Anda di halaman 1dari 8

HUKUM MENDEL

Gregor Johann Mendel (lahir di Hynice (Heinzendorf bei Odrau), Kekaisaran Austria
, 20 Juli 1822 meninggal di Brno, Kekaisaran Austria-Hungaria , 6 Januari 1884 pada umur
61 tahun) disepakati sebagai Bapak Pendiri Genetika. Tinggal di Brno (Jerman: Brunn),
Austria, ia adalah seorang rahib Katolik yang juga mengajar di sekolah. Rasa ingin tahunya
yang tinggi menuntun dia melakukan pekerjaan persilangan dan pemurnian tanaman ercis.
Melalui percobaannya ini ia menyimpulkan sejumlah aturan ('hukum') mengenai pewarisan
sifat yang dikenal dengan nama Hukum Pewarisan Mendel.

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme
yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai
Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:

1. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum


Pertama Mendel, dan
2. Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga
dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.

A. HUKUM MENDEL 1

Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin),
kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap
gamet menerima satu gen dari induknya.
Mendel melakukan percobaan selama 12 tahun. Dia menyilangkan (mengawin silang)
sejenis buncis dengan memerhatikan satu sifat beda yang menyolok.
Contoh dari terapan Hukum Mendell I adalah persilangan monohibrid dengan
dominansi. Persilangan dengan dominansi adalah persilangan suatu sifat beda dimana satu
sifat lebih kuat daripada sifat yang lain. Sifat yang kuat disebut sifat dominan dan bersifat
menutupi, sedangkan yang lemah/tertutup disebut sifat resesif.
Disilangkan antara mawar merah yang bersifat dominan dengan mawar putih yang
bersifat resesif.
Hukum segregasi (hukum pertama Mendel)

Perbandingan antara B (warna coklat), b (warna merah), S (buntut pendek), dan s


(buntut panjang) pada generasi F2
Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin),
kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap
gamet menerima satu gen dari induknya.
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:

1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter


turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu
nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar di
sebelah), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar,
misalnya R).

2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww dalam
gambar di sebelah) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam gambar di sebelah).

3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada gambar 2),
alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar).
Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada
gamet yang dibentuk pada turunannya.
B. HUKIM MENDEL II

Dikenal juga sebagai Hukum Asortasi atau Hukum Berpasangan Secara Bebas.
Menurut hukum ini, setiap gen/sifat dapat berpasangan secara bebas dengan gen/sifat lain.
Meskipun demikian, gen untuk satu sifat tidak berpengaruh pada gen untuk sifat yang lain
yang bukan termasuk alelnya.
Hukum Mendel 2 ini dapat dijelaskan melalui oersilangan dihibrida, yaitu persilangan
dengan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda. Misalnya, bentuk biji (bulat+keriput) dan
warna biji (kuning+hijau). Pada persilangan antara tanaman biji bulat warna kuning dengan
biji keriput warna hijau diperoleh keturunan biji bulat warna kuning. Karena setiap gen dapat
berpasangan secara bebas maka hasil persilangan antara F1 diperoleh tanaman bulat kuning,
keriput kuning, bulat hijau dan keriput hijau.
Hukum Memdel 2 ini hanya berlaku untuk gen yang letaknya berjauhan. Jika kedua
gen itu letaknya berdekatan hukum ini tidak berlaku. Hukum Mendel 2 ini juga tidak berlaku
untuk persilangan monohibrid.

MANFAAT HUKUM MENDEL DALAM BIDANG PERTANIAN


1. Untuk menemukan bibit-bibit unggul
2. Untuk menemukan jenis-jenis varietas baru
3. Mempercepat pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman
4. Menciptakan jenis produk untuk meningkatkan hasil produksi pertanian
5. Menciptakan cara atau metode baru dalam waktu penanaman
6. Menciptakan produk baru yang dapat memberantas hama
7. menerapkan cara pembudidayaan yang tepat dan pengolahan hasilnya lebih lanjut

CONTOH-CONTOH HUKUM MENDEL


a. Pada pemulian tanaman
1. contohnya padi Cisadane, Bengawan, Si Gadis, Mamberamo, IR, dan PB; ayam
Leghorn dan Rhode Island; sapi Guerney dan Shorthorne. Penggunaan bibit
unggul dapat menigkatkan produksi pangan untuk kesejahteraan manusia.
2. Hibridisasi Interspesifik dan Introgressi
Hibridisasi Interspesifik (H.I.) adalah persilangan antara tanaman yang
berbeda species tetapi masih dalam genus yang sama. Persilangan-persilangan
yang demikian disebut Hibridisasi Introgenerik.
Untuk species-species yang jauh hubungan kekeluargaan persilangan
dengan interspesifik diperkirakan kecil dan langka keberhasilannya karena hibrid
yang terbentuk bersifat steril serta hasil segregasinya bersifat inferior dibanding
kedua induknya kecuali bila disertai peristiwa alloploidi.
Untuk species-species yang hubungan kekeluargaannya masih dekat H.I.
mungkin masih menghasilkan species yang berguna di bidang pertanian,
contohnya persilangan Fragaria chiloensis x Fragaria virginiana pada tahun 1714
menghasilkan species yang sampai sekarang masih komersial seperti Fragaria
ananassa.
Pada peristiwa Introgresi adalah persilangan yang terjadi antara 2 species
menunjukkan hasil seolah-olah satu species sifatnya mendominir sifat species
yang lain. Sebagai contoh jagung yang sekarang sifat-sifat karakteristik mewarisi
sifat Teosinte dan Tripsakum yaitu jenis jagung yang masih liar di da daerah
Meksiko dimana tanaman jagung berasal.
3. Autoploidi
Tanaman normal dalam selnya mempunyai jumlah kromosom tertentu.
Angka dasar dari kromosom disebut genome dengan simbol x atau n. Jaringan
somatis ( jaringan vegetatip) suatu tanaman mempunyai jumlah kromosom 2n
(diploid).
Autoploidi / Autopoliploid adalah peristiwa dimana suatu individu yang
jumlah kromosomnya berlipat ganda dengan sendirinya misalnya
- 3n = triploid
- 4n = tetraploid
- 5n = pentaploid dsb.

Tanaman autopoliploid mempunyai bunga, buah dan bagian lain yang


lebih besar dari tanaman aslinya. Tanaman ini amat menarik dan kadang-kadang
lebih banyak gunanya.Tanaman tersebut mempunyai sifat kurang fertil sehingga
perkembangannya lambat dan steril.
Contohnya tanaman triploid tidak menghasilkan biji sehingga untuk
perkembangbiakannya harus dengan cara vegetatip. Meskipun tanaman triploid
tidak banyak berguna di bidang pertanian tetapi dalam perkembangan evolusi
memegang peranan penting. Contohnya : apel, semangka, pisang (triploid) dan
kentang, anggur (tetraploid).
Kentang yang diusahakan orang baik di Amerika maupun di Eropa
umumnya tetraploid 4 x 2n = 48. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak semua
tanaman autopolyploidi menunjukkan sifat yang superior walaupun sebagian
besar tanaman demikian lebih tahan keadaan yang ekstrim tidak menguntungkan.
Pada tanaman anggur terdapat 15 varietas yang secara spontan berupa tetraploid
tetapi tidak satupun dari varietas ini menunjukkan superioritas baik dalam
porduksi maupun sifat-sifat yang lain.

4. Alloploidi
Bila 2 species tanaman dengan jumlah genome yang berbeda mengadakan
persilangan dan menghasilkan hibrid dengan jumlah kromosom yang berganda.
Hibrid tersebut bersifat steril karena genomenya tidak bisa berpasangan. Maka
penggandaan jumlah kromosom hibrid akan dapat mengatasi sterilitas ini.
Lebih kurang 50 % tanaman pertanian dewasa ini bersifat alloploidi
seperti gandum, kapas, tembakau dan sebagian besar tanaman pakan ternak.
5. Kebun penelitian gula (tebu) pertama kali didirikan di Semarang tahun 1885
(Proefstation Midden Java), setahun kemudian didirikan pula di Kagok, Jawa
Barat, dan menyusul di Pasuruan tanggal 8 Juli 1887 (Proefstation Oost Java,
POJ). Salah satu misinya adalah mengatasi kerugian akibat penyakit sereh. Pada
tahun 1905 seluruh penelitian gula/tebu dipusatkan di Pasuruan (sekarang menjadi
P3GI. Berbagai klon tebu hasil lembaga penelitian ini pernah termasuk sebagai
kultivar tebu paling unggul di dunia di paruh pertama abad ke-20, seperti POJ
2364, POJ 2878, dan POJ 3016 sehingga menjadikan Jawa sebagai produsen gula
terbesar di belahan timur bumi.

Pusat penelitian karet (sekarang menjadi Pusat Penelitian Karet Indonesia)


didirikan di Sungei Putih, Sumatera Utara, oleh AVROS, dan pemuliaan para
dimulai sejak 1910. AVROS juga mendirikan lembaga penelitian kelapa sawit
(sekarang populer sebagai PPKS) di Marihat, Sumatera Utara pada tahun 1911,
meskipun tanaman ini sudah sejak 1848 didatangkan ke Medan/Deli dan Bogor.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Ivo et al (2008) merupakan yang pertama kali
melaporkan bahwa transformasi dengan mediasi biolistik pada sejenis tanaman
kacang-kacangan (cowpea) berhasil memperoleh tanaman transgenik fertil yang
mengandung gen-gen asing (yaitu gen ahas dan gen gus) dan mewariskan gen
asing tersebut berdasarkan pola pewarisan sifat Hukum Mendel. Latar belakang
penelitian ini adalah ingin mengetahui berbagai sistem untuk mengeksploitasi
proses biolistik dalam menghasilkan tanaman cowpea (Vigna unguiculata)
transgenik yang stabil. Sistemnya antara lain mengkombinasikan penggunaan
herbisida imazapyr untuk menyeleksi sel-sel meristem hasil transformasi setelah
diintroduksi secara fisik dengan gen ahas yang telah dimutasikan (gen yang
berperan mengkodekan acetohydroxyacid synthase, dibawah kendali sekuens
regulator ahas 5) dengan suatu protokol kultur yang sederhana. Gen Gus
(dibawah kendali promoter act2) digunakan sebagai reporter gen. Frekuensi
transfomasi (didefinisikan sebagai total jumlah tanaman transgenik putativ dibagi
dengan total jumlah aksis embrionik yang ditembak/bombardir) adalah 0,90%.
Analisis dengan Southern blot menunjukkan adanya gen Ahas dan gus expression
cassette di dalam seluruh tanaman transgenik, dan menunjukkan adanya 1 hingga
3 copy integrasi transgen pada genom. Progeni yang dihasilkan (generasi F1 dan
F2) dari seluruh galur transgenik yang menyerbuk-sendiri menunjukkan bahwa
keberadaan transgen (ahas dan gus) tersebut bersegregasi mengikuti pola Hukum
Mendel. Analisa dengan Western blot menunjukkan bahwa protein GUS yang
diekspresikan oleh tanaman transgenik memiliki massa dan titik isoelektrik yang
sama dengan protein bakteri asalnya.

7. Prinsip dominansi yang diperkenalkan Mendel ternyata memiliki relevansi dengan


mekanisme yang dikembangkan pada transgenik jagung tahan hama. Contohnya
adalah ekspresi dari jagung hibrida transgenik terhadap protein toksin yang
bersifat insektisidal dari Bacillus thuringiensis (Bt) untuk menekan kerusakan
akibat aktivitas makan larva penggerek jagung (Ostrinia nubilalis) atau kumbang
akar jagung (Diabrotica spp) (Moose dan Mumm, 2008). Resistens parsial pada
plasma nutfah jagung terhadap hama ini merupakan karakter quantitatif dengan
heritabilitas rendah (Paps et al, 2004; Tollefson, 2007), namun transgenik Bt
mampu menawarkan pewarisan sifat yang lebih sederhana melalui manipulasi
program pemuliaan. Pada transgen tersebut, prinsip yang digunakan adalah
menyederhanakan arsitektur genetik untuk sifat-sifat yang diinginkan, yang bisa
menjadi superior terhadap sifat-sifat lainnya (Moose dan Mumm, 2008). Transgen
biasanya memiliki efek genetik yang kuat pada single-loci operasionalnya, dan
menunjukkan aksi gen yang dominan dimana hanya memerlukan 1 copy dari
setiap even untuk menghasilkan ekspresi karakter yang maksimal dalam suatu
kultivar hibrida. Karakter tersebut dapat menurunkan kompleks kuantitatif
improvement secara langsung dan dramatis (Moose dan Mumm, 2008).

8. Sterilitas hibrida hasil persilangan antara Oryza glaberrima dan O sativa


merupakan hambatan serius dalam introgresi gen-gennya. Studi yang dilakukan
Jing et al (2011) untuk mengidentifikasi dan mengisolasi QTL sterilitas hibrida
sebagai satu faktor Mendel, merupakan strategi yang efektif untuk mengeliminasi
hambatan tersebut. Peta genetik disusun menggunakan populasi B1C1 yang
berasal dari persilangan antara kultivar O. sativa japonica dan aksesi O.
glaberrima. Empat pengaruh utama QTL dari sterilitas polen dideteksi pada
BC1F1. Lima BC8F1 dari populasi silang balik dikembangkan melalui suksesif
silang balik yang didasarkan pada fenotipe dan seleksi molekuler. Populasi BC8F1
menunjukkan distribusi bimodal untuk fertilitas polen dan dapat diklasifikasikan
menjadi tipe semi-steril dan fertil, sesuai rasio pewarisan sifat faktor tunggal
Mendel. Tiga QTL yang dideteksi pada B1C1 adalah qSS-3, qSS-6a dan qSS-7
yang dipetakan pada kromosom 6,3 dan 7 menurut faktor tunggal Mendel (Jing et
al, 2011).

TUGAS
BIOLOGI KEEMPAT
MANFAAT HUKUM MENDEL DALAM BIDANG PERTANIAN DAN
CONTOH PENELITIAN

OLEH:

NAMA : ELLY ASRUNNISA


NIM : C1G013070

UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS PERTANIAN
2013

Anda mungkin juga menyukai