Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebenarnya sejak dahulu kala orang mengetahui bahwa kebanyakan
anak itu mirip orang tuanya, baik wajahnya, tingkah lakunya, maupun
kesukaannya. Bangsa kita mengenal pepatah yang sangat terkenal Air
cucuran jatuh ke pelimbahan juga.
Namun demikian kita masih sering mendengar ucapan atau anggapan-
anggapan yang keliru, seolah-olah sifat seseorang itu ada hubungannya
dengan keturunan. Misalnya seorang ayah yang pekerjaannya sehari-hari
adalah menempa besi sehingga lengannya berotot kuat tentu akan mempunyai
anak berotot kuat pula. Hal itu tentu tidak bisa dijadikan patokan untuk
menetukan kemiripan seseorang dengan orang tuanya.
Orang yang pertama kali mengadakan percobaan persilangan adalah
Gregor Mendel, seorang rahib Austria yang hidup pada tahun 1822-1884
disebuah biara laki-laki dikota kecil Brunn. Ia melanjutkan pendidikannya ke
Universitas Wina untuk belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Ketika ia kembali ke
Brunn mulailah ia pada tahun 1857 mengumpulkan beberapa jenis ercis
(Pisum sativum) untuk dipelajari perbedaannya satu dengan lainnya dan
melakukan percobaan perkawinan silang pada tanaman ercis itu. setelah ia
untuk kurang lebih tujuh tahun mengadakan pengamatan, maka pada tahun
1865 ia membawakan hasil percobaannya pada pertemuan ilmiah yang
diselenggarakan oleh Perhimpunan Pengetahuan Alam di Brunn. Pada saat itu
tidak ada seorangpun yang menghargai hasil karyanya itu. setelah 40 tahun
kemudian, karya Mendel itu diakui kebenarannya oleh para beberapa
Biologiwan dari Belanda, Jerman, dan Austria. Sejak itulah Mendel
dinyatakan sebagai Bapak Genetika.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang hukum mendel?
2. Bagaimana prinsip persilangan monohibrid?
3. Bagaimana prinsip persilangan dihibrid?

1
4. Bagaimana prinsip persilangan trihibrid?
5. Apa yang dimaksud dengan dominansi?
6. Apa yang dimaksud dengan intermediet?
7. Apa yang dimaksud dengan kodominan?
8. Apa yang dimaksud dengan perkawinan resiprok?
9. Apa yang dimaksud dengan backcross dan testcross?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui latar belakang dari munculnya hukum mendel.
2. Untuk mengetahui prinsip persilangan monohibrid.
3. Untuk mengetahui prinsip persilangan dihibrid.
4. Untuk mengetahui prinsip persilangan trihibrid.
5. Untuk mengetahui definisi dari dominansi.
6. Untuk mengetahui definisi dari intermediet.
7. Untuk mengetahui definisi dari kodominan.
8. Untuk mengetahui definisi dari perkawinan resiprok.
9. Untuk mengetahui definisi dari backcross dan testcross.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hal-Hal Yang Melatarbelakangi Terjadinya Hukum


Mendel
1. Teori Mendel : Latar Belakang
Orang pertama yang mengadakan percobaan
perkawinan silang ialah Gregor Mendel, seorang pendeta
Austria yang hidup pada tahun 1822-1884 di sebuah biara
laki-laki di kota kecil Brunn. Dia datang di biara itu pada

2
tahun 1843 sebagai anak miskin. Dalam tahun 1851 ia dikirim
ke Universitas Wina untuk belajar ilmu pengetahuan alam,
tetapi ia tidak mendapatkan nilai baik untuk fisika dan
matematika. Ketika ia kembali ke kota Brunn mulailah ia pada
tahun 1857 mengumpulkan beberapa jenis ercis (Pistum
sativum) untuk dipelajari perbedaannya satu dengan lainnya
dan melakukan percobaan perkawinan silang pada tanaman
ercis itu. Setelah kurang lebih tujuh tahun lamanya
mengadakan pengamatan secara teliti dan seksama, maka
pada tahun 1865 ia membawakan hasil percobaannya pada
pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh Perhimpunan
Pengetahuan Alam di Brunn. Pada tahun 1866 karya ilmiah
Mendel iti dicetak oleh perhimpunan tersebut, yang kemudian
menyebarluaskannya ke berbagai perpusatakaan di Eropa
dan Amerika. Akan tetapi setelah para ahli mendengar dan
membaca karya ilmiah tersebut, tiada seorangpun di antara
mereka pada abad ke-19 itu yang dapat mengahargai dan
menganggap penting hasil percobaan Mendel. Baru kira-kira
40 tahun kemudian, yaitu pada permulaaan abad ke-20,
publikasi Mendel itu diakui kebenarannya oleh para
biologiawan De Vries (Belanda, 1990), Correns (Jerman,
1900) dan Tschermark (Austria, 1900), yang bekerja sendiri-
sendiri di negaranya masing-masing, sejak itulah Mendel
dinyatakan sebagai pencipta atau Bapak Genetika.1
Keputusan Mendel menggunakan tanaman ercis sangat tepat.
Tanaman itu dapat tumbuh cepat. Sebagaimana umumnya tanaman polong,
daun dan bunganya menutupi seluruh organ-organ seksnya. Benang sari
menghasilkan serbuk sari (gamet jantan ) dan putik menghasilkan telur(gamet
betina). Serangga dapat masuk kedalam organ-organ seks, dan terjadi
penyerbukan sendiri. Mendel membuka kuncup-kuncupnya dan membuang
benang sari sebelum menjadi masak. Kemudian dengan menaburkan serbuk
1 Suryo, Genetika, (Yogyakarta: UGM Press, 2012), hal.5

3
sari dari tanaman lain pada putik,maka dapat berlangsung penyerbukan
silang.

