Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Persilangan

Monohibrid
ini merupakan laporan praktikum penulis, semoga tulisan ini bermanfaat. terimakasih
KAMIS, 26 JANUARI 2017

Persilangan Monohibrid

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makhluk hidup utnuk melangsungkan keturunannya yaitu dengan

perkembangbiakan. Perkembangbiakan baik pada hewan, tumbuhan, maupun manusia

dapat berlangsung secara vegetatif maupun generatif. Perkembangbiakan secara

generatif terjadi melalui perkawinan atau persilangan antara sel gamet jantan dan sel

gamet betina. Persilangan tersebut menghasilkan sifat parental yang akan diturunkan

kepada anakannya. Sehingga timbul keragaman sifat dari hasil persilangan beberapa

sifat parental.

Mendel melakukan suatu model pewarisan sifat-sifat tersebut yang kebenaranya

diakui sampai saat ini yaitu dengan mengunakan metode matematis yang membantu

menganalisis data yang dihasilkan, salah satunya persilangan monohibrid. Persilangan

monohibrid yaitu persilangan antar dua spesies yang sama dengan satu sifat beda.

Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang disebut

dengan hukum segresi. Hukum Mendel I berisi “Pada pembentukan gamet untuk gen

yang merupakan pasangan akan disegresikan kedalam dua anakan”. Mendel pertama

kali mengetahui sifat monohibrid pada saat melakukan percobaan penyilangan pada

kacang ercis. Mendel menyilangkan ercis varietas biji bulat dengan varietas biji keriput.

Hasil dari persilangan tersebut kemudian disilangkan dengan sesamanya kemudian


didapatkan keturunan kedua. Pada keturunan pertama tidak muncul ercis keriput,

sedangkan pada keturunan kedua ercis keriput muncul, jadi dalam mengetahui sifat

pewarisan harus mengetahui bagaimana gambaran dari pewarisan sifat yang dilakukan

oleh Mendel. Praktikum persilangan monohibrid ini menggunakan media kacang kedelai.

Kacang kedelai memiliki kelebihan yaitu dapat menghasilkan banyak biji, mempunyai

sifat-sifat yang dapat dibedakan antar varietas, dan dapat diperbanyak dengan cara

persilangan.

B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk membuktikan Hukum Mendel I pada persilangan

monohibrid.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Gregor Mendel merupakan pencetus berbagai prinsip dasar genetika. Pada akhir

abad ke-19, beliau mengenali adanya unit informasi yang diwariskan untuk

pembentukan sifat yang diamati pada organisme. Ini merupakan konsep pertama gen

(Brensick, 2003).
Awalnya mendel mempelajari beberapa jenis tumbuhan, namun akhirnya ia

memilih tanaman ercis karena tanaman ini ternyata memiliki dua kriteria penting yang

mendukung pemikirannya. Yang pertama ada beberapa ciri yang diwariskan berulang

kali dari induk tanaman itu kepada generasi selanjutnya. Yang kedua tanaman itu

mempunyai mekanisme perbungaan yang dilengkapi pelindung atau mudah untuk

melindungi guna mencegah terjadinya pembuahan oleh serbuk sari yang dikehendaki

(Wels, 1991).

Individu yang bervariasi dipengaruhi oleh adanya peristiwa persilangan dua DNA

melalui perkawinan dua organisme. Beberapa ciri tampak menyatu, tetapi seringkali

hilang, dan muncul pada generasi berikutnya. Ada individu yang tampak sama dengan

individu asal, tetapi adapula individu yang sama sekali berbeda dengan individu asal.

Misteri Ilmu Genetika tersebut berhasil diungkap oleh seorang pastur bernama Gregor

Mendel pada tahun 1865 (Raven, 1996).

Hukum Mendel 1 dikenal dengan istilah hukum segregasi, hal ini disebabkan karena

pada hukum ini dinyatakan bahwa alel memisah (segregasi) satu dari yang lain selama

pembentukan gamet dan diwariskan secara rambang kedalam gamet-gamet yang sama

jumlahnya. Sebagai dasar segregasi satu pasang alel terletak pada lokus yang sama pada

kromosom homolog. Kromosom homologini memisah secara bebas pada anafase I

meiosis dan tersebar kedalam gamet-gamet yang berbeda (Crowder, 2006).

