PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Teori Mendel
Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat dari induk kepada
keturunannya. Ada beberapa pendapat yang mengawali hukum keturunan, berikut
merupakan pendapat atau anggapan yang terdapat di kalangan para ahli antara lain:
a. Ovisma, yaitu bahwa yang memiliki sifat keturunan ialah sel telur pada individu
betina, sedangkan individu jantan hanya menghasilkan cairan yang berguna untuk
menggiatkan perkembangan sel telur
b. Teori preformasi oleh Anthonie van Leeuwenhoek, Swam merdam dan Bonnet yang
menyatakan bahwa manusia itu sudah terdapat sebelumnya, yaitu pada gamet-gamet.
c. Teori pangenesis oleh Charles darwin , dikatakan bahwa di dalam sel kelamin terdapat
tunas-tunas yang akhirnya akan tumbuh menjadi makhluk baru setelah sel telur
dibuahi oleh spermatozoa.
(Suryo, 2012)
Dan masih banyak pendapat dari para ahli lainnya lagi. Namun orang yang
pertama kali mengadakan percobaan tentang perkawinan silang ialah Gregor Johann
mendel (1822-1884), seorang rahib Austria yang hidup di kota kecil Brnn. Beliau
datang di biara pada tahun 1843 sebagai anak kecil, lalu pada tahun 1851 beliau dikirim
ke Wina untuk belajar sains namun nilai fisika dan matematikanya tidak bagus. Lalu
ditahun 1857 beliau kembali ke Brnn dan mulailah mengumpulkan kacang ercis untuk
dipelajari perbedaanya dan timbulah ide untuk mengawin silangkan kacang ercis
tersebut. Hal tersebut karena Mendel terinspirasi oleh kedua profesornya
di yaitu Friedrich Franz & Johann Karl Nestler dan rekan-rekannya di biara untuk
mempelajari variasi tanaman, dan ia melakukan penelitian di biara, tepatnya di kebun
laboratorium.
Langkah awal sebelum dilakukan perhitungan terhadap pengamatannya adalah
menentukan galur murni jenis kacang ercis. Mendel berhasil menentukan beberapa
karakter dari kacang ercis. Karakter-karakter yang digunakan Mendel dalam
eksperimennya diantaranya adalah bentuk dan warna biji, letak bunga, bentuk dan warna
polong, warna bunga dan ukuran batang. (Suryo, 2012 )
Mendel berhasil mengamati sesuatu macam sifat keturunan (karakter) dari
generasi ke generasi, dan berhasil pula membuat perhitungan matematika tentang sifat
genetis karakter itu. Faktor genetisnya disebut determinant. Inilah keunggulangan
dibandingan percobaan persilangan yang sering dilakukan orang sebelumnya. Oleh
karena itu Mandel disebut sebagai bapak genetika karena penemuannya tentang
penyilangan kacang ercis (Pisum sativum) dan yang memberi pengetahuan dasar
pengetahuan genetika modern. (Yatim, 1986)
Menurut Suryo (2012) ditahun 1865 Mendel membawakan hasil percobaannya
pada pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Pengetahuan Alam di
Brnn, kemudian karya dari Mandel tersebut dicetak oleh perhimpunan tersebut dan
disebarkan luaskan ke perpustakaan di Eropa dan Amerika. Namun pada abad ke-19 para
ahli tidak tertarik dengan karya Mandel.
Menurut Yatim (1986) hal yang menyebabkan tidak tertariknya para ahli terhadap
penemuan Mendel karena masih terpengaruh oleh buku Charles Darwin On the Origin
of Species. Sehingga penemuan Mandel tertutupi bagitu saja. Setelah dua tahun
penerbitan buku Mandel itu, Darwin menerbitakan buku yang berjudul Variation of
Animals and Plants under Demostication,yang isinyaenyebutkan bahwa ada perubahan
yang berangsur dan berurutan terus-menerus pada makhluk hidup. Sedangkan penemuan
Mandel mengklarifikasi tegas antara berbagai variasi dalam persilangannya, dari itu dia
buat perhitungan matematika, berupa perbandingan antara variasi yang timbul. Baru
diawal abad ke-20 publikasi Mandel diakui kebenarannya oleh para biologiwan De Vries
(Belanda, 1900), Correns (Jerman, 1900), dan Tschermak (Austria, 1900) yang bekerja di
negaranya masing-masing.
Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaannya, terutama karena
tanaman ini memiliki beberapa pasang sifat yang sangat mencolok perbedaannya,
misalnya warna bunganya mudah sekali untuk dibedakan antara yang ungu dan yang
putih. Selain itu, kacang ercis merupakan tanaman yang dapat menyerbuk sendiri, dan
dengan bantuan manusia, dapat juga menyerbuk silang. Hal ini disebabkan oleh adanya
bunga sempurna, yaitu bunga yang mempunyai alat kelamin jantan dan betina.
Pertimbangan lainnya adalah bahwa kacang ercis memiliki daur hidup yang relatif
pendek, serta mudah untuk ditumbuhkan dan dipelihara. Mendel juga beruntung, karena
secara kebetulan kacang ercis yang digunakannya merupakan tanaman diploid
(mempunyai dua perangkat kromosom). Seandainya ia menggunakan organisme
poliploid, maka ia tidak akan memperoleh hasil persilangan yang sederhana dan mudah
untuk dianalisis (Ningrum dkk., 2013).
Dalam percobaannya Mendel melakukan perkawinan silang dengan
menyerbukkan sendiri antara dua varietas ercis yang berbeda sebagai induk-induknya.
Turunan hasil perkawinan silang ini disebut hybrid, sedangkan prosesnya hibridisasi.
Dari hasil percobaan yang diperolehnya, Mendel menyusun beberapa hipotesis, yaitu :
a. Setiap sifat pada organisme dikendalikan oleh satu pasang faktor keturunan, satu
dari induk jantan dan satu induk betina.
b. Setiap pasang faktor keturunan menunjukkan bentuk alternative sesamanya,
misalnya tinggi atau rendah, bulat atau keriput, kuning atau hijau. Kedua bentuk
alternative ini disebut alel.
c. Bila pasangan faktor itu terdapat bersama-sama dalam satu tanaman, faktor dominasi
akan menutup faktor resesif.
d. Pada waktu pembentukan gamet, pasangan faktor atau masing-masing alel akan
memisah secara bebas.
e. Individu murni mempunyai alel sama, yaitu dominan saja atau resesif saja.
(Elvita, 2008)
3 1
memperlihatkan pemisahan dengan perbandingan kira-kira 4 batang tinggi: 4
batang kerdil.
Untuk menrangkan hasil percobaan Mandel secara genetik, perlu dikenal dulu
penggunaan beberapa simbol atau tanda seperti
P = parental atau induk
F = filius atau keturunan
= tanda kelamin jantan
Gen biasanya diberi simbol dengan huruf pertama dari suatu sifat, gen dominan
dinyatakan dengan huruf besar TT, sedang resesif oleh huruf kecil tt.
Berdasarkan hasil perkawinan yang diperoleh dalam percobaannya, Mendel
menyimpulkan bahwa pada waktu pembentukan gamet-gamet, gen akan mengalami
segregasi (memisah) sehingga setiap gamet hanya akan menerima sebuah gen saja.
(Adisoenarto, 1988)
Beberapa kesimpulan penting dapat diambil dari perkawinan dua individu dengan satu
sifat beda, yaitu
1. Semua individu F1 adalah seragam
2. Jika dominansi nampak sepenuhnya, maka individu F1 memiliki fenotip seperti
induknya yang dominan
3. Pada waktu individu F1 yang heterozigot membentuk gamet terjadi pemisahan alel,
sehingga gamet hanya memilki salah satu alel saja
4. Jika dominansi nampak sepenuhnya, maka perkawinan monohibrid (Tt x Tt)
menghasilkan keturunan yang memperlibatkan perbandingan fenotip 3:1 , dan
perbandingan genotip 1:2:1
Tentu saja dalam kenyataanya perbandingan fenotip tidak selalu tepat 3:1. Misal
pada percobaan Mandel didapatkan F2 yang terdiri dari 787 tenaman berbatang tinggi
dan 277 tanaman berbatang kerdil atau dalam perbandingaan 2,84:1. (Suryo, 2012)
(Adisoenarto, 1988)