Anda di halaman 1dari 84

RESUME PEMULIAAN TANAMAN

Dibuat Oleh :
Gamaliel Brianthama Putra
C1011191152

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2022
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN PEMULIAAN TANAMAN

Pemuliaan tanaman adalah aktivitas mengubah


susunan genetik individu maupun populasi tanaman untuk suatu tujuan. Pemuliaan tanaman
kadang-kadang disamakan dengan penangkaran tanaman, aktivitas memelihara tanaman
untuk memperbanyak dan menjaga kemurnian; pada kenyataannya, aktivitas penangkaran
adalah sebagian dari pemuliaan. Selain melakukan penangkaran, pemuliaan berupaya
memperbaiki mutu genetik sehingga diperoleh tanaman yang semakin ada manfaatnya.

Pengetahuan mengenai perilaku biologi tanaman dan pengalaman


dalam budidaya tanaman merupakan hal yang paling menentukan keberhasilan usaha
pemuliaan, sehingga buku-buku teks seringkali menyebut pemuliaan tanaman
sebagai seni dan pengetahuan memperbaiki keturunan tanaman demi kemaslahatan
manusia.[1] Di perguruan tinggi, pemuliaan tanaman biasa dianggap sebagai
cabang agronomi (ilmu produksi tanaman) atau genetika terapan, sebab sifat
multidisiplinernya.

Pelaku pemuliaan tanaman disebut pemulia tanaman. Sebab pengetahuannya, seorang


pemulia tanaman biasanya juga menguasai agronomi dan genetika. Tugas pokok seorang
pemulia tanaman adalah merakit kultivar yang semakin baik:[2] memiliki ciri-ciri yang khas
dan semakin ada manfaatnya untuk penanamnya.

Aplikasi kultivar unggul padi dan gandum merupakan salah satu komponen penting
dalam Revolusi Hijau,[3] suatu paket penggunaan teknologi modern secara massal untuk
menggenjot produksi pangan dunia, khususnya gandum roti, jagung, dan padi. Dilihat dari
sudut pandang agribisnis, pemuliaan tanaman merupakan anggota dari
usaha perbenihan yang menempati posisi awal/hulu dari semuanya mata rantai

B. SEJARAH PEMULIAAN TANAMAN


Nama Mendel cukup dikenal oleh setiap orang yang mempelajari biologi. Pada tahun
1865 Mendel telah meletakkan dasar bagi perkembangan biologi modern, dengan menulis
makalah yang berjudul “Experiment in Plant Hybridization”, yang berisikan laporan hasil
percobaan mengenai persilangan-persilangan tanaman. Dalam laporan tersebut dia
mengemukakan beberapa hipotesis mengenai pewarisan material genetik dari tetua-tetua
kepada anaknya. Dari hasil penelitian tersebut lahirlah konsep genetik yaitu tentang adanya
faktor yang menentukan sifat-sifat organisme yang sekarang dikenal sebagai gen. Tetapi
pendapat Mendel ini tidak begitu saja dapat diterima oleh para ahli biologi masa itu.
Penemuan kromosom secara mikroskopik telah membantu proses pengakuan terhadap
kebenaran pendapat Mendel, karena apa yang dikemukakan oleh Mendel ternyata
mempunyai kesetaraan dengan apa yang terjadi pada kromosom. Pada tahun 1900 Von
Tscermak, de Vries dan Corren secara terpisah masing-masing mengemukakan
pendapatnya tentang teori Mendel, dan dapat diterima oleh para ahli biologi. Peristiwa ini
dikenal sebagai penemuan kembali teori Mendel.
Mendel mengembangkan teorinya berdasarkan hasil pengamatan terhadap hasil
persilangan tanaman kacang kapri (Pisum sativum). Teori ini kemudian akan diketahui
berlaku untuk semua gen yang terdapat pada inti makhluk eukaryot. Yang penting dari teori
Mendel ini adalah dapat diterimanya kebenaran adanya gen sebagai faktor yang menentukan
sifat-sifat organisme dan faktor yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Teori Mendel merupakan suatu kesimpulan dari hasil serentetan pekerjaan yang cukup
panjang dan meliputi beberapa generasi tanaman. Mendel mengumpulkan berbagai varietas
kacang-kacangan dan menanamnya di kebun sejak tahun 1857. Sebagian besar dari varietas
yang dikumpulkannya termasuk dalam spesies Pisum sativum dan sisanya masuk dalam
Pisum quadratum, Pisum saccharatum dan Pisum umbrellatum. Percobaan Mendel terutama
didasarkan pada pengamatan Pisum sativum. Mendel memilih sifat-sifat yang mudah
diamati, yaitu mempunyai ciri yang dapat dibedakan dengan nyata. Sifat-sifat tersebut
adalah

1. perbedaan bentuk biji matang : bulat dan keriput;


2. perbedaan warna albumen biji : kuning dan hijau;
3. perbedaan warna bunga putih dan ungu;
4. perbedaan warna polong sebelum matang : kuning dan hijau;
5. perbedaan bentuk polong matang : menggembung dan berkerut;
6. perbedaan kedudukan bungan : aksial dan terminal;
7. perbedaan tinggi tanaman : tinggi dan pendek.

