Anda di halaman 1dari 20

PERKAWINAN MONOHIBRID, DIHIBRID, DAN TRIHIBRID

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Genetika yang dibimbing oleh Ibu Metri Dian
Insani, S.Si, M.Pd., dan Ibu Novida Pratiwi, S.Si., M.Si.

Oleh:
Bintan Haqiqi Murakapi (140351604878) / Off A
Shinta Kusuma Ayuningtyas (140351602331) / Off B
Pendidikan IPA

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PROGRAM SARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Maret, 2017

1
“Perkawinan Monohibrid, Dihibrid, dan Trihibrid”
PEMBAHASAN

Orang yang pertama kali melakukan percobaan perkawinan silang adalah


seorang ilmuwan asal Austria yang hidup pada tahun 1822 – 1884, yaitu Gregor
Mendel. Ia memulai percobaan dengan perkawinan silang pada tanaman ercis (Pisum
sativum).
Mendel telah memilih tanaman ercis untuk percobaannya karena:
1. Tanaman ini hidupnya tak lama (merupakan tanaman setahun), mudah tumbuh
dan mudah disilangkan.
2. Memiliki bunga sempurna, artinya pada bunga itu terdapat benang sari (alat
jantan) dan putik (alat betina), sehingga biasanya terjadi penyerbukan sendiri.
Perkawinan silang dapat berlangsung asal ada pertolongan orang. Penyerbukan
sendiri yang berlangsung beberapa generasi terus – menerus akan menghasilkan
galur murni, yaitu keturunan yang selalu memiliki sifat keturunan yang sama
dengan induknya.
3. Tanaman ini memiliki tujuh sifat dengan perbedaan yang menyolok.
(Suryo, 2012: 7).
Keberhasilan Mendel bukan hanya karena cara yang ditempuh dan tanaman
yang dipilihnya, tetapi karena Mendel membatasi sifat yang diamatinya. Mendel
melakukan seleksi pada tananamn ercis sebagai berikut:
Sifat yang diteliti Dominan Resesif
Warna Bunga Ungu Putih
Letak Bunga Di ketiak daun Di ujung
(aksial) (terminal)
Warna Biji Kuning Hijau
Bentuk Biji Bulat Kisut
Bentuk Buah Polongan Licin Keriput
Warna Polongan Hijau Kuning

2
Panjang Batang tinggi Pendek
(Sudargo, 2011).

(Plengdut, 2015).
Dalam Suryo (2012), dijelaskan bahwa sesungguhnya diwaktu Mendel hidup
belum diketahui tentag bentuk dan susunan sifat keturunan. Mendel menyebut bahan
keturunan itu merupakan faktor penentu. Tetapi kini faktor penentu itu lebih dikenal
dengan istilah gen. kemudian di ketehui bahwa gen diwariskan dari orang tua kepada
keturunannya lewat gamet.
Sifat keturunan yang dapat diamati/lihat (warna, bentuk, ukuran) dinamakan
fenotip. Sifat dasar yang tak tampak dan tetap (artinya tidak berubah-ubah karena
lingkungan) pada suatu individu dinamakan genotip (Suryo, 2012: 9).
Stern (1930), dalam Suryo (2012), berpendapat bahwa genotip dan
lingkungan dapat menetapkan fenotip atau dengan kata lain perkataan fenotip
merupakan resultane dari genotip dan lingkungan. Dengan demikian, maka dua
genotip yang sama dapat menunjukkan fenotipe yang berlainan, apabila lingkungan