Persilangan monohibrid adalah persilangan yang hanya menggunakan satu macam

gen yang berbeda atau menggunakan satu sifat beda. Dalam pembuktiannya, Mendel

malaukukan percobaan dengan menyilangkan tanaman kacang ercis dengan mengambil

satu sifat beda yaitu tanaman ercis berbiji kuning dan tanaman ercis berbiji hajau. Hasil

perkawinan pertamanya menghasilkan biji berwarna kuning seluruhnya. Kemudian

tanaman ercis dikawinkan lagidan menghasilkan keturunan dari persilangan kedua yaitu

tiga biji kuning berbanding satu biji hijau (Abdurrahman, 2008).


Mendel mempelajari beberapa pasang sifat pada tanaman kapri. Masing-masing

sifat yang dipelajari adalah: tinggi tanaman, warna bunga, bentuk biji, dan lain-lain

yang bersifat dominan dan resesif. Mula-mula Mendel mengamati dan menganalisis data

untuk setiap sifat, dikenal dengan istilah monohibrid. Selain itu Mendel juga mengamati

data kombinasi antar sifat, dua sifat (dihibrid), tiga sifat (trihibrid) dan banyak sifat

(polihibrid) (Bima,2008).

Menentukan apakah suatu fenomena yang diamati sesuai atau tidak dengan teori

tertentu, perlu dilakukan suatu pengujian dengan melihat besarnya penyimpangan nilai

pengamatan terhadap nilai harapan. Selanjutnya besarnya penyimpangan tersebut

dibandingkan terhadap kriteria model tertentu. Dalam percobaan persilangan akan

dibandingkan frekuensi genotipe yang diamati terhadap frekuensi harapannya dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

X2 hitung = ∑(Oi-Ei)2 /Ei

Keterangan: Oi = nilai pengamatan fenotipe ke – i

Ei = nilai harapan fenotipe ke-i

Suatu percobaan, jarang ditemukan hasil yang tepat betul, karena selalu saja ada

penyimpangan.Yang menjadi masalah ialah berapa banyak penyimpangan yang masih

bisa kita terima.Menurut perhitungan para ahli statistik tingkat kepercayaan itu adalah

5% yang masih dianggap batas normal penyimpangan. Untuk percobaan genetika

sederhana biasanya dilakukan analisis Chi-squrae (Nio, 1990).

Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan

satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I

atau yang disebut dengan hukum segresi. Hukum ini berbunyi, “Pada pembentukan

gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan disegresikan kedalam dua anaka”

(Yatim,1986)
Mendel pertama kali mengetahui sifat monohybrid pada saat melakukan

percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Sampai saat ini di dalam

persilangan monohybrid selalu berlaku hukum Mendel I. Sesungguhnya di masa hidup

Mendel belum diketahui sifat keturunan modern, belum diketahui adanya sifat

kromosom dan gen, apalagi asam nukleat yang membina bahan genetik itu. Mendel

menyebut bahan genetic itu hanya factor penentu (determinant) atau disingkat dengan

faktor (Yatim,1986)

Ciri-ciri yang dapat diamati (secara kolektif, fenotipenya) suatu organisme

dikendalikan oleh suatu faktor penentu yang disebut dengan gen. Setiap sifat fenotipik

pada organisme diploid dikendalikan setidak-tidaknya satu pasang gen, satu anggota

gen pasangan tersebut diwariskan dari setiap tetua. Suatu organisme dengan sepasang

alele yang berbeda, sebagai heterozigot. Gamet-gamet yang terbentuk karena meiosis,

maka pasangan-pasangan gen akan menjadi terpisah-pisah dan didistribusikan satu-satu

kepada setiap gamet dikenal sebagai hukum segregasi Mendel (hukum Mendel I). Mendel

menemukan bahwa pewarisan satu pasangan gen sama sekali tidak bergantung pada

pewarisan pasangan lainnya (hukum pemilahan bebas=hukum Mendel II). Keadaan ini

hanya dapat terjadi bila dua pasang gen yang bersangkutan terdapat pada kromosom-

kromosom yang terpisah atau agak berjauhan (Kimball, 1992)