Dalam persiapan ini Mendel menumbuhkan bahan tanaman tersebut selama dua tahun
berturut-turut. Setiap varietas ditanam terpisah dari varietas lain untuk mencegah terjadinya
perkawinan silang antar varietas. Mendel berusaha memurnikan varietas-varietas tersebut
dengan cara membuang biji-biji yang berbeda dari tetuanya, sehingga pada akhirnya untuk
setiap varietas diperoleh biji yang seragam. Untuk menjamin keberhasilan persilangan ini,
Mendel melakukan penyerbukan buatan dengan tangan. Biji-biji hasil persilangan tersebut
dicatat dan disimpan secara terpisah berdasarkan pasangan tetuanya. Turunan hasil
persilangan (hibrida) yang dikenal sebagai filial pertama atau F1 dicatat berdasarkan sifat-
sifat yang dipakai sebagai pembeda tetuanya. Mendel kemudian menanam biji F1, dan
tanaman yang tumbuh selanjutnya dibiarkan menyerbuk sendiri dan menghasilkan biji
generasi berikutnya yaitu F2. Dari sifat-sifat yang muncul pada F2, Mendel menyusun
teorinya. Mendel melakukan pengamatan sampai generasi F7. Tanaman F2 merupakan hasil
perkawinan antar F1, selanjutnya F3 merupakan hasil perkawinan antar F2, generasi F4, F5
dan seterusnya diperoleh dari perkawinan individu-individu dari generasi sebelumnya.
Untuk tujuan pengujian, Mendel juga melakukan persilangan antar F1 dengan tetuanya.
Peneliti-peneliti sebelum Mendel banyak yang mencatat dari percobaannya kejadian
yang sama seperti yang ditemukan oleh Mendel, seperti munculnya pada generasi yang
lebih lanjut sifat-sifat tetua yang hilang pada generasi F1. Mereka tidak berhasil
menerangkan alasan munculnya kejadian tersebut. Keberhasilan Mendel dalam menjawab
persoalan ini adalah berkat ketajamannya dalam mengamati perbandingan sifat yang
muncul dan menyusun suatu hubungan matematik. Walaupun hanya sedikit mengetahui
teori peluang dan statistika, Mendel telah mengetahui pentingnya jumlah pengamatan yang
besar.
Mendel juga melakukan percobaan yang sama pada tanaman dari spesies lain, dengan tujuan
untuk menguji apakah hukum yang dihasilkan dari tanaman kapri juga berlaku pada spesies
lain. Selain membahas data untuk setiap sifat, Mendel juga menyusun hipotesis berdasarkan
data yang merupakan kombinasi dari dua sifat dan tiga sifat. Pengamatan berdasarkan satu
sifat beda disebut monohibrid, dua sifat beda disebut dihibrid, tiga sifat beda disebut
trihibrid dan banyak sifat beda disebut polihibrid.Untuk mengawinkan (hibridisasi) dua
varietas tanaman kacang ercis, Mendel menggunakan sebuah kuas untuk memindahkan
polen karrier sperma dari sebuah tanaman ke sel telur dari tanaman lain. Pada kasus ini,
karakter yang diamati adalah warna bunga dari varietas tersebut adalah bunga ungu dan
bunga putih. Perkecambahan biji menghasilkann hibrid generasi pertama yang semuanya
berwarna ungu. Hasilnya yang sama diperoleh untuk penyilangan kebalikannya, yaitu
pemindahan polen dari bunga ungu ke bunga putih

A. Hukum Mendel I (Hukum Segregasi)

“Gen-gen dari suatu pasangan gen bersegregasi atau berpisah satu terhadap lainnya ke
dalam gamet-gamet, sehingga separuh gamet membawa salah satu gen dan separuh gamet
lainnya membawa satu gen lainnya dari pasangan gen tersebut.”

