Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ASSEMANT PEMBELAJARAN SAINS

(Keterampilan Berpikir Kritis )

Dosen pengampu Matakuliah :


Dr. Jusman Mansyur, M. Si

Oleh Kelompok : IV

Winda Sari A 202 19 005


Neni Triana A 202 19 007
Uun Nadianti A 202 19 011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS

PASCASARJANA

UNIVERSITAS TADULAKO

2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kulia ”Assesment Pembelajaran
Sains”.
Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan berbagai pihak, oleh karana itu
pada kesempatan ini disampaikan terimah kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak
yang telah memberikan dorongan sehingga makalah ini terselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun, sangat kami harapkan untuk perbaikan dan
penyampurnaan tugas selanjutnya. Akhir kata semoga apa yang telah kami kerjakan ini
dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukan.

Palu, Oktober 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Berpikir merupakan suatu aktivitas mental untuk membantu memecahkan masalah,


membuat keputusan, atau memenuhi rasa keingintahuan. Kemampuan berpikir terdiri dari
dua yaitu kemampuan berpikir dasar dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan
berpikir dasar (lower order thinking) hanya menggunakan kemampuan terbatas pada hal-
hal rutin dan bersifat mekanis, misalnya menghafal dan mengulang-ulang informasi yang
diberikan sebelumnya. Sementara, kemampuan berpikir tinggi (higher order thinking)
membuat siswa untuk mengintrepretasikan, menganalisa atau bahkan mampu
memanipulasi informasi sebelumnya sehingga tidak monoton. Kemampuan berpikir
tinggi (higher order thinking) digunakan apabila seseorang menerima informasi baru dan
menyimpannya untuk kemudian digunakan atau disusun kembali untuk
keperluan pemecahan masalah berdasarkan situasi.
Permen 22 Tahun 2006 (Standar Isi) menyatakan mata pelajaran matematika
diberikan kepada semua peserta didik untuk membekali mereka dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Oleh
karena itu sangat diperlukan peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang
merupakan salah satu prioritas dalam pembelajaran matematika sekolah.
Secara umum, keterampilan berpikir terdiri atas empat tingkat, yaitu: menghafal
(recall thinking), dasar (basic thinking), kritis (critical thinking) dan kreatif (creative
thinking) (Krulik & Rudnick, 1999). Tingkat berpikir paling rendah adalah keterampilan
menghafal (recall thinking) yang terdiri atas keterampilan yang hampir otomatis atau
refleksif. Tingkat berpikir selanjutnya adalah keterampilan dasar (basic thinking).
Keterampilan ini meliputi memahami konsep-konsep seperti penjumlahan, pengurangan
dan sebagainya termasuk aplikasinya dalam soal-soal.
Berpikir kritis adalah berpikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi
semua aspek dari situasi atau masalah. Termasuk di dalamnya mengumpulkan,
mengorganisir, mengingat, dan menganalisa informasi. Berpikir kritis termasuk
kemampuan membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan
dan tidak dibutuhkan. Ini juga berarti mampu menarik kesimpulan dari data yang
diberikan dan mampu menentukan ketidakkonsistenan dan pertentangan dalam
sekelompok data. Berpikir kritis adalah analitis dan refleksif.
Berpikir kreatif sifatnya orisinil dan reflektif. Hasil dari keterampilan berfikir ini
adalah sesuatu yang kompleks. Kegiatan yang dilakukan di antaranya menyatukan ide,
menciptakan ide baru, dan menentukan efektifitasnya. Berpikir kreatif meliputi juga
kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya menemukan hasil akhir yang baru.
Dua tingkat berpikir terakhir inilah (berpikir kritis dan berpikir kreatif) yang
disebut sebagai keterampilan berpikir tingkat tinggi yang harus dikembangkan dalam
pembelajaran matematika. Dalam hal ini akan dibahas mengenai kemampuan berpikir
kritis dalam pembelajaran matematika.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Berfikir Kritis

Istilah berpikir kritis (critical thinking) sering disamakan artinya dengan


berpikir konvergen, berpikir logis (logical thinking) dan reasoning. R.H Ennis, dalam
Hassoubah (2004), mengungkapkan bahwa berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan
dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan. Oleh karena itu, indikator kemampuan berpikir kritis dapat
diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai berikut :
1. Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan.
2. Mencari alasan.
3. Berusaha mengetahui informasi dengan baik.
4. Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya.
5. Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.
6. Berusaha tetap relevan dengan ide utama
7. Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.
8. Mencari alternatif.
9. Bersikap dan berpikir terbuka.
10. Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.
11. Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.
12. Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan
masalah.
Indikator kemampuan berpikir kritis yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 1
adalah mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan. Indikator yang diturunkan dari
aktivitas kritis no. 3, 4, dan 7 adalah mampu mengungkap fakta yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan suatu masalah. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 2, 6, dan
12 adalah mampu memilih argumen logis, relevan dan akurat. Indikator yang diturunkan
dari aktivitas kritis no. 8 dan 10, dan 11 adalah mampu mendeteksi bias berdasarkan pada
sudut pandang yang berbeda. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 5 dan 9
adalah mampu menentukan akibat dari suatu pernyataan yang diambil sebagai suatu
keputusan.
Menurut R. Swartz dan D.N. Perkins dalam Hassoubah (2004: 86) menyatakan
bahwa berpikir kritis berarti:
1. Bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan diterima
atau apa yang akan dilakukan dengan alasan yang logis.
2. Memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dalam membuat
keputusan.
3. Menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk
menentukan serta menerapkan standar tersebut.
4. Mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai
sebagai bukti yang mendukung suatu penilaian.
Dalam rangka mengetahui bagaimana mengembangkan berpikir kritis pada diri
seseorang, R.H Ennis dalam Hassoubah (2004: 87) memberikan sebuah definisi berpikir
kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan
keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Tujuan dari berpikir kritis
adalah agar dapat menjauhkan seseorang dari keputusan yang keliru dan tergesa-gesa
sehingga tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Selanjutnya Beyer dalam Hassoubah (2004), menyatakan bahwa kemampuan
berpikir kritis ini meliputi keterampilan untuk menentukan kredibilitas suatu sumber,
membedakan antara yang relevan dan yang tidak relevan, membedakan fakta dari
penilaian, mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan,
mengidentifikasi bias yang ada, mengidentifikasi sudut pandang, mengevaluasi bukti
yang ditawarkan. Selanjutnya Tyler dalam Redhana (2003: 13-14) berpendapat bahwa
pengalaman atau pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memperoleh keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah dapat merangsang
keterampilan berpikir kritis siswa. Pertukaran gagasan yang aktif didalam kelompok kecil
tidak hanya menarik perhatian siswa tetapi juga dapat mempromosikan pemikiran kritis.
Kerjasama dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam diskusi,
bertanggung jawab terhadap pelajaran sehingga dengan begitu mereka menjadi pemikir
yang kritis (Totten dalam Gokhale 2002).
Berpikir kritis tidak sama dengan mengakumulasi informasi. Seorang dengan daya
ingat baik dan memiliki banyak fakta tidak berarti seorang pemikir kritis. Seorang
pemikir kritis mampu menyimpulkan dari apa yang diketahuinya, dan mengetahui cara
memanfaatkan informasi untuk memecahkan masalah, and mencari sumber-sumber
informasi yang relevan untuk dirinya. Berpikir kritis tidak sama dengan sikap
argumentatif atau mengecam orang lain. Berpikir kritis bersifat netral, objektif, tidak
bias. Meskipun berpikir kritis dapat digunakan untuk menunjukkan kekeliruan atau
alasan-alasan yang buruk, berpikir kritis dapat memainkan peran penting dalam kerja
sama menemukan alasan yang benar maupun melakukan tugas konstruktif. Pemikir kritis
mampu melakukan introspeksi tentang kemungkinan bias dalam alasan yang
dikemukakannya.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis
merupakan kemampuan menelaah atau menganalisis suatu sumber, mengidentifikasi
sumber yang relevan dan yang tidak relevan, mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi,
menerapkan berbagai strategi untuk membuat keputusan yang sesuai dengan standar
penilaian.