Sifat keturunan yang dapat kita amati (warna, bentuk, ukuran) dinamakan

fenotipe. Sifat dasar yang tidak tampak dan tetap (artinya tidak berubah-ubah oleh

lingkungan) pada suatu individu dinamakan genotipe. Fenotipe dari suatu

individu dapat sama tetapi genotipenya berbeda, hal ini terjadi pada kondisi

semidominansi atau intermediet. Hasil perkawinan antara dua individu yang mempunyai

sifat beda dinamakan hibrid. Perkawinan yang melibatkan satu sifat beda dinamakan

monohibrid, dua sifat beda dinamakan dihibrid, tiga sifat beda dinamakan trihibrid dan

seterusnya (Suryo, 1984).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum antara lain biji kedelai, media tanam

(tanah), lembar pengamatan, dan label. Alat yang digunakan dalam praktikum antara

lain seedbox, alat tulis, dan kamera.

B. Prosedur Kerja

Adapun Prosedur kerja pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

1. Biji populasi P1, P2, F1, dan F2 ditanam pada seedbox yang berisi tanah.

2. Biji kedelai dibiarkan tumbuh dan berkecambah.

3. Warna hipokotil kedelai yang muncul diamati (hijau atau ungu).

4. Warna batang biji kemudian ditabulasikan.

5. Hasil dianalisis dengan uji X2.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Bagan Persilangan

Parental: Kedelai Grobogan (Berbunga Ungu)>< Kedelai Muria (Berbunga Putih)

UU uu

G U u

F1 Uu (100% Kedelai Berbunga Ungu)

F2

UU uu

UU UU Uu

uu Uu uu

Genotip = UU: 2Uu: uu

Fenotip = 3 Kedelai Bunga Ungu : 1 Kedelai Bunga Putih


Tabel 1. Hasil pengamatan warna hipokotil
Pengamatan Warna Hipokotil
ke P1 P2 F1 F1 F2 F2 F2 F2

1 - Ungu Ungu - Putih - - Putih


2 Putih Ungu Ungu Ungu Ungu Ungu - Putih

3 Putih Ungu - - - Ungu - Ungu

4 Ungu Ungu Ungu Ungu - - - Ungu

5 Ungu Ungu - Ungu Ungu - Ungu -


6 - Ungu Ungu Ungu - Ungu Ungu Ungu

7 Ungu Ungu Ungu Putih Ungu Ungu - Ungu


8 - Ungu Ungu - Putih - Ungu Ungu

9 - Ungu Ungu Putih - Ungu - Ungu

10 Putih Ungu Putih Ungu - - - Putih

Total Tumbuh

Tabel 2. Uji X2 hasil pengamatan warna batang kedelai.

Karakteristik yang Diamati

Ungu Putih Jumlah Total

Observasi (O) 17 5 22
Harapan (E) 40
x 40 = 30 x 40 = 10

( 176,5
( )2 (
)2
)2 = 156,25
= 20,25
-

X2 5,20 2,025 7,225

X2 tabel yaitu 3,84.

Kesimpulan : F hitung (7,225) > F tabel (3,84) , maka hasil observasi tidak sesuai

dengan hukum mendel, tidak signifikan..

B. Pembahasan

Hukum I Mendel merupakan hukum segregasi atau hukum pemisahan alel-alel dari

suatu gen yang berpasangan. Pada pembentukkan sel kelamin (gamet), pasangan-

pasangan alel memisah secara bebas. Hukum ini berlaku untuk persilangan dengan satu
sifat beda (monohibrid). Persilangan monohibrid merupakan suatu persilangan dengan

menggunakan varietas-varietas induk dengan hanya memiliki satu beda sifat. Pada

sepasang alel yang berbeda, salah satunya akan bersifat dominan dan yang lain bersifat

resesif. Percobaan persilangan tersebut dilakukan bertujuan untuk mengetahui pola

pewarisan sifat dari tetua terhadap keturunannya (Campbell, 2004).

