Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Sejarah kehidupan tokoh-tokoh besar dunia merupakan hal-hal yang sangat menarik
untuk diperhatikan dan dicermati. Tidak sedikit hal positif yang dapat muncul ketika seseorang
menelusuri sejarah kehidupan figur-figur besar yang sudah meninggal ataupun yang masih
hidup, meskipun hanya sepenggal cerita saja. Kisah perjalanan hidup pribadi- pribadi besar
seringkali menimbulkan efek yang besar pula dalam mempengaruhi orang- orang yang
mempelajarinya, sehingga sangat diperlukan pola pikir yang kritis dalam menyingkapi cerita-
cerita yang beredar di ruangan sejarah kehidupannya.

Nabi Muhammad Saw, baik sebelum atau sesudah menjadi Rasul adalah pribadi yang
sangat istimewa dalam pandangan kaum muslimin maupun di kalangan non muslim. Setiap
gerak-gerik kehidupannya selalu menjadi topik pembicaraan di kalangan intelektual dunia. Hal
ini tidak lain disebabkan karena menariknya perjalanan hidup Nabi Muhammad Saw dalam
membimbing umat manusia ke arah yang lebih baik, bahkan karena kesuksesan yang diraihnya
tersebut, Nabi Muhammad Saw ditempatkan dalam urutan yang pertama (the best) sebagai sosok
agung yang pernah dilahirkan di dunia, serta memiliki daya pengaruh paling besar dalam
sepanjang sejarah kemanusiaan.

Nabi Muhammad Saw adalah panutan agung bagi setiap muslim yang beriman. Beliau
telah membawa risalah kenabian yang merubah zaman Jahiliyah menuju zaman Islamiah. Dari
masa kegelapan menjadi masa terang benderang yang mendapat ridhodari Allah Swt. Predikat
Nabi Muhammad Saw sebagai Uswatun Hasanah atau teladan yang baik, telah memberi teladan
utama mengenai segala sendi kehidupan manusia, beliau merupakan pribadi yang sempurna.
Dalam berumah tangga beliau sebagai kepala keluarga yang bijaksana, dalam peperangan beliau
sebagai panglima yang berperikemanusiaan, dalam lalu lintas ekonomi beliau mahir dalam
menjalankan roda perdagangan, dalam struktur sosial beliau menjadi kepala pemerintahan, dan
masih banyak sisi dari kehidupan Nabi Muhammad Saw yang perlu diketahui setiap muslim.

Keberhasilan Nabi Muhammad Saw dalam perjalanan misi Tuhannya dapat ditunjukkan
dari kesuksesannya dalam membangun rumah tangga bersama istri-istrinya. Sebagaimana
banyak dikatakan bahwa penunjang kesuksesan seseorang dalam berkarir, sedikit banyak
ditopang oleh keberhasilan dalam membina keluarganya. Nabi Muhammad Saw sebagai manusia
biasa telah memiliki sebuah kehidupan rumah tangga yang harmonis, jauh sebelum beliau diutus
oleh Allah Swt menjadi seorang Rasul. Padahal dari istri-istri Nabi Muhammad Saw tersebut
mempunyai latar belakang sejarah dan kebudayaan yang berbeda, namun Nabi Saw mampu
menciptakan keharmonisan dalam keluarganya.

Nabi Muhammad Saw merupakan kekasih Allah Swt yang diutus untuk
menyempurnakan akhlak seluruh umat manusia. Kehidupan beliau beserta keluarganya
merupakan contoh terbaik yang sangat menginspirasi umat manusia. Salah satu aspek yang patut
diteladani dalam sejarah kehidupan Nabi Saw adalah orang-orang yang mendampingi beliau
dalam mengarungi medan dakwah selama beberapa tahun lamanya yaitu sosok-sosok seorang
istri-istri Nabi Saw.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Kelahiran Nabi Muhammad S.A.W.


Para penulis sirah (biografi) Muhammad lahir pada tanggal 20 April 570/ 571
atau12Rabbiul Awal Tahun Gajah, yaitu tahun 570 M, yang merupakan tahun gagalnya
Abrahah menyerang Mekkah. Muhammad lahir di kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah
Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari
pusat perdagangan, seni, maupun ilmu pengetahuan. Ibunya bernama Aminah binti Wahab
Bapa bayi tersebut bernama Abdullah bin Abdul Mutallib yang telah wafat dalam
perjalanan dagang di Madinah pada usianya 20 tahun, yang ketika itu bernama Yastrib,
sebelum Muhammad dilahirkan yaitu sewaktu Muhammad 7 bulan dalam kandungan
ibuketika Muhammad masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor unta,
sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama UmmuAiman yang kemudian
mengasuh Nabi.
Muhammad disusukan selama beberapa hari oleh Thuwaiba, budak suruhan Abu
Lahab sementara menunggu kedatangan wanita dari BanuSa’ad. Adat menyusukan bayi
sudah menjadi kebiasaan bagi bangsawan-bangsawan Arab di Makkah. Akhir tiba juga
wanita dari BanuSa’ad yang bernama Halimah bin Abi-Dhuaib yang pada mulanya tidak
mau menerima Muhammadkerana Muhammad seorang anak yatim. Namun begitu,
Halimah membawa pulang juga Muhammad ke pedalaman dengan harapan Tuhan akan
memberkati keluarganya. Sejak diambilnya Muhammad sebagai anak susuan, kambing
ternakan dan susu kambing-kambing tersebut semakin bertambah. Muhammad telah
tinggal selama 2 tahun di Sahara dan sesudah itu Halimah membawa Muhammad kembali
kepada Aminah dan membawa pulang semula ke pedalaman.
Pada usia dua tahun, Muhammad didatangi oleh dua orang malaikat yang muncul
sebagai lelaki yang berpakaian putih. Mereka bertanggungjawab untuk membedah
Muhammad. Pada ketika itu, Halimah dan suaminya tidak menyedari akan kejadian
tersebut. Hanya anak mereka yang sebaya menyaksikan kedatangan kedua malaikat
tersebut lalu mengkhabarkan kepada Halimah. Halimah lantas memeriksa keadaan
Muhammad, namun tiada kesan yang aneh ditemui.
Muhammad tinggal di pedalaman bersama keluarga Halimah selama lima tahun.
Selama itu Muhammad mendapat kasih sayang, kebebasan jiwa dan penjagaan yang baik
daripada Halimah dan keluarganya. Selepas itu Muhammad dibawa pulang kepada
kakeknya Abdul Mutallib di Makkah.
Kakek Muhammad, Abdul Mutallib amat menyayangi Muhammad. Pada saat
Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya
ke Yatsrib (sekarang Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam
ayahnya. mereka ditemani oleh UmmAiman, budak suruhan perempuan yang ditinggalkan
oleh bapa Muhammad. Muhammad ditunjukkan tempat wafatnya Abdullah serta tempat
dia dikuburkan.
Sesudah sebulan mereka berada di Madinah, Aminah pun bersiap sedia untuk
pulang semula ke Makkah. Dia dan rombongannya kembali ke Makkah menaiki dua ekor
unta yang memang dibawa dari Makkah semasa mereka datang dahulu. Namun begitu,
ketika mereka sampai di Abwa, ibunya pula jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia lalu
dikuburkan di situ juga.
Muhammad dibawa pulang ke Makkah oleh UmmAiman dengan perasaan yang
sangat sedih. Maka jadilah Muhammad sebagai seorang anak yatim piatu. Tinggallah
Muhammad dengan kakek yang dicintainya dan bapa-bapa saudaranya.
2. Kehidupan Remaja Nabi Muhammad S.A.W.
Kegembiraannya bersama kakek Muhammad tidak bertahan lama. Ketika
Muhammad berusia delapan tahun, kakek Muhammad pula meninggal dunia. Kematian
Abdul Mutallib menjadi satu kehilangan besar bagi Bani Hashim. Dia mempunyai
keteguhan hati, berwibawa, pandangan yang bernas, terhormat dan berpengaruh dikalangan
orang Arab. Dia selalu menyediakan makanan dan minuman kepada para tetamu yang
berziarah dan membantu penduduk Makkah yang dalam kesusahan.
Selepas kewafatan kakek Muhammad, Abu Talib mengambil alih tugas bapanya
untuk menjaga anak saudaranya Muhammad. Walaupun Abu Talib kurang mampu
berbanding saudaranya yang lain, namun dia mempunyai perasaan yang paling halus dan
terhormat di kalangan orang-orang Quraisy.AbuTalib menyayangi Muhammad seperti dia
menyayangi anak-anaknya sendiri. Dia juga tertarik dengan budi pekerti Muhammad yang
mulia.
Pada suatu hari, ketika mereka berkunjung ke Syam untuk berdagang sewaktu
Muhammad berusia 12 tahun, mereka bertemu dengan seorang rahib Kristian yang telah
dapat melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad. Lalu rahib tersebut menasihati Abu
Talib supaya tidak pergi jauh ke daerah Syamkeranadikhuatiri orang-orang Yahudi akan
menyakiti Muhammad sekiranya diketahui tanda-tanda tersebut. Abu Talib mengikut
nasihat rahib tersebut dan dia tidaak banyak membawa harta dari perjalanan tersebut. Dia
pulang segera ke Makkah dan mengasuh anak-anaknya yang ramai. Muhammad juga telah
menjadi sebahagian dari keluarganya. Muhammad mengikut mereka ke pekan-pekan yang
berdekatan dan mendengar sajak-sajak oleh penyair-penyair terkenal dan pidato-pidato
oleh penduduk Yahudi yang anti Arab.
Muhammad juga diberi tugas sebagai pengembala kambing.
Muhammadmengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah.
Muhammad selalu berfikir dan merenung tentang kejadian alam semasa menjalankan
tugasnya. Oleh sebab itu Muhammad jauh dari segala pemikiran manusia nafsu manusia
duniawi. Muhammad terhindar daripada perbuatan yang sia-sia, sesuai dengan gelaran
yang diberikan iaitu “Al-Amin”.
3. Pernikahan Nabi Muhammad S.A.W. dengan Siti Khadijah
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang
dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk
menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum
dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad sering
menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan kabar tentang kejujuran dan sifatnya
yang dapat dipercaya menyebar luas dengan cepat, membuatnya banyak dipercaya sebagai
agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah.
Salah seseorang yang mendengar tentang kabar adanya anak muda yang bersifat
jujur dan dapat dipercaya dalam berdagang dengan adalah seorang janda yang
bernama Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi di kalangan suku Arab.
Sebagai seorang pedagang, ia juga sering mengirim barang dagangan ke berbagai pelosok
daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad membuat Khadijah memercayakannya untuk
mengatur barang dagangan Khadijah, Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali
lipat dan Khadijah sangat terkesan ketika sekembalinya Muhammad membawakan hasil
berdagang yang lebih dari biasanya.
Seiring waktu akhirnya Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah, mereka
menikah pada saat Muhammad berusia 25 tahun. Saat itu Khadijah telah berusia mendekati
umur 40 tahun, namun ia masih memiliki kecantikan yang dapat menawan
Muhammad.Khadijah amat tertarik dengan perwatakan mulia Muhammad dan
keupayaanMuhammad sebagai seorang pedagang. Lalu dia menyatakan rasa hatinya untuk
menikah dengan Muhammad. Khadijah itu sangat gembira apabila Muhammad menerima
lamarannya lalu berlangsunglah pernikahan mereka berdua. Perbedaan umur yang jauh dan
status janda yang dimiliki oleh Khadijah tidak menjadi halangan bagi mereka, walaupun
pada saat itu suku Quraisy memilikibudaya yang lebih menekankan kepada perkawinan
dengan seorang gadis ketimbang janda. Meskipun kekayaan mereka semakin bertambah,
Muhammad tetap hidup sebagai orang yang sederhana, ia lebih memilih untuk
menggunakan hartanya untuk hal-hal yang lebih penting. Bermulalah lembaran baru dalam
hidup Muhammad dan Khadijah sebagai suami isteri.
Mempunyai seorang istri yang begitu lengkap kemuliaannya, dari perkawinan ini
Khodijah melahirkan enam orang anak, dua putra, Qasim, dan Abdulah, yang dipanggil At-
Thayyib, dan At-Thahir. Tiga orang putrinya masing-masing Ruqayyah, Zainab,
UmmuKaltsum, dan Fatimah. Kedua anak laki-lakinya meninggal sebelum Muhammad
diutus menjadi Rosul.
4. Perolehan Gelar Nabi Muhammad S.A.W.
Ketika Muhammad berusia 35 tahun, banjir dahsyat mengalir dari gunung ke
Ka’bah. Akibatnya, tak satu pun rumah di Makah selamat dari kerusakan. Dinding Ka’bah
mengalami kerusakan. Orang Quraisy memutuskan untuk membangun Ka’bah tapi takut
membongkarnya. Walid bin Mughirah, orang pertama yang mengambil linggis,
meruntuhkan dua pilar tempat suci tersebut. Ia merasa takut dan gugup. Orang Mekah
menanti jatuhnya sesuatu, tapi ketika ternyata Walid tidak menjadi sasaran kemarahan
berhala, mereka pun yakin bahwa tindakannya telah mendapatkan persetujuan Dewa.
Mereka semua lalu ikut bergabung meruntuhkan bangunan itu. Pada saat pembangunan
kembali Ka’bah, diberitahukan pada semua pihak sebagai berikut, Dalam pembangunan
kembali Ka’bah, yang dinafkahkan hanyalah kekayaan yang diperoleh secara halal. Uang
yang diperoleh lewat cara-cara haram atau melalui suap dan pemerasan, tak boleh
dibelanjakan untuk tujuan ini. Ketika dinding Ka’bah telah dibangun dalam batas
ketinggian tertentu, tiba saatnya untuk pemasangan Hajar Aswad pada tempatnya. Pada
tahap ini, muncul perselisihan di kalangan pemimpin suku. Masing-masing suku merasa
bahwa tidak ada suku yang lain yang pantas melakukan perbuatan yang mulia ini kecuali
sukunya sendiri. Karena hal ini, maka pekerjaan konstruksi tertunda lima hari. Masalah
mencapai tahap kritis, akhirnya seorang tua yang disegani di antara Quraisy, Abu
Umayyah bin MughirahMakhzumi, mengumpulkan para pemimpin Quraisy seraya
berkata,”Terimalah sebagai wasit orang pertama yang masuk melalui Pintu Shafa.” (buku
lain mencatat Bab as-salam). Semua menyetujui gagasan ini. Tiba-tiba Muhammad muncul
dari pintu. Serempak mereka berseru, “Itu Muhammad, al-Amin. Kita setuju ia menjadi
wasit!”
Untuk menyelesaikan pertikaian itu, Nabi meminta mereka menyediakan selembar
kain. Beliau meletakkan Hajar Aswad di atas kain itu dengan tangannya sendiri, kemudian
meminta tiap orang dari empat sesepuh Mekah memegang setiap sudut kain itu. Ketika
Hajar Aswad sudah diangkat ke dekat pilar, Nabi meletakkannya pada tempatnya dengan
tangannya sendiri. Dengan cara ini, beliau berhasil mengakhiri pertikaian Quraisy yang
hampir pecah menjadi peristiwa berdarah.
Muhammad dapat menyelesaikan masalah tersebut dan memberikan penyelesaian
adil. Saat itu ia dikenal di kalangan suku-suku Arab karena sifat-sifatnya yang terpuji.
Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin yang
artinya “orang yang dapat dipercaya”.
Muhammad adalah orang yang percaya sepenuhnya dengan keesaan Tuhan. Ia
hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh dan sombong
yang lazim di kalangan bangsa Arab saat itu. Ia dikenal menyayangi orang-orangmiskin,
janda-janda tak mampu dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha
menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang sudah membudaya di
kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras,
berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang berarti “yang
benar”.
Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang
dengan kekerasan dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering
menyendiri ke Gua Hira‘ sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang
kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur (merenung) dan
mencari ketenangan dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan
Arab pada zaman tersebut yang senang bergerombol. Dari sini, ia sering berpikir dengan
mendalam, dan memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Dan di tempat inilah Wahyu pertama Allah S.W.T. diturunkan kepada Nabi Muhammad
S.A.W.
Muhammad pertama kali diangkat menjadi rasul pada malam hari tanggal
17 Ramadhan/ 6 Agustus 611 M, diriwayatkan Malaikat Jibrildatang dan
membacakan surah pertama dari Quran yang disampaikan kepada Muhammad, yaitu
surahAl-Alaq. Muhammad diperintahkan untuk membaca ayat yang telah disampaikan
kepadanya, namun ia mengelak dengan berkata ia tak bisa membaca. Jibril mengulangi tiga
kali meminta agar Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Jibril berkata:
Muhammad berusia 40 tahun 6 bulan dan 8 hari ketika ayat pertama sekaligus
pengangkatannya sebagai rasul disampaikan kepadanya menurut perhitungan tahun
kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut
perhitungan tahun syamsiah atau tahun masehi (penanggalan berdasarkan matahari).
Setelah kejadian di Gua Hira tersebut, Muhammad kembali ke rumahnya, diriwayatkan ia
merasakan suhu tubuhnya panas dan dingin secara bergantian akibat peristiwa yang baru
saja dialaminya dan meminta istrinya agar memberinya selimut. Lalu Muhammad
menceritakan kejadian yang telah dialaminya kepada Khadijah dan Khadijah menjadi
wanita pertama yang mempercayai kerasulan Muhammad.
Untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Muhammad
mendatangi saudara sepupunya yang juga seorang Nasrani yaitu Waraqah bin Naufal.
Waraqah banyak mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci Kristen dan
Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun berkata, bahwa ia telah
dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan bahwa An-
Nâmûsal-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya akan mengatakan
bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya.
Muhammad menerima ayat-ayat Quran secara berangsur-angsur dalam jangka
waktu 23 tahun. Ayat-ayat tersebut diturunkan berdasarkan kejadian faktual yang sedang
terjadi, sehingga hampir setiap ayat Quran turun disertai
oleh AsbabunNuzul (sebab/kejadian yang mendasari penurunan ayat). Ayat-ayat yang
turun sejauh itu dikumpulkan sebagai kompilasi bernama Al Mushaf yang juga
dinamakan Al-Quran (bacaan).
Sebagian ayat Quran mempunyai tafsir atau pengertian yang izhar (jelas), terutama
ayat-ayat mengenai hukum Islam, hukum perdagangan, hukum pernikahan dan landasan
peraturan yang ditetapkan oleh Islam dalam aspek lain. Sedangkan sebagian ayat lain yang
diturunkan pada Muhammad bersifat samar pengertiannya, dalam artian perlu pengkajian
lebih mendalam untuk memastikan makna yang terkandung di dalamnya, dalam hal ini
kebanyakan Muhammad memberi contoh langsung penerapan ayat-ayat tersebut dalam
interaksi sosial dan religiusnya sehari-hari, sehingga para pengikutnya mengikutinya
sebagai contoh dan standar dalam berperilaku dan bertata krama dalam kehidupan
bermasyarakat.
5. Pengikut Rasulullah Sebagai Umat Islam
Muhammad mengadakan perjamuan makan dengan kerabatnya, selesai makan,
beliau berpaling kepada para sesepuh keluarganya dan memulai pembicaraan dengan
memuji Allah dan memaklumkan keesaan-Nya. Lalu beliau berkata,’ Sesungguhnya,
pemandu suatu kaum tak pernah berdusta kepada kaumnya. Saya bersumpah demi Allah
yang tak ada sekutu bagi-Nya bahwa saya diutus oleh Dia sebagai Rosul-Nya, khususnya
kepada Anda sekalian dan umumnya kepada seluruh penghuni dunia. Wahai kerabat saya!
Anda sekalian akan mati. Sesudah itu, seperti Anda tidur, Anda akan dihidupkan kembali
dan akan menerima pahala menurut amal Anda. Imbalannya adalah surga Allah yang abadi
(bagi orang lurus) dan neraka-Nya yang kekal(bagi orang yang berbuat jahat). Lalu beliau
menambahkan, Tak ada manusia yang pernah membawa kebaikan untuk kaumnya
ketimbang apa yang saya bawakan untuk Anda. Saya membawakan kepada Anda rahmat
dunia maupun Akhirat. Tuhan saya memerintahkan kepada saya untuk mengajak Anda
kepada-Nya. Siapakah diantara Anda sekalian yang akan menjadi pendukung saya
sehingga ia akan menjadi saudara, washi (penerima wasiat), dan khalifah (pengganti)
saya?’.
Ketika pidato Nabi mencapai poin ini, kebisuan total melanda pertemuan itu. Ali,
remaja berusia lima belas tahun, memecahkan kebisuan itu. Ia bangkit seraya berkata
dengan mantap,’ Wahai Nabi Allah, saya siap mendukung Anda.’ Nabi menyuruhnya
duduk. Nabi mengulang tiga kali ucapannya, tapi tak ada yang menyambut kecuali Ali
yang terus melontarkan jawaban yang sama. Beliau lalu berpaling kepada kerabatnya
seraya berkata,’ Pemuda ini adalah saudara, washi, dan khalifah saya diantara kalian.
Dengarkanlah kata-katanya dan ikuti dia”.
Selama tiga tahun pertama sejak pengangkatannya sebagai rasul, Muhammad hanya
menyebarkan Islam secara terbatas di kalanganteman-teman dekat dan kerabatnya, hal ini
untuk mencegah timbulnya reaksi akut dan masif dari kalangan bangsa Arab saat itu yang
sudah sangat terasimilasi budayanya dengan tindakan-tindakan amoral, yang dalam
konteks ini bertentangan dengan apa yang akan dibawa dan ditawarkan oleh Muhammad.
Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad pada masa-masa
awal adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam yang dekat
dengannya di kehidupan sehari-hari, antara lain Khadijah, Ali Bin Abi Thalib, Zaid bin
Haritsah dan Bilal. Setelah turunnya wahyu memerintahkan Muhammad untuk berdakwah
secara terang-terangan, maka Rasulullah pun mula menyebarkan ajaran Islam secara lebih
meluas.
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Al-Hijr, 15:94)
Muhammad mengumumkan secara terbuka agama Islam. Setelah sekian lama
banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Al
Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin Harits, Amr bin Nufail yang kemudian
masuk ke agama yang dibawa Muhammad. Kesemua pemeluk Islam pertama itu disebut
dengan As-Sabiqunal-Awwalun atau Yang pertama-tama.
6. Penyebaran Agama Islam
Sekitar tahun 613 M, tiga tahun setelah Islam disebarkan secara diam-diam,
Muhammad mulai melakukan penyebaran Islam secara terbuka kepada masyarakat
Mekkah, respon yang ia terima sangat keras dan masif, ini disebabkan karena ajaran Islam
yang dibawa olehnya bertentangan dengan apa yang sudah menjadi budaya dan pola pikir
masyarakat Mekkah saat itu termasuk Abu Lahab, bapak saudara Muhammad sendiri.
Tidak pula bagi Abu Talib, dia selalu melindungi anak saudaranya itu namun dia sangat
risau akan keselamatan Rasulullah memandangkan tentangan yang hebat dari kaum
Quraisy itu. Lalu dia bertanya tentang rancangan Rasulullah seterusnya. Lantas jawab
Rasulullah yang bermaksud:
“Wahai bapa saudaraku, andai matahari diletakkan di tangan kiriku dan bulan di
tangan kananku, agar aku menghentikan seruan ini, aku tidak akan menghentikannya
sehingga agama Allah ini meluas ke segala penjuru atau aku binasa kerananya”
Pemimpin Mekkah Abu Jahal menyatakan bahwa Muhammad adalah orang gila
yang akan merusak tatanan hidup orang Mekkah, akibat penolakan keras yang datang dari
masyarakat jahiliyyah di Mekkah dan kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin
Quraisy yang menentangnya, Muhammad dan banyak pemeluk Islam awal disiksa,
dianiaya, dihina, disingkirkan dan dikucilkan dari pergaulan masyarakat Mekkah.
Walau mendapat perlakuan tersebut, ia tetap mendapatkan pengikut dalam jumlah
besar, para pengikutnya ini kemudian menyebarkan ajarannya melalui perdagangan ke
negeri Syam, Persia, dan kawasan jazirah Arab. Setelah itu, banyak orang yang penasaran
dan tertarik kemudian datang ke Mekkah dan Madinah untuk mendengar langsung dari
Muhammad, penampilan dan kepribadiannya yang sudah terkenal baik memudahkannya
untuk mendapat simpati dan dukungan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini menjadi
semakin mudah ketika Umar bin Khattab dan sejumlah besar tokoh petinggi suku Quraisy
lainnya memutuskan untuk memeluk ajaran islam, meskipun banyak juga yang menjadi
antipati mengingat saat itu sentimen kesukuan sangat besar di Mekkah dan Medinah.
Tercatat pula Muhammad mendapatkan banyak pengikut dari negeri Farsi (sekarang Iran),
salah satu yang tercatat adalah Salman al-Farisi, seorang ilmuwan asal Persia yang
kemudian menjadi sahabat Muhammad.
Penyiksaan yang dialami hampir seluruh pemeluk Islam selama periode ini
mendorong lahirnya gagasan untuk berhijrah (pindah) ke Habsyah (sekarang Ethiophia).
Negus atau raja Habsyah,memperbolehkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya dan
melindungi mereka dari tekanan penguasa di Mekkah. Muhammad sendiri, pada
tahun 622 hijrah ke Yatsrib, kota yang berjarak sekitar 200 mil (320 km) di sebelah Utara
Mekkah.
7. Wafatnya Siti Khadijah dan Abu Thalib
Rasulullah amat sedih melihat tingkahlaku manusia ketika itu terutama kaum
Quraisykerana Muhammad tahu akan akibat yang akan diterima oleh mereka nanti.
Kesedihan itu makin bertambah apabila isteri kesayangannya wafat pada tahun sepuluh
kenabiaannya. IsteriMuhammadlah yang tidak pernah jemu membantu menyebarkan Islam
dan mengorbankan jiwa serta hartanya untuk Islam. Dia juga tidak jemu menghiburkan
Rasulullah di saat Muhammad dirundung kesedihan.
Selama hidupnya Muhammad menikah dengan 11 atau 13 orang wanita (terdapat
perbedaan pendapat mengenai hal ini). Pada umur 25 Tahun ia menikah dengan Khadijah,
yang berlangsung selama 25 tahun hingga Khadijah wafat. Pernikahan ini digambarkan
sangat bahagia,sehingga saat meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun
meninggalnya Abu Thalib pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.
Sepeninggal Khadijah, Khawla binti Hakim menyarankan kepadanya untuk
menikahi Sawda binti Zama (seorang janda) atau Aisyah (putri Abu Bakar, dimana
Muhammad akhirnya menikahi keduanya. Kemudian setelah itu Muhammad tercatat
menikahi beberapa orang wanita lagi hingga jumlah seluruhnya sekitar 11 orang, dimana
sembilan di antaranya masih hidup sepeninggal Muhammad.
Sebagian besar perkawinan itu dimaksudkan untuk memperkuat ikatan politik
(sesuai dengan budaya Arab), atau memberikan penghidupan bagi para janda (saat itu
janda lebih susah untuk menikah karena budaya yang menekankan perkawinan dengan
perawan).
Pada tahun itu juga bapa saudara Muhammad Abu Talib yang mengasuhnya sejak
kecil juga meninggal dunia. Maka bertambahlah kesedihan yang dirasai oleh Rasulullah
kerana kehilangan orang-orang yang amat disayangi oleh Muhammad
8. Hijrah Ke Madinah
Masyarakat Arab dari berbagai suku setiap tahunnya datang ke Mekkah untuk
beziarah ke Bait Allah atau Ka’bah, mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan
dalam kunjungan tersebut. Muhammad melihat ini sebagai peluang untuk
menyebarluaskan ajaran Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan ajarannya ialah
sekumpulan orang dari Yatsrib. Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang yang
telah terlebih dahulu memeluk Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara
sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi
para pemeluk Islam dan Muhammad dari kekejaman penduduk Mekkah.
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yatsrib datang lagi ke
Mekkah, mereka menemui Muhammad di tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin
Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut Islam, turut hadir dalam
pertemuan tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke
Yastrib dikarenakan situasi di Mekkah yang tidak kondusif bagi keamanan para pemeluk
Islam. Tekanan daripada orang-orang kafir terhadap perjuangan Rasulullah semakin hebat
selepas Kepergian Khadijah dan Abu Thalib. Maka Rasulullah mengambil keputusan untuk
berhijrah ke Madinah berikutan ancaman daripada kafir Quraisy untuk membunuh
Muhammad.Muhammad akhirnya menerima ajakan tersebut dan memutuskan berhijrah ke
Yastribpada tahun 622 M.
Mengetahui bahwa banyak pemeluk Islam berniat meninggalkan Mekkah,
masyarakat jahiliyah Mekkah berusaha mengcegahnya, mereka beranggapan bahwa bila
dibiarkan berhijrah ke Yastrib, Muhammad akan mendapat peluang untuk
mengembangkan agama Islam ke daerah-daerah yang jauh lebih luas. Setelah selama
kurang lebih dua bulan ia dan pemeluk Islam terlibat dalam peperangan dan serangkaian
perjanjian, akhirnya masyarakat Muslim pindah dari Mekkah ke Yastrib, yang kemudian
setelah kedatangan rombongan dari Makkah pada tahun 622 dikenal sebagai Madinah
atau Madinatun Nabi (kota Nabi).
Di bulan RobiulAwwal tahun ini, saat hijrahnya Nabi terjadi, tak ada seorang
muslim pun yang tertinggal di Mekah kecuali Nabi, Ali dan Abu Bakar, dan segelintir
orang yang ditahan Quraisy atau karena sakit,dan lanjut usia.
Kaum Quraisy yang berada di Mekah akhirnya membuat kesepakatan untuk
membunuh Muhammad di malam hari, dan masing-masing suku mempunyai wakil,
sehingga Bani Hasyim tidak dapat menuntut balas atas kematian Muhammad. Jibril datang
memberitahu Nabi tentang rencana kejam kaum kafir itu. Al-Qur’an merujuk pada
kejadian itu dengan kata-kata,
“Dan [ingatlah] ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya
terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu.
Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-
baik Pembalas tipu daya.”
Ali berbaring melewati cobaan yang mengerikan demi keselamatan
Islam menggantikan Nabi, sejak sore. Ia bukan orang tua yang lanjut usia, tapi seorang
anak muda yang begitu berani mengorbankan nyawanya untuk sang Nabi, ia, yang bersama
Khodijah adalah orang yang pertama-tama beriman kepada Nabi, dialah orang yang rela
berkorban untuk Nabi, Ali. Kepadanya Nabi berkata,’Tidurlah di ranjang saya malam ini
dan tutupi tubuh Anda dengan selimut hijau yang biasa saya gunakan, karena musuh telah
bersekongkol membunuh saya. Saya harus berhijrah ke Yastrib. Ali menempati ranjang
Nabi sejak sore. Ketika tiga perempat malam lewat, empat puluh orang mengepung rumah
nabi dan mengintipnya melalui celah. Mereka melihat keadaan rumah seperti biasanya, dan
menyangka bahwa orang yang sedang tidur di kamar itu adalah Nabi.
Kini tiba fajar. Semangat dan gairah besar tampak di kalangan musyrik itu. Mereka
begitu yakin akan segera berhasil. Dengan pedang terhunus mereka memasuki kamar Nabi,
yang menimbulkan suara gaduh. Serentak Ali mengangkat kepalanya dari bantal dan
menyingkirkan selimutnya lalu berkata dengan sangat tenang, ’Apa yang terjadi ?’ Mereka
menjawab,’Kami mencari Muhammad. Di mana dia?’ Ali berkata, ’Apakah anda
menitipkannya kepada saya sehingga saya harus menyerahkannya kembali kepada Anda?
Bagaimanapun, sekarang ia tak ada di rumah.’ Muhammad telah pergi jauh di luar
pengetahuan mereka.
Nabi, tiba di Quba tanggal 12 RabiulAwwal, dan tinggal di rumah
UmmuKultsumibnal-Hadam. Sejumlah Muhajirin dan Ansor sedang menunggu
kedatangan Nabi. Beliau tinggal di situ sampai akhir pekan. Sebagian orang mendesak agar
beliau segera berangkat ke Madinah, tetapi beliau menunggu kedatangan Ali. Orang
Quraisy mengetahui hijrahnya Ali dan rombongannya diantaranya ialah Fatimah, puteri
Nabi, Fatimah binti Asad dan Fatimah binti Hamzah bin Abdul Mutholib karena itu,
mereka memburunya dan berhadap-hadapan dengan dia di daerah Zajnan. Perselisihan pun
terjadi dan Ali berkata Barangsiapa menghendaki tubuhnya terpotong-potong dan darahnya
tumpah, majulah! Tanda marah nampak di wajahnya. Orang-orang Quraisy yang merasa
bahwa masalah telah menjadi serius, mengambil sikap damai dan berbalik pulang.’ Ketika
Ali tiba di Quba, kakinya berdarah, dikarenakan menempuh perjalanan Makkah Madinah
dengan berjalan kaki. Nabi dikabari bahwa, Ali telah tiba tapi tak mampu menghadap
beliau. Segera nabi ke tempat Ali lalu merangkulnya. Ketika melihat kaki Ali
membengkak, air mata Nabi menetes”.
Rasulullah disambut dengan meriahnya oleh para penduduk Madinah. Mereka
disebut kaum Muhajirin dan penduduk-penduduk Madinah disebut golongan Ansar. Seruan
Muhammad diterima baik oleh kebanyakan para penduduk Madinah dan sebuah negara
Islam didirikan di bawah pimpinan Rasulullass.a.wsendiri.Di Madinah, pemerintahan
(kekhalifahan) Islam diwujudkan di bawah pimpinan Muhammad. Umat Islam bebas
beribadah (salat) dan bermasyarakat di Madinah, begitupun kaum
minoritas Kristendan Yahudi. Dalam periode setelah hijrah ke Madinah, Muhammad
sering mendapat serangkaian serangan, teror, ancaman pembunuhan dan peperangan
seperti Perang Badar (623 M/2 H), Perang Uhud (624 M/3 H), Perang Khandak (626 M/5
H) dan Perang Tabuk (630 M/9 H), akan tetapi semuanya dapat teratasi lebih mudah
dengan umat Islam yang saat itu telah bersatu di Madinah.
9. Fathul Makkah
Tahun kedelapan Hijrah, perjanjian Hudaibiyah dikhianati oleh orang-orang
Quraisymekah, Nabi segera mengeluarkan perintah kesiagaan umum. Beliau siapkan
pasukan besar yang belum pernah disaksikan kehebatannya selama ini. Ketika pasukan
telah lengkap dan siap bergerak, Nabi pun menyampaikan bahwa sasarannya adalah
Mekah. Pasukan bergerak laksana migrasi kawanan burung menuju arah selatan. Nabi
memerintahkan kepada pasukannya yang berjumlah 10.000 orang untuk membagi diri, dan
menyalakan api unggun di malam hari agar pasukan musuh melihat betapa besar pasukan
musuh tersebut.
Di dekat kuburan Abu Tholib dan Khodijah yang terletak di punggung Mekah,
kaum muslimin membuat kubah untuk Nabi. Dari kubah inilah Nabi mengamati dengan
cermat arus pasukan Islam yang masuk ke kota dari empat penjuru.
Makkah membisu di depan Nabi dan pendukungnya dan tidak lagi menyerukan
teriakan Firaun-firaun, digantikan hiruk pikuk suara 10.000 prajurit Muslim yang
menggema yang seakan-akan sedang menunggu kedatangan sahabatnya
Gua itu menatap kepada orang yang dulu berada dalam perutnya dalam keadaan
terusir yang kini telah berdiri tegap dengan gagah dan dikelilingi puluhan ribu pengikut
dan pembelanya.
Nabi memasuki Mekah dan bertawaf, menghancurkan berhala-berhala bersama al-
Washi, tidak ada darah yang tertumpah. Orang-orang Quraisy yang berada di Makkah
menunggu bibir Muhammad berucap tentang mereka, apakah yang akan terjadi pada
mereka, namun bibir itu begitu mulia untuk menjatuhkan hukuman, ia memberikan kepada
mereka yang telah memeranginya pengampunan dan beliau berkata “ Pergilah, Anda
semua adalah orang-orang yang dibebaskan!’
10. Mukjizat Nabi Muhammad S.A.W.
Seperti nabi dan rasul sebelumnya, Muhammad diberikan irhasat (pertanda) akan
datangnya seorang nabi, seperti yang diyakini oleh umat Muslim telah dikisahkan dalam
beberapan kitab suci agama samawi, dikisahkan pula terjadi pertanda pada masa di dalam
kandungan, masa kecil dan remaja. Muhammad diyakini diberikan mukjizat selama
kenabiannya.
Umat Muslim meyakini bahwa Mukjizat terbesar Muhammad adalah Al-Qur’an,
yaitu kitab suci umat Islam. Hal ini disebabkan karena kebudayaan Arab pada masa itu
yang masih barbar dan tidak mengenal peradaban, namun oleh Al-Qur’an hal itu berubah
total karena Qur’an membawa banyak peraturan keras yang menegakkan dasar-dasar nilai
budaya baru di dunia Arab yang sebelumnya tidak berperadaban serta mengeliminasi akar-
akar kejahatan sosial yang mengakar di dunia Arab, serta pada masa yang lebih dekat
mengantarkan pemeluknya meraih tingkat perabadan tertinggi di dunia pada masanya.
Mukjizat lain yang tercatat dan diyakini secara luas oleh umat Islam adalah
terbelahnya bulan, perjalanan Isra dan Mi’raj dari Madinah menuju Yerusalem dalam
waktu yang sangat singkat. Kemampuan lain yang dimiliki Muhammad adalah kecerdasan
serta kepribadiannya yang banyak dipuji serta masih menjadi panutan para pemeluk Islam
hingga saat ini.
11. Haji Wada
Tahun kesebelas Hijrah, haji pertama Nabi dan kaum Muslimin tanpa ada seorang
musrik pun yang ikut didalamnya, untuk pertama kalinya pula, lebih dari 10.000 orang
berkumpul di Madinah dan sekitarnya, menyertai Nabi melakukan perjalanan ke Makkah,
dan sekaligus inilah haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi. Rombongan haji
meninggalkan Madinah tanggal 25 Dzulqaidah , Nabi disertai semua isterinya, menginap
satu malam di DziAl-Hulaifah, kemudian melakukan Ihram sepanjang Subuh, dan mulai
bergerak… seluruh padang terisi gema suara mereka yang mengucapkan,’Labbaik,
Allahummalabaik… Labbaik, la syarikalaka, ! Aku datang memenuhi
panggilanmu, Allahumma, ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu
bagi-Mu…Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Segala puji, kenikmatan, dan
kemaharajaan, hanya bagi-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu… Labbaik, aku datang memenuhi
panggilan-Mu…’ Langit, hingga hari itu, belum pernah menyaksikan pemandangan di
muka bumi seperti yang ada pada saat itu. Lebih dari 100.000 orang, laki-laki dan
perempuan dibawah sengatan Matahari yang amat terik dan di padang pasir yang
sebelumnya tak pernah dikenal orang bergerak menuju satu arah. Medan ini merupakan
lukisan paling indah dari satu warna yang menghiasi kehidupan manusia. Rombongan itu
masuk Mekah 4 Dzulhijjah.
Matahari tepat di tengah siang hari itu. Seakan-akan ia menumpahkan seluruh
cahayannya yang memakar ke atas kepala semua orang. Nabi berdiri di depan lebih dari
100.000 orang. Laki-laki dan perempuan yang mengelilinginya. Nabi memulai pidatonya,
Rosulullah berkata,’Tahukah kalian, bulan apa ini ?’
Mereka serentak menjawab,’Bulan Haram!’……..’Ayyuhan Nas, camkan baik-baik
perkataanku. Sebab, aku tidak tahu, mungkin aku tidak lagi akan bertemu dengan kalian
sesudah tahun ini, di tempat ini, untuk selama-lamanya… Ayyuhan Nas, sesungguhnya
darah dan hartamu adalah haram bagimu hingga kalian menemui Tuhanmu sebagaimana
diharamkannya hari dan bulanmu ini. Sesudah itu, kamu sekalian akan menemui Tuhanmu
dan ditanya tentang amal-amalmu. Sungguh, aku telah sampaikan hal ini. Maka,
barangsiapa yang masih mempunyai amanat, hendaknya segera disampaikan kepada orang
yang berhak menerimanya…..’
Akar-akar syirik telah dihapuskan dari Mekah, dan Mekah menjadi sebuah kota
suci bagi kaum muslim, tempat berkumpulnya muslimin dari seluruh penjuru dunia,
dengan menggunakan pakaian yang sama, menuju Tuhannya, tidak ada perbedaan, baik
kaya, miskin, raja, rakyat, semuanya sama dihadapan Tuhan, yang membedakannya adalah
takwa.
12. Kewafatan Nabi Muhammad S.A.W
Muhammad telah wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijrah atau  8
Juni 632 di Madinah pada usia 63 tahun. Muhammad wafat setelah selesai melaksanakan
tugasnya sebagai rasul dan pemimpin negara. Muhammad berjaya membawa manusia ke
jalan yang benar dan menjadi seorang pemimpin yang bertanggungjawab, berilmu dan
berkebolehan. Rasulullah adalah contoh terbaik bagi semua manusia sepanjang zaman.

Anda mungkin juga menyukai