B. Hukum Mendel II (Hukum Berpadu Bebas)

Dalam mempelajari sifat monohibrid pada kacang kapri, Mendel beruntung (atau cukup
cerdik) telah memilih sifat-sifat yang diatur oleh gen-gen yang terletak pada kromosom
yang terpisah atau letaknya cukup berjauhan sehingga tidak bertautan.
Penelitian Mendel menyangkut dua pasang alel atau lebih menghasilkan perumusan
hukumnya yang kedua yaitu hukum Pemisahan dan pengelompokkan secara bebas. “Pada
waktu pembentukan gamet segregasi salah satu pasangan gen bebas dari pasangan gen
lainnya.”
Dua sifat yang dipelajari Mendel yaitu bentuk dan warna kapri. Pada penelitian terdahulu
diketahui bahwa biji bulat dominan terhadap biji keriput dan menghasilkan nisbah 3
: 1 pada keturunan F2. Mendel juga mendapatkan bahwa warna biji kuning (G) dominan
terhadap warna biji hijau (g) dan segregasi dengan nibah 3 : 1. Penyerbukan sendiri tanaman
F1 atau persilangan dua tanaman F1 akan menghasilkan empat macam gamet, masing-
masing dengan kemungkinan ¼.
Penentuan populasi F2 dari persilangan di atas dapat dikerjakan dengan pembuatan segi
empat Punnet, akan menunjukkan bahwa ada sembilan macam genotipe diantara enam belas
keturunan F2. Karena satu anggota dari tiap pasang alel bersifat dominan, maka hanya
empat macam fenotipe yang tampak
Istilah gen diajukan oleh Johannsen (1903) seorang pemulia tanaman dari Swedia,
untuk memberi nama faktor penentu sifat yana dikemukakan oleh Mendel. Kata ini berasal
dari kata Yunani “genes” yang berarti dilahirkan, dan Johannsen mengartikannya sebagai
permulaan.
Lokus. Istilah yang menunjukkan posisi gen pada kromosom. Setiap gen yang
mengendalikan sifat tertentu akan mempunyai tempat atau lokus tertentu pada kromosom.
Misalnya gen-gen penentu bentuk biji akan mempunyai lokus yang berbeda dari gen-gen
penentu warna biji. Untuk membedakan gen dari lokus yang berbeda biasa digunakan huruf
yang berbeda, misal A dan B. Gen-gen yang mengendalikan ciri yang berbeda untuk sifat
atau lokus yang sama biasa diberikan huruf yang sama yang dibedakan oleh huruf besar dan
huruf kecil. Dalam penggunaan sehari-hari sering istilah gen, selain sebagai istilah umum
untuk materi penentu sifat, juga sering disetarakan denganlokus.
Istilah alel digunakan untuk menunjukkan perbedaan gen yang berada pada lokus yang
sama. Sebagai contoh pada lokus warna kulit biji terdapat dua alel yaitu B dan b yang
masing-masing mengadakan ciri kuning (dominan) dan hijau (resesif). Sering huruf yang
digunakan untuk memberi sandi alel mengambil huruf pertama salah satu ciri sifat (ciri
dominan atau resesif). Misalnya R untuk ciri dominan bundar/bulat (Round) dan alel untuk
ciri keriput digunakan r. Dalam suatu lokus ada kemungkinan terdapat lebih dari dua alel,
dan kasus seperti ini disebut alel ganda. Munculnya berbagai alel dalam satu lokus
merupakan hasil dari mutasi, yaitu perubahan struktur gen, misal dari A menjadi a. Fenotipe
dan Genotipe. Fenotipe mempunyai makna jenis penampilan luar, yang biasa dapat diamati
seperti morfologi tanaman, daya adaptasi, dsb. Sebagai contoh warna bunga, bentuk biji,
atau tinggi tanaman. Genotipe mempunyai jenis gen yang mengendalikan penampakan
fenotipe. Misalnya untuk fenotipe bentuk biji dominan bundar, terdapat dua genotipe yaitu
RR dan Rr sedangkan untuk fenotipe biji keriput dikendalikan oleh genotipe rr. Homozigot
dan heterozigot. Kedua istilah ini diajukan oleh Bateson dan Snowdon (1902) untuk
menunjukkan keadaan alel suatu lokus. Homozigot berarti pada suatu lokus terdapat dua
alel yang sama misal AA atau aa; sedangkan heterozigot adalah dalam satu lokus terdapat
alel yang berbeda, Aa.
Interaksi Gen dan Penampakkan Gen Setelah penemuan Mendel dan penelitian awal
tentang pewarisan secara bebas, diketahui bahwa tidak semua keturunan yang segregasi
dapat dipisahkan menjadi kelas-kelas yang jelas dengan nisbah yang sederhana. Keragaman
nisbah genetika Mendel dapat dijelaskan berdasarkan adanya interaksi gen yaitu pengaruh
satu alel terhadap alel lain pada lokus yang sama dan juga pengaruh satu gen pada satu lokus
terhadap gen pada lokus lain.
Aktivitas pemuliaan tanamna bisa diberitahukan sebagia tekana evolusi yang sengaja
dilakukan oleh manusia. Pada masa prasejarah, pemuliaan tanaman telah dilakukan orang
sejak dimulainya domestikasi tanaman, namun dilakukan tanpa dasar pengetahuan yang
jelas. Sisa-sisa biji-bijian dari situs-situs peninggalan arkeologi menolong menyingkap
masa prasejarah pemuliaan tanaman. Catatan-catatan pertama dalam jumlah besar mengenai
berbagai macam tanaman diperoleh dari karya penulis-penulis romawi teruatama Plinius.