Gambar: Gregor Mendel (1822-1884)

Pilihanya tanaman ercis tepat karena terdapat banyak varietas yang


berlainan secara nyata. Beberapa menghasilkan (setelah kering) biji-biji
keriput. Yang lain menghasilkan biji mulus, bulat. Beberapa lagi bijinya
memebentuk kotiledon kuning. Beberapa membentuk polong hijau; yang
lain polongnya kuning. Ciri-ciri berpasangan ini (tiga lainya) dipilih
Mendel untuk ditelaah karena mudah dibedakan dari generasi-kegenerasi
tanaman itu. Artinya,selama dipelihara secara penyerbukan sendiri
varietas-varietas ini terus mengasilkan keturunan yang identik dengan
induknya dalam sifat-sifat yang sedang ditelaah.
Ada ciri-ciri lain yang berbeda pada varietas ercis Mendel yakni
ukuran daun dan ukuran bunga. Sifat-sifat ini dapat ditelaahnya karena
menyulitkan pilihan dalam klasifikasi. Ukuran daun bunga sangat
beragam. Tidak hanya dua kategori yang berbeda. Jadi keputusan Mendel
untuk membatasi jangkauan percobaanya tentu saja merupakan faktor
penting dalam keberhasilanya.
B. Perkawinan Monohibrid
Persilangan/perkawinan monohibrid ialah perkawinan
antara dua individu dengan memperhatikan satu sifat beda.

4
Percobaan Mendel yang menyilangkan ercis berbatang tinggi
dengan ercis berbatang pendek merupakan contoh
perkawinan monohibrid.
Contohnya tanaman ercis memiliki banyak sifat yang
mudah diamati seperti sifat tinggi tanaman, warna bunga,
kedudukan bunga, bentuk polong, warna polong, bentuk biji,
dan warna biji.
Jika dilakukan persilangan dengan memperhatikan
semua sifat beda itu, maka persilangan akan menjadi rumit.
Dalam persilangan monohibrid, hanya diperhatikan salah satu
sifat seperti tinggi tanaman saja, warna polong saja, atau
sifat yang lain.
1. Dominansi
Mendel telah memilih tanaman ercis untuk percobaanya
karena :
a. Tanaman ini hidupnya tidak lama (merupakan
tanaman setahun), mudah tumbuh dan mudah
disilangkan.
b. Memiliki bunga sempurna, artinya pada bunga itu
terdapat benang sari (alat jantan) dan putik (alat
betina), sehingga biasanya terjadi penyerbukan
sendiri. Perkawinan silang dapat berlangsung asal
dengan pertolongan orang. Penyerbukan sendiri yang
berlangsung beberapa generasi terus menerus akan
menghasilkan alur murni, yaitu keturunan
pemisahan dengan perbandingan kira-kira 3/4yang
selalu memiliki sifat keturunan yang sama dengan
induknya.
c. Tanaman ini memiliki tujuh sifat perbedaan yang
mencolok, seperti batang tinggi lawan kerdil, buah
polongan berwarna hijau lawan kuning, bunga
berwarna ungu lawan putih, bunganya terletak aksial
(sepanjang batang) lawan terminal (pada ujung
batang), biji yang masak berwarna hijau lawan

5
kuning, permukaan biji licin lawan berkerut, warna
kulit biji abu-abu lawan putih.

Diwaktu Mendel hidup belum diketahui tentang bentuk


dan susunan sifat keturunan. Mendel menyebut bahan
keturunnan itu faktor penentu. tetapi kini faktor penentu
itu lebih dikenal dengan istilah gen. Dengan
ditemukannya kromosom (yaitu benda-benda halus
berbentuk batang lurus atau bengkok di dalam sel), maka
Wilhem Roux (1883) berpendapat bahwa kromoso adalah
faktor pembawa keturunan.2
Mendel mengawinkan tanaman ercis berbatang tinggi
dengan yang berbatang kerdil, maka semua tanaman
keturunnan pertama seragam berbatang tinggi.Suatu
tanda bahwa sifat tinggi mengalahkan sifat kerdil.Sifat
demikian disebut sifat dominnan, sifat yang dikalahkan
disebut resesif. Ketika tanaman-tanaman keturunan
pertama tadi dibiarkan menyerbuk sendiri didapatkan
tanam-tanaman keturunan kedua yang memperlihatkan
pemisahan dengan perbandingan kira-kira batang
tinggi: batang kerdil.
Untuk menerangkanhasil percobaan Mendel itu secara
genetik perlu dikenal terlebih dahulu penggunaan
beberapa simbol (tanda), seperti:

P = induk/ orangtua (asal dari bahasa Latin parens


= orangtua).

F = keturunan (asal dari bahasa latin fillus).

Maka F1 = keturunanpertama; F2 keturunan ke


dua

2 Ibid, hal 7

6
= tanda kelamin jantan

= tanda kelamin betina

Gen biasanya diberi simbol dengan huruf pertama dari


suatu sifat. Gen dominan dinyatakan dengan huruf besar,
sedang resesif oleh huruf kecil. Misalnya:

T = simbol untuk gen yang menentukan batang


tinggi.

t = simbol untuk gen yang menentukan batang kerdil.