3
bagi kedua fenotip itu berlainan. Contohnya anak kembar satu telur tentunya
memiliki genotype yang sama, tetapi jika kedua anak tersebut dibesarkan dalam
lingkungan yang berbeda, maka akhirnya mereka masing-masing akan memiliki
fenotip berlainan.
Anggota dari sepasang gen yang memiliki pengaruh berlawanan disebut alel.
Misalnya T menentukan sifat tinggi pada batang, sedangkan t menentukan batang
kerdil. Maka T dan t merupakan alel. Tetapi andaikan R adalah gen yang menentukan
warna merah pada bunga, maka T dan R bukan alel (Suryo, 2012: 9).
Homozigot ialah individu yang genotipnya terdiri dari alel yang sama
(misalnya TT, tt), sedangkan heterozigot adalah individu yang genotipnya terdiri dari
pasangan alel yang tidak sama (misalnya Tt). Homozigot dapat dibedakan atas
homozigot dominan (TT) dan homozigot resesif (tt). Fenotip dua individu dapat sama
tetapi genotipnya berbeda. Misalnya tanaman berbatang tinggi dapat mempunyai
genotip TT atau Tt (Suryo, 2012: 9).
Hasil perkawinan dua individu yang mempunyai sifat beda dinamakan hybrid.
Berdasarkan banyaknya sifat beda yang terdapat pada suatu individu, dapat
dibedakan:
1. Monohybrid, ialah suatu hybrid dengan satu sifat beda (Aa)
2. Dihibrid, ialah suatu hybrid dengan dua sifat beda (AaBb)
3. Trihibrid, ialah suatu hybrid dengan tiga sifat beda (AaBbCc)

Perkawinan Monohibrid
Persilangan monohybrid adalah persilangan dengan satu sifat beda. Dalam hal
ini berlaku hukum Mendel I (hukum segregasi), yang menyebutkan bahwa kedua gen
alelik yang mengatur pemunculan suatu sifat akan dipisahkan (disegregasi) satu sama
lain dan dimasukkan ke dalam masing-masing gamet yang terbentuk (Unsoed, 2002).

Prinsip Segregrasi dalam Persilangan Monohibrid untuk Sifat Dominan Sempurna


Pada persilangan ini dihasilkan sifat gen yang dominan. Contohnya pada
kacang ercis berbatang tinggi disilangkan dengan yang berbatang rendah

4
menghasilkan tanaman yang berbatang tinggi. Bila pada keturunan pertamanya (F1)
dibiarkan mengadakan penyerbukan sendiri, maka rasio genotipe dan rasio
fenotipenya adalah sebagai berikut:

P tt x TT
(Kerdil) (Tinggi)
Gamet t T
F1 Tt
(tinggi)
F1 x F1 Tt x Tt
Gamet T T
t t
F2
T t
T TT Tt
(Tinggi) (Tinggi)
t Tt tt
(Tinggi) (Kerdil)

Keterangan:
 P = induk/orang tua
 F = keturunan, maka F1 = keturunan pertama, F2 = keturunan kedua
 T = symbol untuk gen yang menentukan batang tinggi
 t = symbol untuk gen yang menentukan batang kerdil

Gen biasanya diberi symbol dengan huruf pertama dari suatu sifat. Gen
dominan dinyatakan dengan huruf besar, sedangkan gen resesif dengan huruf kecil.
Oleh karena tanaman itu merupakan individu yang diploid, maka symbol gen
tanaman ditulis dengan huruf dobel, (TT, tt).

5
Pada persilangan diatas, terlihat suatu tanda bahwa sifat tinggi mengalahkan
sifat kerdil. Sifat demikian disebut dominan, dan sifat yang dikalahkan disebut
resesif.
Kesimpulan penting yang dapat diambil dari perkawinan dua individu dengan
satu sifat beda, yaitu:
1. semua individu F1 adalah seragam
2. jika dominansi nampak sepenuhnya, maka individu F1 memiliki fenotip seperti
induknya yang dominan
3. pada waktu individu F1 yang heterozigotik itu membentuk gamet – gamet
terjadilah pemisahan alel, sehingga gamet hanya memiliki salah satu alel saja
4. jika dominansi nampak sepenuhnya, maka perkawinan monohybrid (Tt x Tt)
menghasilkan keturunan yang memperlihatkan perbandingan fenotip 3 : 1 (¾
tinggi : ¼ kerdil), tetapi memperlihatkan perbandingan genotip 1 : 2: 1 (¼ TT :
2/4 Tt : ¼ tt).

Dalam Suryo (2012) menyatakan bahwa dalam kenyataan prbandingan


fenotip 3 : 1 itu tidak selalu tepat. Misalnya saja pada percobaan Mendel, didapatkan
keturunan F2 yang terdiri dari 787 tanaman berbatang tinggi dan 277 tanaman
berbatang kerdil atau dalam perbandingan 2,84 : 1.

