BAB I. PENDAHULUAN
Ikan air tawar merupakan jenis ikan yang hidup dan menghuni perairan
daratan, yaitu perairan dengan kadar garam kurang dari 5 per mil (0-5%). Dari
sekitar 2.000 spesies ikan air tawar yang terdapat di Indonesia, sedikitnya ada 27
jenis yang sudah dibudidayakan. Ikan-ikan yang dibudidayakan tersebut
merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting. Ikan
ekonomis penting mengandung arti bahwa ikan-ikan tersebut merupakan jenis
ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi untuk diperdagangkan dan
dibudidayakan di tanah air. Hal ini sekaligus mengandung arti bahwa jenis ikan
tersebut dikenal dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat, serta memiliki
tingkat produksi yang tinggi jika dibudidayakan secara benar.
Ikan nila merupakan ikan air tawar yang cukup dikenal luas masyarakat
Indonesia. Secara deskripsi dan bentuk, ikan nila mirip dengan ikan mujair, tetapi
memiliki ukuran yang lebih besar. Ikan nila termasuk jenis ikan yang mudah
dibudidayakan. Oleh karena itu, ikan nila termasuk komoditas unggulan dalam
bisnis perikanan air tawar. permintaan yang besar terhadap ikan nila
mengakibatkan budidaya ikan nila semakin berkembang dan menjadi ladang
bisnis yang menjanjikan. perkembangan budidaya ikan nila ini juga didukung
banyaknya penelitian tentang ikan nila sehingga sekarang banyak dihasilkan jenis
ikan nila unggulan (Sutanto, 2010).
Kandungan gizi ikan air tawar cukup tinggi dan hampir sama dengan ikan
laut, sehingga dianjurkan untuk dikonsumsi dalam jumlah cukup. Tingginya
kandungan protein dan vitamin membuat ikan yang mudah dibudidayakan ini
sangat membantu pertumbuhan anak-anak balita. Dibandingan dengan negara-
negara lain, konsumsi ikan per kapita per tahun di Indonesia saat ini masih
tergolong rendah, yaitu 19,14 kg. hal ini sangat disayangkan, terutama mengingat
betapa besar peranan gizi ikan bagi kesehatan. Untuk mengatasi masalah
2
rendahnya konsumsi ikan laut akibat harganya yang relatif mahal, perlu upaya
pengembangan ikan air tawar. Sebagai bahan pangan, ikan merupakan sumber
protein, lemak, vitamin, dan mineral yang sangat baik dan prospektif. keunggulan
utama protein ikan dibandingkan dengan produk lainnya adalah kelengkapan
komposisi asam amino dan kemudahannya untuk dicerna (Khairuman, 2008).
Budidaya ikan adalah salah satu cara untuk mengembangbiakkan ikan baik
di sawah sebagai mina padi maupun dengan kolam air tawar yang belum
dikembangkan secara merata di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Kegiatan
budidaya ikan air tawar dengan sistem kolam baik kolam air tenang maupun air
deras yang ada di Provinsi NTB khususnya di Kabupaten Lombok Barat dapat
ditemukan di Kecamatan Labuapi, Narmada, Lingsar dan Gunungari yang
memiliki perairan umum dengan pengairan yang relatif stabil.
Budidaya ikan konsumsi dilakukan dalam bentuk yaitu budidaya ikan di
kolam, budidaya ikan di sawah, mina kangkung, dan pemeliharaan ikan dalam
keramba. Kegiatan tersebut dilakukan pada lokasi-lokasi yang pengairannya
cukup untuk kegiatan budidaya. Jenis ikan yang dominan dipelihara adalah dari
jenis nila, hah ini disebabkan karena benih cukup tersedia dengan harga yang
terjangkau dan pemasaran hasil yang relatif mudah serta harganya yang memadai.
Sedangkan jenis ikan lain yang banyak dipelihara adalah ikan karper, gurami,
bawal, patin, tawes dan lele.
Produksi ikan air tawar dari berbagi jenis kegiatan pembesaran pada tahun
2015 tercatat sebesar 12.756,91 ton sedangkan pada tahun 2014 sebesar 12.349,67
ton. Fenomena peningkatan produksi perikanan air tawar ini lebih disebabkan
oleh faktor iklim dan curah hujan, disamping itu semakin sempurnanya sarana dan
prasarana pengairan atau rehabilatas saluran irigasi yang juga menjadi faktor yang
mempengaruhi aktivitas budidaya para pembudidaya ikan air tawar (Seksi
Budidaya Dislutkan Lobar, 2015).
Pemasaran ikan nila merupakan rantai yang tidak terputuskan dalam usaha
budidaya ikan nila. pemasaran merupakan inti dari seluruh proses produksi dalam
usaha budidaya ikan nila. bagaimana usaha budidaya ikan nila dapat di pasarakan
dengan harga yang layak sehingga mendapat untung. tanpa mengetahui sasaran
3
pasar yang dituju dalam pemasaran, penjualan hasil usaha budidaya ikan nila akan
terhambat dan harga jual ikan nila murah, petani ikan nila tidak mau lagi
melakukan bididaya ikan nila karena tidak menguntungkan (Prahasta, 2009).
Dalam menjalankan sebuah usaha sebagaimana halnya usaha budidaya
selalu memperhitungkan biaya dan pendapatan, faktor-faktor yang mempengaruhi
tentu tidak selalu berjalan sesuai rencana karena proses produksi dipengaruhi oleh
faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut akan sangat
berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima. Pendapatan yang diterima
merupakan indikator keberhasilan usaha yang dilakukannya. Makin besar
pendapatan yang diperoleh maka makin sukses petani ikan dalam usahanya.
Besarnya biaya yang dikeluarkan dalam usaha sangat mempengaruhi besarnya
penerimaan yang akan diterima. Semakin tinggi penerimaan yang diperoleh maka
semakin tinggi nilai perbandingan antara penerimaan dan biaya. Ini berarti secara
finansial usaha semakin efisien dan memiliki kemampuan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu.
Dalam pelaksanaan usahanya, secara rasional tentu saja akan selalu
berupaya untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya yang dimiliki sehingga
tercapai pendapatan yang optimal. Ketepatan dalam memilih jenis usaha yang
akan dijalankan dikaitkan dengan biaya produksi, jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam proses produksi, serta sumberdaya alam yang mendukung
mempunyai konsekuensi terhadap nilai produksi dan pendapatan para petani. Oleh
karenanya dalam melaksanakan usaha (budidaya ikan nila), harus atau dituntut
mampu memperhitungkan setiap biaya sedemikian rupa sehingga dapat
menghasilkan penerimaan yang tinggi.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian yang
berjudul “Rentabilitas Usaha Budidaya Ikan Nila dan Pemasaran di
Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat”.
4
Ikan air tawar merupakan jenis ikan yang hidup dan menghuni perairan
daratan, yaitu perairan dengan kadar garam kurang dari 5 per mil (0-5%). Dari
sekitar 2.000 spesies ikan air tawar yang terdapat di Indonesia, sedikitnya ada 27
jenis yang sudah dibudidayakan. Ikan-ikan yang dibudidayakan tersebut
merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting. Ikan
ekonomis penting mengandung arti bahwa ikan-ikan tersebut merupakan jenis
ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi untuk diperdagangkan dan
dibudidayakan di tanah air. Hal ini sekaligu mengandung arti bahwa jenis ikan
tersebut dikenal dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat, serta memiliki
tingkat produksi yang tinggi jika dibudidayakan secara benar.
Jenis-jenis ikan air tawar ekonomis penting yang sudah dikenal dan
diperdagangkan secara luas di Indonesia saat ini adalah ikan mas, tawes, nilem,
jelawat, semah, mola, kowan, hampal, patin, baung, lais, lele local, lele dumbo,
gurami, tambakan, bawal, sepat siam, gabus, betutu, mujair, nila, belut, sidat,
papuyu, belida, serta bandeng. sebagian besar dari jenis-jenis ikan ekonomis
penting tersebut sudah dibudidayakan secara intensif dilakukan untuk jenis-jenis
ikan yang teknik pembenihan dan pembesarannya sudah dikuasai dengan baik.
sementara pembudidayaan jenis-jenis ikan yang sulit dipijahkan, umumnnya
masih dilakukan secara tradisional serta masih mengandalkan benih hasil
tangkapan alam (Khairuman, 2008).
2.1.2. Tinjauan Umum Ikan Nila
Ikan nila hidup di perairan air tawar hampir di seluruh Indonesia. Jenis
ikan nila ini sebenarnya bukan ikan asli Indonesia. Habitat asli ikan nila adalah di
sungai Nil dan daerah sekitarnya. Menurut sejarahnya, ikan nila masuk ke
6
indosesia pada tahun 1969. Ikan nila didatangkan oleh Balai Penelitian Perikanan
Air Tawar (BPAT) Bogor dan Taiwan. Setelah diteliti dan dilakukan adaptasi,
ikan ini mulai disebarkan ke beberapa daerah di Indonesia. Nila adalah nama khas
Indonesia yang diberikan pemerintah melalui Direktur Jendral Perikanan. Nama
tersebut diambil dari nama spesies ikan ini, yakni nilotica yang kemudian
diadaptasi menjadi nila.
Ikan nila merupakan ikan air tawar yang cukup dikenal luas masyarakat
Indonesia. Secara deskripsi dan bentuk, ikan nila mirip dengan ikan mujair, tetapi
memiliki ukuran yang lebih besar. Ikan nila termasuk jenis ikan yang mudah
dibudidayakan. Oleh karena itu, ikan nila termasuk komoditas unggulan dalam
bisnis perikanan air tawar. Permintaan yang besar terhadap ikan nila
mengakibatkan budidaya ikan nila semakin berkembang dan menjadi ladang
bisnis yang menjanjikan. Perkembangan budidaya ikan nila ini juga didukung
banyaknya penelitian tentang ikan nila sehingga sekarang banyak dihasilkan jenis
ikan nila unggulan (Sutanto, 2010).
Ikan nila merupakan ikan air tawar yang hidup diperairan tropis. Ikan ini
mempunyai daya toleransi yang besar terhadap lingkungannya. Ikan asli sungai
Nil ini meupakan ikan air tawar yang sangat cocok dibudidayakan pada perairan
yang tenang ataupun kolam. Toleransi ikan ini terhadap salinitas sangat tinggi
sehingga selain pada perairan tawar, nila juga sering ditemukan hidup dan
berkembang di perairan payau, misalnya tambak. Walaupun demikian, air bersih
yang mengalir dan hangat merupakan habitat yang disenangi ikan nila.
Ikan nila termasuk ikan omnivora atau pemakan segala. Ikan ini dapat
berkembang biak dengan berbagai macam makanan, baik yang berasal dari
hewani maupun nabati. Kebiasaan memakan makanan hewani dan nabati
tergantung umur ikan nila. Pada saat larva, setelah habis kuning telur, ikan nila
suka dengan phytoplankton. Setelah ukuran badannya menjadi sedikit lebih besar,
benih ikan nila sangat suka dengan zooplankton, seperti Rotifer sp, Impusoria sp,
Daphnia sp, Monia sp dan Cladocera sp. setelah dewasa, ikan nila sangat suka
dengan cacing, seperti cacing tanah, cacing darah dan tubifex. selain itu, bahan
makanan nabati berupa daun talas adalah makanan kesukaan ikan nila.
7
Ikan nila dikatakan dewasa jika sudah berumur 4-5 bulan. Pertumbuhan
maksimal ikan nila untuk melakukan perkembangbiakan adalah sekitar 1,5-2
tahun. Ikan nila yang sudah berumur lebih dari 1 tahun beratnya mencapai 800
gram. Ikan nila bisa mengeluarkan 1200-1500 larva setiap kali memijah.
Pemijahan dapat berlangsung 6-7 kali dalam setahun. Sebelum proses pemijahan,
ikan nila jantan selalu membuat sarang di dasar perairan. Pada waktu inilah ikan
nila jantan berperilaku sangat agresif (Prahasta, 2009).
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses
produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku,
baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi.
Secara garis besar biaya produksi tersebut dibagi menjadi dua yaitu:
1) Biaya tetap yaitu biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar
kecilnya jumlah produksi ikan nila sistem kolam atau biaya yang tidak habis
dipakai selama satu kali proses produksi ikan nila sistem kolam.
2) Biaya variabel yaitu biaya yang besar kecilnya tergantung dari besar kecilnya
jumlah produksi ikan nila sistem kolam, atau biaya yang habis dipakai dalam
satu kali proses poduksi ikan nila sistem kolam. Misalnya biaya untuk sarana
produksi, biaya tenaga kerja luar maupun dalam keluarga (Soekartawi, 2006).
Keterangan:
I = Pendapatan
TC = Total Biaya (Total Cost)
TR = Total Penerimaan (Total Revenue) (Rp)
TFC = Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost)
TVC = Biaya Variabel Total (Total Variable Cost)
P = Harga
Q = Jumlah Produksi
2.1.5. Keuntungan
2.1.6. Rentabilitas
1. Rentabilitas Ekonomi
Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan
modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba
tersebut dan dinyatakan dalam persentase.
Dalam perhitungan rentabilitas ekonomi laba yang dihitung hanyalah laba
yang berasal dari operasi perusahaan yang biasa disebut laba usaha. Dengan
demikian maka laba yang diperoleh dari usaha diluar perusahaan seperti
deviden, tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi.
Rentabilitas ekonomi adalah hasil perkalian profit margin dengan
operating assets turnover, dimana keduanya sangat mempengaruhi tinggi
rendahnya rentabilitas ekonomis (Return on total assets).
2. Rentabilitas Modal Sendiri
10
Keterangan :
RE = Rentabilitas ekonomi
L = Laba bersih sebelum pajak
MS = Modal sendiri
MA = Modal asing
Kriteria kelayakan modal pinjaman dari bank :
RE ≥ r = layak/efisien
RE ≤ r = tidak layak/tidak efisien
Keterangan : (r adalah suku bunga bank).
11
dari suatu barang yang mau dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai
kemungkinan harga, dalam jangka waktu tertetu, dengan anggapan hal-hal lain
2.1.9. Pemasaran
Saluran pemasaran merupakan jalan atau rute yang dilalui oleh produk
mulai dari produsen sampai ke tangan pelanggan akhir. Pihak-pihak yang
berperan dalam saluran pemasaran ini paling tidak ada dua pihak, yaitu produsen
sebagai penjual atau orang yang melakukan kegiatan produksi dan pembeli
sebagai pengguna atau orang yang menggunakan atau memakai barang atau jasa.
Selain ini terdapat pihak-pihak lain seperti pengecer dan grosir yang sering
disebut sebagai perantara. Saluran Pemasaran merupakan kegiatan ekonomi yang
menjembatani kegiatan produksi dan konsumsi (Oentoro, 2012).
3. Fungsi Perantara
Untuk menyampaikan produk dari tangan produsen ke tangan konsumen dapat
dilakukan melalui perantara pemasaran yang menghubungkan aktivitas
pertukaran dengan distribusi fisik. Aktivitas fungsi perantara antara lain
pengurangan resiko, pembiayaan, pencarian informasi serta standarisasi dan
penggolongan produk (Oentoro, 2012).
Menguntungkan tidaknya usaha yang dijalankan dapat dilihat dari besarnya biaya
yang dikeluarkan. Pendapatan usaha budidaya ikan nila dikatakan menguntungkan
apabila besarnya rasio antara penerimaan dan pengeluaran mempunyai hasil lebih
dari satu.
Untuk mewujudkan saluran pemasaran yang efektif dan efisien maka
harus mempertimbangkan saluran pemasaran yang dipilih untuk menyalurkan
produksi. Kesalahan dalam memilih saluran pemasaran akan menghambat
penyaluran produksi dari produsen ke konsumen akhir. Untuk menghindari
keadaan tersebut, maka harus menentukan saluran pemasaran yang tepat sehingga
kegiatan pemasaran dapat berjalan dengan baik.
Dengan adanya saluran pemasaran yang tepat maka dapat mengetahui
usaha tersebut efisien atau tidak. Untuk menyalurkan ikan nila tersebut perlu
sistem pemasaran dan pendistribusian yang sangat baik. Secara sederhana
kerangka pendekatan masalah dapat dilihat 2.1.
Proses
Produksi
Input Output
(Produksi)
-
Biaya Produksi
Harga Nilai produksi
(Biaya Variabel &
- -
Biaya Tetap)
Saluran
Pemasaran
Share Harga
Volume Penjualan Efisiensi
Distribusi pemasaran
Keuntungan
Keuntungan Pendapatan
Rentabilitas Usahatani
18
11) Harga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga jual ikan nila dari
produsen hingga ke konsumen akhir (Rp).
12) Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah selisih antara
penerimaan total dari hasil penjualan ikan nila dengan total biaya yang
dikeluarkan.
13) Rentabilitas usaha adalah perbandingan antara penerimaan (laba) suatu usaha
dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba
tersebut.
14) Keuntungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah total penerimaan yang
dikurangi dengan total biaya produksi selama 1 kali proses produksi.
15) Pemasaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala kegiatan dan
usaha yang dilakukan pedagang/pengusaha dalam memasarkan ikan nila
hingga kekonsumen akhir melalui lembaga-lembaga pemasaran yang ada.
16) Biaya pemasaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya yang
dikeluarkan para pelaku budidaya ikan nila dalam memasarkan produknya
hingga kekonsumen akhir.
17) Share merupakan bagian harga yang diterima oleh pelaku budidaya dari
keseluruhan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir yang dinyatakan
dalam persentase.
18) Volume penjualan adalah jumlah produksi ikan nila yang dijual baik oleh
produsen atau lembaga pemasaran yang dinyatakan dalam kilogram (kg).
19) Distribusi Keuntungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbedaan
keuntungan lembaga pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran yang
ada.
20
Dalam penelitian ini unit analisis adalah petani ikan nila sistem kolam di
Kecamatan Lingsar dan lembaga pemasaran yang ikut dalam memasarkan hasil
produk ikan nila dari produsen ke konsumen akhir.
Tabel 3.1. Jumlah petani Ikan di Desa Batu Kumbung, Sigerongan, Duman dan
Desa Gontoran Kecamatan Lingsar Tahun 2015
No. Nama Desa Jumlah Petani Ikan
3 Desa Duman 61
4 Gontoran 44
Jumlah 260
Keterangan:
ni = jumlah responden pada desa terpilih yang ke-i
(n1 = Desa Gontoran, n2 = Desa Sigerongan, n3 = Desa
Duman, n4 = Desa Batu Kumbung).
Ni = Jumlah populasi petani ikan di desa ke-i.
∑ni = Total petani ikan di kecamatan lingsar.
22
46
Desa Batu Kumbung : 260 x 30 = 5 petani ikan
109
Desa Sigerongan : 260 x 30 = 13 petani ikan
61
Desa Duman : 260 x 30 = 7 petani ikan
44
Desa Gontoran : 260 x 30 = 5 petani ikan
Kecamatan Lingsar
N = 30
Lembaga Pemasaran
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif,
data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, sedangkan data kualitatif
adalah data-data yang tidak berbentuk angka.
Sumber data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yaitu
data yang diperoleh dari responden dengan wawancara langsung dengan petani
ikan yang disertai dengan daftar pertanyaan. Data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari dinas/instansi yang terkait dengan penelitian ini.
1. Pendapatan yaitu pendapatan bersih yang diterima oleh petani ikan dalam
satu kali proses produksi, pendapatan bersih diperoleh dari total nilai
produksi (penerimaan) di kurangi dengan total biaya produksi yang
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
2. Produksi yaitu produksi ikan yang dihasilkan pada kolam yang diusahakan
oleh petani ikan yang dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).
3. Biaya produksi yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan petani ikan selama satu
kali proses produksi baik biaya tetap maupun biaya variabel yang dinyatakan
dalam satuan rupiah (Rp).
4. Nilai produksi yaitu merupakan hasil kali antara jumlah produksi ikan (kg)
dengan harga jual produksi ikan per (kg) dalam satu kali proses produksi
yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
5. Biaya pemasaran yaitu biaya-biaya yang digunakan dalam proses pemasaran
ikan dari produsen ke konsumen akhir, yang dinyatakan dalam satuan rupiah
perkilogram (Rp/kg).
6. Harga jual yaitu harga yang diterima oleh penjual yang dinyatakan dalam
rupiah perkilogram (Rp/kg).
7. Volume penjualan adalah jumlah produksi ikan yang dijual baik oleh
produsen atau lembaga pemasaran yang dinyatakan dalam kilogram (kg).
8. Harga beli adalah harga yang dibayar oleh pembeli yang dinyatakan dalam
rupiah perkilogram (Rp/kg).
9. Volume pembelian, yaitu jumlah produksi ikan yang dibeli oleh lembaga
pemasaran dan konsumen yang dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).
10. Penerimaan adalah jumlah produk yang dihasilkan dikalikan dengan harga
dari produk tersebut yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
11. Keuntungan adalah pendapatan bersih dari jumlah penerimaan dikurangi
dengan jumlah biaya yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
12. Rentabilitas usaha adalah perbandingan antara keuntungan dengan modal
sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan keuntungan dan
dinyatakn dalam persen (%).
25
Keterangan :
RE = Rentabilitas ekonomi
L = Laba bersih sebelum pajak
MS = Modal sendiri
MA = Modal asing
Kriteria kelayakan modal pinjaman dari bank :
RE ≥ r = layak/efisien
RE ≤ r = tidak layak/tidak efisien
Keterangan : (r adalah suku bunga bank).
indikator yaitu share petani, distribusi keuntungan dan volume penjualan sebagai
berikut : (Sudiyono, 2002).
a. Margin pemasaran dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
MP = Pr-Pf................................................................................(1)
Keterangan:
MP = Margin Pemasaran
Pf = Harga di tingkat petani/produsen
Pr = Harga di tingkat konsumen akhir
Kriteria Pengujian:
Nilai margin pemasaran yang semakin kecil, maka pemasaran dikatakan
semakin efisien.
b. Share harga/produsen dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑃𝑓
X= x 100 % ....................................................................(2)
𝑃𝑟
Dimana :
X = Share harga yang diterima petani produsen
Pf = Harga tingkat petani produsen
Pr = Harga tingkat konsumen akhir
Kriteria Pengujian :
Keterangan:
DK = Distribusi Keuntungan
π = Keuntungan Pemasaran
C = Biaya Pemasaran
Kriteria Pengujian:
28
Keadaan umum daerah penelitian ini menyangkut letak geografis dan luas
wilayah, topografi, iklim dan curah hujan, demografis, mata pencaharian
penduduk, serta kondisi usaha budidaya ikan air tawar sistem kolam secara
umum.
4.1.2. Topografi
Jenis tanah di dominasi tipe semi horizontal dengan kandungan liat dan
sebagian besar merupakan jenis tanah regosol dan alluvial dengan warna coklat
kemerahan, coklat, dan coklat kekuningan dengan tekstur lempung berpasir yang
kedalaman lapisannya mencapai 20-30cm. pH tanah umumnya normal berkisar
antara 6,5-7,5 sehingga dapat dikategorikan sebagai tanah yang memiliki
kesuburan tinggi (BPS Kabupaten Lombok Barat, 2016).
Kecamatan Lingsar merupakan daerah irigasi yang airnya berasaldari
aliran Sungai Jangkuk yangmerupakan sungai yang jalurnya melewati Kecamatan
Lingsar dan Kota Mataram. Masyarakat Kecamatan Lingsar memanfaatkan sungai
ini sebagai irigasi teknis untuk lahan sawah dan dapat dimanfaatkan untuk usaha
budidaya perikanan, baik dikolam maupun keramba. Disamping itu, Kecamatan
Lingsar tercatat sebagai wilayah dengan drainase yang baik (BPS Kabupaten
Lombok Barat, 2016).
Dengan potensi geografisnya yang cukup memadai, maka secara teknis
Kecamatan Lingsar merupakan zona yang cocok sebagai tempat tumbuh berbagai
macam vegetasi flora dataran tinggi dan dataran rendah, khususnya jenis tanaman
hortikultura serta tempat yang tepat untuk melakukan usaha budidaya perikanan
baik di sawah, kolam maupun keramba (BPS Kabupaten Lombok Barat, 2016).
4.1.4. Demografis
ikan koplam air deras pada tahun 2016 sebesar 3.457,21 ton mengalami
penurunan di bandingkan tahun 2015 sebesar 4.371,21 ton (turun sebesar
20,91 %).
3. Budidaya Ikan di Sawah
Budidaya ikan di sawah (mina padi) sampai dengan tahun 2016 ini, bila
dilihat dari segi areal sudah semakin sempit atau kecil. Hal ini berangkat dari
kenyataan di lapangan dimana keberadaan air baku yang sudah semakin kecil
debitnya, kecuali pada areal yang di memiliki sawah dengan pengairan irigasi
teknis.
Kondisi terahir menunjukkan semakin terkonsentrasinya kawasan
persawahan yang bias di manfaatkan untuk kegiatan mina padi, dimana
tercatat hanya 6 kecamatan yang memiliki kegiatan ini. Orientasi sepenuhnya
untuk perawatan tanaman pangan sebagai kebutuhan utama masyarakat
secara umum jadi salah satu penyebab terabaikan kegiatan perikanan bersama
padi ini. Tingkat analisa usaha yang di lakukan juga masih kurang sehingga
pelaku usaha atau para petani pangan cenderung meninggalkan kegiatan mina
petani.
Seiring dengan permasalahan tersebut di atas, maka di butuhkan
kesepahaman di dalam menggerakkan roda perekonommian masyarakat
pertanian dalam arti luas antar sektor. Input teknologi yang adaftif, aplikatif,
efektif, dan efisien serta mampu mewujudkan perikanan budidaya yang
terpadu dengan tangan untuk kesejahteraan pembudidaya atau petani perlu di
kembangkan secara berkelanjutan.
Areal yang sudah di manfaatkan untuk mina padi tercatat seluas 497 ha
perlu di intensifkan pengelolaannya. Penerapan paket teknologi anjuran yang
di aplikasikan oleh direktorat prodkusi direktorat jenderal perikanan budidaya
pada tahun 2016 memberikan angin segar bagi keberlangsungan usaha mina
padi ini kedepan karena berpengaruh pada peningkatan produksi dan
produktifitas lahan pertanian. Paket percontohan (fasilitasi saran dan prasarana
melalui program dan kegiatan ) yang diikuti nota kesepahaman dengan
direktorat jendral tanaman pangan harus dilakukan guna menumbuh
35
4.2.5. Kolam
b. Tenaga Kerja
TK (DK) (Rp) 63.750
TK (LK) (Rp) 61.875
Sub total (Rp) 125.625
Jumlah (a + b) (Rp) 10.836.758
B. Biaya Tetap
a. Biaya Penyusutan (Rp) 398.741
41
28 1.500 42.000
Sub total (Rp) - - 10.711.133
6. Biaya Tenaga
kerja (Rp) - - 125.625
Jumlah Biaya
Variabel - - 10.836.758
bertahap adalah karena jika pakan terlalu lama disimpan dengan tempat
penyimpanan kurang memadai akan membuat kualitas menurun bahkan rusak
sehingga akan menimbulkan kerugian.
Jumlah pembelian juga menentukan pelayanan yang diberikan oleh
pedagang penyedia pakan. Jika petani ikan membeli dalam jumlah banyak maka
pedagang akan memberikan pelayanan pesan-antar. Sehingga, petani hanya perlu
menelpon pedagang untuk memesan pakan. Biasanya jumlah minimal pemesanan
untuk mendapat layanan pesan antar adalah minimal 10 karung. Setiap karung
berisi 30 kg. Harga satu karung antara Rp. 225.000 – Rp. 295.000,-. Semakin
mahal harga pelet terapung maka kualitasnya semakin baik.
Dalam penelitian ini, sistem pembayaran yang diterapkan setiap penyedia
pakan dan obat-obatan berbeda-beda. Sistem pembayaran yang diterapkan
pedagang skala besar adalah pembayaran langsung di tempat. Namun, terdapat
beberapa petani ikan yang telah menjadi pelanggan tetap diberikan keringanan
untuk melunasi pembayaran pakan maksimal satu bulan. Selain itu, sudah banyak
toko penyedia pakan di sekitar Kecamatan Lingsar. Namun, kekurangannya
adalah pakan yang dijual didatangkan dari Pulau Jawa karena di Provinsi Nusa
Tenggara Barat belum ada pabrik khusus pembuatan pakan. Tabel 4.3
menunjukan bahwa rata-rata biaya yang dikeluarkan petani ikan untuk membeli
pakan sebesar Rp 7.648.526/LLG.
3. Penyedia Obat-obatan
Dalam penelitian ini, tempat petani ikan sebagai responden membeli obat-
obatan seperti vitamin, pupuk kandang dan kapur, sama dengan tempat petani
ikan membeli pakan. Vitamin dalam usaha budidaya ikan air tawar ini digunakan
apabila diperlukan dan penggunaannya dalam jumlah sedikit bahkan beberapa
petani ikan memilih untuk tidak menggunakannya. Hal tersebut dikarenakan
sebagian besar petani lebih memilih menggunakan obat alami seperti daun gamal
yang hanya perlu dilepas di kolam. Menurut pengalaman petani ikan, obat alami
lebih cepat menyembuhkan daripada obat-obatan yang dijual. Selain itu,
penggunaan pupuk kandang dan kapur juga digunakan apabila diperlukan dan
dalam jumlah sedikit.
44
yang digunakan dalam usaha ikan nila mengalami penurunan nilai atau
penyusutan selama penggunaanya, nilai inilah yang termasuk dalam perhitungan
komponen biaya. Rincian mengenai biaya tetap di uraikan pada Tabel 4.5.
sebagai berikut:
Tabel 4.5. Rata-rata Biaya Tetap Usaha ikan nila di Kecamatan Lingsar
Kabupaten Lombok Barat 2018.
Kecamatan Lingsar
No. Uraian
Per LLG
Biaya Tetap
Tabel 4.4 menunjukan bahwa rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan oleh
petani ikan nila sebesar Rp 453.769/LLG. Besarnya biaya tetap pada usahatani
ikan nila terdiri dari biaya penyusutan alat dan biaya pajak tanah. Rata-rata biaya
penyusutan alat pada usahatani ikan nila sebesar Rp 398.741/LLG. Biaya tetap
yang paling besar dikeluarkan untuk usahatani ikan nila tersebut pada alat hapa
dan seser yang mempunyai harga relatif tinggi, sehingga biaya penyusutannya
juga cukup tinggi. Sedangkan untuk biaya pajak tanah, petani ikan nila
mengeluarkan biaya pajak sebesar Rp 55.028/LLG.
4.3.5. Keuntungan
Keuntungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah selisih dari nilai
produksi (penerimaan) dengan total biaya produksi (pengeluaran) yang
dikeluarkan petani. Tabel 4.2 menunjukan rata-rata keuntungan yang diperoleh
petani ikan nila sebesar Rp 32.876.733/LLG. Apabila diperhatikan keuntungan
yang diperoleh untuk produksi ikan nila, tampak bahwa keuntungan produksi nila
tinggi. Hal ini disebabkan karena harga jual ikan nila, yaitu Rp 22.000/kg.
Nilai R/C ratio usahatani ikan nila tersebut lebih dari 1 (satu). Hal ini
berarti usahatani ikan nila tersebut secara ekonomi layak untuk di kembangkan.
Nilai R/C ratio untuk usahatani ikan nila 4,31 artinya setiap penggunaan input
sebesar satu rupiah akan mengakibatkan penerimaan sebesar Rp 4,31.
4.4. Rentabilitas
Rentabilitas suatu usaha menunjukan perbandingan antara laba
(keuntungan) dengan modal yang digunakan, dengan kata lain rentabilitas adalah
kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan keuntungan selama periode tertentu
dan dinyatakan dalam persentase. Salah satu alat ukur keberhasilan suatu usaha
adalah rentabilitas, semakin besar nilai rentabilitas yang di peroleh oleh suatu
usaha, maka kemampuan modal untuk menghasilkan keuntungan juga akan
47
Pedagang Pedagang
Petani Pengumpul Desa Saluran II Konsumen
Pengecer (PPc)
(PPDs)
Saluran I ( 3 Pedagang )
Keterangan : Saluran Pemasaran I
Saluran Pemasaran II
Gambar 4.1. Saluran Pemasaran Ikan Nila di Kecamatan Lingsar Kabupaten
Lombok Barat 2018
Gambar 4.1. diatas menunjukkan bahwa terdapat II (dua) saluran
pemasaran ikan nila di Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat, yaitu :
1. Saluran I ( Petani Pedagang Pengecer (PPc) ) (Konsumen
akhir)
2. Saluran II ( Petani Pedagng Pengumpul Desa (PPDs)
Pedagang Pengecer (PPc) (Konsumen akhir).
Berdasarkan saluran tersebut dapat dijelaskan bahwa pedagang pengecer
yang membeli langsung ke produsen ada 3 pedagang saja dan jumlah pembelinya
bervariasi berkisar 25 kg sampai 35 kg. Pedagang yang membeli langsung ke
produsen adalah Pedagang Pengecer (PPc) dan Pedagang Pengumpul Desa
(PPDs), selanjutnya Pedagang Pengecer (PPc) membeli dari Pedagang Pengumpul
Desa (PPDs). Di Kecamatan Pringgasela biasanya Pedagang Pengecer (PPc)
dalam membeli ikan nila mereka yang datang langsung ke lokasi Pedagang
Pengumpul Desa (PPDs).
waktu, hak milik, dan bentuk sehingga mempertinggi nilai guna dari suatu barang
yang diminta oleh konsumen.
Efisiensi pemasaran merupakan kemampuan dari produsen beserta mata
rantai atau lembaga pemasaran dalam menyampaikan hasil produksi kepada
konsumen dengan harga yang wajar tanpa merugikan berbagai pihak yang ikut
dalam kegiatan pemasaran. Kriteria efisiensi pemasaran yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan, shere petani, distribusi keuntungan dan volume
penjualan.
4.6.1. Share Petani dan Distribusi Keuntungan (DK) Pemasaran Ikan Nila
Share petani merupakan bagian harga yang diterima oleh petani dari
keseluruhan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir yang dinyatakan dalam
persentase. Sedangkan Distribusi Keuntungan (DK) merupakan perbedaan
keuntungan lembaga pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran yang
ada. Distribusi Keuntungan dapat dikatakan adil apabila distribusi keuntungan >
0,50 atau mendekati 1.
Biaya pemasaran adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk membiayai
pemasaran ikan nila dari tingkat produsen sampai tingkat konsumen akhir. Biaya-
biaya pemasaran yang dikeluarkan pada masing-masing saluran pemasaran
berbeda-beda antara lain biaya transportasi dan ongkos buruh.
Keuntungan pemasaran yaitu keuntungan yang diperoleh setiap lembaga
yang terlibat dalam pemasaran ikan nila termasuk produsen (petani ikan nila).
Share petani dan distribusi keuntungan (DK) di Kecamatan Lingsar Kabupaten
Lombok Barat di sajikan pada tabel 4.7.
50
Tabel 4.7. Share Petani dan Distribusi Keuntungan (DK) Pemasaran Ikan Nila
Pada Tiap-tiap Saluran Pemasaran di Kecamatan Lingsar Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2018.
Saluran Pemasaran Ikan Nila
1. Petani
Volume penjualan adalah banyaknya ikan nila yang dijual oleh petani
maupun lembaga pemasaran pada setiap saluran pemasaran. Besarnya volume
52
Tabel 4.8. Volume Penjualan Ikan Nila di Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok
Barat Tahun 2018.
Saluran pemasaran
No. Uraian Total
Saluran I Saluran II
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diatas dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Rata-rata pendapatan usahatani ikan nila adalah sebesar Rp 32.876.733/LLG.
Rata-rata biaya produksi sebesar Rp 11.290.527/LLG, dengan nilai R/C
sebesar 4,31.
2. Rentabilitas usahatani ikan nila sebesar 33 %. Artinya setiap Rp.100 modal
yang dikeluarkan untuk satu kali proses produksi usahatani ikan nila maka
keuntungan yang dihasilkan sebesar Rp 33.
3. Terdapat 2 (dua) Pola saluran pemasaran ikan nila di Kecamatan Lingsar
Kabupaten Lombok Barat melalui dua saluran pemasaran yaitu, (1) Saluran
pemasaran I (Petani - Pedagang Pengecer (PPc) – Konsumen akhir), (2)
Saluran pemasaran II (Petani – Pedagang Pengumpul Desa (PPDs) – Pedagang
Pengecer (PPc) – Konsumen Akhir ).
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kab. Lombok Barat, 2016. Lombok Barat dalam
Angka 2016. BPS Kab. Lombok Barat. Gerung.
Badan Pusat Statistik NTB, 2016. Kecamatan Lingsar dalam Angka 2016.
BPS Nusa Tenggara Barat. Mataram.
Endoh. 2016. Analisis Rentabilitas Usaha Ternak Itik Petelur di Desa Wolaang
Kecamatan Langowan Timur Kabupaten Minahasa. Fakultas
Peternakan Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Saeffudin. 1986. Tata Niaga Hasil Perikanan. Penerbit Universitas Indonesia (UI-
Press). Jakarta.
Seksi Budidaya Dislutkan Lobar. 2015. Laporan Tahunan 2015. Dinas Kelautan
dan Perikanan. Lombok Barat.
LAMPIRAN
57
Tabel 1. Pembudidaya, Luas Lahan dan Produksi Ikan di Kolam Air Tenang per
Kecamatan di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2015-2016
No Kecamatan Jumlah Lahan (Ha) Produksi (ton)
Pembudidaya
Ikan (orang)
2015 2016 2015 2016 2015 2016
1 Gerung 193 193 66 66 191,4 125,54
2 Labuapi 358 358 56 56 168 195,25
3 Kediri 173 173 19 19 66,1 81,43
4 Kuripan 78 78 22 22 72,6 77,14
5 Narmada 770 770 250,5 250,5 1.910,6 1.934,91
6 Lingsar 1.099 1.115 325,8 336,4 3.273,60 4.409,29
7 Gunungsari 310 310 65,4 65,4 442,4 453,14
8 Sekotong 1 1 0,1 0,1 2,1 1,6
Jumlah 2.982 2998 803,8 815,4 6.126,80 7.278,3
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Barat 2016
58
Tabel 2. Pembudidaya, Luas Lahan dan Produksi Ikan di Kolam Air Deras per di
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2015-2016
No Kecamatan Pembudidaya Lahan (Ha) Produksi (ton)
(orang)
2015 2016 2015 2016 2015 2016
1 Narmada 295 295 20 20 1170,61 1.195,61
2 Lingsar 530 530 55 55 3200,6 2261,6
Jumlah 825 825 75 75 4.371,21 3.457,21
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Barat 2016