Pemuliaan Pada Masa Pramodern


Kebudayaan Romawi Kuna (abad ke-9 SM – abad ke-5 Masehi) meninggalkan banyak
tulisan mengenai keanekaragaman tanaman budidaya dan juga menyebut berbagai variasi
setiap jenis. Cato dengan De Agri Cultura[8] dan Plinius yang Tua dengan Naturalis
Historia, misalnya, memberi banyak informasi mengenai variasi tanaman dan khasiat
masing-masing untuk kesehatan.Kitab-kitab suci dari Asia Barat, seperti Al-Qur'an,[9] juga
menyebut mengenai variasi pada beberapa tanaman. Hal ini menunjukkan telah ada
kesadaran dalam memilih bahan tanam dan pemilihan kultivar tertentu dengan target
konsumen yang berbeda-beda.
Pada permulaan milenium pertama dan paruh pertama milenium kedua telah terjadi
pertukaran komoditi pertanian yang berakibat migrasi sejumlah bahan
pangan. Pisang menyebar dari Asia Tenggara maritim ke arah barat sampai pantai
timur Afrika. Berbagai tanaman rempah, seperti merica dan ketumbar, dan tanaman "suci",
seperti randu alas dan beringin, menyebar dari India ke Nusantara. Namun demikian,
pertukaran tanaman yang intensif terjadi setelah penjelajahan orang Eropa.

Kolonialisme dan Penyebaran Tanaman Eksotik


Meskipun penyebaran tanaman telah terjadi sebelum kolonialisme. Zaman penjajahan
sejak abad ke-14 dan kolonialisme yang menyusulnya telah membawa pengaruh yang
dramatis dalam budidaya tanaman. Segera setelah
orang Spanyol dan Portugis menaklukkan Amerika dan menemukan jalur laut ke Tiongkok,
terjadi pertukaran berbagai tanaman dari Dunia Baru ke Dunia Lama, dan
sebaliknya. Kopi yang bersumber Afrika, misalnya, dibawa ke Amerika dan Asia (dibawa
ke Nusantara pada abad ke-18 awal). Kelak (abad ke-18) tebu juga menyebar dari Asia
Tenggara menuju Amerika tropis, seperti Karibia dan Guyana. Namun demikian, yang
semakin intensif adalah penyebaran berbagai tanaman budidaya penduduk asli Amerika ke
tempat lain: jagung, kentang, tomat, cabai, kakao, para (karet), serta berbagai tanaman buah
dan hias.
Pada abad ke-18, terjadi gelombang rasionalisasi di Eropa sebagai dampak Masa
Pencerahan. Orang-orang kaya di Eropa (dan pada tingkat tertentu juga di Cina dan Jepang)
mulai meminati koleksi tanaman eksotik dan kebun-kebun kastil mereka yang lebar menjadi
tempat koleksi berbagai tanaman dari negeri asing. Pada abad ke-18 mulai mengembang
perkebunan-perkebunan monokultur (satu macam tanaman pada satu petak lahan). Berbagai