Oleh karena tanaman itu merupakan individu yang


diploid, maka simbol tanaman ditulis dengan huruf
dobel. Misalnya:

TT = simbol untuk tanaman berbatang tinggi.

Tt = simbol untuk tanaman berbatang kerdil.

Percobaan Mendel tersebut di atas dapat diikuti


secara genetik seperti diagram pada gambar.

P tt x TT

Kerdil tinggi

gamet : tt gamet : TT

F1 Tt

Tinggi

F1 x F1 Tt x Tt

tinggi tinggi

gamet : T gamet : T

t t

7
F2

TT Tt
tinggi tinggi
1 2
Tt Tt
tinggi kerdil
3 4
Sifat keturunan yang dapat kita amati/lihat (warna,
bentuk, ukuran) dinamakan fenotip. Sifat dasar yang tak
tampak dan tetap. (artinya tidak berubah-ubah karena
lingkungan) pada suatu individu dinamakan genotip. (misalnya
TT, tt).
Anggota dari sepasang gen yang memiliki pengaruh
berlawanan disebut alel. Misalnya T menentukan sifat tinggi
pada batang, sedangkan t menentukan batang kerdil.Maka T dan
t merupakan alel. Tetapi andaikan R adalah gen yang
menentukan warna merah pada bunga, maka T dan R bukan alel.
Homozigot ialah individu yang genotipnya terdiri dari alel
yang sama (misalnya TT , tt), sedangakan heterozigot adalah
individu yang genotipnya terdiri dari pasangan alel yang tidak
sama (misalnya Tt). Homozigot dapat dibedakan atas homozigot
dominan (TT) dan homozigot resesip (tt).

Beberapa kesimpulan penting dapat diambil dari


perkawinan dua individu dengan suatu sifat beda. Yaitu :

1. Semua individu F1 adalah seragam


2. Jika dominasi nampak sepenuhnya, maka individu F1
memiliki fenotip seperti induknya yang dominan.
3. Pada waktu individu F1yang heterozigot itu membentuk
gamet terjadilah pemisahan alel, sehingga gamet hanya
memiliki satu alel saja.
4. Jika dominasi ampak sepenuhnya, maka perkawinan
monohibrid (Tt x Tt) menghasilkan keturunan yang

8
memperlihatkan perbandingan fenotip 3:1 (yaitu
tinggi : kerdil), tetapi memperlihatkan perbandingan
genotip 1:2:3 (yaitu TT : 2/4 Tt tt).
2. Perkawinan monohibrid pada hewan
Contohnya pada marmot. Rambut marmot (seperti
juga pada manusia, tikus, dll) ada hitam dan ada yang
putih Marmot yang normal adalah yang berrambut hitam,
disebabkan karena memiliki dominan A. Jika anak-anaknya
ini kawin sesamanya didapatkan keturunan F2 yang
memperlihatkan perbandingan fenotip hitam : 1 albino.
Perbandingan genotipnya adalah 1 AA : 2 Aa : 1 a

P aa x AA

albino hitam

F1 Aa

Hitam

AA Aa
hitam hitam
1 2
Aa Aa
hitam putih
3 4

3. Perkawinan monohibrid pada manusia

Pada manusia telah diketahui cukup banyak sifat


herediter (turun temurun), misalnya albino/bulai (cara
menurunnya gen seperti pada marmot itu), jari lebih
(polydactyli), kemampuan merasakan rasa pahit atau tidak
diwaktu tes PTC (phenyl thiocarbamida), mata biru, rambut

9
ikal, celah langit-langit dan celah bibir, ayan (epilepsi),
kencing manis (diabetes) dan lain-lain.

Berikut ini diberikan beberapa contoh:

a. Jari lebih (polydactyli) ditentukan oleh gen dominan P,


sedang alelnya resesip p menentukan jari normal.
Seorang ibu normal suaminya polydactyli mempunyai 3
orang anak. Anak pertama dan kedua adalah laki-laki
polydactyli dan anak ketiga adalah perempuan normal.
Bagaimanakah kira-kira genotip dari individu-individu
tersebut?
Ibunya normal, berarti mempunyai genotip pp. Ayahnya
polydactyli tetapi mempunyai seorang anak perempuan
normal. Jadi ayah itu pasti memiliki gen resesip p dalam
genotipnya, sehingga ayah itu heterozigotik Pp. Dengan
demikian gen resesip p dari ayah akan bertemu dengan
gen p dari ibu, sehingga dihasilkan anak dengan
genotip pp (normal). Anak laki-lakinya yang polydactyli
tentunya juga Pp.

b. Suatu bahan kimia sintetis Phenyl thiocarbamida


(disingkat PTC).

P Pp x pp

polydactyli normal

F1

Pp Pp
Polydactyli Normal

Dapat digunakan untuk menyelidiki apakah orang dapat


merasakan rasa pahit atau tidak.Orang yang dapat mengecap

10
rasa pahit (taster), sedangyang tidak mersa apa-apa (tawar
saja) disebut buta kecap (nontaster). Kemampuan untuk
merasakan rasa pahit ditemukan oleh gen dominan T, sehingga
seorang pengecap dapat mempunyai genotip TT atau Tt. Alelnya
resesip t menyebabkan orang tidak dapat merasakan pahit dan
karena itulah orang buta kecap memiliki tt.

P Tt x Tt

Pengecap pengecap

gamet: T gamet : T

t t

TT Tt
Pengecap Pengecap
1 2
Tt Tt
Pengecap buta kecap
3 4

a. Kencing manis (Diabetes mellitus), ialah suatu


penyakit metabolisme pada tubuh manusia yang
disebabkan oleh karena pankreas kurang menghasilkan
insulin, sehingga kadar gula dalam darah tinggi sekali dan
sebagian dibuang melalui air kencing.
b. Thalassemia, ialah penyakit darah bawaan (keturunan)
yang menyebabkan sel darah merah (eritrosit) pecah
(hemolisis).
Thalassemia berdasarkan keparahannya dibedakan atas 2
macam:
a. Thalassemia mayor, ini sangat parah dan biasanya
menyebabkan kematian pada bayi.

11
b. Thalassemia minor, ini tidak begitu parah, tetapi
biasanya memerlukan berkali-kali transfusi darah.
Thalassemia ditentukan oleh gen dominan Th,
sedangkan alelnya resesip th menentukan sifat normal. Orang
yang homozigot ThTh menderita Thalassemia mayor, yang
heterozigot Thth menderita Thalassemia minor, sedangkan
orang sehat bergenotip thth. Penderita Thalassemia mayor
tidak pernah dijumpai sampai umur dewasa, sebab biasanya
sudah meninggal diwaktu bayi atau kanak-kanak, jadi
apabila dalam suatu keluarga didapatkan penderita
Thalassemia minor dapat dipastikan bahwa kedua
orangtuanya adalah penderita Thalassemia pula.

P Thth x Thth

Thalassemia Thalassemia

minor minor

ThTh Thth
Thalassemi Thalassemia
mayor minor
(mati)
1 2
Thth Thth
Thalassemia
minor normal
3 4

C. Perkawinan Dihibrid
Pada berbagai contoh dimuka hanya diperhatikan satu sifat beda saja,
karena itu individu F1 disebut monohibrid. Tetapi dalam praktek dua individu
dapat mempunyai sifat beda lebih dari satu, misalnya bedamengenai warna
dan beda mengenai bentuk. Hasil pesilanganya (F1) dinamakan dihibrid.

12
Contohnya dapat diikuti pada hasil percobaan Mendel dengan
tanaman ercis. Pada bijinya terdapat 2 sifat berbeda yaitu, soal bentuk biji dan
warna biji. Kedua sifat beda ini ditentukan oleh gen-gen yang berbeda yaitu
sbb:
D. B = gen untuk biji bulat
E. b = gen untuk biji keriput
F. K = gen untuk biji kuning
G. K= gen untuk biji hijauJadi bentuk bulat dan warna kuning
adalah dominan.
Jika tanaman ercis berbiji bulat-kuning homozigotik (BBKK).
Disilangkan dengan tanaman ercis berbiji keriput-hijau (bbkk), maka semua
tanaman F1 berbiji bulat kuning. Apabila tanaman-tanaman F1 ini dibiarkan
menyerbuk sendiri, maka tanaman ini akan membemtuk 4 macam gamet baik
jantan maupun betina, masing-masing dengan kombinasi BK,Bk,bK dan bk.
Akibatnya dari F2 diharapkan 4 4 = 16 kombinasi, yang terdiri atas 4
macam fenotip, yaitu tanaman berbiji bulat-hijau (3/16 bagian), berbiji
keriput-kuning (3/216 bagian) dan berbiji keriput hijau (1/16 bagian). Dua
diantara keempat fenotip itu serupa dengan induknya semula, yaitu yang
berbiji bulat-kuning dan yang berbiji keriput-hijau. Sedang dua fenotip lainya
merupakan hasil baru, yaitu berbijji bulat hiju dan yang berbiji keriput-kuning
.Data sebenarnya yang didaptkan Menddel dalam percobaanya ialah:
315 tanaman berbiji bulat-kuning (BBKK,BBKk,BbKk,BbKk)
108 tanaman berbiji bulat-hijau (BBkk,Bbkk)
101 tanaman berbiji keriput-kuning (bbKK,bbKk)
32 tanaman berbiji keriput-hijau (bbkk)
Angka-angka tersebut menunjukan suatu perbandinga yang mendekati
9:3:3:1.
Gambar
P = Bulat-kuning (BBKK) Keriput-hijau (bbkk)
F1 = Bulat-kuning (BbKk)
F2 = 9/16 bulat-kuning 3/16Bulat-hijau 3/16 keriput-
kuning1/16keriput-hijau
BBKK BBkk bbKK bbkk
BBKk Bbkk bbKk
BbKK
BbKk
Jika diperhatikan dominansinya misalnya mengenai benruk bijinya,
maka didapatkan 76,08% bulat (315 + 108) dan 23,92% keriput (101 + 32 ).
Ini menunjukan perbandingan yang mendekati 3:1. Begitu pula mengenai

13
warna bijinya didapatkan 74,82% kuning (315 + 101) dan 25,18% hijau (108
+ 32).
Apabila hasil mengenai dua sifat berbeda itu dikalikan akan diperoleh
perbandingan 9:3:3:1, yaitu sbb :

(3/4 bulat + 1/4 keriput)

(3/4 kuning + 1/4 hijau)

9/16 bulat-kuning + 3/16 bulat-hijau +

3/16 keriput-kuning + 1/16 keriput-hijau

Dapat diambil kesimpulan bahwa hasil persilangan dihibrid = hasil


persilangan monohibridm 1 hasil persilangan monohibrid II.Hasil
persilangan dihibrid tersebut dapat pula ditunjukan dengan suatu diagram
persilangan.

P BBKK bbkk

Bulat-kuning keriput-hijau

F1 gamet BK gamet : bk

Macam gamet yang dibentuk:

: BK,Bk,bK,bk

: BK,Bk,bK,bk

F2


BK Bk bK Bk

BBKK BBKk BbKK BbKk


BK Bulat kuning Bulat kuning Bulat kuning Bulat kuning
1 2 3 4

Bk BBKk BBkk BbKk Bbkk

14
Bulatkuning Bulat hijau Bulat kuning Bulat hijau
5 6 7 8
bbKk
BbKK BbKk bbKK
keriput
Bk bulat kuning Bulat kuning kriput kuning
kuning
9 10 11
12
BbKk Bbkk bbKk Bbkk
Bk Bulat kuning Bulat hijau keriput kuning Keriput hijau
13 14 15 16

Berdasarkan data hasil percobaanya itu Mendel menyusun hukumnya


ke II. Hukum Mende II disebut hukum pengelompokangen secara
bebas(dalam bahasa Inggri; The Law og Independent Assorment of Genes ).
Hukum ini meyatakan bahwa ge0gen dari sepasang alel memisah secara
bebas ketika berlangsung pembelahan deduksi (meiosis) pada waktu
pembentukan gamet-gamet. Oleh karena itu pada contoh dihibrid itu
terjadilah 4 macam pengelompokan dari dua pasang gen yaitu :

a. Gen B mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gmet BK


b. Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat dalam gamet Bk
c. Gen b mengelompokan dengan gen K, terdapat dalam gamet Bk
d. Gen b mengelompokan dengan gen k, terdapat gamet bk.
1. Semidominansi dalam dihibrid
Perkawinan dihibrid menjelaskan perkawinan dengan perbandingan
fenotip 9:3:3:1. Juga telah diketahui bahwa hasil perkawinan dihhibrid = hasil
perkawinan monohibrid 1 hasil perkawinn monohibrid II. Pada
semidominansi (arti dominansi tidak nampak penuh, sehingga ada sifat
intermedier) maka hasil perkawinan monohibrid mengahsilkan keturunan
dengan perbandingan 1:2:1 1:2:1 = 1:2:1:2:4:2:1:2:1.
2. Perkawinan dihibrid pada hewan
Misalnya pada marmut rambut hitam (ditentukan oleh gen H) adalah
dominan terhadap rambut putih (ditentukan oleh gen h). Rambut kasar
(ditentukan oleh gen K) dominan terhadap rambut halus (ditentukan oleh gen
k). Cara menurunnya gen-gen tersebut sama dengan contoh pada tanaman,
sehingga dalam F2 akan didapatkan perbandingan 9 hitam kasar : 3 hitam
halus : 3 putih kasar : 1 putih halus.

15
3. Perkawinan dihibrid pada manusia
Misalnya sifat kidal adalah resesif dan ditentukan oleh gen kd. Sifat
normal adalah dominan (ditentukan oleh gen Kd). Rambut keriting adalah
dominan (ditentukan oleh gen Kr) terhadap rabut lurus yang ditentukan oleh
gen resesif kr. Seperti halnya dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan, maka F2
disinipun akan memperlihatkan perbandingan 9:3:3:1. Tentu saja dalam
kenyataannya akan sulit bahkan tidak mungkin mendapatkan perbandingan
itu, mengingat bahwa jumlah anak dalam suatu keluarga itu sangat sedikit.
4. Perhitungan Matematika
Dari pelajaran di muka dapat disusunbeberapa rumus untuk diterapkan
pada berbagai kejadian seperti :
a. Meramal banyaknya macam gamet yang dapat dibentuk hibrid.Untuk
ini menggunakan rumus 2nAngka 2 menunjukan bahwa setiap pasang
alel akan terjadi dua macam gamet, sedangkan n menunjukan jumlah
pasangan alel atau banyaknya sifat beda. Jadi ;
1. Monohibrid (Aa) menghasilkan 2n = 21 = 2 macam gamet (A dan a)
2. Dihibrid (AaBb) menghasilkan 2n = 22 = 4 macam gamet
(Ab,Ab,aB,ab)
b. Meramal banyaknya kombinasi dalam F2;

Digunakan rumus (2n)2. Jadi :

1. Perkawinan monohibrid (Aa Aa) menghasilkan (2 n)2 = (21)2 = 4


kombinasi,ia;ah AA,Aa,Aa,aa.
2. Perkawinan dihibrid (AaBb AaBb) menghasilkan (2n)2 = (22)2 =
16 kombinasi
c. Meramal banyaknya fenotip dalam F2
Digunakan rumus 2n. Jadi:
1. Perkawinan monohibrid (Aa Aa) menghasilkan 2 n = 21= 2fenotip
yang dinyatakan oleh A dan a.
2. Perkawinan dihibrid (AaBb AaBb) menghasilkan 2 n = 22 = 4
fenotip yang diramalkan oleh AB,Ab,aB dan ab.
d. Meramal banyaknya individu yang genotip dan fenotipnya persis
hibridnya, digunkan rumus 2n. Jadi:
1. Perkawinan monohibrid (Aa Aa) menghsilkan 2n = 2n = 21= 2
Individu yang persis hibridnya,ialah Aa dan Aa.
2. Perkawinan dihibrid (AaBb AaBb) menghasilkan 2n = 22= 4
e. Meramal banyaknya individu yang Homozigotik.
Digunakan rumus 2n ,jadi :

16
1. Perkawinan monohibrid (Aa Aa) menghasilkan 2n =
21 = 2
individu homozigot ialah AA dan aa.
2. Perkawinan dihibrid (AaBb AaBb) menghasilkan 2 n = 22 = 4
individu homozigot.
f. Meramal banyaknya kombinasi baru yang homozigotik.
Digunakan rumus 2n-2. Jadi:
1. Perkawinan monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 0 kombinasi baru
yang homozigotik.
2. Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 2n-2 = 22-2 = 2
kombinaasi baru yang homozigotik, yaitu AAbb dan aaBB.
g. Meramal banyaknya macam genotip dalam F2.
Digunakan rumus 3n. Jadi:
1. Perkawinan monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 3n = 31 = 3
macam genotip, ialah AA, Aa dan aa.
2. Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 3n = 32 = 9
macam genotip, ialah AABB, AABb, AaBB, AaBb, Aabb, aaBB,
aaBb, dan aabb.
Ramalan-ramalan tersebut diatas yang didasarkan atas rumus tertentu dapat
dipersingkat dengan tabel berikut ini:

Banyak Macam- Banyak Banyak- Banyak- Banyak Banyak Banyak


Nya ga- nya fe- Nya nya Nya Macam
- -
met dari notip Genotip
nya si- nya kombi- kombi- kombi-
dalam Dalam
Fat F1 Nasi per- nasi Nasi
kombi- F2
Sis F1 Homo- F2
beda nasi da- ba-
zigotik
lam F2 Ru
yang
Homo-
Zigot

1
2 2 4 2 2 2 0 3
3 4 16 4 4 4 2 9
4 8 64 8 8 8 6 27
N 16 256 16 16 16 14 81
2n (2n)2 2n 2n 2n 2n-2 3n

D. Perkawinan Trihibrid

17
Pada perkawinan ini dipertikan 3 sifat beda. Contohnya pada tanaman
ercis terdapat 3 sifat beda yang masing-masing ditentukan oleh pasangan gen
sebagai berikut:
M = gen untuk warna merah pada bunga
m = gen untuk warna putih pada bunga
K = gen untuk warna kuning pada biji
k = gen untuk warna hijau pada biji
B = gen untuk bentuk bulat pada biji
b = gen untuk bentuk keriput pada biji
Jika serbuk sari yang berasal dari tanaman berbunga putih, biji hijau
keriput diberikan kepada putik dari tanaman homozigot berbunga merah, biji
kuning-bulat, maka tanaman F1 berupa suatu trihibrid yang berbunga merah,
bii kuning-bulat.
P MMKKBB x mmkkbb
merah, kuning, bulat putih, hijau, keriput
gamet : MKB gamet : mkb
F1 MmKkBb
merah, kuning, bulat
sesuai dengan rumus, tanaman trihibrid ini akan membentuk 2 n = 23 = 8
macam gamet, yaitu:
a. Gamet jantan : MKB, MKb, MkB, mKB, Mkb, mKB, mkB, mkb
b. Gamet betina : MKB, MKb, MkB, mKB, Mkb, mKB, mkB, mkb
Apabila tanaman F1 itu mengadakan pernyerbukan sendiri, maka
menurut rumusnya akan menghasilkan F2 yang terdiri dari (2n)2 = (23)2 = 64
kombinasi. Perinciannya adalah:
27 kombinasi MKB (merah, kuning, bulat) = memiliki 3 gen dominan
9 kombinasi MKb (merah, kuning, keriput)
9 kombinasi MkB (merah, hijau bulat) memiliki 2 gen dominan
9 kombinasi mKB (putih, kuning, bulat)
3 kombinasi Mkb (merah, hijau, keriput)
3 kombinasi mKB (putih, kuning, keriput) memiliki 1 gen dominan
3 kombinasi mkB (putih, hijau, bulat)
1 kombinasi mkb (putih, hijau, keriput) = tidak memiliki gen dominan
Jadi perkawinan trihibrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan 27 :
9 : 9 : 9 : 3 : 3 : 3 : 1. Angka perbandingan ini dapat juga ditulis sebagai
berikut:
Menunjukkan banyaknya gen dominan
1 x 33 : 3 x 32 : 3 x 31 : 1 x 30
Angka tetap

18
Angka mengikuti segitiga pascal
Dengan demikian, maka dengan mudah kita dapat mengetahui bentuk
perbandingan yang akan diperoleh dalam keturunan dari perkawinan hibrid.
Sebagai contoh:
Berapa banyak kombinasi yang akan diperoleh dalam keturunan dari
perkawinan tetrahibrid dan bagaimanakah bentuk perbandingan dalam
keturunan itu?
Jawabannya : suatu tetrahibrid mempunyai genotip misalnya AaBbCcDd.
Perkawinan AaBbCcDd x AaBbCcDd akan menghasilkan (2 n)2 = (24)2 = 256
kombinasi dalam keturunan.
Untuk mencari perbandingannya dapat ditempuh jalan sebagai berikut:
Menurut hukum segitiga pascal:
1 1 untuk perkawinan monohibrid
1 2 1 untk perkawinan dihibrid
1 3 3 1 untuk perkawinan trihibrid
1 4 6 4 1 untuk perkawinan tetrahibrid

Jadi perbandingan itu berbentuk sebagai berikut:


1 x 34 : 4 x 33 : 6 x 33 : 4 x 31 : 1 x 30 atau diuraikan menjadi
81:27:27:27:27:9:9:9:9:9:9:3:3:3:3:1

E. Alel Kodominan
Alel-alel yang tidak memiliki hubungan dominan dan
resesif serta dapat teramati sekaligus secara fenotipik
disebut kodominan. Hal itu berarti efek fenotipik masing-
masing alel teramati pada kondisi heterozigot. Karenanya
genotip heterozigot menyebabkan muculnya fenotip yang
jelas berbeda dari kedua genotipe homozigot, tapi memiliki
sifat dari masing-masing genotip homozigot. Bagi alel0alel
kodominan, digunakan simbol-simbol dasar berhuruf besar
dengan huruf-huruf superskrip yang berbeda. Huruf-huruf
besar itu menunjukan fakta kalau masing-masing alel dapat
dideteksi secara fenotip hingga derajat tertentu,meski

19
terdapat bersama-sama dengan alel alternatifnya
(heterozigot).3
Kadang-kadang sepasang alel dalam keadaan heterozigotik tidak
menghasilkan sifat intermediet, melainkan membentuk sifat baru. Alel
demikian disebut dengan kodominan. Contoh pada sapi luar negeri Shorthorn
dikenal 3 warna, yaitu merah, coklat, dan putih. Cara memberi tanda untuk
alel kodominan berbeda dari biasanya adalah sebagai berikut:
a. Sapi merah mempunyai genotip CRCR
b. Sapi coklat mempunyai genotip CRCW
c. Sapi putih mempunyai genotip CWCW
Warna coklat bukanlah warna intermediet antara merah dan putih.
Perkawinan dua ekor sapi coklat akan menghasilkan keturunan yang
memperlihatkan perbandingan fenotip 1 merah : 2 coklat : 1 putih.
P CRCW x CRCW
Sapi coklat sapi coklat
Gamet : C R , CW gamet : CR, CW
F1 CRCR = sapi merah
CRCW = sapi coklat
CRCW = sapi coklat
CWCW = sapi putih
Diagram perkawinan pada sapi shorthorn, dimana alel kodominan mengambil
peranan.
Jika sapi jantan merah kawin dengan sapi betina coklat, dihasilkan
sapi F1 dengan perbandingan fenotip 1 merah : 1 coklat. Bagaimanakah
perkiraan kita mengenai keturunan F2 apabila sapi-sapi F1 itu diberi
kesempatan kawin secara bebas? Karena F1 terdiri dari sapi merah dan coklat,
tentunya mudah dimengerti bahwa ada kemungkinan 4 macam perkawinan,
yaitu:
1. Sapi jantan merah x sapi betina merah
2. Sapi jantan merah x sapi betina coklat
3. Sapi jantan coklat x sapi betina merah
4. Sapi jantan coklat x sapi betina coklat

3 Elrod susan, stensfield william, Genetika Edisi Keempat, (Jakarta:


Erlangga, 2007), hal.26

20
Jika semua kemungkinan itu dijumlah, maka akhirnya dalam F2 akan

9 6
didapatkan keturunan dengan perbandingan fenotip 16 merah : 16

1
coklat : 16 putih.

P CRCW x CRCR
Sapi coklat sapi merah
Gamet : C R , CW gamet : CR
F1 CRCR = sapi merah
CRCW = sapi coklat

Macam Banyaknya Keturunan F2


Perkawinan perkawinan
Merah Coklat Putih

Merah x merah - -
Merah x coklat 1/2 1/4 1/4 -
Coklat x coklat 1/16 1/8 1/16

Jumlah 9/16 6/16 1/16

Diagram perkawinan antara sapi jantan merah dengan sapi betina coklat. Jika
sapi-sapi F1 dibiarkan kawin secara bebas, maka dalam F2 didapatkan keturunan
dengan perbandingan 9:6:1.

F. Perkawinan Resiprok
Mula mula dikawinkan tanaman ercis berbuah polong hijau dengan
yang berbuah polong kuning. Semua tanaman F1 bebuah polong hijau.
Keturunan F2 memisah dengan perbandiangan fenotip 3 hijau: 1 kuning, pada
perkawinan resiproknyamdigunakan serbuk sari yang berasal dari tanaman
berbuah polong kuning dan diberikan kepada bunga dari tanaman berbuah
polong hijau.

21
Contoh: Respiroknya:

P hh x HH P HH x hh

Kuning hijau hijau kuning

Gamet : H dan h gamet : H dan h

Gamet : H dan h gemet : H dan h

F2 HH: polong hijau F2 HH: polong hijau

Hh: polong hijau Hh: polong hijau

Hh: polong hijau Hh: polong hijau

hh: polong kuning hh: polong kuning

perkawinan respirok nampak menghasilkan keturunan yang sama F1maupun F2

Jelaslah bahwa perkawinan resiprok memiliki keturunan.

G. Perkawinan balik (backcross)


Ialah perkawinan antara individu F1 dengan induk nya betina atau
jantan. Ambillah sebagai contoh marmot
B = gen untuk warna hitam
b = gen untuk warna putih
jika marmot hitam homozigotik BB dikawinkan dengan marmot putih
bb, maka semua keturunan F1 seragam, yaitu Bb berwarna hitam, meskipun
genotipny berbeda. Di sini dapat dilihat bahwa dua individu dapat dapat
mempunyai fenotip sama tetapi berlainan genotipnya.