C. Unsur-unsur Dasar Berpikir Kritis


Menurut Ennis (1996: 364) terdapat 6 unsur dasar dalam berpikir kritis yang
disingkat menjadi FRISCO :
 F (Focus): Untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang diyakini maka
harus bisa memperjelas pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba diputuskan
itu mengenai apa.
 R (Reason): Mengetahui alasan-alasan yang mendukung atau melawan putusan-
putusan yang dibuat berdasar situasi dan fakta yang relevan.
 I (Inference): Membuat kesimpulan yang beralasan atau menyungguhkan. Bagian
penting dari langkah penyimpulan ini adalah mengidentifikasi asumsi dan mencari
pemecahan, pertimbangan dari interpretasi akan situasi dan bukti.
 S (Situation): Memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan
membantu memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah
kunci, bagian-bagian yang relevan sebagai pendukung.
 C (Clarity): Menjelaskan arti atau istilah-istilah yang digunakan.
 O (Overview): Melangkah kembali dan meneliti secara menyeluruh keputusan
yang diambil.
Untuk menilai kemampuan berpikir kritis Watson dan Glaser (1980) melakukan
pengukuran melalui tes yang mencakup lima buah indikator, yaitu mengenal asumsi,
melakukan inferensi, deduksi, interpretasi, dan mengevaluasi argumen. Joko Sulianto
(2011) mengatakan bahwa kemampuan berpikir kritis sebagai bagian dari keterampilan
berpikir perlu dimiliki oleh setiap anggota masyarakat, sebab banyak sekali persoalan-
persoalan dalam kehidupan yang harus dikerjakan dan diselesaikan.

D. Indikator Ennis dalam Berpikir Kritis


Menurut Ennis dalam Costa (1985) berpikir kritis adalah kemampuan bernalar
dan berpikir reflektif yang diarahkan untuk memutuskan hal-hal yang meyakinkan
untuk dilakukan. Presseisen dalam Costa (1985:14) mengatakan bahwa :
 berpikir kritis diartikan sebagai ketrampilan berpikir yang menggunakan proses
berpikir dasar, untuk menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap
tiap-tiap makna dan interpretasi, mengembangkan pola penalaran yang kohesif
dan logis, memahami asumsi yang mendasari tiap-tiap posisi, memberikan model
presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan meyakinkan.
Menurut Ennis dalam Costa (1985: 16) terdapat 12 indikator berpikir kritis yang
terangkum dalam 5 kelompok keterampilan berpikir, yaitu memberikan
penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic
support), menyimpulkan (interfence), membuat penjelasan lebih lanjut (advance
clarification), serta strategi dan taktik (strategy and tactics). Kemudian 12 indikator
tersebut dijabarkan dalam beberapa sub indikator seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1. Dua Belas Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis.

NO Kelompok Indikator Sub indikator


1. Memberikan Memfokuskan  Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan
penjelasan pertanyaan  Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk
sederhana mempertimbangkan kemungkinan jawaban
 Menjaga kondisi berpikir
Menganalisis  Mengidentifikasi kesimpulan
argumen  Mengidentifikasi kalimat-kalimat pertanyaan
 Mengidentifikasi kalimat-kalimat bukan
pertanyaan
 Mengidentifikasi dan menangani suatu
ketidaktepatan
 Melihat struktur dari suatu argumen
 Membuat ringkasan
Bertanya dan  Memberikan penjelasan sederhana
menjawab pertanyaan  Menyebutkan contoh
2 Membangun Mempertimbangkan  Mempertimbangkan keahlian
keterampilan apakah sumber dapat  Mempertimbangkan kemenarikan konflik
dasar dipercaya atau tidak  Mempertimbangkan kesesuaian sumber
 Mempertimbangkan penggunaan prosedur yang
tepat
 Mempertimbangkan risiko untuk reputasi
 Kemampuan untuk memberikan alasan
Tabel 2.1 (lanjutan)

NO Kelompok Indikator Sub indikator


Mengobservasi dan  Melibatkan sedikit dugaan
mempertimbangkan  Menggunakan waktu yang singkat antara
laporan observasi observasi dan laporan
 Melaporkan hasil observasi
 Merekam hasil observasi
 Menggunakan bukti-bukti yang benar
 Menggunakan akses yang baik
 Menggunakan teknologi
 Mempertanggungjawabkan hasil observasi
3 Menyimpulka Mendeduksi dan  Siklus logika Euler
n mempertimbangkan  Mengkondisikan logika
hasil deduksi  Menyatakan tafsiran
Menginduksi dan  Mengemukakan hal yang umum
mempertimbangkan  Mengemukakan kesimpulan dan hipotesis
hasil induksi  mengemukakan hipotesis
 merancang eksperimen
 menarik kesimpulan sesuai fakta
 menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki
Membuat dan  Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
menentukan hasil berdasarkan latar belakang fakta-fakta
pertimbangan  Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
berdasarkan akibat
 Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
berdasarkan penerapan fakta
 Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
4 Memberikan Mendefinisikan  Membuat bentuk definisi
penjelasan istilah  Strategi membuat definisi
lanjut danmempertimbangk  bertindak dengan memberikan penjelasan lanjut
an suatu definisi  mengidentifikasi dan menangani
ketidakbenaran yg disengaja
 Membuat isi definisi
Mengidentifikasi  Penjelasan bukan pernyataan
asumsi-asumsi  Mengonstruksi argumen
5 Mengatur Menentukan suatu  Mengungkap masalah
strategi dan tindakan  Memilih kriteria untuk mempertimbangkan
taktik solusi yang mungkin
 Merumuskan solusi alternatif
 Menentukan tindakan sementara
 Mengulang kembali
 Mengamati penerapannya
Berinteraksi dengan  Menggunakan argumen
orang lain  Menggunakan strategi logika
 Menggunakan strategi retorika
 Menunjukkan posisi, orasi, atau tulisan

Dalam penelitian ini, indikator keterampilan berpikir yang ditinjau adalah:


Tabel 2.2. Indikator Berpikir Kritis Yang Ditinjau.

NO Kelompok Indikator Sub Indikator


Menganalisis argumen  Mengidentifikasi dan menangani
ketidaktepatan
Bertanya dan menjawab  Memberikan penjelasan sederhana
pertanyaan
2. Menyimpulkan Menginduksi dan  Menarik kesimpulan dari hasil
mempertimbangkan hasil menyelidiki
induksi
Membuat dan menentukan  Membuat dan menentukan hasil
hasil pertimbangan pertimbangan berdasarkan akibat
3. Mengatur Menentukan suatu tindakan  Mengungkap masalah
strategi dan  Merumuskan solusi alternatif
taktik
E. Pentingnya Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan hal penting yang harus lakukan diantaranya karena:
1. Berpikir kritis memungkinkan siswa memanfaatkan potensi seseorang dalam melihat
masalah, memecahkan masalah, menciptakan, dan menyadari diri.
2. Berpikir kritis merupakan keterampilan universal. Kemampuan berpikir jernih dan
rasional diperlukan pada pekerjaan apapun, ketika mempelajari bidang ilmu apapun,
untuk memecahkan masalah apapun, jadi merupakan aset berharga bagi karir
seorang.
3. Berpikir kritis sangat penting di era informasi dan teknologi. Seorang harus
merespons perubahan dengan cepat dan efektif, sehingga memerlukan keterampilan
intelektual yang fleksibel, kemampuan menganalisis informasi, dan
mengintegrasikan berbagai sumber pengetahuan untuk memecahkan masalah.
4. Berpikir kritis meningkatkan keterampilan verbal dan analitik. Berpikir jernih dan
sistematis dapat meningkatkan cara mengekspresikan gagasan, berguna dalam
mempelajari cara menganalisis struktur teks dengan logis, meningkatkan
kemampuan untuk memahami.
5. Berpikir kritis meningkatkan kreativitas. Untuk menghasilkan solusi kreatif terhadap
suatu masalah tidak hanya perlu gagasan baru, tetapi gagasan baru itu harus berguna
dan relevan dengan tugas yang harus diselesaikan. Berpikir kritis berguna untuk
mengevaluasi ide baru, memilih yang terbaik, dan memodifikasi bisa perlu.
6. Berpikir kritis penting untuk refleksi diri. Untuk memberi struktur kehidupan
sehingga hidup menjadi lebih berarti (meaningful life), maka diperlukan kemampuan
untuk mencari kebenaran dan merefleksikan nilai dan keputusan diri sendiri. Berpikir
kritis merupakan meta-thinking skill, ketrampilan untuk melakukan refleksi dan
evaluasi diri terhadap nilai dan keputusan yang diambil, kemudian dalam konteks
membuat hidup lebih berarti yaitu melakukan upaya sadar untuk menginternalisasi
hasil refleksi itu ke dalam kehidupan sehari-hari.

F. Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis


Di dalam kelas atau ketika berinteraksi dengan orang lain, cara-cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan berpikir kritis adalah:
1. Membaca dengan kritis
Untuk berpikir secara kritis seseorang harus membaca dengan kritis pula. Dengan
membaca secara kritis, diterapkan keterampilan-keterampilan berpikir kritis seperti
mengamati, menghubungkan teks dengan konteksnya, mengevaluasi teks dari segi logika
dan kredibilitasnya, merefleksikan kandungan teks dengan pendapat sendiri, membandingkan
teks satu dengan teks lain yang sejenis.
2. Meningkatkan daya analisis
Dalam suatu diskusi dicari cara penyelesaian yang baik, untuk suatu permasalahan, kemudian
mendiskusikan akibat terburuk yang mungkin terjadi.
3. Mengembangkan kemampuan observasi atau mengamati
Dengan mengamati akan didapat penyelesaian masalah yang misalnya menghendaki untuk
menyebutkan kelebihan dan kekurangan, pro dan kontra akan suatu masalah, kejadian atau
hal-hal yang diamati. Dengan demikian memudahkan seseorang untuk menggali kemampuan
kritisnya.
4. Meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi
Pengajuan pertanyaan yang bermutu, yaitu pertanyaan yang tidak mempunyai jawaban benar
atau salah atau tidak hanya satu jawaban benar, akan menuntut siswa untuk mencari jawaban
sehingga mereka banyak berpikir.
Dari hasil penelitian, L. M. Sartorelli dan R. Swartz dalam Hassoubah (2004: 96-110),
beberapa cara meningkatkan keterampilan berpikir kritis diantaranya adalah dengan
meningkatkan daya analisis dan mengembangkan kemampuan observasi/mengamati.
Menurut Christensen dan Marthin dalam Redhana (2003: 21) bahwa strategi pemecahan
masalah dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan siswa dalam
mengadaptasi situasi pembelajaran yang baru. Tyler dalam Redhana (2003: 21) berpendapat
bahwa pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah akan meningkatkan kemampuan
berpikir siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Bonnie dan Potts. (2003). Strategies for Teaching Critical Thinking. Practical Assesment,
Research & Evaluation. [online]. Tersedia: http ://edresearch.org/pare/getvn.asp?v=4&n=3 [2
Juli 2003].

Ennis, R. H (1996). Critical Thinking. USA : Prentice Hall, Inc.

Gokhale. Anuradha A. 2002. Collaborative Learning Enhances Critical Thinking. http://


scholar. lib. vt. Edu/ enjournals/ JTE.

Hassoubah, Izhab Zaleha. 2004. Developing Creatif and Critical Thinking Skill (Cara
Berpikir Kreatif dan Kritis). Nuansa: Bandung.

Joko, Sulianto. 2011. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika untuk


Meningkatkan berpikir Kritis pada siswa Sekolah Dasar. Artikel diambil
dari http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1867%3Apend
ekatan-kontekstual-dalam-pembelajaran-matematika-untuk-meningkatkan-berpikir-kritis-
pada-siswa-sekolah-dasar&catid=159%3Aartikel-kontributor&Itemid=160 [diakses 15 April
2011].

Krulik, S & Rudnick. 1999.” Innovative Taks to Improve Critical and Creative Thinking
Skills. Develoving Mathematical Raesoning in Grades K-12”, pp.138-145.

Permen 22 thn 2006. Depdiknas. Jakarta.

Redhana, I Wayan. 2003. Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui


Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi Pemecahan Masalah. Jurnal Pendidikan Dan
Pengajaran XXXVI. II: 11-21.

Watson, G dan Glaser, E. M. (1980). Critical Thinking Appraisal. New York: Harcourt Brace
Jovanovich, Inc.

Anda mungkin juga menyukai