tanaman penghasil komoditi dagang utama dunia seperti tebu, teh, kopi, lada,
dan tarum dibudidayakan di berbagai tanah yang dijajah, termasuk Kepulauan Nusantara,
tentu saja dengan melibatkan perbudakan atau tanam paksa. Pada abad ini
pula cengkeh dan pala mulai ditanam di luar Maluku, sehingga harganya menurun dan tidak
lagi menjadi rempah-rempah yang eksklusif.
Pola pertanaman monokultur yang diterapkan pada abad ke-18 dan ke-19 di Eropa dan
perkebunan-perkebunan di berbagai negeri yang dijajah memakan korban dengan terjadinya
dua wabah besar: serangan hawar kentang Phytophthora infestans yang
menyebabkan Wabah Kelaparan Besar di Irlandia, Skotlandia serta beberapa wilayah Eropa
lainnya sejak 1845 dampak dan hancurnya perkebunan kopi arabika dan liberika dampak
serangan karat daun Hemileia vastatrix di perkebunan dataran rendah Afrika dan Asia sejak
1861 sampai penghabisan abad ke-19. Pada tahun 1880-an juga bertambah luas
wabah penyakit sereh di berbagai perkebunan tebu dunia.
Para botaniwan dan ahli pertanian kemudian segera mengambil pelajaran dari kasus-
kasus ini untuk menyediakan bahan tanam yang tahan terhadap serangan organisme
pengganggu, sekaligus memberikan hasil yang semakin elok. Usaha-usaha perbaikan mutu
genetik tanaman perkebunan mulai dilakukan pada penghabisan abad ke-19 di beberapa
kawasan koloni, termasuk Hindia-Belanda.
Kebun penelitian gula (tebu) pertama kali didirikan di Semarang tahun 1885
(Proefstation Midden Java), setahun kemudian didirikan pula di Kagok, Jawa Barat, dan
menyusul di Pasuruan tanggal 8 Juli 1887 (Proefstation Oost Java, POJ). Salah satu misinya
adalah mengatasi kerugian dampak penyakit sereh. Pada tahun 1905 seluruh penelitian
gula/tebu dipusatkan di Pasuruan (sekarang menjadi P3GI). Berbagai klon tebu hasil
lembaga penelitian ini pernah termasuk sebagai kultivar tebu paling unggul di dunia di
paruh pertama abad ke-20, seperti POJ 2364, POJ 2878, dan POJ 3016 sehingga menjadikan
Jawa sebagai produsen gula terbesar di belahan timur bumi.
Pusat penelitian karet (sekarang menjadi Pusat Penelitian Karet Indonesia) didirikan di
Sungei Putih, Sumatera Utara, oleh AVROS, dan pemuliaan para dimulai sejak
1910.[14] AVROS juga mendirikan lembaga penelitian kelapa sawit (sekarang populer
sebagai PPKS) di Marihat, Sumatera Utara pada tahun 1911, meskipun tanaman ini sudah
sejak 1848 didatangkan ke Medan/Deli dan Bogor.