Contoh :

Seekor marmut betinan hitam disilangkan dengan seekor jantan


putih seekor anak jantan F1 disilangbalikan dengan induk
betinanya. Persilangan dengan persilangan balik tersebut dibuat
dalam diagram sebagai berikut, dengan lambang untuk betina
dan untuk jantan.

22
P: BB x bb

Betina berbulu hitam jantan


berbulu putih

F1; Bb

Persilangan balik F1 Bb x BB

Anak jantan berbulu hitam induk berbulu hitam

Progeni persilangan balik BB: Bb semua keturunan berbulu


hitam

H. Uji Silang (Testcross)


Ialah perkawinan antara individu F1 (hibrid) dengan individu yang
dobel resesip. Pada contoh ini maka ujisilang (testcross) menghasilkan
keturunan 50% marmot hitam dan 50% marmot putih.
Dapat diambil kesimpulan bahwa ujisilang terhadap monohibrid
menghasilkan keturunan yang memperlihatkan perbandingan 1:1. Perkawinan
demikian itu disebut ujisilang, karena biasanya dilakukan untuk menguji
ketidak murnian suatu individu seperti pada contoh ini misalnya, andaikan
saudara memiliki marmot hitam, tentunya tidak akan mengetahui begitu saja,
apakah marmot itu homozigotik ataukah heterozigotik. Jika marmot hitam ini
dikawinkan dengan marmot hitam pula, maka semua keturunan akan hitam.
Tetapi jika dilakukan uji silang (yaitu dengan menggunakan individu yang
dobel resesip) keturunannya memisah dengan perbandingan 1:1 maka dapat
diambil kesimpulan bahwa marmot hitam yang saudara itu memiliki itu
adalah heterozigotik. Namun bilamina ujisilang tadi menghasilkan keturunan
hitam semua, berarti marmot yang saudara miliki itu adalah homozigotik.

Contoh:

Anggaplah kita hendak akan melakukan uji silang antara marmut


jantan berbulu putih dengan marmut betina berbulu hitam yang
genotipnya tidak diketahui.

23
Skenario A : Betina hitam itu homozigot.

P: betina hitam x jantan putih

BB x bb

Gamet : hanya B hanya b

F1 : Bb

Semua keturunan hitam

Kesimpulan : induk betina hitam hanya menghasilkan satu


macam gamet saja. Karenanya bersifat dominan homozigot BB.

Skenario B: Betina hitam itu heterozigot

P : betina hitam x jantan putih

BB x bb

Gamet : B dan b hanya b

Kotak punnet :

b
B Bb
b bb

F1 1 Bb : 1 bb

1 hitam : 1 putih

Kesimpulan : induk betina hitam menghasilkan kedua jenis


gamet, karenanya bersifat dominan heterozigot Bb.

1. Ujisilang (testcross) pada dihibrid


Kembali pada contoh tanaman ercis dengan sifat-sifatnya
mengenai bentuk dan warna biji. Seperti diketahui:
B = biji bulat K = biji kuning

24
B = biji keriput k = biji hijau
Jika tanaman berbiji bulat-kuning homozigotik (BBKK)
disilingakan dengan tanaman berbiji keriput-hijau (bbkk), maka tanaman
F1 merupakan dihibrid berbiji bulat-kuning. Pada waktu dilakukan
ujisilang pada tanaman dihibrid ini didapatkan keturunan dengan
perbandingan 1:1:1:1.
P BBKK x bbkk
Bulat-kuning keriput-hijau

F1 BbKk (Bulat-kuning)

Ujisilang : BbKk x bbkk


Bulat-kuning keriput-hijau
Gamet BK, Bk, bK, bk gamet : bk

F2 BbKk = bulat-kuning (25%)


Bbkk = bulat-hijau (25%)
bbKk = keriput-kuning (25%)
bbkk = keriput-hijau (25%)
Ujisilang (testcross) pada dihibrid (BbKk x bbkk) yang menghasilkan
keturunan dengan perbandingan 1:1:1:1.

I. Sifat Intermediet
Sebagai contoh dapat digunakan penyerbukan silang tanaman bunga
pukul empat (Mirabilis Jalapa) . Jika serbuk sari berasal dari tanaman
homozigot berbunga merah (genotip MM) diberikan kepada putik dari
tanaman homozigot berbunga putih (genotip mm).
Maka didapatkan tanaman F1 heterozigot berbunga merah jambu
(genotip Mm). Warna merah jambu ini disebut sifat intermedier (antara merah
dan putih). Jika tanaman F1 dibiarkan mengadakan penyerbukan sendiri dan
kemudian biji biji nya tanaman, didapatkan tanam tanaman F2 yang
memperlihatkan perbandingan 1 merah : 2 merah jambu : 1 putih. Pada
keturunan berikutnya (F3) maka tanam tanaman berbunga putih. Tetapi
tanaman yang berbunga merah jambu akan selalu menghasilkan keturunan
yang memisah dengan perbandingan 1:2:1.
P MM mm
Gamet M m
F1 Mm

25
Gamet M dan m
F2

M N

M MM Mn

n Nn Nn

Tabel. hasil Persilangan tanaman homozigot berbunga merah (genotip MM)


diberikan kepada putik dari tanaman homozigot berbunga putih (genotip
mm).
No Genotip Fenotip Frekuensi
1 MM Merah I
2,3 Mm Merah muda 2
4 Mm Putih 1
Turunan pertama yang bergenotip Mm, berfenotip merah muda berarti, memiliki
sifat antara kedua induknya.

26

Anda mungkin juga menyukai