Persilangan monohibrid adalah persilangan antara dua individu sejenis dengan

memperhatikan satu sifat beda. Generasi tetua atau induk dinamakan dengan P1

(parental pertama), kemudian hasil persilangannya dinamakan dengan hibrid dan diberi

label sebagai generasi F1 (filial pertama). Kemudian apabila sesama F1 disilangkan lagi

maka dinamakan dengan parental ke dua (P2) dan hasil dari persilangan P2 dinamakan

dengan F2 (filial ke dua).Misalnya persilangan antara rambutan yang berbuah manis

dengan rambutan yang berbuah masam, persilangan antara ayam berbulu putih dengan

ayam berbuluh hitam, manusia berkulit putih dengan manusia berkulit hitam, dan suami

yang bertubuh tinggi dengan istri yang bertubuh rendah. Persilangan antara sesamanya

dapat digambarkan dalam bentuk diagram. Diagram tersebut dikenal sebagai diagram

Punnett (Dwijoseputro, 1997).

Manfaat dari perilangan monohibrid adalah untuk menghasilkan sifat-sifat yang

unggul pada keturunannya. Sifat unggul yang diinginkan dapat diperoleh dari

persilangan dua indukan yang memiliki sifat unggul seperti yang diinginkan. Dalam

pertanian, persilangan monohibrid sering dimanfaatkan pada pemuliaan tanaman untuk

menghasilkan varietas tanaman yang unggul dengan produktivitas tinggi (Abdurrahman,

2008).

Gen merupakan unit terkecil dari genetik yang terdapat didalam kromosom. Gen

mengontrol pembuatan polipeptida (protein) tertentu. Satu gen mengontrol pembuatan

satu macam polipeptida. Polipeptida digunakan sebagai penyusun sel (sebagai protein

struktural), ada pula polipeptida yang difungsikan menjadi enzim (sebagai protein

fungsional). Dengan demikian gen mengontrol baik struktur maupun fungsi metabolisme

sel. Dengan kata lain, gen mengendalikan sifat-sifat makhluk hidup.


Satu kromosom terdapat ribuan gen. Gen-gen tersebut terdapat di dalam DNA

yang merupakan segmen dari DNA yang berperan dalam menentukan sifat dari individu.

Gen-gen menempati suatu lokasi yang spesifik di dalam kromosom yang disebut dengan

lokus gen. Gen-gen terletak berderet di sepanjang kromosom. Suatu sifat dari individu

dikendalikan oleh sepasang gen. Anggota dari pasangan gen tersebut disebut dengan

alel. Pasangan elel tersebutlah yang menentukan sifat dari individu. Sifat individu

dinyatakan berupa sifat genotip dan sifat fenotip. Genotip yaitu sifat yang tidak nampak

oleh mata, biasanya dinyatakan dengan simbol-simbol tertentu untuk

merealisasikannya, seperti gen dominan dengan simbol huruf kapital. Sementara

fenotip yaitu sifat yang terealisasikan dari genotip yang diturunkan (Rochmah, dkk.,

2009).

Genotip adalah satu set alel yang menentukan ekspresi karakteristik atau sifat

tertentu (fenotipe). Genotipe merupakan susunan genetik organisme dan biasanya

disebut dengan sifat-sifat tertentu yang mereka gambarkan. Genotip ada dalam bentuk

data genetik seperti DNA atau RNA. Genotip mengacu pada seluruh himpunan gen dalam

sel, organisme, atau individu. Sebuah gen dengan karakter atau sifat tertentu mungkin

ada dalam dua bentuk alel, salah satunya adalah dominan (misalnya B) dan yang lainnya

adalah resesif (misalnya b).

Fenotip yaitu suatu karakteristik baik biokimiawi, struktural, fisiologis, dan

perilaku yang dapat diamati dari suatu organisme yang diatur oleh genotip dan

lingkungan serta interaksi keduanya. Fenotip ditentukan sebagian oleh genotip individu,

sebagian oleh lingkungan tempat individu itu hidup, waktu, dan pada sejumlah sifat,

interaksi antara genotip dan lingkungan. Pengertian fenotip mencakup berbagai tingkat

dalam ekspresi gen dari suatu organisme. Pada tingkat organisme, fenotip adalah

sesuatu yang dapat dilihat/diukur/diamati, sesuatu sifat atau karakter. Contohnya

seperti berat badan, warna mata, dan sebagainya. Pada taraf molekular, fenotip dapat

berupa jumlah RNA yang diproduksi atau terdeteksinya pita DNA atau RNA pada

elektroforesis. Pada tingkat biokimiawi, fenotip dapat berupa kandungan substansi


kimiawi tertentu di dalam tubuh. Misalnya kadar gula darah atau kandungan protein

dalam beras.

Cara kerja pada praktikum ini adalah biji populasi P1, P2, F1, dan F2 ditanam

pada seedbox berisi tanah. Biji kedelai dibiarkan tumbuh dan berkecambah. Warna

batang yang muncul diamati (putih atau ungu). Warna batang biji ditabulasikan. Kedelai

tersebut diamati bagian hipokotilnya saat mulai tumbuh. Waktu pengamatan adalah

satu minggu, setelah praktikum dilaksanakan, X2hitung dapat dihitung dari jumlah

hipokotil warna putih dan jumlah hipokotil warna ungu lalu dimasukkan kedalam uji Chi-

square.

Praktikum persilangan monohibrid ini dilakukan dengan pengamatan pada

tanaman kedelai Grobogan berwarna ungu yang disilangkan dengan

kedelai Muria berwarna putih. Dari persilangan tersebut menghasilkan perbandingan

genotip UU: Uu: uu = 1:2:1 dan perbandingan fenotipnya 3 kedelai berbunga ungu : 1

kedelai berbunga putih. Penggunaan media kacang kedelai karena tanaman kedelai

berumur pendek dan mudah diamati fenotipnya dan hanya membutuhkan waktu kurang

lebih satu minggu untuk dapat mengamati fenotip tanaman kedelai dengan mengamati

warna bagian epikotilnya. Biji dengan populasi P1, P2, F1, dan F2 ditanam pada seedbox.

Hasil pengamatan perbandingan fenotip pada persilangan Monohibrid yaitu 3 : 1.

Hasil observasi yang didapat adalah kedelai warna ungu berjumlah 17 dan kedelai

berwana hijau berjumlah 5. Dan hasil X2 nya adalah kedelai ungu 5,20 dan kedelai hijau

2,05. Jumlah total X2 adalah 7,225. Hasil yang didapat tidak signifikan karena nilai

observasi tidak sesuai dengan Hukum Mendel I. Menurut Campbell ( 2004 ) Persilangan

monohibrid merupakan suatu persilangan dengan menggunakan varietas-varietas induk

dengan hanya memiliki satu beda sifat. Pada sepasang alel yang berbeda, salah satunya

akan bersifat dominan dan yang lain bersifat resesif. Percobaan persilangan tersebut

dilakukan bertujuan untuk mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua terhadap

keturunannya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan

satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I

atau yang disebut dengan hukum segresi. Hasil percobaan menunjukkan X2hitung (7,225) >

X2tabel (3,84), maka hasil pengujian bersifat tidak signifikan yang artinya pengujian tidak

sesuai dengan teori Hukum Mendel I.

B. Saran

Sebaiknya dalam melakukan praktikum praktikan benar-benar merawat

perkecambahan kedelai dengan baik sehingga pengamatan dapat dilakukan dengan

baik.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Deden, et al. 2008. Biologi Kelompok Pertanian. Grafindo Media


Pratama, Bandung..

Brensick, S. 2003. Intisari Biologi. Hiprokates, Jakarta.

Campbell, Neil A. 2004. Biologi. Erlangga, Jakarta

Crowder, L.V. 2006. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.,Yogyakarta.

Dwijoseputro. 1997. Pengantar Genetika. Bharata, Jakarta.

Kimball, J. W. 1992. BiologyJilid I. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Nio, Tjan kwiauw. 1990. Genetika Dasar. ITB Press, Bandung

Suryo. 1984. Genetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Raven dan Johnson, 1996. Biology Fourth Ed . WBC McGraw-Hill Companies,Inc, New
York.

Rocmah, dkk. 2009. Biologi. Dep. Pend. Nasional, Jakarta.

Rofiah. 2009. “Pewarisan Gen opaque (o-2) pada Persilangan Jagung Lokal Madura (Zea
mays L. Cv. Guluk-guluk) Dengan Jagung Unggul (Z mays L. Cv. Srikandi Kuning”.
Seminar Nasional Biologi XX dan Kongres. 605-612.
Welsh, J.R., 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Alih Bahasa J.P.
Mogea. Erlangga, Jakarta.
Unknown di 16.45
Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar
Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai