buku teks yang
disediakan dari sekolah. Mulai tahun ajaran 2008, semua siswa sekolah rendah mendapat
bantuan peminjaman buku pelajaran dari bantuan pemerintah melalui sekolah masing-masing.
Sekolah menengah di Malaysia merupakan sekolah kelanjutan setelah anak menempuh sekolah
dasar 6 tahun. Sekolah menengah ini berlangsung selama 5 tahun. Pada akhir kelas 3, para
siswa mengikuti ujian untuk menentukan kelulusan si sekolah menengah rendah, yang disebut
penilaian Menengah Rendah ( PMR ) atau dahulu dikenal dengan istilah Sijil Pelajaran rendah
( SPR ) dalam bahasa Inggris disebut Lower Certificate Education ( LCE ) atau Lower
Secondary Education. Ujian tersebut wajib diikuti oleh semua siswa kelas 3. Setelah itu , siswa
akan diarahkan untuk masuk kelas berikutnya dengan pilihan jurusan IPA ( science ) atau seni
(arts) . Siswa dapat memilih sesuai dengan pilihan mereka sendiri. Umumnya jurusan IPA lebih
dipilih oleh siswa. Meskipun perjalanannya, siswa masih diberikan kesempatan untuk beralih
dari jurusan IPA ke jurusan Seni.
Aktivitas ko-kurikuler bersifat wajib disekolah Menengah, dimana semua siswa harus
mengambil bagian sedikitnya 2 aktivitas. Ada banyak aktivitas ko-kurikular yang ditawarkan
di sekolah menengah. Aktivitas ko-kurikular sering digolongkan menjadi beberapa sebutan,
antara lain sebagai berikut : Kelompok Umum ( Uniformed Groups ), penampil Seni (
Performing Arts ), Klub dan Kemasyarakatan ( Clubs & Societies ), Olah Raga dan Permainan
( Sports & games ). Siswa boleh jugamengikuti kegiatan lebih dari 2 aktivitas ko-kurikular.
Pada akhir kelas 5 siswa diwajibkan untu mengambil ujian akhir yang disebut Sijil Pelajaran
Malaysia-SPM ( Malaysian Certificate of Education ).
Pada bulan Maret tahun 2006, Menteri Pendidikan mengumumkan sedang
mempertimbangkan perbaikan ulang sistem SPM, karena dirasa masih kurang sempurna.
Sebagian guru juga mengakuinya. Komentar dari salah satu profesor dari Universitas Malaya
yang menyayangkan mahasiswanya yang tidak bisa menulis makalah, debat, atau memahami
catatan kaki dalam setiap tulisan. Ia juga mengeluhkan mahasiswanya yang tidak dapat
memahami apa yang ia katakan. Padahal zaman dulu banyak jago sekolah yang pandai debat,
lihai bermain drama, olahraga dan lainnya.
Dewasa ini kemajuan sekolah di Malaysia tidak hanya dimiliki sekolah-sekolah negeri
tetapi juga sekolah-sekolah swasta mengalami pertumbuhan pesat. Sekolah swasta pertama
yang diakui kementrian pendidikan Malaysia untuk menjalankan kurikulum nasional
ditetapkan awal tahun 1980. Saat ini sekolah swasta mengalami perkembangan yang pesat dan
menawarkan beragam pilihan. Ada sekolah Dasar dan Menengas Swasta yang menggunakan
kirikulum nasional adapula yang menggunakan kurikulum internasional, seperti kurikulum
Amerika dan Inggris. Juga ada sekolah Cina mandiri khususnya sekolah menengah,
menggunakan kurikulum sesuai dengan yang digariskan Kementrian Pendidikan.Sebagian
sekolah di malaysia ada yang memerapkan sistem berasrama ( Residential Schools). Sekolah-
sekolah ini menerima siswa dengan terlebih dahulu melalui seleksi ketat. Calon siswa diminta
menunjukkan prestasi akademik dan potensi mereka sejak mereka belajar di sekolah rendah
kelas 1 sampai 6. Para sisiwa di sekolah ini dididik selama 24 jam di dalam asrama. Beberapa
sekolah tersebut adalah Malacca High School, Royal Military College, dan Penang Free
School. Residential School atau sekolah berasrama penuh juga dikenal sebagai sekolah-sekolah
Sains ( Science School). Sekolah-sekolah ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan calon-
calon elit malaysia, tetapi kemudian diperluas sebagai sekolah untuk menjaga malaysia dengan
cara menerima siswa dengan kemampuan akademik dan bakat-bakat olahraga serta
kepemimpinan yang menonjol. Sekolah tersebut dijadikan sebagai model setelah sekolah
asrama Inggris ( British Boarding School).
Sedangkan untuk pendidikan tinggi, umumnya dikelola oleh pemerintah dan swasta.
Pendidikan tinggi menawarkan berbagai macam program sertifikat, diploma, sarjana, dan
pascasarjana. Lembaga Pendidikan Tinggi Negeri diselenggarakan oleh pemerintah, seperti
universitas, perguruan tinggi negeri, politeknik, dan lembagapelatihan guru. Sedangkan
Lembaga Pendidikan Tinggi Swasata diselenggarakan oleh swasta, dan cabang universitas luar
negeri. Kini jumlah perguruan tinggi swasta di Malaysia lebih dari 400 buah.
Beberapa nama universitas di Malaysia anatara lain: Univeriti Tun Hussein, Universiti Utara
Malaysia, Universiti Malaysia Kelantan, Universiti Pertahanan Nasional Malaysia, Universiti
Malaya, Universiti Teknikal Malaysia Malaya, dsb.

1.4 Pendidikan di Indonesia sebelum kemerdekaan


Pendidikan di Indonesia pada zaman sebelum kemerdekaan dapat digolongkan ke dalam tiga
periode, yaitu:Pendidikan yang berlandaskan ajaran keagamaan, Pendidikan yang
berlandaskan kepentingan penjajahan, dan Pendidikan dalam rangka perjuangan
kemerdekaan. Pendidikan yang berlandaskan ajaran keagamaan meliputi:
1. Pendidikan Hindu-Budha. Pendidikan pada zaman keemasan Hindu-Budha yang
berlangsung antara abad ke-14 hingga abad ke-16 masehi. Pada periode awal
berkembangnya agama Hindu-Budha di nusantara, sistem pendidikan sepenuhnya
bermuatan keagamaan yang dilaksanakan di biara-biara atau pedepokan. Pada
perkembangan selanjutnya, muatan pendidikan bukan hanya berupa ajaran keagamaan,
melainkan ilmu pengetahuan yang meliputi sastra, bahasa, filsafat, ilmu pengetahuan,
tata negara, dan hukum. Kerajaan-kerajaan hindu di tanah jawa banyak melahirkan
empu dan pujangga besar yang melahirkan karya-karya seni yang bermutu tinggi. Pada
masa, itu pendidikan mulai tingkat dasar hingga tingkat tinggi dikendalikan oleh para
pemuka agama. Pendidikan bercorak Hindu-Budha semakin pudar dengan jatuhnya
kerajaan Majapahit pada awal abad ke 16, dan pendidikan dengan corak Islam dalam
kerajaan-kerajaan Islam datang menggantikannya.
2. Pendidikan Islam Pendidikan berlandaskan ajarna Islam dimulai sejak datangnya para
saudagar asal Gujarat India ke Nusantara pada abad ke-13. Kehadiran mereka mula-
mula terjalin melalui kontak teratur dengan para pedagang asal Sumatra dan Jawa.
Ajaran islam mula-mula berkembang di kawasan pesisir, sementara di pedalaman
agama Hindu masih kuat. Didapati pendidikan agama Islam di masa prakolonial dalam
bentuk pendidikan di surau atau langgar, pendidikan di pesantren, dan pendidikan di
madrasah.
3. Pendidikan Katolik dan Kristen-Protestan
Pendidikan Katolik berkembang mulai abad ke-16 melalui orang-orang Portugis yang
menguasai malaka. Dalam usahanya mencari rempah-rempah untuk dijual di Eropa,
mereka menyusuri pulau-pulau Ternate, Tidore, Ambon, dan Bacan. Dalam
pelayarannya itu, mereka selau disertai misionaris Katolik-Roma yang berperan ganda
sebagai penasihat spiritual dalam perjalanan yang jauh dan penyebar agama di tanah
yang didatanginya. Kemudian Belanda menyebarkan agama Kristen-Protestan dan
mengembangkan sistem pendidikannya sendiri yang bercorak Kristen-Protestan.
4. Pendidikan pada zaman VOC
Sebagaimana bangsa Portugis sebelumnya, kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia
pada abad ke -16 mula-mula untuk tujuan dagang dengan mencari rempah-rempah
dengan mendirikan VOC. Misi dagang tersebut kemusian diikkuti oleh misi penyebaran
agama terutama dilakukan dengan mendirikan sekolah-sekolah yang dilengkapi asrama
untuk para siswa. Di sana diajarkan agama Kristen-Protestan dengan bahasa pengantar
bahasa Belanda, dan sebagian menggunakan bahasa Melayu. Pada awal abad ke-16,
VOC mendirikan sekolah di pulau-pulau Ambon, Banda, Lontar, dan Sangihe-Talaud.
Pada periode berikutnya, didirikan pula sekolah-sekolah dengan jenis dan tujuan yang
lebih beragam. Pendirian sekolah-sekolah tersebut terutama diarahkan untuk
kepentingan mendukung misi VOC di Nusantara.
5. Pendidikan pada zaman kolonial Belanda
Pudarnya VOC pada akhir abad ke-18 menandai masa datangnya zaman kolonial
Belanda. Sistem pendidikan diubah dengan menarik garis pemisah antara sekolah Eropa
dan sekolah Bumiputera. Sekolah Eropa diperuntukkan bagi anak-anak Belanda dan
anak-anak orang Eropa di Indonesia, sedangkan sekolah-sekolah bumiputera tingkatan
dan prestisenya lebih rendah diperuntukkan bagi anak-anak bumiputra yang terpilih.
Mulai akhir abad ke-19 dan hingga dasawarsa awal abad ke-20, lembaga-lembaga
pendidikan di Indonesia sangat beragam, meliputi sekolah dasar, sekolah menengah,
sekolah raja, sekolah petukangan, sekolah kejuruan, sekolah-sekolah khusus untuk
perempuan Eropa dan pribumi, sekolah dokter, perguruan tinggi hukum, dan perguruan
tinggi teknik. Untuk mengimbangi pendidikan Belanda, pada periode ini berdiri pula
lembaga-lembaga pendidikan bercorak keagamaan dan kebangsaan oleh
Muhamadiyah, taman siswa, INS kayutaman, Ma’arif dan perguruan Islam lainnya.
6. Pendidikan pada masa pendudukan Jepang
Meskipun singkat, berlangsung pada tahun 1942-1945, masa pendudukan Jepang
memberikan corak yang berarti pada pendidikan di Indonesia. Tidak lama setelah
berkuasa, Jepang segera menghapus sistem pendidikan warisan Belanda yang
didasarkan atas penggolongan menurut bangsa dan status sosialnya. Tingkat sekolah
terendah adalah Sekolah Rakyat(SR) , yang terbuka untuk semua golongnan
masyarakat tanpa membedakan status sosial dan asal-usulnya. Kelanjutannya adalah
Sekolah Menengah Pertama(SMP) selama tiga tahun, kemudian Sekolah Menengah
Tinggi(SMT) selama tiga tahun. Sekolah kejuruan juga dikembangkan, yaitu Sekolah
Pertukangan, Sekolah Menengah Teknik Menengah, Sekolah Pelayaran, dan Sekolah
Pelayaran Tinggi. Sekolah Hukum dan MOSVIA yang didirikan oleh Belanda
dihapuskan. Di tingkat pendidikan tinggi, pemerintah pendudukan Jepang didirikan
Sekolah Tinggi Kedokteran(Ika Dai Gakko)di Jakarta dan Sekolah Tinggi Teknik di
Bandung.
Perubahan lain yang sangat berarti bagi Indonesia di kemudian hari ialah bahasa
Indonesia menjadi bahasa pengantar pertama di sekolah-sekolah dan kantor-kantor
pemerintahan, dan bahasa pengantar kedua adalah bahasa Jepang. Sejak saat itu, bahasa
Indonesia berkembang pesat sebagai bahasa pengantar dan bahasa komunikasi ilmiah.
Tujuan pendidikan pada zaman Jepang diarahkan untuk mendukung pendudukan
Jepang dengan menyediakan tenaga kerja kasar secara cuma-Cuma yang dikenal
dengan romusha.
1.5 Pendidikan di Indonesia setelah kemerdekaan (1945-1969)
Pendidikan dan pengajaran sampai dengan tahun 1945 diselenggarakan oleh Kantor
Pengajaran yang terkenal dengan nama Jepang Bunkyo Kyoku dan merupakan bagian dari
kantor yang menyelenggarakan urusan pamong praja yang disebut dengan Naimubu. Segere
setelah diproklamasikannya kemerdekaan, Pemerintah Indonesia yang baru dibentuk
menunjuk Ki Hajar Dewantara, sebagai Menteri Pendidikan dan Pengajaran mulai 19 Agustus
sampai dengan 14 November 1945, kemudian digantikan oleh Mr. T.G.S.G Mulia dari tanggal
14 November 1945 sampai dengan 12 Maret 1946. Tidak lama kemudian Mr. Dr. T.G.S.G
Mulia digantikan oleh Mohamad Syafei dari 12 Maret 1946 sampai dengan 2 Oktober 1946.
Karena masa jabatan yang umumnya amat singkat, pada dasarnya tidak banyak yang dapat
diperbuat oleh para menteri tersebut, apalagi Indonesia masih disibukkan dengan berbagai
persoalan bangsa setelah diproklamasikannya kemerdekaan.
1.6 Kurikulum Pendidikan di Malaysia
Kurikulum pendidikan, ditetapkan oleh Kementrian Pelajaran Malaysia. Kurikulum
sekolah di malaysia relatif stabil. Kurikulum yang digunakan di sekolah rendah Malaysia
disebut dengan Kurikulum Baru Sekolah Rendah ( KBSR ). Dari data Kementrian Pelajaran
malaysia, KBSR mulai diujicobakan tahun 1982 di 302 buah sekolah rendah. Sejak tahun 1988,
pelaksanaan KBSR sepenyhnya dicapai dan hingga tahun 2007 masih dipergunakan. Revisi
dilakukan pada tahun 2003, dimana mata pelajaran Sains menggunakan bahasa pengantar
Bahasa Inggris dan pada tahun 2005 penggunaan bahasa pengantar dengan bahasa Inggris
diperluas untuk matapelajaran sains dan Matematika.
1.7 Kurikulum Pendidikan Indonesia
Dalam sejarah, sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 198, 1975, 1984, 1994, dan tahun 2004, dan
terakhir adalah KTSP. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya
perubahan sistem politik, sosial, budaya, ekonomi dan IPTEK dalam masyarakat.
1. Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan
(dalam bahasa Belanda) artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum
(bahasa Inggris). Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Rencana Pelajaran 1947 baru
dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950.
2. Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran
Terurai 1952.
3. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila
sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok
pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
4. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif.
“Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur
Pembinaan TK dan SD Depdiknas.
5. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan
proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum
1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
6. Kurikulum 1994 dan Suplemmen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum
1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan.
7. Kurikulum 2004
Atau disebut juga sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran
diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa.
8. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
Kurikulum KTSP adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh
dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis
diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran
2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun
2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun
pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu
sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan
muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang memuat:
1. kerangka dasar dan struktur kurikulum,
2. beban belajar,
3. kurikulumm tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat
4. satuan pendidikan, dan
5. kalender pendidikan.
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari
satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata
pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah
setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan
KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas
Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru
dan karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi
setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang
disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan
masyarakat

1.7 Sistem Pendidikan Malaysia


Sistem pendidikan di Malaysia diselia oleh Kementerian Pelajaran Malaysia.
Pendidikan Malaysia boleh didapatkan dari sekolah tanggungan kerajaan, sekolah swasta atau
secara sendiri. Sistem pendidikan dipusatkan terutamanya bagi sekolah rendah dan sekolah
menengah. Kerajaan negeri tidak berkuasa dalam kurikulum dan aspek lain pendidikan sekolah
rendah dan sekolah menengah, sebaliknya ditentukan oleh kementerian. Terdapat peperiksaan
piawai yang merupakan ciri yang biasa bagi negara-negara Asia seperti di Singapura dan
China.
Hanya pendidikan di sekolah rendah diwajibkan dalam undang-undang. Oleh itu,
pengabaian keperluan pendidikan selepas sekolah rendah tidak melanggar undang-undang.
Sekolah rendah dan sekolah menengah diuruskan oleh Kementerian Pelajaran Malaysia tetapi
dasar yang berkenaan dengan pengajian tinggi diuruskan oleh Kementerian Pengajian Tinggi
Malaysia yang ditubuhkan pada tahun 2004. Sejak tahun 2003, kerajaan memperkenalkan
penggunaan bahasa Inggeris sebagai bahasa pengantar dalam mata pelajaran yang berkenaan
dengan Sains. dan matematik.
Pendidikan Malaysia terdiri daripada beberapa peringkat:
1. Pendidikan prasekolah
Sekolah tadika (prasekolah) menerima kemasukan kanak-kanak umur 4-6 tahun. Pengajian
tadika bukan merupakan pengajian wajib dalam Pendidikan Malaysia. Namun begitu
penubuhan tadika oleh pihak swasta amat menggalakkan. Sepakat ini, sebagian besar Sekolah
Kebangsaan mempunyai kelas prasekolah. Namun kemasukan ke kelas ini dibuka kepada anak-
anak dari keluarga berpendapatan rendah.
2. Pendidikan rendah
Pendidikan rendah bermula dari tahun 1 hingga tahun 6, dan menerima kemasukan kanak-
kanak berumur 7 tahun hingga 12 tahun. Bahasa Melayu dan bahasa Inggris merupakan mata
pelajaran wajib dalam Sistem Pendidikan Malaysia. Sekolah rendah awam di Malaysia terbagi
kepada dua jenis, yaitu Sekolah Kebangsaan dan Sekolah Jenis Kebangsaan. Kurikulum di
kedua-dua jenis sekolah rendah adalah sama. Perbedaan antara dua jenis sekolah ini ialah
bahasa pengantar yang digunakan. Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa pengantar di
Sekolah Kebangsaan. Bahasa Tamil atau bahasa Mandarin digunakan sebagai bahasa
pengantar di Sekolah Jenis Kebangsaan.
Pada akhir tahun persekolahan sekolah rendah, ujian awam diadakan bagi menilai prestasi
murid-murid. Ujian awam pada peringkat sekolah rendah dinamakan Ujian Penilaian Sekolah
Rendah (UPSR). Pelajar yang telah menduduki UPSR, dibenarkan melanjutkan pelajaran ke
peringkat menengah.
3. Pendidikan menengah
Sekolah menengah di Malaysia merupakan sekolah kelanjutan setelah anak menempuh
sekolah dasar selama 6 tahun. Sekolah menengah ini berlangsung selama 5 tahun. Seperti di
sekolah rendah, setiap tingkatan ditempuh selama satu tahun. Bahasa Melayu digunakan
sebagai bahasa pengantar bagi semua mata pelajaran selain Sains dan Matematika. Pada akhir
kelas 3, para siswa harus mengikuti ujian untuk menentukan kelulusan di sekolah menengah
rendah, yang disebut Penilaian Menengah Rendah (PMR) atau dahulu dikenal dengan istilah
Sijil Pelajaran Rendah (SPR), dalam bahasa Inggris disebut Lower Certificate Education
(LCE) atau Lower Secondary Evaluation. Ujian tersebut wajib diikuti oleh semua siswa kelas
3. Setelah itu, siswa akan diarahkan untuk masuk kelas berikutnya dengan pilihan jurusan IPA
(science) atau seni (Arts). Siswa dapat memilih sesuai dengan pilihan mereka sendiri.
Umumnya jurusan IPA lebih dipilih oleh siswa. Meskipun dalam perjalanannya, siswa masih
diberikan kesempatan untuk beralih jurusan IPA ke jurusan seni, namun tidak untuk
sebaliknya. Pelajar-pelajar yang tidak dapat menentukan keputusan yang memuaskan boleh
memilih untuk menjalani pengkhususan vokasional di sekolah teknik.
Aktivitas ko-kurikuler bersifat wajib di sekolah menengah, dimana semua siswa harus
mengambil bagian di dalam sedikitnya 2 aktivitas. Ada banyak aktivitas ko-kurikuler yang
ditawarkan di sekolah menengah. Aneka macam di masing-masing sekolah dan masing-masing
siswa yang menjadi sebutan yang di dasarkan atas bidang-bidang ini. Ada beberapa kompetisi
dan penilaian kinerja yang dilakukan secara teratur. Aktivitas ko-kurikuler sering digolongkan
menjadi beberapa sebutan sebagai berikut: Kelompok Umum (Uniformed Groups),
Penampilan Seni (Performing Arts), Klub dan Kemasyarakatan (Clubs and Societies),
Olahraga dan Permainan (Sports and Games). Siswa boleh juga mengikuti kegiatan lebih dari
aktivitas ko-kurikuler.
Pada akhir kelas 5 siswa diwajibkan untuk mengambil ujian akhir yang disebut Sijil
Pelajaran Malaysia-SPM (Malaysian Certificate of Education Examination) sebelum merka
lulus dari sekolah menengah ini. Ujian SPM itu didasarkan pada ‘Ujian Sertifikat Sekolah’
(School Certificate Examination) sebagaimana zaman Inggris dahulu sebelum berubah menjadi
Ujian Tingkat ‘O’ Sertifikat Umum Pendidikan (General Certificate of secondary Education-
GCSE).
4. Pendidikan pra-universiti
Selepas SPM, para pelajar dapat membuat pilihan sama ada belajar dalam Tingkatan 6
matrikulasi, pengajian diploma di pelbagai institut pendidikan seperti Politeknik. Jika mereka
melanjutkan pelajaran dalam Tingkatan Enam, mereka akan menduduki peperiksaan Sijil
Tinggi Persekolahan Malaysia (STPM). Tingkatan 6 yang terdiri daripada Tingkatan 6 Rendah
dan Tingkatan 6 Atas mengambil masa selama dua tahun. STPM dianggap lebih susah daripada
A-level kerana merangkumi skop yang lebih mendalam dan luas. Walaupun STPM biasanya
diduduki bagi mereka yang ingin belajar di universiti awam di Malaysia, STPM turut diakui di
peringkat antarabangsa.
Selain itu, para pelajar boleh memohon kebenaran untuk mengikuti program matrikulasi
yang mengambil masa selama satu atau dua tahun. Pada suatu ketika dahulu, matrikulasi hanya
mengambil masa selama satu tahun. Sejak tahun 2006, 30% daripada semua pelajar matrikulasi
diberikan program yang mengambil masa selama dua tahun. 90% daripada tempat matrikulasi
adalah disimpan untuk bumiputera. Program matrikulasi tidak seketat dengan STPM. Ramai
berpendapat bahawa program ini mudah daripada STPM, dan dikatakan untuk membantu
bumiputera belajar di universiti dengan mudah. Matrikulasi dikenalkan selepas kuota
kemasukan universiti awam yang berdasarkan kaum dimansuhkan. 70% daripada pelajar
kursus krtikal seperti perubatan, farmasi, pergigian dan perundangan ialah pelajar matrikulasi.
Sebaliknya, kebanyakan kursus-kursus seperti Sarjana Muda Sains yang kurang diminati
diambil oleh pelajar STPM. Pembela program matrikulasi mendakwa bahawa Tingkatan 6
adalah berbeda dengan program matrikulasi. Akan tetapi, program matrikulasi dan Tingkatan
Enam memainkan peranan yang sama (kelayakan kemasukan universiti). Setelah pelajar
menerima pendidikan pra-universiti di kolej persendirian. Mereka mungkin memilih diploma,
A-level, Program Matrikulasi Kanada atau kursus yang sama dari negara lain.
5. Pengajian tinggi
Banyak subsidi diberi oleh kerajaan untuk menanggung pendidikan di universiti-universiti
awam. Pemohon memerlukan kelayakan STPM, matrikulasi atau diploma yang diiktiraf, serta
kelulusan-kelulusan lain yang setara yang diiktiraf Kerajaan. Keputusan yang baik dalam
peperiksaan tidak menjamin kemasukan universiti awam. Ini adalah kerana tempat pengajian
bagi sesetengah program adalah terhad. Contohnya, tempat untuk bidang perubatan adalah
terhad dan adalah mustahil untuk universiti awam menerima semua pelajar-pelajar yang
mendapat semua A dalam STPM. Justeru, adalah penting bagi pelajar untuk mendapatkan
maklumat dari pihak sekolah ketika mengisi borang permohonan.Pada tahun 2004, kerajaan
menubuhkan Kementerian Pengajian Tinggi Malaysia untuk mengawasi pendidikan pengajian
tinggi. Kementerian ini dipimpin oleh Mustapa Mohamed pada ketika itu. Kini, KPT diterajui
oleh Nordin Khaled. Para pelajar juga dapat membuat pilihan untuk pergi ke institusi swasta
bagi pendidikan peringkat tinggi. Banyak institusi memberi kursus dengan bekerjasama dengan
institut atau universiti di luar negeri. Sesetengah universiti di luar negeri pula membuka
cawangan di Malaysia. Selain itu, terdapat juga Institut Pendidikan Guru Malaysia yang
menawarkan program ijazah sarjana muda perguruan dan politeknik yang menawarkan kursus
diploma dan sijil bagi yang berminat.Terdapat juga kajian yang dilakukan mengenai Sistem
penilaian prestasi pelajar

1.8 Sistem pendidikan Indonesia


Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia,
baik itu secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Secara terstruktur, pendidikan di Indonesia
menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Kemdiknas),
dahulu bernama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Depdikbud).
Di Indonesia, semua penduduk wajib mengikuti program wajib belajar pendidikan dasar
selama sembilan tahun, enam tahun di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah dan tiga tahun di
sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah. Saat ini, pendidikan di Indonesia diatur
melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal, nonformal, dan
informal. Pendidikan juga dibagi ke dalam empat jenjang, yaitu anak usia dini, dasar,
menengah, dan tinggi.

1.9 Jenis-Jenis Sekolah di Malaysia


Ada beberapa jenis sekolah di Malaysia, antara lain:
1) Sekolah Kebangsaan
2) Sekolah Kluster
3) Sekolah Jenis Kebangsaan
4) Sekolah Wawasan
5) Sekolah Agama Islam
6) Sekolah Mubaligh
7) Sekolah Bestari
8) Sekolah Teknik dan Vokasional
9) Sekolah Berasrama Penuh
Terdapat beberapa jenis sekolah yaitu :
1. Sekolah Kebangsaan
Bahasa Malaysia digunakan sebagai bahasa pengantar di Sekolah Kebangsaan.
Sekolah Kebangsaan merupakan salah satu jenis sekolah rendah.
2. Sekolah Kluster
Sekolah kluster satu jenama yang diberi kepada sekolah yang dikenal pasti
cemerlang dalam klusternya daripada aspek pengurusan sekolah dan kemenjadian
murid. Pewujudan sekolah kluster bertujuan melonjakkan kecemerlangan sekolah
dalam sistem pendidikan Malaysia dan membangun sekolah yang boleh dicontohi oleh
sekolah dalam kluster yang sama dan sekolah lain di luar klusternya.
3. Sekolah Jenis Kebangsaan
Bahasa Cina atau Bahasa Tamil digunakan sebagai bahasa pengantar. Sekolah
Jenis Kebangsaan merupakan salah satu jenis sekolah rendah. Dari tahun 1995 hingga
2000, pengagihan Rancangan Malaysia Ketujuh membahagikan 96.5% kepada Sekolah
Kebangsaan yang hanya mempunyai 75% daripada pelajar sekolah rendah. Sekolah
Jenis Kebangsaan Cina (21% daripada pelajar sekolah rendah) mendapat 2.4% daripada
pengagihan manakala Sekolah Jenis Kebangsaan Tamil (3.6% daripada pelajar sekolah
rendah) mendapat 1% daripada pengagihan.
4. Sekolah Wawasan
Beberapa sekolah awam berkongsi kemudahan yang sama di dalam sebuah sekolah
yang dikenali sebagai Sekolah Wawasan. Penubuhan Sekolah Wawasan adalah untuk
menggalakkan interaksi yang lebih rapat antara kaum. Akan tetapi, kebanyakan orang
Cina dan orang India membantah Sekolah Wawasan kerana mereka percaya bahawa
Sekolah Wawasan akan mengehadkan penggunaan bahasa ibunda di sekolah.
5. Sekolah Agama Islam
Sekolah pondok, madrasah dan sekolah agama Islam lain merupakan bentuk
sekolah asal di Malaysia. Sekolah-sekolah sedemikian masih wujud di Malaysia tetapi
bukan sebahagian daripada pelajaran kanak-kanak di kawasan bandar. Pelajar di
kawasan luar bandar masih belajar di sekolah-sekolah ini. Oleh sebab keputusan
pelajaran di sekolah-sekolah ini tidak diterima oleh kebanyakan universiti di Malaysia,
kebanyakan pelajar ini perlu melanjutkan pelajaran ke kawasan seperti Pakistan atau
Mesir.
6. Sekolah Bestari
Sekolah bestari cuba menerapkan komputer dan teknologi dalam kaedah
pembelajaran.
7. Sekolah Teknik dan Vokasional
Sekolah Menengah Teknik dan vokasional memberi peluang kepada murid yang
mempunyai kecenderungan dalam pendidikan sains dan teknologi untuk memenuhi
tenaga kerja dalam bidang industri Negara. Kementerian Pelajaran Malaysia
menawarkan program-program yang membolehkan murid berpotensi menjadi separa
profesional atau profesional dalam pelbagai bidang teknikal dan kejuruteraan.
8. Sekolah Berasrama Penuh
Maktab Rendah Sains MARA (MRSM) dan Sekolah Berasrama Penuh atau
Residential School juga dikenal sebagai sekolah-sekolah sains (Science Schools).
Sekolah-sekkolah ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan calon-calon elit Malaysia
tetapi kemudian diperluas sebagai sekolah untuk menjaga Malaysia dengan cara
menerima siswa dengan kemampuan akademik dan bakat-bakat olahraga serta
kepemimpinan yang menonjol. Sekolah tersebut dijadikan sebagai model setelah
Sekolah Asrama Inggris (British Boarding School)
1.10 Jenis-Jenis Pendidikan Indonesia
Menurut Sisdiknas :
1. Pendidikan formal
2. Pendidikan non formal
3. Pendidikan informal
4. Jenjang pendidikan Formal
5. Pendidikan Dasar
6. Pendidikan Menengah
7. Pendidikan Tinggi
8. Jenis Pendidikan Formal
9. Pendidikan Umum
10. Kejuruan
11. Akademik
12. Profesi
13. Vokasi
14. Keagamaan
15. Khusus

1. Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan
pendidikan.
a. Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada
umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.
b. Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar,
adalah TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di setiap mesjid dan
Sekolah Minggu, yang terdapat di semua gereja. Selain itu, ada juga berbagai kursus,
diantaranya kursus musik, bimbingan belajar dan sebagainya
c. Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.
2. Jenis Pendidikan
Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan
suatu satuan pendidikan.
1. Pendidikan umum
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan
perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: sekolah dasar (SD), sekolah
menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA).
2. Pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta
didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya
adalah sekolah menengah kejuruan (SMK).
3. Pendidikan akademik
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana
yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
4. Pendidikan profesi
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang
mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang
profesional.
5. Pendidikan vokasi
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik
untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang
diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).
6. Pendidikan keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut
penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama dan /atau menjadi ahli
ilmu agama.
7. Pendidikan khusus
Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang
berkebutuhan khusus atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang
diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan
pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk sekolah
luar biasa/SLB).
3. Tingkat Pendidikan
Prasekolah
Dari kelahiran sampai usia 3 tahun, kanak-kanak Indonesia pada umumnya tidak memiliki
akses terhadap pendidikan formal. Dari usia 3 sampai 4 atau 5 tahun, mereka memasuki taman
kanak-kanak. Pendidikan ini tidak wajib bagi warga negara Indonesia, tujuan pokoknya adalah
untuk mempersiapkan anak didik memasuki sekolah dasar. Dari 49.000 taman kanak-kanak
yang ada di Indonesia, 99,35% diselenggarakan oleh pihak swasta. Periode taman kanak-kanak
biasanya dibagi ke dalam “Kelas A” (atau Nol Kecil) dan “Kelas B” (atau Nol Besar), masing-
masing untuk periode satu tahun.
1. Sekolah dasar
Kanak-kanak berusia 6–11 tahun memasuki sekolah dasar (SD) atau madrasah
ibtidaiyah (MI). Tingkatan pendidikan ini adalah wajib bagi seluruh warga negara
Indonesia berdasarkan konstitusi nasional. Tidak seperti taman kanak-kanak yang
sebagian besar di antaranya diselenggarakan pihak swasta, justru sebagian besar
sekolah dasar diselenggarakan oleh sekolah-sekolah umum yang disediakan oleh
negara (disebut “sekolah dasar negeri” atau “madrasah ibtidaiyah negeri”), terhitung
93% dari seluruh sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah yang ada di Indonesia. Sama
halnya dengan sistem pendidikan di Amerika Serikat dan Australia, para siswa harus
belajar selama enam tahun untuk menyelesaikan tahapan ini. Beberapa sekolah
memberikan program pembelajaran yang dipercepat, di mana para siswa yang
berkinerja bagus dapat menuntaskan sekolah dasar selama lima tahun saja.
2. Sekolah Menengah Pertama
Sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs) adalah bagian dari
pendidikan dasar di Indonesia. Setelah tamat dari SD/MI, para siswa dapat memilih
untuk memasuki SMP atau MTs selama tiga tahun pada kisaran usia 12-14. Setelah tiga
tahun dan tamat, para siswa dapat meneruskan pendidikan mereka ke sekolah menengah
atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), atau madrasah aliyah (MA).
3. Sekolah Menengah Atas
Di Indonesia, pada tingkatan ini terdapat tiga jenis sekolah, yaitu sekolah menengah
atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah (MA). Siswa
SMA dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi, sedangkan
siswa SMK dipersiapkan untuk dapat langsung memasuki dunia kerja tanpa
melanjutkan ke tahapan pendidikan selanjutnya. Madrasah aliyah pada dasarnya sama
dengan sekolah menengah atas, tetapi porsi kurikulum keagamaannya (dalam hal ini
Islam) lebih besar dibandingkan dengan sekolah menengah atas. Jumlah sekolah
menengah atas di Indonesia sedikit lebih kecil dari 9.000 buah
4. Pendidikan Tinggi
Setelah tamat dari sekolah menengah atas atau madrasah aliyah, para siswa dapat
memasuki perguruan tinggi. Pendidikan tinggi di Indonesia dibagi ke dalam dua
kategori: yakni negeri dan swasta. Kedua-duanya dipandu oleh Kementerian
Pendidikan Nasional. Terdapat beberapa jenis lembaga pendidikan tinggi; misalnya
universitas, sekolah tinggi, institut, akademi, dan politeknik. Ada beberapa tingkatan
gelar yang dapat diraih di pendidikan tinggi, yaitu Diploma 3 (D3), Diploma 4 (D4),
Strata 1 (S1), Strata 2 (S2), dan Strata 3 (S3).

1.11 Siswa atau Peserta Didik


Siswa di Malaysia sangat menjunjung tinggi wawasan kebangsaan Negara Malaysia.
Siswa di Malaysia sangat menjunjung tinggi kedisiplinan serta kearifan. Kedisiplinan dipupuk
dengan arahan dari pemerintah melalui peraturan dan perundang-undangan. Sekolah juga
memiliki kebijakan untuk membuat peraturan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa. Akan
tetapi masih banyak juga siswa di Malaysia yang kurang mematuhi peraturan-peraturan yang
telah ditetapkan.
Pengelolaan kelas juga mempengaruhi peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar
mengajar. Kapasitas kelas diperhatikan agar terjadi kenyamanan untuk melakukan kegiatan
belajar dan pembelajaran. Ini sangat mempengaruhi tingkat motivasi belajar serta prestasi
siswa. Prestasi siswa amat dipengaruhi oleh kualitas guru sebagai pendidik serta pemimpin
siswa di dalam kelas.

1.12 Guru di Malaysia


Peranan guru pada dasarnya sama di semua Negara yaitu sebagai pengajar, fasilitator,
pemimpin, dan motivator bagi siswa. Guru amat berperan dalam perkembangan siswa. Siswa
dapat berkembang dengan baik apabila diajar oleh guru yang memiliki kualitas yang baik. Di
Malaysia guru dibekali dengan keterampilan yang baik untuk mengatur keadaan emosi siswa.
Guru dapat dikatakan memiliki prestasi apabila siswa yang diajarkannya memiliki kualitas dan
suskes menatap masa depan. Hal ini dikarenakan kesuskesan dari seorang siswa dipengaruhi
oleh guru.
Pengetua sekolah (kepala sekolah) mempunyai peranan yang amat penting bagi
kemajuan sekolah. Hak dari pengetua sekolah adalah menciptakan kebijakan sekolah.
Kebijakan-kebijakan pengetua sekolah bertujuan untuk kenajuan sekolah. Mencapai kemajuan
pendidikan di Malaysia kementerian Malaysia memberlakukan pelatihan-pelatihan bagi kepala
sekolah karena dinilai kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah sangat berpengaruh terhadap
perkembangan sekolah serta pendidikan di Malaysia.
Berkaitan dengan kesejahteraan guru, Atase Pendidikan Kedutaan Besar Malaysia
Dato’ Paduka Junaidy Abu Bakar mengatakan gaji guru mula di Malaysia berjumlah 1.405 RM
ditambah tunjangan rutin 340 RM. Totalnya sekitar Rp 4.941.222,33.
Total gaji ini diberikan kepada guru muda lulisan Diploma 3 yang baru mengajar. Guru
muda ini berada di grade DGA 29. Di tahap akhir grade ini, gajinya bisa mencapai Rp
10.682.685,36. Jika guru juga naik golongan atau grade, gajinya pun akan naik hampir Rp 2
juta.
Dalam kelompok guru lulusan D-3, ada tiga tingkatan, yaitu grade DGA 29, grade
DGA 32 dan grade DGA 34. Ketika guru naik pangkat di akhir grade 34, gajiinya bisa
mencapai hampir Rp 12 juta. Itu baru guru lulusan D-III.
Beda lagi dengan para guru dan dosen lulusan S-1 dan S-2. Dalam lima grade, rentang
gajinya dari 1.695 RM plus 550 RM atau sekitar Rp 6.343.799,17 hingga 8.860 RM plus 2.200
RM dengan total hampir Rp 39 juta.
Selain gaji pokok ini, mereka juga berhak memperoleh tunjangan-tunjangan lain,
seperti tunjangan perumahan sebesar 180 RM, laptop gratis, danpinjaman mobil. Para guru dan
dosen juga memperoleh insentif khusus jika mengajar mata pelajaran seperti Bahasa Inggris
atau mengajar pelajar cacat.
Bagi mereka yang tinggal di kawasan pinggiran dan mengalami kesulitan transportasi
juga memperoleh tunjangan antara 500 RM sampai 1.500 RM serta dana cuti belajar.
Tentu saja, para guru boleh tenang. Pasalnya, indeks taraf hidup pun hanya berkisar 750
RM-1.500 RM. Maksimal hanya terjadi di kawasan Bandar. Kesejahteraan ini pun berlaku pula
bagi para guru swasta. Hanya bedanya, lanjut Junaidy, di Malaysia jarang terdapat sekolah
swasta.

1.13 Guru di Indonesia


Pada tahun 2004 berdasarkan fakta mutu guru Indonesia masih jauh dari memadai
untuk melakukan perubahan yang sifatnya mendasar berkaitan kurikulum yang beberbasis
kompetensi yang sudah kita terapkan. Berdasarkan statistik 60% guru SD, 40% guru SMP,
43% guru SMA, dan 34% guru SMK, dianggap belum layak untuk mengajar di jenjang masing-
masing. Selain itu 17% guru atau setara dengan 69.477 guru mengajar bukan bidang studinya.
Kualitas SDM kita adalah urutan 109 dari 179 negara berdasarkan Human Develoment Index.
Peranan guru pada dasarnya sama di semua Negara yaitu sebagai pengajar, fasilitator,
pemimpin, dan motivator bagi siswa. Guru amat berperan dalam perkembangan siswa. Siswa
dapat berkembang dengan baik apabila diajar oleh guru yang memiliki kualitas yang baik. Di
Malaysia guru dibekali dengan keterampilan yang baik untuk mengatur keadaan emosi siswa.
Guru dapat dikatakan memiliki prestasi apabila siswa yang diajarkannya memiliki kualitas dan
suskes menatap masa depan. Hal ini dikarenakan kesuskesan dari seorang siswa dipengaruhi
oleh guru.
Pengetua sekolah (kepala sekolah) mempunyai peranan yang amat penting bagi
kemajuan sekolah. Hak dari pengetua sekolah adalah menciptakan kebijakan sekolah.
Kebijakan-kebijakan pengetua sekolah bertujuan untuk kenajuan sekolah. Mencapai kemajuan
pendidikan di Malaysia kementerian Malaysia memberlakukan pelatihan-pelatihan bagi kepala
sekolah karena dinilai kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah sangat berpengaruh terhadap
perkembangan sekolah serta pendidikan di Malaysia.
Berkaitan dengan kesejahteraan guru, Gaji guru di Malaysia berkisar di atas RM 1000
(>Rp 2.500.000), yang hampir setara dengan gaji profesor (golongan IV/e) di negaraIndonesia.
Meskipun juga banyak keluhan dari para guru Malaysia tersebut yang merasa gaji mereka
masih juga rendah. Namun pada kenyataannya, guru sekolah rendah di Malaysia sudah mampu
mengajukan kredit mobil dari gajinya, sedangkan guru SD di Indonesia baru pada tahap layak
mengajukan kredit sepeda motor. Itupun baru sebagian kecil guru saja, sedang sebagian besar
lainnya berusaha melunasinya dengan mengandalkan pekerjaan sampingan.

1.14 Konsep dan Kebijakan Pendidikan di Indonesia dan Malaysia


Malaysia telah memiliki standar prosedur operasional baku dalam merancang konsep
dan kebijakan pendidikannya. Sebagai contoh, Akta Pendidikan (UU Sistem Pendidikan
Nasional) melalui proses perubahan dengan melalui proses evaluasi secara mendalam. Hasil
evaluasi itu dilaporkan oleh Menteri Pendidikan dalam sidang kabinet, dan akhirnya disusunlah
Akta Pendidikan yang baru berdasarkan hasil evaluasi tersebut. Dalam rangka menyongsong
abad ke-21, Malaysia telah memiliki Akta Pendidikan 1996 (Akta 550). Sementara Indonesia
baru setahun memiliki undang-undang yang baru tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni
UU Nomor 20 tahun 2003.
Berikut ini akan dikomparasikan beberapa konsep dan kebijakan pendidikan di
Indonesia Malaysia. Konsep dan kebijakan yang akan dikomparasikan adalah yang sepadan
atau yang substansinya sama atau hampir sama.
1. Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pendidikan ‘Percuma’ (Gratis)
Wajib belajar di Indonesia dimulai sejak adanya Wajib Belajar Sekolah Dasar 6 Tahun,
yang mulai dicanangkan bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional tanggal
2 Mei 1984. Keberhasilan program ini kemudian dilanjutkan dengan Wajib Belajar
Pendidikan Dasar 9 Tahun yang dicanangkan juga bertepatan dengan peringatan Hari
Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 1994. Konsep wajib belajar di Indonesia memang tidak
identik dengan ‘compulsory education‘ yang berbau paksaan dan diikuti dengan sanksi
yang tegas, tetapi lebih ke arah sebagai ‘universal basic education’, yang bersifat arahan
dan himbauan, dengan sanksi sosial. Keberhasilan pelaksanaan program Wajib Belajar
Sekolah Dasar 6 Tahun tersebut memang telah berhasil secara kuantitatif, karena 93% anak
usia sekolah dasar telah dapat ditampung dalam SD-SD Inpres yang tersebar ke seluruh
pelosok tanah air. Namun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa keberhasilan dalam
perluasan kesempatan belajar itu tidak diikuti oleh keberhasilan secara kualitatif. Banyak
gedung SD yang kini menjadi kosong karena dibangun di lokasi yang tidak tepat. Bahkan
kini banyak gedung-gedung itu yang kini telah mengalami rusak berat, karena dibangun
dengan kualitas yang rendah. Wal hasil, pembangunan pendidikan yang dilaksanakan
selama ini kurang berorientasi kepada mutu pendidikan.
Pendidikan gratis terutama diberlakukan untuk satuan pendidikan Sekolah Rendah (SR)
mulai dari ‘Darjah Satu sampai dengan Darjah Enam’ atau kelas satu sampai dengan kelas
enam di Sekolah Rendah. Sistem persekolahan di Malaysia menganut umur, artinya jika
anak berumur tujuh tahun maka ia berhak menduduki darjah satu Sekolah Rendah, dan
demikian seterusnya. Dalam hal kenaikan kelas, Malaysia menganut sistem automatic
promotion atau kenaikan kelas otomatis. Oleh karena itu, tidak ada siswa yang tidak naik
kelas. Berkat kebijakan inilah maka meski secara resmi Malaysia tidak memiliki program
wajib belajar, sebagaian besar anak usia sekolah di Malaysia telah memperoleh
kesempatan belajar. Untuk memudahkan dalam pengelolaan kelas (classroom
management), guru membagi kelas menjadi tiga kelompok berdasarkan kecepatan dalam
menerima pelajaran, yakni kelompok yang cepat, sedang, dan lambat. Walhasil, meski di
Malaysia tidak pencanangan program wajib belajar sebagaimana yang dilaksanakan di
Indonesia, namun dengan program pemerataan pendidikan di Malaysia juga telah berhasil
dengan kualitas yang memadai.
2. Kenaikan Kelas Ekspres dan Program Percepatan (Accelerated Learning)
Jika di Indonesia telah mencoba konsep percepatan belajar atau accelerated learning, maka
Malaysia sejak lama telah melaksanakan konsep yang disebut kenaikan kelas ekspres.
Kenaikan kelas ekspres ini justru diberlakukan pada ‘darjah tiga’ atau kelas tiga dapat naik
ke kelas lima, setelah melalui tes yang diselenggarakan Lembaga Peperiksaan Malaysia.
Selain itu, ketentuan lain yang secara tegas dilaksanakan adalah adanya persetujuan dari
orangtua siswanya. Apabila orangtuanya tidak setuju, anak tersebut dapat mengikuti
proses kenaikan biasa. Persetujuan orangtua ini amat penting karena orantua harus ikut
bertanggung jawab terhadap implikasi yang ditimbulkan dari kebijakan kenaikan kelas
ekspres tersebut.
Dalam hal kebijakan ‘accelerated learning’ di Indonesia, Prof. Dr. Suyanto, M.Ed, Rektor
Universitas Negeri Yogyakarta, justru tidak setuju dengan pelaksanaan accelerated
learning pada jenjang pendidikan dasar, utamanya di SD. Pertimbangannya, sudah tentu
dari faktor psikologis dan edukatif, yakni ‘siswa SD akan kehilangan waktu bermain’
(Republika, 12 Maret 2004). Dalam hal pemberlakukan program akselarasi di SMA pun,
Rektor UNY juga tidak setuju jika dilaksanakan dengan kelas khusus. Alasannya karena
cara tersebut merupakan satu bentuk diskriminasi bagi siswa. Cara yang paling elegan
menurut beliau adalah dengan sistem kredit semester (SKS).Dengan belajar dari Malaysia
tentang kenaikan kelas ekspres, perbedaan pandangan tentang
kebijakan program akselarasi di Indonesia harus disatukan dalam bentuk penyusunan
konsep yang dirumuskan oleh satu Pokja yang dibentuk oleh Mendiknas yang anggotanya
terdiri atas berbagai pakar pendidikan. Dengan program kenaikan kelas ekspres atau pun
melalui program percepatan tersebut, pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak
peserta didik agar ‘mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya’ (Pasal 12 UU Nomor 20 Thun 2003).
DAFTAR PUSTAKA
http://Datakata.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai