Anda di halaman 1dari 59

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan air tawar merupakan jenis ikan yang hidup dan menghuni perairan
daratan, yaitu perairan dengan kadar garam kurang dari 5 per mil (0-5%). Dari
sekitar 2.000 spesies ikan air tawar yang terdapat di Indonesia, sedikitnya ada 27
jenis yang sudah dibudidayakan. Ikan-ikan yang dibudidayakan tersebut
merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting. Ikan
ekonomis penting mengandung arti bahwa ikan-ikan tersebut merupakan jenis
ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi untuk diperdagangkan dan
dibudidayakan di tanah air. Hal ini sekaligus mengandung arti bahwa jenis ikan
tersebut dikenal dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat, serta memiliki
tingkat produksi yang tinggi jika dibudidayakan secara benar.
Ikan nila merupakan ikan air tawar yang cukup dikenal luas masyarakat
Indonesia. Secara deskripsi dan bentuk, ikan nila mirip dengan ikan mujair, tetapi
memiliki ukuran yang lebih besar. Ikan nila termasuk jenis ikan yang mudah
dibudidayakan. Oleh karena itu, ikan nila termasuk komoditas unggulan dalam
bisnis perikanan air tawar. permintaan yang besar terhadap ikan nila
mengakibatkan budidaya ikan nila semakin berkembang dan menjadi ladang
bisnis yang menjanjikan. perkembangan budidaya ikan nila ini juga didukung
banyaknya penelitian tentang ikan nila sehingga sekarang banyak dihasilkan jenis
ikan nila unggulan (Sutanto, 2010).
Kandungan gizi ikan air tawar cukup tinggi dan hampir sama dengan ikan
laut, sehingga dianjurkan untuk dikonsumsi dalam jumlah cukup. Tingginya
kandungan protein dan vitamin membuat ikan yang mudah dibudidayakan ini
sangat membantu pertumbuhan anak-anak balita. Dibandingan dengan negara-
negara lain, konsumsi ikan per kapita per tahun di Indonesia saat ini masih
tergolong rendah, yaitu 19,14 kg. hal ini sangat disayangkan, terutama mengingat
betapa besar peranan gizi ikan bagi kesehatan. Untuk mengatasi masalah
2

rendahnya konsumsi ikan laut akibat harganya yang relatif mahal, perlu upaya
pengembangan ikan air tawar. Sebagai bahan pangan, ikan merupakan sumber
protein, lemak, vitamin, dan mineral yang sangat baik dan prospektif. keunggulan
utama protein ikan dibandingkan dengan produk lainnya adalah kelengkapan
komposisi asam amino dan kemudahannya untuk dicerna (Khairuman, 2008).
Budidaya ikan adalah salah satu cara untuk mengembangbiakkan ikan baik
di sawah sebagai mina padi maupun dengan kolam air tawar yang belum
dikembangkan secara merata di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Kegiatan
budidaya ikan air tawar dengan sistem kolam baik kolam air tenang maupun air
deras yang ada di Provinsi NTB khususnya di Kabupaten Lombok Barat dapat
ditemukan di Kecamatan Labuapi, Narmada, Lingsar dan Gunungari yang
memiliki perairan umum dengan pengairan yang relatif stabil.
Budidaya ikan konsumsi dilakukan dalam bentuk yaitu budidaya ikan di
kolam, budidaya ikan di sawah, mina kangkung, dan pemeliharaan ikan dalam
keramba. Kegiatan tersebut dilakukan pada lokasi-lokasi yang pengairannya
cukup untuk kegiatan budidaya. Jenis ikan yang dominan dipelihara adalah dari
jenis nila, hah ini disebabkan karena benih cukup tersedia dengan harga yang
terjangkau dan pemasaran hasil yang relatif mudah serta harganya yang memadai.
Sedangkan jenis ikan lain yang banyak dipelihara adalah ikan karper, gurami,
bawal, patin, tawes dan lele.
Produksi ikan air tawar dari berbagi jenis kegiatan pembesaran pada tahun
2015 tercatat sebesar 12.756,91 ton sedangkan pada tahun 2014 sebesar 12.349,67
ton. Fenomena peningkatan produksi perikanan air tawar ini lebih disebabkan
oleh faktor iklim dan curah hujan, disamping itu semakin sempurnanya sarana dan
prasarana pengairan atau rehabilatas saluran irigasi yang juga menjadi faktor yang
mempengaruhi aktivitas budidaya para pembudidaya ikan air tawar (Seksi
Budidaya Dislutkan Lobar, 2015).
Pemasaran ikan nila merupakan rantai yang tidak terputuskan dalam usaha
budidaya ikan nila. pemasaran merupakan inti dari seluruh proses produksi dalam
usaha budidaya ikan nila. bagaimana usaha budidaya ikan nila dapat di pasarakan
dengan harga yang layak sehingga mendapat untung. tanpa mengetahui sasaran
3

pasar yang dituju dalam pemasaran, penjualan hasil usaha budidaya ikan nila akan
terhambat dan harga jual ikan nila murah, petani ikan nila tidak mau lagi
melakukan bididaya ikan nila karena tidak menguntungkan (Prahasta, 2009).
Dalam menjalankan sebuah usaha sebagaimana halnya usaha budidaya
selalu memperhitungkan biaya dan pendapatan, faktor-faktor yang mempengaruhi
tentu tidak selalu berjalan sesuai rencana karena proses produksi dipengaruhi oleh
faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut akan sangat
berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima. Pendapatan yang diterima
merupakan indikator keberhasilan usaha yang dilakukannya. Makin besar
pendapatan yang diperoleh maka makin sukses petani ikan dalam usahanya.
Besarnya biaya yang dikeluarkan dalam usaha sangat mempengaruhi besarnya
penerimaan yang akan diterima. Semakin tinggi penerimaan yang diperoleh maka
semakin tinggi nilai perbandingan antara penerimaan dan biaya. Ini berarti secara
finansial usaha semakin efisien dan memiliki kemampuan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu.
Dalam pelaksanaan usahanya, secara rasional tentu saja akan selalu
berupaya untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya yang dimiliki sehingga
tercapai pendapatan yang optimal. Ketepatan dalam memilih jenis usaha yang
akan dijalankan dikaitkan dengan biaya produksi, jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam proses produksi, serta sumberdaya alam yang mendukung
mempunyai konsekuensi terhadap nilai produksi dan pendapatan para petani. Oleh
karenanya dalam melaksanakan usaha (budidaya ikan nila), harus atau dituntut
mampu memperhitungkan setiap biaya sedemikian rupa sehingga dapat
menghasilkan penerimaan yang tinggi.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian yang
berjudul “Rentabilitas Usaha Budidaya Ikan Nila dan Pemasaran di
Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat”.
4

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini


adalah:
1. Berapa besar biaya dan pendapatan yang diperoleh petani dalam melakukan
usaha ikan nila sistem kolam di Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok
Barat?
2. Berapa besar rentabilitas modal usaha ikan nila sistem kolam di Kecamatan
Lingsar Kabupaten Lombok Barat?
3. Bagaimana saluran pemasaran ikan nila di Kecamatan Lingsar Kabupat
Lombok Barat?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:


1. Mengidentifikasi biaya dan pendapatan yang diperoleh dalam melakukan
usaha budidaya ikan nila di Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat.
2. Untuk mengetahui rentabilitas modal usaha ikan nila di Kecamatan Lingsar
Kabupaten Lombok Barat.
3. Untuk mengetahui saluran pemasaran ikan nila di Kecamatan Lingsar
Kabupaten Lombok Barat.

1.3.2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai:


1. Sebagai tambahan masukan dan pertimbangan bagi pengusaha dan lembaga
pemasaran ikan nila dalam meningkatkan keuntungan dan efisiensi
pemasaran.
2. Sebagai sumber informasi bagi pemerintah untuk menetapkan kebijakan
pengembangan usaha budidaya ikan air tawar sistem kolam.
3. Sebagai dasar acuan dan informasi bagi peneliti lain lebih lanjut.
5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Tinjauan Umum Ikan Air Tawar

Ikan air tawar merupakan jenis ikan yang hidup dan menghuni perairan
daratan, yaitu perairan dengan kadar garam kurang dari 5 per mil (0-5%). Dari
sekitar 2.000 spesies ikan air tawar yang terdapat di Indonesia, sedikitnya ada 27
jenis yang sudah dibudidayakan. Ikan-ikan yang dibudidayakan tersebut
merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting. Ikan
ekonomis penting mengandung arti bahwa ikan-ikan tersebut merupakan jenis
ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi untuk diperdagangkan dan
dibudidayakan di tanah air. Hal ini sekaligu mengandung arti bahwa jenis ikan
tersebut dikenal dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat, serta memiliki
tingkat produksi yang tinggi jika dibudidayakan secara benar.
Jenis-jenis ikan air tawar ekonomis penting yang sudah dikenal dan
diperdagangkan secara luas di Indonesia saat ini adalah ikan mas, tawes, nilem,
jelawat, semah, mola, kowan, hampal, patin, baung, lais, lele local, lele dumbo,
gurami, tambakan, bawal, sepat siam, gabus, betutu, mujair, nila, belut, sidat,
papuyu, belida, serta bandeng. sebagian besar dari jenis-jenis ikan ekonomis
penting tersebut sudah dibudidayakan secara intensif dilakukan untuk jenis-jenis
ikan yang teknik pembenihan dan pembesarannya sudah dikuasai dengan baik.
sementara pembudidayaan jenis-jenis ikan yang sulit dipijahkan, umumnnya
masih dilakukan secara tradisional serta masih mengandalkan benih hasil
tangkapan alam (Khairuman, 2008).
2.1.2. Tinjauan Umum Ikan Nila

Ikan nila hidup di perairan air tawar hampir di seluruh Indonesia. Jenis
ikan nila ini sebenarnya bukan ikan asli Indonesia. Habitat asli ikan nila adalah di
sungai Nil dan daerah sekitarnya. Menurut sejarahnya, ikan nila masuk ke
6

indosesia pada tahun 1969. Ikan nila didatangkan oleh Balai Penelitian Perikanan
Air Tawar (BPAT) Bogor dan Taiwan. Setelah diteliti dan dilakukan adaptasi,
ikan ini mulai disebarkan ke beberapa daerah di Indonesia. Nila adalah nama khas
Indonesia yang diberikan pemerintah melalui Direktur Jendral Perikanan. Nama
tersebut diambil dari nama spesies ikan ini, yakni nilotica yang kemudian
diadaptasi menjadi nila.
Ikan nila merupakan ikan air tawar yang cukup dikenal luas masyarakat
Indonesia. Secara deskripsi dan bentuk, ikan nila mirip dengan ikan mujair, tetapi
memiliki ukuran yang lebih besar. Ikan nila termasuk jenis ikan yang mudah
dibudidayakan. Oleh karena itu, ikan nila termasuk komoditas unggulan dalam
bisnis perikanan air tawar. Permintaan yang besar terhadap ikan nila
mengakibatkan budidaya ikan nila semakin berkembang dan menjadi ladang
bisnis yang menjanjikan. Perkembangan budidaya ikan nila ini juga didukung
banyaknya penelitian tentang ikan nila sehingga sekarang banyak dihasilkan jenis
ikan nila unggulan (Sutanto, 2010).
Ikan nila merupakan ikan air tawar yang hidup diperairan tropis. Ikan ini
mempunyai daya toleransi yang besar terhadap lingkungannya. Ikan asli sungai
Nil ini meupakan ikan air tawar yang sangat cocok dibudidayakan pada perairan
yang tenang ataupun kolam. Toleransi ikan ini terhadap salinitas sangat tinggi
sehingga selain pada perairan tawar, nila juga sering ditemukan hidup dan
berkembang di perairan payau, misalnya tambak. Walaupun demikian, air bersih
yang mengalir dan hangat merupakan habitat yang disenangi ikan nila.
Ikan nila termasuk ikan omnivora atau pemakan segala. Ikan ini dapat
berkembang biak dengan berbagai macam makanan, baik yang berasal dari
hewani maupun nabati. Kebiasaan memakan makanan hewani dan nabati
tergantung umur ikan nila. Pada saat larva, setelah habis kuning telur, ikan nila
suka dengan phytoplankton. Setelah ukuran badannya menjadi sedikit lebih besar,
benih ikan nila sangat suka dengan zooplankton, seperti Rotifer sp, Impusoria sp,
Daphnia sp, Monia sp dan Cladocera sp. setelah dewasa, ikan nila sangat suka
dengan cacing, seperti cacing tanah, cacing darah dan tubifex. selain itu, bahan
makanan nabati berupa daun talas adalah makanan kesukaan ikan nila.
7

Ikan nila dikatakan dewasa jika sudah berumur 4-5 bulan. Pertumbuhan
maksimal ikan nila untuk melakukan perkembangbiakan adalah sekitar 1,5-2
tahun. Ikan nila yang sudah berumur lebih dari 1 tahun beratnya mencapai 800
gram. Ikan nila bisa mengeluarkan 1200-1500 larva setiap kali memijah.
Pemijahan dapat berlangsung 6-7 kali dalam setahun. Sebelum proses pemijahan,
ikan nila jantan selalu membuat sarang di dasar perairan. Pada waktu inilah ikan
nila jantan berperilaku sangat agresif (Prahasta, 2009).

2.1.3. Konsep Biaya dan Produksi

Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses
produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku,
baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi.
Secara garis besar biaya produksi tersebut dibagi menjadi dua yaitu:
1) Biaya tetap yaitu biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar
kecilnya jumlah produksi ikan nila sistem kolam atau biaya yang tidak habis
dipakai selama satu kali proses produksi ikan nila sistem kolam.
2) Biaya variabel yaitu biaya yang besar kecilnya tergantung dari besar kecilnya
jumlah produksi ikan nila sistem kolam, atau biaya yang habis dipakai dalam
satu kali proses poduksi ikan nila sistem kolam. Misalnya biaya untuk sarana
produksi, biaya tenaga kerja luar maupun dalam keluarga (Soekartawi, 2006).

2.1.4. Penerimaan dan Pendapatan

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh


dengan harga jual, sedangkan pendapatan usahatani adalah selisih antara
penerimaan dan semua biaya.
Untuk mengetahui pendapatan suatu usaha, dapat dianalisis dengan
menggunakan analisis biaya dan pendapatan. Rumusnya sebagai berikut
(Soekartawi, 2006):
TR = P x Q
TC = TFC + TVC
I = TR - TC
8

Keterangan:
I = Pendapatan
TC = Total Biaya (Total Cost)
TR = Total Penerimaan (Total Revenue) (Rp)
TFC = Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost)
TVC = Biaya Variabel Total (Total Variable Cost)
P = Harga
Q = Jumlah Produksi

2.1.5. Keuntungan

Keuntungan adalah kelebihan pendapatan total atas biaya total, dimana


biaya total adalah terdiri dari biaya-biaya eksplisit maupun implisit. Hal itu beda
dengan penggunaan istilah keuntungan dalam kehidupan sehari-hari, yang berarti
jumlah seluruh pendapatan dikurangi pengeluaran eksplisit atau pengeluaran kas.
Keuntungan berasal dari pengenalan inovasi yang berhasil, sebagai hadiah
pengambilan resiko yang tidak dapat diasuransikan. Karena tinggi rendahnya
pendapatan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti luas dan sempitnya
usahatani yang diusahakan, produktivitas lahan, tingkat teknologi yang
digunakan, tingkat harga input, modal yang digunakan, serta status petani. Petani
akan mencari cara mengalokasikan input seefisien mungkin untuk dapat
memperoleh produksi yang maksial untuk keuntungan yang maksimum. Di lain
pihak, petani dihadapkan pada keterbatasan biaya dalam melaksanakan usaha
taninya, upaya memaksimalkan keuntungan tetap akan dilakukan dengan
menekan biaya produksi seminimal mungkin (Hanafie, 2010).
Untuk mengetahui keuntungan di Kecamatan Lingsar Kabupaten
Lombok Barat digunakan rumus sebagai berikut :
Π = TR – TC dimana : TR = P x Q
TC = TFC + TVC
Keterangan :
Π = Keuntungan (Profit)
TR = Total Penerimaan (Total Revenue)
9

TC = Total Biaya (Total Cost)


P = Harga (Price)
Q = Jumlah Produksi (Quantity)
TFC = Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost)
TVC = Total Biaya Variabel (Total Variable Cost)

2.1.6. Rentabilitas

Menurut Riyanto (2015) bahwa suatu perusahaan menunjukan


perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba
tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu.
Dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa rentabilitas
merupakan prestasi yang dicapai oleh perusahaan dan dinyatakan dalam
persentase, setelah dibandingkan antara hasil yang dicapai dengan modal yang
digunakan. Semakin besar presentasinya maka semakin tinggi persentase
keuangan perusahaan tersebut, demikian sebaliknya.

2.1.7. Macam-macam Rentabilitas

1. Rentabilitas Ekonomi
Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan
modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba
tersebut dan dinyatakan dalam persentase.
Dalam perhitungan rentabilitas ekonomi laba yang dihitung hanyalah laba
yang berasal dari operasi perusahaan yang biasa disebut laba usaha. Dengan
demikian maka laba yang diperoleh dari usaha diluar perusahaan seperti
deviden, tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi.
Rentabilitas ekonomi adalah hasil perkalian profit margin dengan
operating assets turnover, dimana keduanya sangat mempengaruhi tinggi
rendahnya rentabilitas ekonomis (Return on total assets).
2. Rentabilitas Modal Sendiri
10

Rentabilitas modal sendiri atau rentabilitas modal usaha adalah


perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi para pemilik modal sendiri
di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di
pihak lain.
Rentabilitas modal sendiri tersebut menyangkut bagaimana
kemampuan modal sendiri menghasilkan keuntungan, yang dibandingkan
adalah bukan keseluruhan modal tetapi khususnya modal sendiri (Riyanto,
2015).
Untuk mengetahui nilai rentabilitas di KecamatanLingsar Kabupaten
Lombok Barat digunakan analisis “Rentabilitas Usaha” dengan formulasi sebagai
berikut:
LU
𝑅𝑈 = x 100%
MS
Keterangan :
RU = Rentabilitas usaha
LU = laba usaha yang diperoleh setelah pajak
MS =Modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan
laba tersebut.
Jika dalam usaha terdapat modal asing atau terdapat modal pinjaman dari
bank, maka dapat digunakan rumus ”Rentabilitas Ekonomi” dan akan diberikan
kriteria kelayakan dari modal tersebut yaitu sebagai berikut :
L
𝑅𝐸 = MS+MA x 100%

Keterangan :
RE = Rentabilitas ekonomi
L = Laba bersih sebelum pajak
MS = Modal sendiri
MA = Modal asing
Kriteria kelayakan modal pinjaman dari bank :
RE ≥ r = layak/efisien
RE ≤ r = tidak layak/tidak efisien
Keterangan : (r adalah suku bunga bank).
11

2.1.8. Permintaan dan Penawaran

Menurut Hanafie (2010) menyatakan bahwa Permintaan adalah jumah

dari suatu barang yang mau dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai

kemungkinan harga, dalam jangka waktu tertetu, dengan anggapan hal-hal lain

tetap sama. Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan:

1. Harga barang itu sendiri


2. Pertambahan jumlah penduduk
3. Tingkat pendapatan
4. Harga barang lain
5. Musim, selera, kebiasaan dan lingkungan sosial
6. Harapan atau pandangan tentang masa yang akan datang
7. Elastisitas barang
Penawaran merupakan jumlah dari suatu barang tertentu yang mau dijual
pada berbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu tertentu. Beberapa faktor
yang mempengaruhi penawaran:
1. Harga barang itu sendiri
2. Jumlah produsen di pasar
3. Harga-harga faktor produksi
4. Harga barang lain
5. Teknik produksi
6. Harapan atau perkiraan tentang masa yang akan dating
7. Elastisitas Produksi

2.1.9. Pemasaran

Pemasaran bersangkut-paut dengan kebutuhan hidup sehari-hari


kkebanyakan orang. Melalui proses tesebut, suatu produk atau jasa diciptakan,
dikembangkan, dan didistribusikan pada masyarakat. Kebanyakan orang
menganggap bahwa pemasaran sama dengan penjualan dan promosi, padahal
tidak demikian. Hakekatnya, pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan
12

untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Konsep


penting dalam studi pemasaran adalah kebutuhan, keinginan, permintaan, produk,
pertukaran, transaksi dan pasar.
Pengertian pemasaran mengandung makna bahwa pemasaran merupakan
suatu perpaduan dari aktivitas-aktivitas yang saling berhubungan untuk
mengetahui kebutuhan konsumen melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran
produk dan jasa yang bernilai serta mengembangkan promosi, distribusi,
pelayanan dan harga agar kebutuhan konsumen dapat terpuaskan dengan baik
pada tingkat keuntungan tertentu.
Melalui pemasaran, konsumen tridak perlu lagi memenuhi kebutuhan
pribadi secara sendiri-sendiri dengan melakukan pertukaran antara konsumen
dengan pelaku pemasaran sehingga akan ada banyak waktu konsumen untuk
kegiatan yang dikuasai atau disukai. Pemasaran dimulai dengan pemenuhan
kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan manusia
(Oentoro, 2012).

2.1.9.1. Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran merupakan jalan atau rute yang dilalui oleh produk
mulai dari produsen sampai ke tangan pelanggan akhir. Pihak-pihak yang
berperan dalam saluran pemasaran ini paling tidak ada dua pihak, yaitu produsen
sebagai penjual atau orang yang melakukan kegiatan produksi dan pembeli
sebagai pengguna atau orang yang menggunakan atau memakai barang atau jasa.
Selain ini terdapat pihak-pihak lain seperti pengecer dan grosir yang sering
disebut sebagai perantara. Saluran Pemasaran merupakan kegiatan ekonomi yang
menjembatani kegiatan produksi dan konsumsi (Oentoro, 2012).

2.1.9.2. Sistem Pemasaran

Sistem adalah sekelompok item atau bagian-bagian yang saling


berhubungan dan saling berkaitan secara tetap dalam membentuk satu kesatuan
terpadu. Jadi dapat diartikan sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga-
lembaga yang melakukan tugas pemasaran barang, jasa, ide, orang, dan faktor-
13

faktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan membentuk serta


mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya.
Tujuan sistem pemasaran adalah berusaha meningkatkan tingkat kepuasan
masyarakat. pada saat tujuan tersebut tercapai dirasakan bahwa kebebasan
masyarakat masih belum memadai sehingga perlu dikembangkan tingkat pilihan
konsumen yang maksimum. Konsumen yang bebas untuk memilih akhirnya
dilindungi oleh jaminan bahwa pilihan mereka diyakini mampu meningkatkan
kualitas hidupnya. Kebutuhan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat merupakan konsumsi masyarakat sekarang (Oentoro, 2012).

2.1.9.3. Fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan


fungsional yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran, baik aktivitas
proses fisikmaupun aktivitas jasa, yang ditunjukan untuk memberikan jasa, yang
ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan melalui pencipta atau penambahan kegunaan bentuk,
waktu, tempat dan kepemilikan terhadap suatu produk. Peran fungsi pemasaran
adalah untuk memperlancar proses penyaluran barang dan jasa secara efektif dan
efisien dari produsen ke konsumen.
Fungsi pemasaran yang dilakukan dalam saluran pemasaran dapat
dikelompokan menjadi tiga:
1. Fungsi Pertukaran
Dengan pemasaran pembeli dapat membeli produk dari produsen baik dengan
menukar uang dengan produk maupun pertukaran produk dengan produk untuk
dipakai sendiri atau untuk dijual kembali.
2. Fungsi Distribusi Fisik
Distribusi fisik suatu produk dilakukan dengan cara mengangkut serta
menyimpan produk. Produk diangkut dari produsen mendekati kebutuhan
konsumen dengan banyak cara, baik melalui air, darat, udara, dan sebagainya.
Penyimpanan produk mengendepankan upaya menjaga pasokan produk agar
tidak kekurangan saat dibutuhkan.
14

3. Fungsi Perantara
Untuk menyampaikan produk dari tangan produsen ke tangan konsumen dapat
dilakukan melalui perantara pemasaran yang menghubungkan aktivitas
pertukaran dengan distribusi fisik. Aktivitas fungsi perantara antara lain
pengurangan resiko, pembiayaan, pencarian informasi serta standarisasi dan
penggolongan produk (Oentoro, 2012).

2.1.9.4. Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran merupakan badan atau usaha atau individu yang


menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen
kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau
individu lainnya. Lembaga pemasaran timbul karena adanya keinginan konsumen
untuk memperoleh komoditi sesuai dengan waktu, tempat, dan bentuk yang
diinginkan konsumen. Tugas lembaga pemasaran adalah menjalankan fungsi-
fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin.
Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran berupa margin
pemasaran (Sudiyono, 2002).

2.1.9.5. Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pemasaran adalah suatu kemampuan dari produsen beserta mata


rantai atau lembaga pemasaran dalam penyampaian hasil produksi atau bahan
baku kepada konsumen dengan harga yang wajar tanpa mengorbankan
kepentingan berbagai pihak yang terlibat dalam mata rantai pemasaran dan
mampu mengadakan pembagian keuntungan yang adil dari seluruh lembaga
pemasaran yang terlibat dengan biaya yang serendah-rendahnya.
Pengukuan efisiensi pemasaran pertanian yang menggunakan
perbandingan output pemasaran dengan biaya pemasaran pada umumnya dapat
digunakan untuk memperbaiki efisiensi pemasaran dengan mengubah rasio
keduannya. Upaya perbaikan efisiensi pemasaran dapat dilakukan dengan
meningkatkan output pemasaran atau mengturangi biaya pemasaran. Potensi-
15

potensi perbaikan efisiensi dapat dilakukan dengan mengacu pada perbandingan


output pemasaran dan biaya pemasaran ini (Sudiyono, 2002).
2.1.9.6. Margin Pemasaran

Margin adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan


harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli
terakhir. Pada suatu perusahaan istilah margin merupakan sejumlah uang yang
ditentukan secara internal accounting, yang diperlukan untuk menutupi biaya dan
laba, dan ini merupakan perbedaan antara harga pembelian dan harga penjualan
(Saefuddin, 1986).
Margin dapat didefinisikan dengan dua cara, yaitu margin pemasaran
merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang
diterima petani dan margin pemasaran merupakan biaya dari jasa-jasa pemasaran
yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa
pemasaran (Sudiyono, 2002).

2.2. Hasil Penelitian Sebelumnya

Lebih lanjut hasil penelitian dari Sulistyaningsih (2012) yaitu Analisis


Rentabilitas EkonomiUsahatani Pepaya Jingga di Kecamatan
MojosongoKabupaten Boyolali menyimpulkan bahwabesarnya rentabilitas adalah
sebesar 71,08% sedangkan besarnya profit margin yangdigunakan untuk
mengetahui efisiensi besar kecilnya laba usaha dalam hubungannyadengan
penjualan sebesar 86,18% dan nilai rentabilitas ekonomi sebesar 71,08%
dengansuku bunga sebesar 18%, maka usaha tani papaya jingga di Kecamatan
Mojosongolayak untuk diusahakan, Keuntungan profit pada usaha tani papaya
jingga adalahsebesar Rp3.977.657 per usahatani atau sebesar Rp 2.576.160 m2
dengan total biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 636.830 per usahatani atau
Rp 2.194.697 per 2500 m2.
Hasil penelitian menurutWidyawati (2014) yang berjudul “Analisis
Rentabilitas Industri Pengolahan Kecap CV. Aneka Guna di Kota Langsa”
menyimpulkan besarnya rentabilitas yang diperoleh adalah 23,97%. Dengan
demikian industri pengolahan kecap CV. Aneka Guna akan menguntungkan untuk
16

diusahakan. CV. Aneka Guna memberikan hasil yang menguntungkan ditinjau


dari segi rentabilitas, dimana persentase rata-rata tingkat keuntungan dari jumlah
modal yang digunakan adalah 23,97% per tahun dari setiap 100% modal yang
digunakan. Keuntungan yang diperoleh industri pengolahan kecap CV. Aneka
Guna dalam satu tahun sebesar Rp 108.590.000.
Hasil penelitian Endoh (2016) yang berjudul “ Analisis Rentabilitas Usaha
Ternak Itik Petelur di Desa Wolaang Kecamatan Langowan Timur Kabupaten
Minahasa” menyimpulkan bahwa hasil Analisis Rentabilitas yang diperoleh dari
usaha ternak itik petelur di Desa Wolaang Kecamatan Langowan Timur dapat
dilihat bahwa usaha tersebut layak unuk dipertahankan dan dikembangkan karena
nilai rentabilitas yang diperoleh sebesar 69% yang artinya dengan penggunaan
modal investasi sebesar Rp 100.000,- mampu menghasilkan laba sebesar Rp.
69.000,-. Nilai rentabilitas tersebut melebihi kriteria pembanding dalam hal ini
suku bunga deposito Bank BRI yang berlaku untuk <Rp 1000.000.000 untuk
jangka waktu 12 bulan yaitu 6,50%.
Terdapat perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu
penelitian terdahulu berfokus pada biaya, pendapatan dan kelayakan serta
rentabilitas. Sementara rencana penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berapa
besar pendapatan, rentabilitas dan pemasaran ikan nila di Kecamatan Lingsar
Kabupaten Lombok Barat.

2.3. Kerangka Pendekatan Masalah

Lingsar merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Lombok Barat


sebagai penghasil ikan air tawar khususnya ikan nila. Dalam budidaya ikan nila,
dibutuhkan biaya. Setiap biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi disebut
dengan biaya produksi. Biaya produksi terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel.
Besar kecilnya biaya produksi dipengaruhi oleh jumlah produksi. Semakin besar
jumlah produksi dan skala usaha maka biaya produksi pun akan semakin besar
begitu pula sebaliknya.
Setiap proses produksi yang dilakukan akan menghasilkan keuntungan.
Ikan nila harus dijual atau dipasarkan untuk memperoleh keuntungan.
17

Menguntungkan tidaknya usaha yang dijalankan dapat dilihat dari besarnya biaya
yang dikeluarkan. Pendapatan usaha budidaya ikan nila dikatakan menguntungkan
apabila besarnya rasio antara penerimaan dan pengeluaran mempunyai hasil lebih
dari satu.
Untuk mewujudkan saluran pemasaran yang efektif dan efisien maka
harus mempertimbangkan saluran pemasaran yang dipilih untuk menyalurkan
produksi. Kesalahan dalam memilih saluran pemasaran akan menghambat
penyaluran produksi dari produsen ke konsumen akhir. Untuk menghindari
keadaan tersebut, maka harus menentukan saluran pemasaran yang tepat sehingga
kegiatan pemasaran dapat berjalan dengan baik.
Dengan adanya saluran pemasaran yang tepat maka dapat mengetahui
usaha tersebut efisien atau tidak. Untuk menyalurkan ikan nila tersebut perlu
sistem pemasaran dan pendistribusian yang sangat baik. Secara sederhana
kerangka pendekatan masalah dapat dilihat 2.1.

Budidaya Ikan Nila di


Kecamatan Lingsar

Proses
Produksi
Input Output
(Produksi)
-
Biaya Produksi
Harga Nilai produksi
(Biaya Variabel &
- -
Biaya Tetap)

Saluran
Pemasaran
 Share Harga
 Volume Penjualan Efisiensi
 Distribusi pemasaran
Keuntungan
Keuntungan Pendapatan

Rentabilitas Usahatani
18

Gambar 2.1. Kerangka Pendekatan Masalah

2.5. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dari uraian di atas adalah sebagai berikut:


1) Budidaya ikan air tawar adalah kegiatan atau usaha mengembangbiakkan ikan
khususnya ikan air tawar pada kolam yang dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan.
2) Penyedia input produksi adalah lembaga atau perorangan yang menjual atau
menyediakan sarana produksi seperti benih ikan, pakan, dan lainnya.
3) Petani ikan yaitu orang yang melakukan kegiatan budidaya ikan nila sebagai
mata pencaharian untuk memperoleh keuntungan.
4) Lembaga swasta adalah lembaga pendukung non-pemerintah yang
mempunyai peran dalam usaha budidaya ikan nila.
5) Penyuluh adalah agen pembaharuan yang bertugas memberikan informasi dan
pengarahan kepada petani ikan nila dalam berbagai aspek yang berhubungan
dengan budidaya ikan.
6) Lembaga keuangan dalam penelitian ini adalah lembaga yang berfungsi
membantu petani ikan nila memperoleh modal usaha dengan memberikan
pinjaman.
7) Saluran pemasaran dalam penelitian ini merupakan lembaga-lembaga
distributor atau lembaga-lembaga penyalur yang mempunyai kegiatan untuk
menyalurkan produk ikan nila dari petani ke konsumen. Lembaga tersebut
meliputi pedagang pengepul, pedagang besar dan pedagang pengecer.
8) Input dalam penelitian ini merupakan sumberdaya yang digunakan dalam
proses produksi ikan nila meliputi benih, pupuk dan pakan ikan.
9) Output adalah hasil produksi ikan nila yang diperoleh dari kegiatan budidaya
ikan nila yang di usahakan dalam satu kali proses produksi.
10) Nilai poduksi dalam penelitian ini merupakan total penerimaan atau
pendapatan kotor yang diperoleh petani ikan sebelum dikurangi biaya
produksi.
19

11) Harga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga jual ikan nila dari
produsen hingga ke konsumen akhir (Rp).
12) Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah selisih antara
penerimaan total dari hasil penjualan ikan nila dengan total biaya yang
dikeluarkan.
13) Rentabilitas usaha adalah perbandingan antara penerimaan (laba) suatu usaha
dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba
tersebut.
14) Keuntungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah total penerimaan yang
dikurangi dengan total biaya produksi selama 1 kali proses produksi.
15) Pemasaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala kegiatan dan
usaha yang dilakukan pedagang/pengusaha dalam memasarkan ikan nila
hingga kekonsumen akhir melalui lembaga-lembaga pemasaran yang ada.
16) Biaya pemasaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya yang
dikeluarkan para pelaku budidaya ikan nila dalam memasarkan produknya
hingga kekonsumen akhir.
17) Share merupakan bagian harga yang diterima oleh pelaku budidaya dari
keseluruhan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir yang dinyatakan
dalam persentase.
18) Volume penjualan adalah jumlah produksi ikan nila yang dijual baik oleh
produsen atau lembaga pemasaran yang dinyatakan dalam kilogram (kg).
19) Distribusi Keuntungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbedaan
keuntungan lembaga pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran yang
ada.
20

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode


deskrptif, yaitu penelitian yang bertujuan mendiskriptifkan apa yang saat ini
berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendiskriptipkan, mencatat, menganalisis,
dan menginterprestasikan kondisi yang ada sekarang ini. Dengan kata lain
penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan
saat ini (Mardalis, 2009).

3.2. Unit Analisis

Dalam penelitian ini unit analisis adalah petani ikan nila sistem kolam di
Kecamatan Lingsar dan lembaga pemasaran yang ikut dalam memasarkan hasil
produk ikan nila dari produsen ke konsumen akhir.

3.3. Penentuan Sampel

3.3.1. Teknik Penentuan Daerah Sampel

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat


dengan menggunakan data tahun 2016. Kecamatan Lingsar terdiri dari 15 desa,
dan dari 15 desa tersebut dipilih empat desa yaitu: Desa Batu Kumbung,
Sigerongan, Duman dan Desa Gontoran secara “purpossive sampling” dengan
pertimbangan bahwa keempat desa tersebut merupakan petani ikan nila sistem
kolam terbanyak di Kecamatan Lingsar. Jumlah populasi petani ikan nila
dikeempat desa sampel sebanyak 260 petani, dengan rincian 46 di Desa Batu
Kumbung, 109 di Desa Sigerongan, 61 di Desa Duman dan 44 di Desa Gontoran
(Tabel 3.1).
21

Tabel 3.1. Jumlah petani Ikan di Desa Batu Kumbung, Sigerongan, Duman dan
Desa Gontoran Kecamatan Lingsar Tahun 2015
No. Nama Desa Jumlah Petani Ikan

1 Desa Batu Kumbung 46

2 Desa Sigerongan 109

3 Desa Duman 61

4 Gontoran 44

Jumlah 260

Sumber: BPS NTB, Kecamatan Lingsar Dalam Angka 2016.

3.3.2. Penentuan Responden

1. Responden Petani Ikan


Dari total populasi sebanyak 260 dengan taraf kesalahan sebesar
17% (e), jumlah responden ditentukan dengan rumus Slovin (1960) dan
perhitungannya sebagai berikut:
𝑁 260
n = 1+𝑁(𝑒)2 = 1+260(0,17)2 =30

Sehingga, diperoleh responden sebanyak 30 orang. kemudian jumlah dan


penentuan responden untuk setiap desa dilakukan secara proportional
random sampling.distribusi jumlah responden untuk setiap desa dihitung
sebagai berikut:
𝑁𝑖
ni = ∑𝑛𝑖 x 30

Keterangan:
ni = jumlah responden pada desa terpilih yang ke-i
(n1 = Desa Gontoran, n2 = Desa Sigerongan, n3 = Desa
Duman, n4 = Desa Batu Kumbung).
Ni = Jumlah populasi petani ikan di desa ke-i.
∑ni = Total petani ikan di kecamatan lingsar.
22

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut


maka jumlah petani ikan yang akan menjadi responden untuk masing-
masing desa adalah sebagai berikut:

46
Desa Batu Kumbung : 260 x 30 = 5 petani ikan
109
Desa Sigerongan : 260 x 30 = 13 petani ikan
61
Desa Duman : 260 x 30 = 7 petani ikan
44
Desa Gontoran : 260 x 30 = 5 petani ikan

2. Responden Lembaga Pemasaran


Untuk mengetahui lembaga-lembaga pemasaran, dilakukan dengan
teknik “snow ball sampling” yaitu penarikan sampel dengan cara
penelusuran.
Secara rinci, penentuan responden petani ikan nila dan lembaga
pemasaran ikan nila disajikan pada Gambar 3.1 berikut:
23

Kabupaten Lombok Barat

Kecamatan Lingsar

Desa Batu Desa Desa Desa


Kumbung Sigerongan Duman Gontoran

5 Petani 13 Petani 7 Petani 5 Petani


ikan ikan ikan ikan

N = 30

Lembaga Pemasaran

Gambar 3.1. Penentuan Responden

3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif,
data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, sedangkan data kualitatif
adalah data-data yang tidak berbentuk angka.
Sumber data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yaitu
data yang diperoleh dari responden dengan wawancara langsung dengan petani
ikan yang disertai dengan daftar pertanyaan. Data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari dinas/instansi yang terkait dengan penelitian ini.

3.5. Variabel dan Cara Pengukuran.

Beberapa variabel yang diukur dalam penelitian ini diuraikan sebagai


berikut :
24

1. Pendapatan yaitu pendapatan bersih yang diterima oleh petani ikan dalam
satu kali proses produksi, pendapatan bersih diperoleh dari total nilai
produksi (penerimaan) di kurangi dengan total biaya produksi yang
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
2. Produksi yaitu produksi ikan yang dihasilkan pada kolam yang diusahakan
oleh petani ikan yang dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).
3. Biaya produksi yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan petani ikan selama satu
kali proses produksi baik biaya tetap maupun biaya variabel yang dinyatakan
dalam satuan rupiah (Rp).
4. Nilai produksi yaitu merupakan hasil kali antara jumlah produksi ikan (kg)
dengan harga jual produksi ikan per (kg) dalam satu kali proses produksi
yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
5. Biaya pemasaran yaitu biaya-biaya yang digunakan dalam proses pemasaran
ikan dari produsen ke konsumen akhir, yang dinyatakan dalam satuan rupiah
perkilogram (Rp/kg).
6. Harga jual yaitu harga yang diterima oleh penjual yang dinyatakan dalam
rupiah perkilogram (Rp/kg).
7. Volume penjualan adalah jumlah produksi ikan yang dijual baik oleh
produsen atau lembaga pemasaran yang dinyatakan dalam kilogram (kg).
8. Harga beli adalah harga yang dibayar oleh pembeli yang dinyatakan dalam
rupiah perkilogram (Rp/kg).
9. Volume pembelian, yaitu jumlah produksi ikan yang dibeli oleh lembaga
pemasaran dan konsumen yang dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).
10. Penerimaan adalah jumlah produk yang dihasilkan dikalikan dengan harga
dari produk tersebut yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
11. Keuntungan adalah pendapatan bersih dari jumlah penerimaan dikurangi
dengan jumlah biaya yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
12. Rentabilitas usaha adalah perbandingan antara keuntungan dengan modal
sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan keuntungan dan
dinyatakn dalam persen (%).
25

13. Lembaga pemasaran adalah orang-orang atau badan-badan yang berfungsi


menyalurkan produksi dari produsen ke konsumen akhir.
14. Harga beli konsumen akhir yang dinyatakan dalam rupiah perkilogram
(Rp/kg).
15. Distribusi Keuntungan adalah perbedaan keuntungan lembaga pemasaran
pada masing-masing saluran pemasaran yang ada.

3.6. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik survei


yaitu wawancara langsung dengan responden dan lembaga-lembaga pemasaran
didaerah penelitian, dengan pedoman pada daftar pertanyaan yang telah
dipersiapkan sebelumnya (Surakhmad, 1989).

3.7. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini kemudian dianalisis menggunakan


analisis deskriptif yaitu disusun, diolah, di sajikan dan ditarik kesimpulan dengan
cara berikut :

3.7.1. Keuntungan Usaha

Untuk mengetahui keuntungan di Kecamatan Lingsar Kabupaten


Lombok Barat digunakan rumus sebagai berikut :
Π = TR – TC dimana : TR = P x Q
TC = TFC + TVC
Keterangan :
Π = Keuntungan (Profit)
TR = Total Penerimaan (Total Revenue)
TC = Total Biaya (Total Cost)
P = Harga (Price)
Q = Jumlah Produksi (Quantity)
TFC = Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost)
TVC = Total Biaya Variabel (Total Variable Cost
26

3.7.2. Rentabilitas Usaha

Untuk mengetahui nilai rentabilitas di KecamatanLingsar Kabupaten


Lombok Barat digunakan analisis “Rentabilitas Usaha” dengan formulasi sebagai
berikut:
LU
𝑅𝑈 = x 100%
MS
Keterangan :
RU = Rentabilitas usaha
LU = laba usaha yang diperoleh setelah pajak
MS =Modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan
laba tersebut.
Jika dalam usaha terdapat modal asing atau terdapat modal pinjaman dari
bank, maka dapat digunakan rumus ”Rentabilitas Ekonomi” dan akan diberikan
kriteria kelayakan dari modal tersebut yaitu sebagai berikut :
L
𝑅𝐸 = MS+MA x 100%

Keterangan :
RE = Rentabilitas ekonomi
L = Laba bersih sebelum pajak
MS = Modal sendiri
MA = Modal asing
Kriteria kelayakan modal pinjaman dari bank :
RE ≥ r = layak/efisien
RE ≤ r = tidak layak/tidak efisien
Keterangan : (r adalah suku bunga bank).

3.7.3. Efisiensi Pemasaran

Untuk mengetahui saluran pemasaran didaerah penelitian dianalisis


dengandeskriptif. Sedangkan untuk mengetahui efisiensi pemasaran ikan nila
dilakukan dengan cara mengukur efisiensi pemasaran pada beberapa saluran
pemasaran ikan nila di Kecamatan Lingsar dengan menggunakan empat indikator
27

indikator yaitu share petani, distribusi keuntungan dan volume penjualan sebagai
berikut : (Sudiyono, 2002).
a. Margin pemasaran dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
MP = Pr-Pf................................................................................(1)
Keterangan:
MP = Margin Pemasaran
Pf = Harga di tingkat petani/produsen
Pr = Harga di tingkat konsumen akhir

Kriteria Pengujian:
Nilai margin pemasaran yang semakin kecil, maka pemasaran dikatakan
semakin efisien.
b. Share harga/produsen dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑃𝑓
X= x 100 % ....................................................................(2)
𝑃𝑟

Dimana :
X = Share harga yang diterima petani produsen
Pf = Harga tingkat petani produsen
Pr = Harga tingkat konsumen akhir

Kriteria Pengujian :

X ≥ 60% ; pemasaran ikan nila efisien


X ≤ 60% ; pemasaran ikan nila tidak efisien
c. Distribusi Keuntungan (DK) tiap saluran pemasaran menggunakan rumus
sebagai berikut :
𝜋
( )𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
𝐶
DK = 𝜋 .................................................................(3).
( )𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝐶

Keterangan:
DK = Distribusi Keuntungan
π = Keuntungan Pemasaran
C = Biaya Pemasaran
Kriteria Pengujian:
28

Pemasaran dikatakan efisien apabila nilai DK Antara 0,5 sampai 1, jika


DK lebih kecil maka pemasaran dikatakan tidak efisien.
d. Volume Penjualan
Besarnya volume penjualan dapat dilihat dari jumlah produk ikan nila yang
dijual petani produsen maupun lembaga pemasaran.
Pemasaran dikatakan efisien jika:
1. Margin pemasaran rendah
2. Share petani > 60%
3. DK mendekati satu ( 0 < DK < 1 ). Apabila nilai DK mendekati satu berarti
pembagian keuntungan antara lembaga pemasaran relatif sama (merata)
4. Volume penjualan paling besar diantara lembaga pemasaran yang terlibat
dalam usaha pemasaran ikan nila.
29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum dan Luas Wilayah Daerah Penelitian

Keadaan umum daerah penelitian ini menyangkut letak geografis dan luas
wilayah, topografi, iklim dan curah hujan, demografis, mata pencaharian
penduduk, serta kondisi usaha budidaya ikan air tawar sistem kolam secara
umum.

4.1.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah

Kecamatan Lingsar adalah salah satu dari 10 Kecamatan yang berada di


kabupaten Lombok Barat yang terletak 16 km dari Ibu Kota Kabupaten Lombok
Barat dan +7 km dari Ibu Kota Provinsi NTB dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut:

 Sebelah Barat : Kecamatan Gunungsari dan Kota Mataram


 Sebelah Utara : Kabupaten Lombok Utara
 Sebelah Timur : Kecamatan Narmada
 Sebelah Selatan : Kecamatan Narmada

Luas wilayah Kecamatan Lingsar adalah 79,75km²yang terbagi dalam 15 (lima


belas) desa.Desa terluas adalah Desa Batu Kumbung yaitu seluas 28,16 km², disusul Desa
Batu Mekar yaitu dengan luas wilayah 11,92 km². Sedangkan desa terkecil adalah Desa
Peteluan Indah dengan luas 0,62 km².

4.1.2. Topografi

Dilihat dari segi topografinya, keadaan bentang wilayah Kecamatan


Lingsaradalah relatif datar dengantingkat kemiringan lahan antara 15-
35%.Ketinggian wilayah Kecamatan Lingsar berkisar antara 26-750 meterdari
permukaan laut (dpl).
30

Jenis tanah di dominasi tipe semi horizontal dengan kandungan liat dan
sebagian besar merupakan jenis tanah regosol dan alluvial dengan warna coklat
kemerahan, coklat, dan coklat kekuningan dengan tekstur lempung berpasir yang
kedalaman lapisannya mencapai 20-30cm. pH tanah umumnya normal berkisar
antara 6,5-7,5 sehingga dapat dikategorikan sebagai tanah yang memiliki
kesuburan tinggi (BPS Kabupaten Lombok Barat, 2016).
Kecamatan Lingsar merupakan daerah irigasi yang airnya berasaldari
aliran Sungai Jangkuk yangmerupakan sungai yang jalurnya melewati Kecamatan
Lingsar dan Kota Mataram. Masyarakat Kecamatan Lingsar memanfaatkan sungai
ini sebagai irigasi teknis untuk lahan sawah dan dapat dimanfaatkan untuk usaha
budidaya perikanan, baik dikolam maupun keramba. Disamping itu, Kecamatan
Lingsar tercatat sebagai wilayah dengan drainase yang baik (BPS Kabupaten
Lombok Barat, 2016).
Dengan potensi geografisnya yang cukup memadai, maka secara teknis
Kecamatan Lingsar merupakan zona yang cocok sebagai tempat tumbuh berbagai
macam vegetasi flora dataran tinggi dan dataran rendah, khususnya jenis tanaman
hortikultura serta tempat yang tepat untuk melakukan usaha budidaya perikanan
baik di sawah, kolam maupun keramba (BPS Kabupaten Lombok Barat, 2016).

4.1.3. Iklim dan Curah Hujan

Kecamatan Lingsar beriklim tropis yang ditandai dengan pergantian dua


musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau.Curah hujan intensitas tinggi
terjadi pada Bulan Oktober sampai April, sedangkan curah hujan intensitas sedang
terjadi pada Bulan Mei sampaiJuli dan curah hujan dengan intensitas ringan pada
Bulan Agustus dan September (BPS Kabupaten Lombok Barat, 2016).
Masing-masing desa yang berada di Kecamatan Lingsar tersebut dilintasi
oleh aliran sungai dan didukung dengan curah hujan 200-300 mm, dengan rata-
rata temperatur 20o-32oC sehingga sangat potensial untuk mengembangkan usaha
budidaya ikan air tawar (BPS Kabupaten Lombok Barat, 2016).
31

4.1.4. Demografis

Berdasarkan hasil sensus 2015, jumlah penduduk Kecamatan Lingsar pada


tahun 2014 adalah 65.677 jiwa yang terdiri dari 32.067 laki-laki dan 33.610
perempuan.
Dari 15 desa yang ada di Kecamatan Lingsar, desa yang memiliki
penduduk terbanyak adalah Desa Batu Mekar yaitu sebanyak 9.123 jiwa,
sedangkan desa dengan jumlah penduduknya paling sedikit adalah Desa Sari Baye
sebanyak 1.934 jiwa.

4.1.5. Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian sebagian besar penduduk di Kecamatan Lingsar adalah


di sektor pertanian, seperti membudidayakan ikan air tawar, menanam tanaman
hortikultura dan menanam padi, sedangkan yang lainnya bekerja di sektor
perdagangan, pertambangan, industri, kontruksi, jasa, angkutan dan lain-lain
(BPS Provinsi NTB, 2016).

4.1.6. Sarana Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor penting untuk meningkatkan kualitas


Sumber Daya Manusia (SDM) disuatu wilayah.Untuk itu sarana pendidikan yang
memadai sangat dibutuhkan keberadaannya. Sarana pendidikan yang tersedia di
Kecamatan Lingsar meliputi 10 Taman Kanak-kanak (TK), 38 Sekolah Dasar
(SD), 15 Sekolah Menengah pertama (SMP), dan 5 Sekolah Menengah Atas
(SMA) (BPS Provinsi NTB, 2016).

4.1.7. Sarana dan Prasarana

Salah satu penunjang aktivitas pertanian disuatu daerah adalah keadaan


sarana dan prasarana. Dengan adanya sarana dan prasrana yang memadai, maka
akan mempercepat aktivitas usaha pertanian dan perikanan sehingga dapat
memacu laju ekonomi di daerah tersebut. Adapun sarana dan prasarana yang
terdapat di Kecamatan Lingsar yaitu:
a) Sarana Transportasi
32

Sarana transportasi merupakan faktor yang penting dalam menunjang


keberhasilan suatu usaha termasuk usaha perikanan. Dengan semakin
memadainya sarana transportasi, maka semakin lancar pula semua proses
usaha budidaya yang dilakukan petani ikanuntuk memasarkan produksinya
kepada pengepul ataupun konsumen. Sarana transportasi yang memadai juga
dapat membantu kelancaran berbagai macam proses kehidupan dalam
masyarakat. Keadaan sarana transportasi di Kecamatan Lingsartercatat cukup
memadai. Sepeda motor (Kendaraan roda dua) menjadi kendaraan yang
mendominasidengan jumlahsebanyak 7.814 unit, (kendaraan roda empat)
seperti truk, pick up box, dan mobil sebanyak 530 unit, namun tidak sedikit
pula warga yang masih menggunakan sarana tranportasi tradisional seperti
cidomo, sepeda dan gerobak yang berjumlah3125 unit (BPS Provinsi NTB,
2016).
b) Sarana Jalan
Kondisi jalan sangat berpengaruh pada usaha perikanan khususnya dalam
mendukung aktivitas perdagangan. Adapun kondisi jalan di Kecamatan
Lingsar yaitu, jalan yang telah diaspal sepanjang 130km,jalan diperkeras
sepanjang 134km sedangkan jalan tanah sepanjang 121 km. Panjang jalan
aspal digunakan sebagai jalan utama dan jalan arteri yang menghubungkan
Kecamatan Lingsar dengan Kecamatan Narmada dan Kota Mataram, sisanya
untuk jalan diperkeras dan jalan tanahmasih mendominasi wilayah ini
(BPS Provinsi NTB, 2016).
c) Sarana Perdagangan
Sarana perdagangan merupakan tempat untuk membeli berbagai macam
kebutuhan hidup sehari-hari. Usaha budidaya ikan juga sangat erat kaitanya
dengan pasar, karena pasar merupakan tempat untuk membeli bahan baku,
pakan ,dan peralatan serta tempat dijualnya hasil produk peratanian. Adapun
sarana perdagangan di Kecamatan Lingsar yaitu, pasar umum sebanyak 4
buah dan toko/kios sebanyak 301 buah (BPS Provinsi NTB, 2016).

4.1.8. Sarana dan Prasarana


33

1. Budidaya Kolam Air Tenang


Luas potensial untuk kolam air tenang seluas 2.918,1 Ha. Sedangkan
pemanfaatan lahan budidaya kolam air tenang pada tahun 2016 yaitu 815,4
Ha. Konversi lahan dari budidaya secara tradisional menjadi budidaya semi
intensif dan bahkan intensif menjadi salah satu faktor peningkatan produksi
untuk kegiatan budidaya air tenang. Lahan marjinal dan ideal yang banyak
terdapat di kecamtan dengan potensi sumberdaya air optimal sudah mulai di
manfaatkan untuk kegiatan budidaya ikan. Terdedianya air pada wilayah
tertentu memungkinkan untuk memperbaiki system pengelolaannya, sehingga
mampu mendongkrak produksi. Dan bahkan budidaya air tenang yang di
terapkan juga sudah mengalami perbaikan-perbaikan pada proses dan
manajemen faktor-faktor produksi. Sehingga secara umum mempengaruhi
tingkat produksi budidaya ikan air tenang.
Produksi budidaya kolam air tenang mengalami peningkatan yang
signifikan sejalan dengan tingkat intensifikasi yang optimal. Produksi kolam
air tenang tahun 2016 sebesar 7.278,3 ton dibandingkan dengan tahun 2015
sebesar 6.126,8 ton ( Peningakatan sebesar 1.151,5 ton atau sebesar 18,8 %).
2. Budidaya Kolam Air Deres
Budidaya kolam air deras yang identik dengan kegiatan penerapan
kegiatan budidaya yang intensif di kabupaten Lombok barat sudah semakin
banyak di lakukan oleh masyarakat pembudidaya khususnya di 2 kecamtan
yaitu kecamatan lingsar dan kecamatan narmada. Berbagai badan air di
modifikasi sedemikian rupa sehingga bias di manfaatkan untuk kegiatan
budidaya tanpa merugikan pihak atau sector lain dalam pemanfaatan air.
Potensi areal yang tercatat sebesar 100 ha, tingkat pemanfaatannya sampai
saat ini sudah mencapai luas 75 ha sama dengan areal pemanfaatan pada tahun
2016. Hal ini tidak berbanding lurus dengan produksi yang di hasilkan.
Dimana produksi dari kegiatan pemeliharaan dalam kolam air deras
mengalami penurunan produksi. Realita tersebut di sinyalir sebagai akibat dari
penurunan aktiftas pemeliharaan dan pengurangan jumlah padat tebar yang di
gunakan. Sehingga berpengaruh secara signifikan terhadap produksi. Produksi
34

ikan koplam air deras pada tahun 2016 sebesar 3.457,21 ton mengalami
penurunan di bandingkan tahun 2015 sebesar 4.371,21 ton (turun sebesar
20,91 %).
3. Budidaya Ikan di Sawah
Budidaya ikan di sawah (mina padi) sampai dengan tahun 2016 ini, bila
dilihat dari segi areal sudah semakin sempit atau kecil. Hal ini berangkat dari
kenyataan di lapangan dimana keberadaan air baku yang sudah semakin kecil
debitnya, kecuali pada areal yang di memiliki sawah dengan pengairan irigasi
teknis.
Kondisi terahir menunjukkan semakin terkonsentrasinya kawasan
persawahan yang bias di manfaatkan untuk kegiatan mina padi, dimana
tercatat hanya 6 kecamatan yang memiliki kegiatan ini. Orientasi sepenuhnya
untuk perawatan tanaman pangan sebagai kebutuhan utama masyarakat
secara umum jadi salah satu penyebab terabaikan kegiatan perikanan bersama
padi ini. Tingkat analisa usaha yang di lakukan juga masih kurang sehingga
pelaku usaha atau para petani pangan cenderung meninggalkan kegiatan mina
petani.
Seiring dengan permasalahan tersebut di atas, maka di butuhkan
kesepahaman di dalam menggerakkan roda perekonommian masyarakat
pertanian dalam arti luas antar sektor. Input teknologi yang adaftif, aplikatif,
efektif, dan efisien serta mampu mewujudkan perikanan budidaya yang
terpadu dengan tangan untuk kesejahteraan pembudidaya atau petani perlu di
kembangkan secara berkelanjutan.
Areal yang sudah di manfaatkan untuk mina padi tercatat seluas 497 ha
perlu di intensifkan pengelolaannya. Penerapan paket teknologi anjuran yang
di aplikasikan oleh direktorat prodkusi direktorat jenderal perikanan budidaya
pada tahun 2016 memberikan angin segar bagi keberlangsungan usaha mina
padi ini kedepan karena berpengaruh pada peningkatan produksi dan
produktifitas lahan pertanian. Paket percontohan (fasilitasi saran dan prasarana
melalui program dan kegiatan ) yang diikuti nota kesepahaman dengan
direktorat jendral tanaman pangan harus dilakukan guna menumbuh
35

kembangkan kesadaran masyarakat pertanian dalam suasana legalitas untuk


mengembangkan usaha mina padinya.
Pada tahun 2016 tercatat produksi mina padi sebesar 610,17 ton atau
mengalami peningkatan sebesar 67,79% atau sebesar 248,68 ton dari produksi
tahun 2015 sebesar 361,49 ton.
4. Mina Kangkung
Mina kangkung juga merupakan usaha yang menarik untuk di
kembangkan, karena kegiatan ini bisa di padukan dengan paket
agrominawisata. Disatu sisi kangkung adalah komoditas sebagai bahan baku
untuk masakan khas masyarakat Lombok umumnya dan kabupaten Lombok
barat khususnya, di sisi lain keberadaan ikan akan menjadi pemandangan yang
menaeik untruk para pengunjungan areal mina kangkung. Ikan akan
berkontribusi juga untuk kesuburan perairan yang di butuhkan oleh kangkung
dan pada akhirnya akan memberikan nilai tambah bagi petani/pembudidaya.
Penomena ini masih belum dapat mengaspirasi masyarakat petani/
pembudidaya ikan, sehingga kegiatan mina kangkung di kabupaten Lombok
Barat. Produksi budidaya Mina kangkung pada tahun 2016 sebesar 209,47 ton.
Dari segi areal yang di manfaatkan terjadi penurunan jumlah areal dari 162 Ha
menjadi 159 Ha sehingga terlihat memepengaruhi produksi, dimana terjadi
penurunan produksi sebesar 26,73% (76,43 ton) kalau dibandingkan dengan
produksi pada tahun 2015 sebesar 285,9 ton. Penurunan produksi terjadi
sebagai akibat dari semakin meningkatnya biaya produksi terutama pakan
ikan. Di samping itu permintaan akan komoditas kangkung juga semakin
meningkatkan sehingga keterpaduan kegiatan budidaya dengan ikan semakin
dikesampingkan.
5. Keramba
Keramba adalah kurungan yang di buat semdemikian rupa baik dari
bambu / kayu dan besi yang digunakan sebagai wadah pemeliharaan ikan pada
perairan umum seperti waduk / Dam dan sungai. Kegiatan pemeliharaan ikan
dengan system ini dapat di temukan di kecamatan Labuapi, Narmada, Lingsar,
36

Gunungsari, Gerung dan Kediri yang memiliki perariran umum dengan


kondisi air yang relative stabil.
Disamping jenis karamba tersebut di atas saat ini juga sudah berkembang
karamba jarring apung yang di tempatkan di perairan umum seperti
wadu/dam. Pada tahun 2014 melalui dana alokasi khusus sudah di
kembangkan KJA di dam telaga lebur Desa Sekotong tengah dan dam tibu
kuningan desa Batu putih kecamatan sekotong dan sampai saat ini aktivitas
budidaya masih berlangsung dan tercatat 32 lubang pemeliharaan dan 40
orang ikut aktif pada kegiatan tersebut.
Demikian juga dengan aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar
muara sungai meninting desa Batu Layar, juga dalam dua tahun terahir ini
telah melakukan kegiatan budidaya ikan dalam karamba jarring apung.
Sampai data ini tercatat 10 lubang KJA dengan ukuran 3 X 3 X 2,5 meter telah
berhasil mengangkat kesejahteraan masyarakat nelayan yang menekuni
kegiatan tersebut dengan peningkatan pendapatan. Dengan menafaatkan hasil
sisa penangkapan berupa ikan rucah yang tidak laku di pasarkan, yang di buat
menjadi pakan ikan ternyata dapat membantu efisiensi penggunaan sarana
produksi. Kegiatan ini pada masa dating perlu mendapat support dari pihak
berkompeten sehingga usaha tersebut bisa berlanjut dan bermanfaat bagi
masyarakat. Demikian halnya dengan pemanfaatan dam/ waduk perlu terus
digalakkan, karena bisa di padukan dengan kegiatan mina wisata.
Selanjutnya jumlah darana karamba ikan pada tahun 2016 sebanyak 749
unit dengan luas kotor pemanfaatan lahan sebesar 1,6 Ha, produksi tahun 2016
sebesar 1.194,65 ton sedangkan tahun 2015 sebesar 1.201,43 ton. Sedangkan
KJA Air Tawar tahun 2016 tercatat 42 lubang dengan produksi sebesar 7,11
ton. Di bandingkan tahun 2015 dengan 32 lubang dapat menghasilkan ikan
konsumsi sebesar 2,84 ton. Fluktuasi hasil produksi tersebut pada masa dating
perlu diantisipasi dengan pembinaan dan fasilitas yang berkelanjutan sehingga
unit usaha budidaya ikan tersebut bisa berkembang dan mandiri.
37

4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat


pendidikan, tanggungan keluarga, pengalaman berusaha, jumlah kolam dan status
lahan. Rinciannya disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Petani Ikan Nila di Kecamatan Lingsar


Kabupaten Lombok Barat Tahun 2018
Lembaga Pemasaran
No. Uraian Petani Pengumpul
Pengecer (PPc)
(PPDs)
1. Jumlah Responden (n) 30 7 5
Umur Responden;
2. - Rata-rata (Tahun) 38 51 49
- Kisaran (Tahun) 21-60 45-60 45-53
Tingkat Pendidikan;
- TTSD 4 (13,33%) - -
- TSD 4 (13,33%) 1 (14,29%) 2 (40%)
3.
- TSMP 14 (46,67%) 3 (42,89%) 3 (60%)
- TSMA 4 (13,33%) 3 (42,89%) -
- PT 4 (13,33%) - -
Tanggungan Keluarga;
4. - Rata-rata (Orang) 2 2 2
- Kisaran (Orang) 1-4 2-4 2-4
Pengalaman Usahatani;
5. - Rata-rata (Tahun) 7 7 7
- Kisaran (Tahun) 1-15 5-10 5-10
Jumlah Kolam;
6. - Rata-rata (Petak) 1 - -
- Kisaran (Petak) 1-3
Status Lahan;
7. - -
- Milik Sendiri 30

Berdasarkan Tabel 4.1. dapat diuraikan beberapa hal sebagai berikut :

4.2.1. Umur Responden

Umur seseorang merupakan faktor yang cukup menentukan keberhasilan


dalam menjalankan suatu usaha, karena umur seseorang akan mempengaruhi
sikap, keterampilan, cara berfikir dan kemampuan fisik dalam bekerja, serta
keinginan menerapkan ide-ide baru dalam mengelola usahanya.
38

Berdasarkan Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa rata-rata umur responden


petani ikan dalam penelitian ini adalah 38 tahun dengan kisaran antara 21-60
tahun. Dilihat dari segi umur, responden termasuk dalam kelompok umur
produktif yang artinya bahwa secara fisik maupun mental memiliki kemampuan
untuk melakukan kegiatan produktif.

4.2.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi


seseorang dalam melakukan suatu kegiatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka wawasan serta pola pikirnya akan bertambah luas sehingga
mereka akan semakin rasional dalam memilih alternatif dalam suatu kegiatan.
Pendidikan petani ikan sebagai responden dalam penelitian ini cukup beragam
mulai dari petani yang tidak tamat sekolah dasar hingga petani yang berhasil
menyelesaikan pendidikannya hingga tamat perguruan tinggi.
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa petani ikan yang tamat perguruan
tinggi (PT) berjumlah 4 orang dengan persentase sebesar 13,33%, petani ikan
yang taman sekolah menengah atas (TSMA) berjumlah 4 orang dengan persentase
sebesar 13,33%, yang tamat sekolah menengah pertama (TSMP) berjumlah 14
orang dengan persentase sebesar 46,67%, dan tamat sekolah dasar (TSD)
berjumlah 4 orang dengan persentase sebesar 13,33% serta masih ada petani ikan
yang tidak tamat sekolah dasar (TTSD) berjumlah 4 orang dengan persentase
sebesar 13,33%. Dari data tersebut maka dapat diketahui bahwa rata-rata
pendidikan petani ikan yang menjadi responden dalam penelitian ini tergolong
tidak terlalu rendah karena tidak ada petani yang tidak pernah bersekolah.
Sedangkan untuk lembaga pemasaran rata-rata pendidikan pedagang pengepul
desa yang tamat sekolah dasar (SD) berjumlah 1 orang dengan persentase sebesar
14,29% dan yang tamat sekolah menengah pertama (TSMP) berjumlah 3 orang
dengan persentase sebesar 42,89%, sedangkan yang tamat sekolah menengah atas
(TSMA) berjumlah 3 orang dengan persentase sebesar 42,89%.
39

4.2.3. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah anggota


keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan makan dalam satu dapur. Jumlah
tanggungan keluarga akan mempengaruhi biaya hidup yang dikeluarkan, semakin
banyak jumlah tanggungan maka semakin besar pula jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk kebutuhan hidup keluarga tersebut. Rata-rata jumlah
tanggungan keluarga petani responden adalah 2 orang dengan kisaran 1-4 orang.
Sedangkan rata-rata jumlah tanggungan keluarga pedagang pengepul desa adalah
2 orang dengan kisaran 2-4 orang. Besar kecilnya rumah tangga ditentukan oleh
jumlah anggota keluarga yang ditanggung.

4.2.4. Pengalaman Berusaha

Dalam penelitian ini petani ikan sebagai responden rata-rata telah


melakukan usaha budidaya ikan nila selama 7 tahun dengan kisaran pengalaman
berusaha selama 1-15 tahun. Pengalaman berusaha tidak selalu menentukan besar
kecilnya usaha yang dijalankan. Hal ini dikarenakan, besar kecilnya usaha
budidaya ikan nila sistem kolam di Kecamatan Lingsar ditentukan oleh keinginan
dan kemampuan petani ikan untuk mengembangkan usahanya.

4.2.5. Kolam

Kolam sangat berpengaruh terhadap biaya serta jumlah produksi yang


dihasilkan dalam usaha budidaya ikan air tawar di Kecamatan Lingsar. Rata-rata
jumlah kolam yang dimiliki oleh petani responden dalam usaha budidaya ikan air
tawar sistem kolam ini adalah 1 petak dengan kisaran jumlah kolam yang dimiliki
petani antara 1-3 kolam.

4.2.6. Status Kepemilikan Lahan

Profil kepemilikan lahan merupakan gambaran mengenai status yang


dikuasai petani untuk mengusahakan ikan nila. Berdasarkan hasil penelitian status
lahan yang dimiliki oleh petani responden di Kecamatan Lingsar Kabupaten
Lombok Barat adalah milik sendiri (100%).
40

4.3. Analisis Biaya dan Keuntungan


Dalam usahatani ikan nila di Kecamatan Lingsar dibutuhkan biaya-biaya
seperti: biaya variabel dan biaya tetap, dimana biaya yang termasuk dalam biaya
variabel meliputi biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain,
sedangan biaya tetap meliputi biaya penyusutan alat, sewa lahan dan pajak tanah.
Semua jenis biaya tersebut di analisis dalam satu kali proses produksi. Rincian
mengenai total biaya, produksi, nilai produksi dan keuntungan usahatani ikan nila
di Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat disajikan pada Tabel 4.2 sebagai
berikut :
Tabel 4.2. Rata-rata Total Biaya Produksi, Nilai Produksi, dan Keuntungan
Usahatani ikan nila di Kecamatan Lingsar Tahun 2018.
Kecamatan Pringgasela
No. Rata-rata Penggunaan Biaya
Per LLG
1. Biaya Produksi (Rp)
A. Biaya Variabel (Rp)
a. Sarana Produksi
 Benih (Rp) 2.948.607
 Pelet Terapung (Rp) 7.648.526
 Vitamin (Rp) 58.000
 Kapur (Rp) 14.000
 Pupuk Kandang (Rp) 42.000
Sub total (Rp) 10.711.133

b. Tenaga Kerja
 TK (DK) (Rp) 63.750
 TK (LK) (Rp) 61.875
Sub total (Rp) 125.625
Jumlah (a + b) (Rp) 10.836.758
B. Biaya Tetap
a. Biaya Penyusutan (Rp) 398.741
41

b. Pajak (Rp) 55.028


Sub total a + b (Rp) 453.769
2. Total Biaya Produksi (A+B) (Rp) 11.290.527
3. Produksi Nila (Kg) 1.846
4. Harga Ikan Nila/kg (Rp) 22.000
5. Nilai Produksi (Rp) 43.429.166
6. Keuntungan (Rp) 32.876.733
7. R/C ratio 4,31

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut :

4.3.1. Biaya Variabel


Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya tergantung dari besar
kecilnya jumlah produksi dan luas lahan yang digunakan dalam satu kali proses
produksi. Tabel 4.2 menunjukan bahwa rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan
petani responden ikan nila di Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat
sebesar Rp 10.836.758/LLG. Rincian mengenai biaya-biaya variabel diuraikan
pada Tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3. Rata-rata Biaya Variabel Usaha ikan nila di Kecamatan Lingsar
Kabupaten Lombok Barat 2018.
Per LLG
No
Uraian
. Jumlah Fisik Harga (Rp) Total Nilai (Rp)

1. Benih (Ekor) 7.071 417 2.948.607


2.
Pelet Terapung
(/kg)
862 8.873 7.648.526
3. Vitamin
(Kemasan) 2 29.000 58.000
4. Kapur 14 1.000 14.000
5. Pupuk Kandang
42

28 1.500 42.000
Sub total (Rp) - - 10.711.133
6. Biaya Tenaga
kerja (Rp) - - 125.625
Jumlah Biaya
Variabel - - 10.836.758

4.3.1.1. Biaya Sarana Produksi


Biaya sarana produksi yang dimasud adalah biaya-biaya produksi yang
dikeluarkan untuk memproduksi ikan nila seperti benih, pelet terapung, vitamin,
kapur dan pupuk kandang. Tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa rata-rata biaya
sarana produksi (benih, pelet terapung, vitamin, kapur dan pupuk kandang) yang
dikeluarkan oleh petani ikan nila rata-rata sebesar Rp 10.711.133/LLG. Rincian
biaya sarana produksi diuraikan sebagai berikut :
1. Benih
Benih ikan nila yang digunakan oleh petani di Kecamatan Lingsar adalah
benih yang berumur 2 bulan dengan berat sekitar 40 gram/ekor. Kualitas benih
akan menentukan keberhasilan pemanenan nila. Rata-rata penggunaan benih ikan
nila sebesar 7.071 ekor.
Tabel 4.3 menunjukan bahwa rata-rata biaya bibit yang dikeluarkan oleh
petani ikan nila sebesar Rp 2.948.607/LLG. Besarnya biaya benih yang
dikeluarkan petani disebabkan karena banyaknya proses yang dilakukan mulai
dari persiapan kolam hingga pemanenan.
2. Pelet Terapung
Dalam penelitian ini, petani ikan membeli pakan pada pedagang baik skala
besar mapun kecil yang merupakan Lembaga swasta. Pedagang tersebut antara
lain: UD. Sriwijaya, UD. Sinta, dan UD. Sari Nila. Selain itu, terdapat beberapa
petani ikan yang membeli pakan di pasar terdekat dan distributor pakan yang juga
merupakan petani ikan. Pembelian pakan berupa pelet terapung dilakukan dengan
dua cara yaitu secara bertahap dan sekaligus dalam jumlah banyak sebagai
persediaan sampai panen tiba. Alasan beberapa petani ikan membeli pakan secara
43

bertahap adalah karena jika pakan terlalu lama disimpan dengan tempat
penyimpanan kurang memadai akan membuat kualitas menurun bahkan rusak
sehingga akan menimbulkan kerugian.
Jumlah pembelian juga menentukan pelayanan yang diberikan oleh
pedagang penyedia pakan. Jika petani ikan membeli dalam jumlah banyak maka
pedagang akan memberikan pelayanan pesan-antar. Sehingga, petani hanya perlu
menelpon pedagang untuk memesan pakan. Biasanya jumlah minimal pemesanan
untuk mendapat layanan pesan antar adalah minimal 10 karung. Setiap karung
berisi 30 kg. Harga satu karung antara Rp. 225.000 – Rp. 295.000,-. Semakin
mahal harga pelet terapung maka kualitasnya semakin baik.
Dalam penelitian ini, sistem pembayaran yang diterapkan setiap penyedia
pakan dan obat-obatan berbeda-beda. Sistem pembayaran yang diterapkan
pedagang skala besar adalah pembayaran langsung di tempat. Namun, terdapat
beberapa petani ikan yang telah menjadi pelanggan tetap diberikan keringanan
untuk melunasi pembayaran pakan maksimal satu bulan. Selain itu, sudah banyak
toko penyedia pakan di sekitar Kecamatan Lingsar. Namun, kekurangannya
adalah pakan yang dijual didatangkan dari Pulau Jawa karena di Provinsi Nusa
Tenggara Barat belum ada pabrik khusus pembuatan pakan. Tabel 4.3
menunjukan bahwa rata-rata biaya yang dikeluarkan petani ikan untuk membeli
pakan sebesar Rp 7.648.526/LLG.
3. Penyedia Obat-obatan
Dalam penelitian ini, tempat petani ikan sebagai responden membeli obat-
obatan seperti vitamin, pupuk kandang dan kapur, sama dengan tempat petani
ikan membeli pakan. Vitamin dalam usaha budidaya ikan air tawar ini digunakan
apabila diperlukan dan penggunaannya dalam jumlah sedikit bahkan beberapa
petani ikan memilih untuk tidak menggunakannya. Hal tersebut dikarenakan
sebagian besar petani lebih memilih menggunakan obat alami seperti daun gamal
yang hanya perlu dilepas di kolam. Menurut pengalaman petani ikan, obat alami
lebih cepat menyembuhkan daripada obat-obatan yang dijual. Selain itu,
penggunaan pupuk kandang dan kapur juga digunakan apabila diperlukan dan
dalam jumlah sedikit.
44

4.3.1.2. Biaya Tenaga Kerja


Biaya tenaga kerja merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh petani
ikan nila dalam usahataninya. Biaya tersebut meliputi biaya persiapan kolam,
pengairan kolam, penebaran benih, pemberian pakan dan panen. Tenaga kerja
yang digunakan meliputi tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar
keluarga. Rincian Rata-rata Biaya dan Penggunaan Tenaga Kerja Petani
Responden Pada Usahatani Ikan Nila di Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok
Barat di sajikan pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.4. Rata-rata Biaya dan Penggunaan Tenaga Kerja Petani Responden Pada
Usaha ikan nila di Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2018
Jumlah TK (HKO) Biaya TK (Rp/HKO)
No Jenis Kegiatan Per LLG Per LLG
TKDK TKLK TKDK TKLK
1 Persiapan Lahan 0,41 0,50 19.375 20.294
2 Pengairan Kolam 0,30 0,52 15.750 20.454
3 Penebaran Benih 0,24 0,32 15.750 22.000
4 Pemberian Pakan 4,29 4,29 15.000 15.000
5 Pemanenan 0,32 0,39 17.500 24.285
Jumlah 5,56 6,02 83.375 102.033

Tabel 4.4. menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kegiatan biaya tenaga


kerja terbesar digunakan untuk pemanenan sebesar Rp 24.285/LLG dengan
jumlah HKO sebesar 0,39/LLG. Biaya terbesar kedua yaitu untuk penebaran
benih sebesar Rp 22.000/LLG dengan jumlah HKO sebesar 0,32/LLG. Biaya
terbesar ketiga yaitu pengairan kolam sebesar Rp 20.454/LLG dengan jumlah
HKO sebesar 0,52/LLG. Biaya terbesar keempat yaitu persiapan lahan sebesar Rp
20.294/LLG dengan jumlah HKO sebesar 0,50/LLG. Biaya selanjutnya yaitu
pemberian pakan sebesar Rp 15.000/LLG dengan jumlah HKO sebesar
4,29/LLG.

4.3.2. Biaya Tetap


Biaya tetap yaitu biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar
kecilnya produksi, antara lain biaya penyusutan alat dan pajak tanah. Alat-alat
45

yang digunakan dalam usaha ikan nila mengalami penurunan nilai atau
penyusutan selama penggunaanya, nilai inilah yang termasuk dalam perhitungan
komponen biaya. Rincian mengenai biaya tetap di uraikan pada Tabel 4.5.
sebagai berikut:
Tabel 4.5. Rata-rata Biaya Tetap Usaha ikan nila di Kecamatan Lingsar
Kabupaten Lombok Barat 2018.
Kecamatan Lingsar
No. Uraian
Per LLG

Biaya Tetap

1. Biaya Penyusutan (Rp) 398.741

2. Pajak (Rp) 55.028

Jumlah Biaya Tetap 453.769

Tabel 4.4 menunjukan bahwa rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan oleh
petani ikan nila sebesar Rp 453.769/LLG. Besarnya biaya tetap pada usahatani
ikan nila terdiri dari biaya penyusutan alat dan biaya pajak tanah. Rata-rata biaya
penyusutan alat pada usahatani ikan nila sebesar Rp 398.741/LLG. Biaya tetap
yang paling besar dikeluarkan untuk usahatani ikan nila tersebut pada alat hapa
dan seser yang mempunyai harga relatif tinggi, sehingga biaya penyusutannya
juga cukup tinggi. Sedangkan untuk biaya pajak tanah, petani ikan nila
mengeluarkan biaya pajak sebesar Rp 55.028/LLG.

4.3.3. Total Biaya Produksi

Total biaya produksi merupakan penjumlahan dari biaya-biaya yang


dikeluarakan seperti biaya variabel dan biaya tetap selama satu kali proses
produksi. Tabel 4.2 menunjukan bahwa rata-rata total biaya produksi yang
dikeluarkan petani ikan nila sebesar Rp 11.290.527/LLG. Total biaya tersebut
bersumber dari rata-rata total biaya variabel (biaya sarana produksi dan biaya
tenaga kerja) dan biaya tetap (biaya penyusutan alat dan biaya pajak tanah).
46

Besarnya total biaya yang dikeluarkan pada usahatani ikan nila


dikarenakan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memproduksi ikan nila
tersebut yaitu sekitar 4 bulan, sehingga akan berdampak pada biaya tenaga kerja
dan sarana produksi yang dikeluarkan sangat tinggi.

4.3.4. Nilai Produksi


Nilai produksi merupakan nilai yang diperoleh dari hasil produksi
dikalikan dengan harga yang berlaku. Besar kecilnya produksi ikan nila yang
diperoleh petani akan berpengaruh terhadap nilai produksi yang akan diterima.
Tabel 4.2 menunjukan bahwa rata-rata produksi ikan nila yang dihasilkan oleh
petani sebanyak 1.846 kg/LLG dengan harga Rp 22.000/kg, maka rata-rata nilai
produksi yang diperoleh petani ikan nila sebesar Rp 43.429.166/LLG.

4.3.5. Keuntungan
Keuntungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah selisih dari nilai
produksi (penerimaan) dengan total biaya produksi (pengeluaran) yang
dikeluarkan petani. Tabel 4.2 menunjukan rata-rata keuntungan yang diperoleh
petani ikan nila sebesar Rp 32.876.733/LLG. Apabila diperhatikan keuntungan
yang diperoleh untuk produksi ikan nila, tampak bahwa keuntungan produksi nila
tinggi. Hal ini disebabkan karena harga jual ikan nila, yaitu Rp 22.000/kg.
Nilai R/C ratio usahatani ikan nila tersebut lebih dari 1 (satu). Hal ini
berarti usahatani ikan nila tersebut secara ekonomi layak untuk di kembangkan.
Nilai R/C ratio untuk usahatani ikan nila 4,31 artinya setiap penggunaan input
sebesar satu rupiah akan mengakibatkan penerimaan sebesar Rp 4,31.

4.4. Rentabilitas
Rentabilitas suatu usaha menunjukan perbandingan antara laba
(keuntungan) dengan modal yang digunakan, dengan kata lain rentabilitas adalah
kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan keuntungan selama periode tertentu
dan dinyatakan dalam persentase. Salah satu alat ukur keberhasilan suatu usaha
adalah rentabilitas, semakin besar nilai rentabilitas yang di peroleh oleh suatu
usaha, maka kemampuan modal untuk menghasilkan keuntungan juga akan
47

semakin besar. Besarnya kemampuan untuk menghasilkan keuntungan dalam


usaha ikan nila, rentabilitas usaha ikan nila di Kecamatan Lingsar disajikan dalam
Tabel 4.6 sebagai berikut :
Tabel 4.6. Rentabilitas Usaha ikan nila di Kecamatan Lingsar Tahun 2018
Ikan Nila
No. Uraian
Per LLG
1 Produksi Nila (Kg) 1.846
2 Harga Nila/kg (Rp) 22.000
3 Nilai Produksi (Rp) 43.429.166
4 Total Biaya Produksi (Rp) 11.290.527
5 Keuntungan (Rp) 32.876.733
6 Rentabilitas (%) 33

Tabel 4.6. menunjukan kemampuan modal untuk menghasilkan


keuntungan pada usahatani ikan nila (rentabilitas) sebesar 33%, dan dapat
diartikan bahwa setiap Rp 100 modal yang dikeluarkan pada usahatani ikan nila
akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 33. Besarnya nilai rentabilitas tersebut
memberikan gambaran bahwa keuntungan yang diperoleh usahatani ikan nila
relatif tinggi dibandingkan dengan total modal yang digunakan. Tingginya nilai
rentabilitas menunjukan bahwa usahatani ikan nila merupakan bisnis yang sangat
strategis yang dapat menghasilkan keuntungan relatif tinggi dalam satu kali
panen. Satu kali panen untuk ikan nila sekitar 4 bulan. Selain jangka waktu proses
produksi relatif panjang, produk yang dihasilkan juga memiliki harga jual yang
cukup tinggi yaitu Rp 22.000/kg untuk ikan nila.

4.5. Saluran Pemasaran


Pemasaran ikan nila merupakan proses penyampaian hasil produksi yaitu
ikan nila dari petani produsen sampai ke konsumen akhir. Dalam memasarkan
ikan nila petani kebanyakan bersifat pasif, karena menunggu datangnya pedagang
pengumpul yang berarti mengurangi biaya pemasaran. Lembaga-lembaga
pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ikan nila adalah Petani Produsen,
48

Pedagang Pengumpul Desa (PPDs), dan Pedagang Pengecer (PPc). Proses


pemasaran ikan nila di Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat disajikan
pada Gambar 4.1.
( 7 Pedagang ) ( 5 Pedagang )

Pedagang Pedagang
Petani Pengumpul Desa Saluran II Konsumen
Pengecer (PPc)
(PPDs)

Saluran I ( 3 Pedagang )
Keterangan : Saluran Pemasaran I

Saluran Pemasaran II
Gambar 4.1. Saluran Pemasaran Ikan Nila di Kecamatan Lingsar Kabupaten
Lombok Barat 2018
Gambar 4.1. diatas menunjukkan bahwa terdapat II (dua) saluran
pemasaran ikan nila di Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat, yaitu :
1. Saluran I ( Petani Pedagang Pengecer (PPc) ) (Konsumen
akhir)
2. Saluran II ( Petani Pedagng Pengumpul Desa (PPDs)
Pedagang Pengecer (PPc) (Konsumen akhir).
Berdasarkan saluran tersebut dapat dijelaskan bahwa pedagang pengecer
yang membeli langsung ke produsen ada 3 pedagang saja dan jumlah pembelinya
bervariasi berkisar 25 kg sampai 35 kg. Pedagang yang membeli langsung ke
produsen adalah Pedagang Pengecer (PPc) dan Pedagang Pengumpul Desa
(PPDs), selanjutnya Pedagang Pengecer (PPc) membeli dari Pedagang Pengumpul
Desa (PPDs). Di Kecamatan Pringgasela biasanya Pedagang Pengecer (PPc)
dalam membeli ikan nila mereka yang datang langsung ke lokasi Pedagang
Pengumpul Desa (PPDs).

4.6. Efisiensi Pemasaran


Dilihat dari segi ekonomi, pemasaran merupakan tindakan atau kegiatan
yang produktif, menghasilkan pembentukan kegunaan yaitu kegunaan tempat,
49

waktu, hak milik, dan bentuk sehingga mempertinggi nilai guna dari suatu barang
yang diminta oleh konsumen.
Efisiensi pemasaran merupakan kemampuan dari produsen beserta mata
rantai atau lembaga pemasaran dalam menyampaikan hasil produksi kepada
konsumen dengan harga yang wajar tanpa merugikan berbagai pihak yang ikut
dalam kegiatan pemasaran. Kriteria efisiensi pemasaran yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan, shere petani, distribusi keuntungan dan volume
penjualan.

4.6.1. Share Petani dan Distribusi Keuntungan (DK) Pemasaran Ikan Nila

Share petani merupakan bagian harga yang diterima oleh petani dari
keseluruhan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir yang dinyatakan dalam
persentase. Sedangkan Distribusi Keuntungan (DK) merupakan perbedaan
keuntungan lembaga pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran yang
ada. Distribusi Keuntungan dapat dikatakan adil apabila distribusi keuntungan >
0,50 atau mendekati 1.
Biaya pemasaran adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk membiayai
pemasaran ikan nila dari tingkat produsen sampai tingkat konsumen akhir. Biaya-
biaya pemasaran yang dikeluarkan pada masing-masing saluran pemasaran
berbeda-beda antara lain biaya transportasi dan ongkos buruh.
Keuntungan pemasaran yaitu keuntungan yang diperoleh setiap lembaga
yang terlibat dalam pemasaran ikan nila termasuk produsen (petani ikan nila).
Share petani dan distribusi keuntungan (DK) di Kecamatan Lingsar Kabupaten
Lombok Barat di sajikan pada tabel 4.7.
50

Tabel 4.7. Share Petani dan Distribusi Keuntungan (DK) Pemasaran Ikan Nila
Pada Tiap-tiap Saluran Pemasaran di Kecamatan Lingsar Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2018.
Saluran Pemasaran Ikan Nila

No. Lembaga Pemasaran Pemasaran I Pemasaran II


(Rp/Kg) (Rp/Kg)

1. Petani

Harga Jual (Rp) 25.000 22.000

2. Pedagang Pengumpul Desa (PPDs)

- Harga Beli (Rp/Kg) 22.000


- Harga Jual (Rp/Kg) 25.000
- Biaya Pemasaran 196,00
 Biaya Transportasi 56,00
 Biaya Buruh 140,00
- Keuntungan 2804,00
- π/c 14,31

2. Pedagang Pengecer (PPc)

- Harga Beli (Rp/Kg) 25.000 25.000


- Harga Jual (Rp/Kg) 28.000 28.000
- Biaya Pemasaran 833,33 227,91
 Biaya Transportasi 500,00 65,12
 Biaya Buruh 333,33 162,79
- Keuntungan 2166,67 2772,09
- π/c 2,60 12,16

Share Petani (%) 89,29 78,57

Distribusi Keuntungan (DK) 1,00 0,85

Kriteria Efisien Efisien

Sumber: Data Primer Diolah 2018


51

Besar kecilnya biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga


pemasaran sangat ditentukan oleh banyak sedikitnya volume pembelian masing-
masing lembaga pemasaran. Berdasarkan penelitin, saluran I melibatkan satu
pedagang perantara, dimana pedagang pengecer yang langsung membeli ikan nila
dari petani dan menjual langsung ke konsumen akhir. Saluran pemasaran I
merupakan saluran pemasaran yang pendek untuk saluran pemasaran ikan nila.
Saluran pemasaran II merupakan saluran pemasaran yang melibatkan dua
pedagang perantara yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer, dan pada
saluran ini pedagang pengecerlah yang melakukan pembelian pada pedagang
pengumpul. Saluran pemasaran II adalah salah satu saluran pemasaran yang
panjang untuk pemasaran ikan nila.
Share petani merupakan bagian harga yang diterima oleh petani dari
keseluruhan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir yang dinyatakan dalam
persentase. Besarnya persentase yang diterima petani dan lembaga pemasaran
berbeda-beda. Tabel 4.7. menunjukkan bahwa nilai share petani pada saluran
pemasaran I sebesar 89,29% dan pada saluran pemasaran II nilai share pada petani
sebesar 78,57%. Sehingga berdasarkan kriteria share petani dapat dikatakan
bahwa semua saluran pemasaran ikan nila di Kecamatan Lingsar Kabupaten
Lombok Barat menggunakan biaya rendah karena nilai share petani lebih besar
atau sama dengan 60%.
Sedangkan distribusi keuntungan (DK) pemasaran ikan nila dapat
dikatakan adil apabila memenuhi kriteria distribusi keuntungan lebih besar dari
0,50 atau mendekati 1. Tabel 4.7. menunjukkan bahwa masing-masing saluran
pemasaran ikan nila memiliki nilai distribusi keuntungan yang berbeda-beda yaitu
saluran pemasaran I nilai DK yang diperoleh sebesar 1 (satu) dan saluran
pemasaran II DK sebesar 0,85.

4.6.2. Volume Penjualan Ikan Nila

Volume penjualan adalah banyaknya ikan nila yang dijual oleh petani
maupun lembaga pemasaran pada setiap saluran pemasaran. Besarnya volume
52

penjualan ikan nila pada setiap saluran pemasaran di Kecamatan Lingsar


Kabupaten Lombok Barat dapat dilihat pada tabel 4.8. sebagai berikut:

Tabel 4.8. Volume Penjualan Ikan Nila di Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok
Barat Tahun 2018.
Saluran pemasaran
No. Uraian Total
Saluran I Saluran II

1. Volume Penjualan Petani 90 2.500 2.590


(kg)

2. Persentase (%) 3,47 96,52 100

Sumber : Data Primer 2018


Tabel 4.8. menunjukkan bahwa volume penjualan tertinggi terdapat pada
saluran pemasaran II yaitu sebesar 2500 kg (96,52%). Besarnya volume penjualan
pada saluran pemasaran II disebabkan oleh banyaknya petani yang menjual hasil
panen (ikan nila) kepada pedagang pengumpul desa (PPDs).

4.6.3. Kriteria Efisiensi Pemasaran Ikan Nila

Kriteria Efisiensi Pemasaran merupakan rantai pemasaran yang melibatkan


lembaga-lembaga pemasaran ikan nila dalam proses pemindahan barang dari
produsen ke konsumen akhir. Efisiensi pemasaran ikan nila di Kecamatan Lingsar
dapat di sajikan dalam tabel 4.9.
53

Tabel.4.9. Kriteria Efisiensi Pemasaran Ikan Nila di Kecamatan Lingsar


Kabupaten Lombok Barat Tahun 2018.
Saluran Pemasaran
No. Uraian
Saluran I Saluran II

1. Share Petani (%) 89,29 78,57

2. Distribusi Keuntungan (DK) 1,00 0,85

3. Volume Penjualan (kg) 90 2.500

Kriteria Efisien Efisien

Sumber: Data Primer 2018


Tabel 4.9. menunjukkan bahwa efisiensi pemasaran ikan nila di
Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat kriteria efisien, karena share petani
> 60 % pada saluran pemasaran I share petani sebesar 89,29%, kemudian saluran
pemasaran II sebesar 78,57%. Nilai DK pada efisiensi pemasaran ikan nila ini
apabila mendekati satu (0 < DK < 1) pada saluran pemasaran I DK sebesar 1,
kemudian saluran pemasaran II sebesar 0,85. Volume penjualan paling besar
diantara lembaga pemasaran yang terlibat dalam usaha pemasaran ikan nila, pada
saluran pemasara I volume penjualan sebesar 90 kg, sedangkan saluran pemasaran
II sebesar 2500 kg. Saluran pemasaran yang lebih efisien pada penelitian ini
adalah saluran pemasaran II karena proses pemasaran cukup panjang. Besarnya
volume penjualan dapat dilihat dari jumlah ikan nila yang dijual petani produsen
maupun lembaga pemasaran.
54

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diatas dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Rata-rata pendapatan usahatani ikan nila adalah sebesar Rp 32.876.733/LLG.
Rata-rata biaya produksi sebesar Rp 11.290.527/LLG, dengan nilai R/C
sebesar 4,31.
2. Rentabilitas usahatani ikan nila sebesar 33 %. Artinya setiap Rp.100 modal
yang dikeluarkan untuk satu kali proses produksi usahatani ikan nila maka
keuntungan yang dihasilkan sebesar Rp 33.
3. Terdapat 2 (dua) Pola saluran pemasaran ikan nila di Kecamatan Lingsar
Kabupaten Lombok Barat melalui dua saluran pemasaran yaitu, (1) Saluran
pemasaran I (Petani - Pedagang Pengecer (PPc) – Konsumen akhir), (2)
Saluran pemasaran II (Petani – Pedagang Pengumpul Desa (PPDs) – Pedagang
Pengecer (PPc) – Konsumen Akhir ).

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disampaikan saran sebagai bahan


pertimbangan untuk perkembangan usahatani ikan nila:
1. Diharapkan kepada para petani untuk lebih meningkatkan produksi ikan nila
supaya keuntungan yang diperoleh lebih besar.
2. Untuk memperoleh nilai jual ikan nila yang lebih tinggi diharapkan para
petani untuk membuat suatu kesepakatan menjual ikan nila secara bersama-
sama dengan membentuk kelompok.
55

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kab. Lombok Barat, 2016. Lombok Barat dalam
Angka 2016. BPS Kab. Lombok Barat. Gerung.
Badan Pusat Statistik NTB, 2016. Kecamatan Lingsar dalam Angka 2016.
BPS Nusa Tenggara Barat. Mataram.
Endoh. 2016. Analisis Rentabilitas Usaha Ternak Itik Petelur di Desa Wolaang
Kecamatan Langowan Timur Kabupaten Minahasa. Fakultas
Peternakan Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Hanafie.2010. Pengantar Ekonoi Pertanian. Penerbit ANDI. Yogyakarta.

Khairuman. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Agromedia Pusaka.


Jakarta.

Oentoro D. 2012. Manajemen Pemasaran Modern. LaksBang PRESSindo.


Yogyakarta.
Prahasta. 2009. Agribisnis Ikan Nila. Pustaka Grafika. Bandung.
Riyanto B. 2015. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat,
Cetakan Ketujuh Penerbit BPFE Yogyakarta.Yogyakarta.

Saeffudin. 1986. Tata Niaga Hasil Perikanan. Penerbit Universitas Indonesia (UI-
Press). Jakarta.

Seksi Budidaya Dislutkan Lobar. 2015. Laporan Tahunan 2015. Dinas Kelautan
dan Perikanan. Lombok Barat.

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.


Sudiyono. 2002. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang.
Malang.
Sulistyaningsih. 2012. Analisis Rentabilitas Ekonomi Usaha Tani Pepaya
Jingga di Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali.
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo. Sukoharjo.
Sutanto. 2010. Budidaya Nila. Penerbit Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Widyawati. 2014. Analisis Rentabilitas Industri Pengolahan Kecap CV.
Aneka Guna di Kota Langsa. Jurnal Penelitian Fakultas Petanian
Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
56

LAMPIRAN
57

Tabel 1. Pembudidaya, Luas Lahan dan Produksi Ikan di Kolam Air Tenang per
Kecamatan di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2015-2016
No Kecamatan Jumlah Lahan (Ha) Produksi (ton)
Pembudidaya
Ikan (orang)
2015 2016 2015 2016 2015 2016
1 Gerung 193 193 66 66 191,4 125,54
2 Labuapi 358 358 56 56 168 195,25
3 Kediri 173 173 19 19 66,1 81,43
4 Kuripan 78 78 22 22 72,6 77,14
5 Narmada 770 770 250,5 250,5 1.910,6 1.934,91
6 Lingsar 1.099 1.115 325,8 336,4 3.273,60 4.409,29
7 Gunungsari 310 310 65,4 65,4 442,4 453,14
8 Sekotong 1 1 0,1 0,1 2,1 1,6
Jumlah 2.982 2998 803,8 815,4 6.126,80 7.278,3
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Barat 2016
58

Tabel 2. Pembudidaya, Luas Lahan dan Produksi Ikan di Kolam Air Deras per di
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2015-2016
No Kecamatan Pembudidaya Lahan (Ha) Produksi (ton)
(orang)
2015 2016 2015 2016 2015 2016
1 Narmada 295 295 20 20 1170,61 1.195,61
2 Lingsar 530 530 55 55 3200,6 2261,6
Jumlah 825 825 75 75 4.371,21 3.457,21
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Barat 2016

Tabel 3. Banyaknya Produksi Ikan Kolam Kecamatan Lingsar Dirinci Menurut


Desa Tahun 2016
No Desa Banyaknya Kolam Produksi (Kg)
1 Peteluan Indah 21 142.684
2 Lingsar 54 258.380
3 Batu Kumbung 362 2.264.325
59

4 Batu Mekar 26 66.273


5 Karang Bayan 21 58.864
6 Langko 7 1.632
7 Sigerongan 98 134.376
8 Duman 31 106.129
9 Dasan Geria 24 62.160
10 Gegerung 8 3.269
11 Giri Madya - -
12 Gegelang 42 106.827
13 Gontoran 48 136.215
14 Sari Baye 48 137.243
15 Bug-bug 31 78.612
Jumlah 821 3.456.989
Sumber: BPS NTB, Kecamatan Lingsar dalam Angka 2016

Anda mungkin juga menyukai