Abad ke-20: Pemuliaan berbasis pengetahuan


Permulaan abad ke-20 menjadi titik perkembangan pemuliaan tanaman yang berbasis
pengetahuan pengetahuan. Perkembangan pesat dalam botani, genetika, agronomi,
dan statistika tumbuh sebagai motor utama modernisasi pemuliaan tanaman sejak
permulaan abad ke-20 sampai 1980-an. Mekanisasi pertanian di dunia yang bertambah luas
sejak 1950-an memungkinkan penanaman secara massal dengan tenaga kerja minimal.
Ketika biologi molekular tumbuh pesat sejak 1970-an, pemuliaan tanaman juga mengambil
manfaat darinya, dan mulailah perkembangan pemuliaan tanaman yang didukung
pengetahuan tersebut sejak 1980-an. Bioinformatika juga perlahan-lahan mengambil peran
statistika sebagai pendukung utama dalam analisis data eksperimen.

Gelombang pertama: pemuliaan konvensional


Jagung hibrida mendominasi 90% lahan jagung di Amerika Serikat pada tahun 1940. Di
Indonesia 50% lahan jagung ditanami jagung hibrida tahun 2010.
Penemuan kembali Hukum Pewarisan Mendel pada tahun 1900, eksperimen
terhadap seleksi atas generasi hasil persilangan dan galur murni oleh Wilhelm
Johannsen (dekade pertama abad ke-20), peletakan dasar Hukum Hardy-
Weinberg (1908 dan 1909), dan penjelasan pewarisan kuantitatif berbasis Hukum
Mendel oleh Sir Ronald Fisher pada tahun 1916 memberikan banyak dasar-dasar
teoretik terhadap berbagai fenomena yang telah dikenali dalam praktik dan menjadi
dasar untuk aplikasi pengetahuan dan teknologi dalam perbaikan kultivar.
Perkembangan yang paling revolusioner dalam genetika dan pemuliaan tanaman
adalah ditemukannya metode perakitan varietas hibrida pada tahun 1910-an setelah
serangkaian percobaan persilangan galur murni di Amerika Serikat sejak penghabisan
abad ke-19 oleh Edward M. East, George H. Shull dan Donald F. Jones yang
memanfaatkan gejala heterosis. Ditemukannya teknologi mandul jantan pada tahun
1940-an semakin meningkatkan efisiensi perakitan varietas hibrida.
Metode budidaya yang semakin efisien dan mendorong intensifikasi dalam
pertanian, dengan penggunaan pupuk kimia, pestisida, dan mekanisasi pertanian,
memunculkan lahan pertanian dengan kepentingan benih berjumlah besar dan mulai
menghasilkan "raksasa" dalam industri perbenihan. Tumbuhnya industri perbenihan
juga dimungkinkan sejak adanya varietas hibrida sebab benih yang harus dibeli petani
memungkinkan industri perbenihan untuk tumbuh. Dari sini mulai muncul pula
isu perlindungan varietas tanaman. Di Amerika Serikat muncul Dekalb dan Pioneer Hi-
Bred sebagai pemain utama dalam industri benih. Dari Eropa, wilayah yang telah
memulai produksi benih setengah industrial pada abad ke-19, muncul KWS Saat dan
NPZ (Jerman), serta SW Seeds (Swedia) sebagai pemain utama di segi perbenihan
tanaman serealia dan pakan ternak hijauan. Di Taiwan dan Jepang juga mengembang
perusahaan benih yang menguasai pasar regional Asia, seperti Sakata (Jepang) dan
Known You Seeds (Taiwan).
Seusai Perang Dunia II (PD II) perbaikan genetik gandum yang
didukung Yayasan Rockefeller di lembaga penelitian yang didanainya
di Meksiko sebagai anggota dari paket teknologi untuk melipatgandakan hasil gandum
menunjukkan keberhasilan. Strategi ini, yang dikonsep oleh Norman Borlaug, kemudian
dicoba untuk diterapkan pada tanaman pokok lain, khususnya padi dan
beberapa serealia minor lainnya (seperti sorgum dan milet) dan didukung oleh FAO.
Revolusi dalam teknik bercocok tanam ini kelak dikenali secara iinformal
sebagai Revolusi Hijau. Untuk mendukung revolusi ini banyak dibentuk lembaga-
lembaga penelitian perbaikan tanaman bertaraf dunia seperti CIMMYT (di Meksiko,
1957; sebagai kelanjutan dari lembaga milik Yayasan Rockefeller), IRRI (di Filipina,
1960), ICRISAT (di Andhra Pradesh, India, 1972), dan CIP (di La Molina, Peru).
Lembaga-lembaga ini sekarang tergabung dalam CGIAR dan koleksi serta hasil-hasil
penelitiannya bersifat publik.
Penghabisan PD II juga menjadi permulaan mengembangnya teknik-teknik baru
dalam perluasan latar genetik tanaman. Mutasi buatan, yang tekniknya dikenali sejak
1920-an, mulai lebar dikembangkan pada tahun 1950-an sampai dengan 1970-an
sebagai metode untuk menambahkan variabilitas genetik. Pemuliaan dengan
menggunakan teknik mutasi buatan ini dikenali sebagai pemuliaan mutasi. Selain
mutasi, teknik perluasan latar genetik juga menggunakan teknik poliploidisasi buatan
menggunakan kolkisin, yang dasar-dasarnya diperoleh dari berbagai percobaan oleh
Karpechenko pada tahun 1920-an. Tanaman poliploid biasanya berukuran semakin
besar dan dengan demikian memiliki hasil yang semakin tinggi.