Perkawinan Monohibrid pada Hewan


Misalnya pada hewan marmot, rambut marmot ada yang hitam dan ada yang
putih (albino). Marmot yang normal adalah marmot yang memiliki warna rambut
hitam karena memiliki gen dominan A yang menunjukkan pembentukan pigmen
melanin. Alelnya a dalam keadaan homozigotik menyebabkan melani tidak terbentuk,
sehingga marmot berambut putih.
Perkawinan antara marmot jantan hitam dengan marmot betina albino
menghasilkan keturunan F1 yang semuanya hitam. Jika anak – anaknya ini kawin
sesamanya didapatkan keturunan F2 yang memperlihatkan perbandingan fenotip 3
hitam : 1 albino. Perbandingan genotipnya adalah 1 AA : 2 Aa : 1aa.

6
Berikut adalah diagram perkawinan antara marmot hitam dan albino:

P aa x AA
(albino) (hitam)
Gamet t T
F1 Aa
(hitam)
F1 x F1 Aa x Aa
Gamet A A
a a
F2
A a
A AA Aa
(hitam) (hitam)
a Aa aa
(hitam) (albino)

Perkawinan Monohibrid pada Manusia


Pada manusia telah diketahui cukup banyak sifat herediter (turun – temurun),
misalnya jari lebih (polidactily). Polidactily ditentukan oleh gen dominan P, sedang
alelnya p menentukan jari normal. Seorang ibu normal, suaminya polidactily
mempunyai 3 orang anak. Anak pertama dan ke dua adalah laki – laki polidactily dan
anak ketiga adalah perempuan normal (Suryo, 2012: 11).
Genotip dari individu – individu tersebut yaitu, ibunya normal, berarti
mempunyai genotip pp. Ayahnya polidactily, tetapi mempunyai anak yang normal.
Sehingga ayah itu pasti memiliki gen resesif p dalam genotipnya, jadi ayah itu
heterozigotik Pp. dengan demikian gen resesip p dari ayah bertemu dengan gen p dari

7
ibu, sehingga dihasilkan anak dengan genotip pp (normal). Anak laki – lakinya yang
polidactily tentunya juga heterozigotik (Suryo, 2012: 11).

P Pp x pp
(polidactily) (normal)
Gamet P p
p
F1
P p
p Pp pp
(polidactily) (normal)

Perkawinan Resiprok
Perkawinan resiprok (perkawinan kebalikan) ialah perkawinan yang
merupakan kebalikan dari perkawinan yang semula dilakukan. Sebagai contoh dapat
digunakan percobaan Mendel pada tanaman ercis.
H = gen untuk buah polong bewarna hijau
h = gen untuk buah polong bewarna kuning.
(Suryo, 2012: 17).

P hh x HH
(kuning) (hijau)
Gamet h H
F1 Hh
(hijau)
F1 x F1 Hh x Hh
Gamet H H

8
h h
F2
H h
H HH Hh
(hijau) (hijau)
h Hh hh
(hijau) (kuning)

Mula – mula dikawinkan tanaman ercis berbuah polong hijau dengan yang
berbuah polong kuning. Semua tanaman F1 berbuah polong hijau. Keturunan F2
memisah dengan perbadingan fenotip 3 hijau : 1 kuning. Pada perkawinan
resiproknya digunakan serbuk sari yang berasal dari tanaman berbuah polong kuning
dan diberikan kepada bunga dari tanaman berbuah polong hijau.

P HH x hh
(Hijau) (Kuning)
Gamet H h
F1 Hh
(hijau)
F1 x F1 Hh x Hh
Gamet H H
h h
F2
H h
H HH Hh

9
(hijau) (hijau)
h Hh hh
(hijau) (kuning)

Dapat dilihat dari diagram perkawinan diatas bahwa perkawinan resiprok


menghasilkan keturunan yang sama baik F1 maupun F2.

Perkawinan Balik (Backcross)


Ialah perkawinan antara individu F1 dengan induknya betima atau jantan.
Sebagai contoh marmot.
B = gen untuk warna hitam
b = gen untuk warna putiih
Jika marmot hitam homozigotik BB dikawinkan dengan marmot putih bb,
maka semua keturunan F1 seragam, yaitu Bb bewarna hitam. Jika dilakukan
perkawinan balik antara marmut F1 dengan induk jantan (hitam), maka semua
marmot F2 bewarna hitam, meskipun genotipnya berbeda.

P BB x bb
(Hitam) (putih)
Gamet B b
F1 Bb
(hitam)
“Backcross” BB x Bb
Gamet B B
b

10
F2
B
B BB
(hitam)
b Bb
(hitam)

Disini dapat disimpulkan bahwa dua individu dapat mempunyai fenotip sama
tetapi berlainan genotipnya.
Uji Silang
Ialah perkawinan antara individu F1 (hybrid) dengan individu yang dobel
resesif. Perkawinan ini dilakukan bertujuan untuk menguji ketidak-murnian suatu
individu. Sepeti pada contoh misalnya, andaikan saya memiliki seekor marmut hitam,
tentunya saya tidak bisa mengtahui begitu saja apakah marmut saya tersebut
genotipnya homozigotik atau heterozigotik.

P BB x bb
(Hitam) (putih)
Gamet B b
F1 Bb
(hitam)
Uji Silang Bb x bb
Gamet B b
b
F2
B b
b Bb bb
(hitam) (putih)
50% 50%

11
Jika marmut hitam saya ini dikawinkan dengan marmut hitam pula, maka
semua keturunan akan hitam pula. Oleh karena itu dilakukan uji silang (yaitu dengan
menggunakan individu yang dobel resesif), keturunannya memisah dengan
perbandingan 1 : 1, maka dapat diambil kesimpulan bahwa marmut hitam saya
tersebut adalah heterozigotik. Namun bilamana uji silang tadi menghasilkan
keturunan hitam semua, berarti marmut tersebut adalah homozigotik.

Sifat Intermedier
Sebagai contoh dapat digunakan penyerbukan silang tanaman bunga pukul
empat (Mirabilis jalapa). Jika serbuk sari berasal dari tanaman homozigot berbunga
merah (genotip MM) diberikan kepada putik dari tanaman homozigot berbunga putih
(genotip mm), maka didapatkan tanaman F1 heterozigot berbunga merah jambu
(genotip Mm). Warna merah jambu ini disebut sifat intermedier (antara merah dan
putih). Jika tanaman F1 dibiarkan mengadakan penyerbukan sendiri dan kemudian
biji-bijinya ditanam, didapatkan tanam-tanaman F2 yang memperlihatkan
perbandingan 1 merah : 2 merah muda : 1 putih. Pada keturunan berikutnya (F3)
makan tanam-tanaman yang berbunga merah akan terus menghasilkan tanaman
berbunga merah. Begitu pula tanaman yang berbunga putih akan terus menghasilkan
bunga yang bewarna putih. Tetapi tanaman yang berbunga merah jambu akan selalu
menghasilkan keturunan yang memisah dengan perbandingan 1 : 2 : 1.

P mm x MM
(bunga putih) (bunga merah)
Gamet m M
F1 Mm
(bunga merah jambu)

12
F2 M m
M MM Mm
(merah) (merah jambu)
m Mm mm
(merah jambu) (putih)
F3 tanam-tanaman yang berbunga merah akan terus menghasilkan
tanaman berbunga merah. Begitu pula tanaman yang berbunga putih
akan terus menghasilkan bunga yang bewarna putih. Tetapi tanaman
yang berbunga merah jambu akan selalu menghasilkan keturunan
yang memisah dengan perbandingan 1 : 2 : 1.

Perkawinan Dihibrid (Persilangan Dua Individu Dengan Dua Sifat Beda)


Dalam hukum mendel II atau dikenal dengan The Law of Independent
assortmen of genes atau Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas dinyatakan
bahwa selama pembentukan gamet, gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan
mengelompok dengan gen lain yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai
pada dihibrid atau polihibrid, yaitu persilangan dari 2 individu yang memiliki satu
atau lebih karakter yang berbeda. Monohibrid adalah hibrid dengan 1 sifat beda, dan
Dihibrid adalah hibrid dengan 2 sifat beda. Fenotif adalah penampakan atau
perbedaan sifat dari suatu individu tergantung dari susunan genetiknya yang
dinyatakan dengan kata-kata (misalnya mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa, dsb).
Genotif adalah susunan atau konstitusi genetik dari suatu individu yang ada
hubungannya dengan fenotif; biasanya dinyatakan dengan simbol/tanda pertama dari
fenotif. Oleh karena individu itu bersifat diploid, maka genotif dinyatakan dengan
huruf dobel, misalnya AA, Aa, aa, AABB,dsb. (Sri,2008)
Semua keterangan di atas hanya membicarakan persilangan satu sifat.
Sekarang akan dipelajari dua individu dengan dua sifat beda dimana hasil persilangan
ini dinamakan dihibrid. (Syahmi,2014)
Dua pasang yang diawasi oleh pasangan gen yang terletak pada kromosom
yang berlainan. Sebagai contoh Mendel melakukan percobaan dengan menanam

13
kacang ercis yang memiliki dua sifat beda. Mula-mula tanaman galur murni yang
memiliki biji bulat berwarna kuning disilangkan dengan tanaman galur murni yang
memiliki biji keriput berwarna hijau, maka F1 seluruhnya berupa tanaman yang
berbiji bulat berwarna kuning. Biji-biji dari tanaman F1 ini kemudian ditanam lagi
dan tanaman yang tumbuh dibiarkan mengadakan penyerbukan sesamanya untuk
memperoleh keturunan F2 dengan 16 kombinasi yang memperlihatkan perbandingan
9/16 tanaman berbiji bulat warna kuning : 3/16 berbiji bulat warna hijau : 3/16 berbiji
keriput berwarna kuning : 1/16 berbiji keriput berwarna hijau atau dikatakan
perbandingannya adalah ( 9 : 3 : 3 : 1 ). (Syahmi,2014)

Semi dominansi
Peristiwa semi dominansi terjadi apabila suatu gen dominan tidak menutupi
pengaruh alel resesifnya dengan sempurna, sehingga pada individu heterozigot akan
muncul sifat antara (intermedier). Dengan demikian, individu heterozigot akan
memiliki fenotipe yang berbeda dengan fenotipe individu homozigot dominan.
Akibatnya, pada generasi F2 tidak didapatkan nisbah fenotipe 3 : 1, tetapi menjadi 1 :
2 : 1 seperti halnya nisbah genotipe.
Contoh peristiwa semi dominansi dapat dilihat pada pewarisan warna bunga
pada tanaman bunga pukul empat (Mirabilis jalapa). Gen yang mengatur warna
bunga pada tanaman ini adalah M, yang menyebabkan bunga berwarna merah, dan
gen m, yang menyebabkan bunga berwarna putih. Gen M tidak dominan sempurna
terhadap gen m, sehingga warna bunga pada individu Mm bukannya merah,
melainkan merah muda. Oleh karena itu, hasil persilangan sesama genotipe Mm akan
menghasilkan generasi F2 dengan nisbah fenotipe merah : merah muda : putih = 1 : 2 :
1. (Suryo,2004)

Persilangan Dihibrid Pada Tumbuhan


Persilangan dihibrid pada tumbuhan contohnya pada tanaman kacang ercis.
Persilangan kacang ercis galur murni berbiji bulat dan berwarna kuning dengan galur

14
murni berbiji keriput dan berwarna hijau menghasilkan keturunan F1 semua berbiji
bulat kuning. Selanjutnya F1 dibiarkan mengadakan penyerbukan sendiri dan
dihasilkan F2 berbiji bulat kuning, bulat hijau, keriput kuning, dan keriput hijau
dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Seperti skema persilangan berikut ini. (Suryo,2004)

Sehingga perbandingan genotipe F2


= BBKK : BBKk : BkKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk
= 1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 : 1
Sedangkan perbandingan fenotipe F2
= bulat kuning : bulat hijau : keriput kuning : keriput hijau
= 9 : 3 : 3 : 1

15
Persilangan Dihibrid Pada Hewan
Persilangan dihibrid juga dapat dilakukan pada hewan. Persilangan dihibrid
contohnya pada marmut. Marmut rambut hitam (ditentukan oleh gen H) dominan
terhadap rambut putih (ditentukan oleh gen h). Rambut kasar (ditentukan oleh gen K)
dominan terhadap rambut halus (ditentukan gen k). Persilangan marmut rambut hitam
kasar dengan marmut rambut putih halus menghasilkan F1 semua berambut hitam
kasar. Selanjutnya, F1 dibiarkan mengadakan perkawinan secara bebas. Perkawinan
tersebut menghasilkan F2 marmut berambut hitam kasar, hitam halus, putih kasar,
dan putih halus dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 (Suryo, 2004).

Formulasi Matematika
Individu F1 pada suatu persilangan monohibrid, misalnya Aa, akan
menghasilkan dua macam gamet, yaitu A dan a. Gamet-gamet ini, baik dari individu
jantan maupun betina, akan bergabung menghasilkan empat individu F2 yang dapat
dikelompokkan menjadi dua macam fenotipe (A- dan aa) atau tiga macam genotipe
(AA, Aa, dan aa).Sementara itu, individu F1 pada persilangan dihibrid, misalnya
AaBb, akan membentuk empat macam gamet, masing-masing AB,Ab, aB, dan ab.
Selanjutnya pada generasi F2 akan diperoleh 16 individu yang terdiri atas empat
macam fenotipe (A-B-, A-bb, aaB-, dan aabb) atau sembilan macam genotipe
(AABB, AABb, Aabb, AaBB, AaBb, Aabb, aaBB, aaBb, dan aabb) (Syahmi, 2014).
Dari angka-angka tersebut akan terlihat adanya hubungan matematika antara
jenis persilangan (banyaknya pasangan gen), macam gamet F1, jumlah individu F2,
serta macam fenotipe dan genotipe F2. Hubungan matematika akan diperoleh pula
pada persilangan-persilangan yang melibatkan pasangan gen yang lebih banyak
(trihibrid, tetrahibrid, dan seterusnya), sehingga secara ringkas dapat ditentukan
formulasi matematika seperti pada tabel berikut ini (Syahmi, 2014) :

16
Persilangan Macam Jumlah Macam Macam Nisbah fenotipe F2
gamet individu fenotipe genotipe
F1 F2 F2 F2
monohibrid 2 4 2 3 3:1
dihibrid 4 16 4 9 9:3:3:1
trihibrid 8 64 8 27 27 : 9 : 9 : 9 : 3 : 3 : 3 :
1
n hibrid 2n 4n 2n 3n ( 3 : 1 )n

Pada kolom terakhir dapat dilihat adanya formulasi untuk nisbah fenotipe F2.
Kalau angka-angka pada nisbah 3 : 1 dijumlahkan lalu dikuadratkan, maka
didapatkan ( 3 + 1)2 = 32 + 2.3.1 + 12 = 9 + 3 + 3 + 1, yang tidak lain merupakan
angka-angka pada nisbah hasil persilangan dihibrid. Demikian pula jika dilakukan
pemangkattigaan, maka akan diperoleh ( 3 + 1 )3 = 33 + 3.32.11 + 3.31.12+ 13 = 27
+ 9 + 9 + 9 + 3 + 3 + 3 + 1, yang merupakan angka-angka pada nisbah hasil
persilangan trihibrid. Dengan demikian Fenotipe F2 adalah mengikuti rumus (a + b)n,
dimana a = 3, b = 1 dan n= berapa pasang gen yang dipakai. Untuk Monohybrid Ratio
Fenotipe F2 = (3+1)1= 3 : 1. Untuk Dihybrid Ratio Fenotipe F2 = (3+1)2 =
(3)2 + 2(3)1(1) + (1)2 = 9:3:3:1. Untuk Trihybrid Ratio Fenotipe F2 =
(3+1)3 = (3)3 + 3(3)2(1) + 3((3)1(1)+(1)3 = 27:9:9:9:3:3:3:1
Beberapa rumus matematika sebagai berikut:
1. Meramal banyaknya macam gamet yang dapt dibentuk hibrid. Untuk tujuan
ini digunakan rumus 2n angka 2 menunjukkan bahwa setiap pasang alel akan
terjadi 2 macam gamet, sedangkan n menunjukkan jumlah pasangan alel atau
banyaknya sifat beda. Jadi:
Dihibrid (AaBb) menghasilkan 2n = 22 = 4 macam gamet (AB, Ab, aB, ab)
beberapa macam gamet akan dibentuk oleh individu yang mempinyai fenotif
AaBBCcDdEEffGg jawabannya: 24 = 16 macam gamet.
2. Meramal banyaknya kombinasi dalam f2; Digunakan untuk (2n)2 jadi:

17
Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan (2n)2 = (22)2 = 16
kombinasi.
3. Meramal banyaknya fenotif dalam f2. Digunakan rumus 2n.
Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 2n = 22 = 4 fenotif yang
dinyatakn oleh AB, Ab, aB, dan ab).
4. Meramal banyak individu yang genotif dan fenotifnya persis hibridnya.
Digunakan rumus 2n . jadi:
Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 2n = 22 = 4 individu yang
persis hibridnya.
5. Meramal banyaknya individu yang homozigotik. Digunakan 2n , jadi:
Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 2n = 22 = 4 individu
homozigot.
6. Meramal banyaknya kombinasi baru yang homozigotik. Digunakan rumus
2n – 2 jadi: Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 2n – 2 = 22 - 2
= 2 kombiansi baru yang homozigot yaitu AA, bb dan aa, BB.
7. Meramal banyaknya macam genotif dalam f2. Digunakan rumus 3n. Jadi:
Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 3n = 32 = 9 macam genotif
ialah AABB, AABb, AaBB, AaBb, AAbb, Aabb, aaBB, aaBb, dan aabb.

Perkawinan Trihibrid (Persilangan Dua Individu dengan Tiga Sifat Beda)


Trihibrid adalah persilangan dua individu dengan tiga sifat beda atau lebih yang
menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip dan genotip tertentu. Pada
percobaannya, Mendel melakukan persilangan kacang ercis dengan tiga sifat beda,
ialah batang tinggi, biji bulat, dan biji warna kuning dengan kacang ercis berbatang
pendek, biji keriput, dan biji warna hijau. Sifat tinggi, bulat, dan kuning dominan
terhadap pendek, keriput, dan hijau, maka seluruh F1 berupa kacang ercis yang
berbatang tinggi, berbiji bulat, dan berwarna kuning. Keturunan F1 dapat dilihat pada
bagan persilangan trihibrid. (Suryo,2004)

18
Misalnya persilangan kacang ercis dengan tiga sifat beda yaitu : Batang
tinggi, biji bulat dan biji warna kuning, dengan batang pendek, biji keriput, warna biji
hijau. Keturunan F1 yang dihasilkan adalah sebagai berikut
Bagan persilangan Trihibrid

P1 TTKKBB >< ttkkbb


Fenotif Tinggi, kuning, >< Pendek, keriput,
bulat hijau
Genotif TKB >< tkb
F1 TtKkBb
Fenotipe :
Tinggi,kuning,bulat
P2 TtKkBb >< TtKkBb
Gamet TKB,TKb,TkB,Tkb,tKB,tKb,
tkB,tkb

Hubungan sifat beda dan jumlah kemungkinan fenotipe dan genotipe pada F2
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Perbandingan Jumlah
Sifat Macam Macam Macam Fenotipe F2 Individu
Beda Gamet Genotipe Fenotipe F2
F2 F2
1 21 = 2 3 2 3:1 4
2 22 = 4 9 4 9:3:3:1 16
3 23 = 8 27 8 27:9:9:9:3:3:3:1 64
N 2n 3n 2n 4n

19
DAFTAR RUJUKAN

Edy, Syahmi. 2014. Diktat Genetika. Medan: Universitas Negeri Medan Press.
Suryo. 2004. Genetika Strata 1. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press
Suryo. 2012. Genetika untuk Strata 1. Yogyakarta: UGM Press
Pujianto, Sri. 2008. Menjelajah Dunia Biologi. Jakarta: Gramedia.
Sudargo, Fransisca. 2011. Pewarisan Sifat, (online),
(http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/19510726197
8032-
FRANSISCA_SUDARGO/modul_UT/Model_Buku_Sains_SMP_(Biologi)/
Kelas_IX/Bab._4-IX_Pewarisan_Sifat_(Sisca).pdf) diakses tanggal 25
February 2017
Plengdut. 2015. Pola – Pola Hereditas, (online), (https://www.plengdut.com/pola-
pola-hereditas/911/) diakses tanggal 25 February 2017
Unsoed. 2002. Perkawinan Monohibrid, (online),
(http://bio.unsoed.ac.id/sites/default/files/PETUNJUK%20PRAKTIKUM%2
0acara%202.pdf) diakses tanggal 25 February 2017

20

Anda mungkin juga menyukai