Gelombang kedua: Integrasi bioteknologi dalam pemuliaan


Daun dari kacang tanah yang telah direkayasa dengan sisipan gen cry dari Bacillus
thuringiensis (bawah) tidak disukai ulat penggerek.
Gelombang bioteknologi, yang memanfaatkan berbagai metode biologi
molekuler, yang mulai menguat pada tahun 1970-an mengimbas pemuliaan
tanaman. Tanaman transgenik pertama dilaporkan nyaris bersamaan pada tahun
1983, yaitu tembakau, Petunia, dan bunga matahari. Selanjutnya muncul berbagai
tanaman transgenik dari berbagai spesies lain; yang terpopuler dan kontroversial adalah
pada jagung, kapas, tomat, dan kedelai yang disisipkan gen-gen toleran herbisida atau
gen ketahanan terhadap hama tertentu.
Perkembangan ini memunculkan wacana pemberian hak paten terhadap metode,
gen, serta tumbuhan terlibat dalam babak rekayasa ini. Kalangan aktivis lingkungan dan
sebagian filsuf menilai hal ini kontroversial dengan memunculkan
kritik ideologis dan etis terhadap praktik ini sebagai reaksinya, terutama sebab teknologi
ini dikuasai oleh segelintir perusahaan multinasional. Isu politik, lingkungan, dan etika,
yang sebelumnya tidak pernah masuk dalam khazanah pemuliaan tanaman, mulai
masuk sebagai pertimbangan baru. Sebagai jawaban atas kritik terhadap tanaman
transgenik, pemuliaan tanaman sekarang mengembangkan teknik-teknik bioteknologi
dengan risiko lingkungan yang semakin rendah seperti SMART Breeding ("Pemuliaan
SMART") dan Breeding by Design, yang mendasarkan diri pada pemuliaan dengan
penanda, dan juga penggunaan teknik-teknik pengendalian regulasi ekspresi gen seperti
peredaman gen, dan kebalikannya, pengaktifan gen. Meskipun penggunaan teknik-
teknik terbaru telah dilakukan untuk memperluas keanekaragaman genetik tanaman,
nyaris semua produsen benih, elok yang komersial maupun publik, masih
mengandalkan pada pemuliaan tanaman "konvensional" dalam berbagai programnya.
Di arah lainnya, gerakan pemuliaan tanaman "gotong-royong" atau partisipatif
(participatory plant breeding) juga menjadi jawaban atas kritik lenyapnya kekuasaan
petani atas benih. Gerakan ini tidak mengarah pada perbaikan hasil secara massal, tetapi
semakin mengarahkan petani, khususnya yang masih tradisional, untuk tetap menguasai
benih yang telah mereka tanam secara turun-temurun sambil memperbaiki mutu
genetiknya. Perbaikan mutu genetik tanaman dipilihkan sendiri arahnya oleh petani dan
pemulia menolong mereka dalam melakukan programnya sendiri.[21] Istilah "gotong-
royong" (participatory) digunakan untuk menggambarkan keterlibatan semua pihak
(petani, LSM, pemulia, dan pedagang benih) dalam aktivitas produksi benih dan
pemasarannya. Gerakan ini sangat memerlukan desakan dari organisasi non-pemerintah
(LSM), khususnya pada masyarakat tidak berorientasi komersial.

C. TUJUAN PEMULIAAN TANAMAN


Tujuan dalam program pemuliaan tanaman didasarkan pada strategi jangka
panjang untuk mengantisipasi berbagai perubahan arah konsumen atau keadaan
lingkungan. Pemuliaan padi, misalnya, pernah diarahkan pada peningkatan hasil, tetapi
sekarang titik berat diarahkan pada perakitan kultivar yang toleran terhadap kondisi
ekstrem (tahan genangan, tahan kekeringan, dan tahan lahan bergaram) sebab proyeksi
perubahan iklim dalam 20–50 tahun mendatang. Tujuan pemuliaan akan diterjemahkan
menjadi program pemuliaan.
Ada dua tujuan umum dalam pemuliaan tanaman: peningkatan ketentuan
terhadap hasil yang tinggi dan perbaikan kualitas produk yang dihasilkan. Peningkatan
ketentuan terhadap hasil biasanya diarahkan pada peningkatan daya hasil, cepat
dipanen, ketahanan terhadap organisme pengganggu atau kondisi dunia yang kurang
elok untuk usaha tani, serta kecocokan terhadap perkembangan teknologi pertanian
lainnya. Hasil yang tinggi menjamin terjaganya persediaan bahan mentah untuk diolah
semakin lanjut. Tanaman yang berumur singkat (genjah) akan memungkinkan efisiensi
penggunaan lahan yang semakin tinggi. Ketahanan terhadap organisme pengganggu
atau kondisi dunia yang tidak mendukung akan menolong pelaku usaha tani
menghindari kerugian besar dampak serangan hama, penyakit, serta bencana dunia.
Beberapa tanaman tertentu yang dalam usaha budidayanya melibatkan banyak peralatan
mekanik memerlukan populasi yang seragam atau khas agar bisa sesuai dengan
kemampuan mesin dalam bekerja.
Usaha perbaikan kualitas produk adalah tujuan utama kedua. Tujuan semacam
ini bisa diarahkan pada perbaikan ukuran, warna, kandungan bahan tertentu (atau
penambahan serta penghilangan substansi tertentu), pembuangan sifat-sifat yang tidak
disukai, ketahanan simpan, atau keindahan serta keunikan.
Perkembangan bioteknologi di penghabisan abad ke-20 telah menolong pemuliaan
terhadap tanaman yang mampu menghasilkan bahan pangan dengan kandungan gizi
tambahan (pangan fungsional) atau berisi bahan pengobatan tertentu (pharmcrops,
aktivitasnya dikenali sebagai crop pharming).

PEWARISAN SIFAT, HERITABILITAS, KERAGAMAN, DAN PENILAIAN


TENTANG KERAGAMAN TANAMAN
A. PEWARISAN SIFAT

Pemuliaan tanaman mencakup tindakan penangkaran koleksi bahan/material


pemuliaan (dikenal pula sebagai plasma nutfah atau germplasms), penciptaan kombinasi
sifat-sifat baru (biasanya melalui persilangan yang intensif), dan seleksi terhadap bahan
yang dipunyai. Semua tindakan ini dilakukan setelah tujuan spesifik program pemuliaan
dipilihkan sebelumnya.

Koleksi plasma nutfah

Koleksi plasma nutfah bisa disimpan dalam bank/gudang benih.

Plasma nutfah adalah bahan baku dasar pemuliaan sebab di sini tersimpan
berbagai keanekaragaman sifat yang dipunyai oleh masing-masing nomor koleksi
(aksesi). Tanpa keanekaragaman, perbaikan sifat tidak mungkin dilakukan.Usaha
pencarian plasma nutfah baru berarti eksplorasi ke tempat-tempat yang secara
tradisional menjadi pusat keanekaragaman hayati (atau hutan) atau dengan melakukan
pertukaran koleksi. Lembaga-lembaga publik seperti IRRI dan CIMMYT menyediakan
koleksi plasma nutfah untuk publik secara lepas sama sekali bea, namun untuk
kepentingan bidang usaha diatur oleh perjanjian selang pihak-pihak yang terkait.

Peningkatan keragaman (variabilitas) genetik


Keanekaragaman dalam plasma nutfah merupakan bahan dasar untuk perakitan kultivar
baru.

Apabila aksesi tidak ada satu pun yang memiliki suatu sifat yang diinginkan,
pemulia tanaman melakukan beberapa metode untuk merakit individu yang memiliki
sifat ini. Beberapa metode yang bisa dilakukan adalah introduksi bahan
koleksi, persilangan, manipulasi kromosom, mutasi dengan paparan radioaktif atau
bahan kimia tertentu, penggabungan (fusi) protoplas/inti sel, manipulasi urutan gen,
transfer gen, dan manipulasi regulasi gen.

Empat metode yang disebut terakhir kerap dianggap sebagai anggota


dari bioteknologi pertanian (green biotechnology). Tiga metode yang terakhir adalah
anggota dari rekayasa genetika dan dianggap sebagai "pemuliaan tanaman molekular"
sebab menggunakan metode-metode biologi molekular.

Introduksi
Mendatangkan bahan tanam dari tempat lain (introduksi) merupakan metode
paling sederhana untuk meningkatkan keragaman (variabilitas) genetik. Seleksi
penyaringan (screening) dilakukan terhadap koleksi plasma nutfah yang didatangkan
dari berbagai tempat dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Pengetahuan
mengenai pusat keanekaragaman (diversitas) tumbuhan penting untuk penerapan
metode ini. Keanekaragaman genetik untuk suatu spesies tidaklah sama di semua tempat
di dunia. N.I. Vavilov, ahli botani dari Rusia, memperkenalkan teori "pusat
keanekaragaman" (centers of origin) untuk keanekaragaman tumbuhan. Contoh
pemuliaan yang dilakukan dengan metode ini adalah pemuliaan untuk berbagai macam
tanaman buah asli Indonesia, seperti durian dan rambutan, atau tanaman pohon lain yang
mudah digandakan secara vegetatif, seperti ketela pohon dan jarak pagar. Introduksi
bisa dikombinasi dengan persilangan.

Persilangan

Malai padi dibungkus dengan kertas pelindung untuk mencegah penyerbukan


yang tidak dikehendaki. Persilangan masih menjadi tulang punggung industri
perbenihan sampai saat ini. Persilangan merupakan metode yang terpopuler untuk
meningkatkan variabilitas genetik, bahkan sampai sekarang sebab murah, efektif, dan
relatif mudah dilakukan. Berbagai galur hasil rekayasa genetika pun biasanya masih
memerlukan beberapa kali persilangan untuk memperbaiki penampilan sifat-sifat
barunya.

Pada dasarnya, persilangan adalah manipulasi komposisi gen dalam populasi.


Keberhasilan persilangan memerlukan prasyarat pemahaman akan
babak reproduksi tanaman yang bersangkutan (biologi bunga). Berbagai macam skema
persilangan telah dikembangkan (terutama pada pertengahan abad ke-20) dan
menghasilkan sekumpulan metode pemuliaan yang telah diterapkan pada berbagai
perusahaan perbenihan.Walaupun secara teknis relatif mudah, keberhasilan persilangan
perlu mempertimbangkan ketepatan waktu berbunga (sinkronisasi), keadaan
lingkungan yang mendukung, kemungkinan inkompatibilitas, dan sterilitas keturunan.

Keterampilan teknis dari petugas persilangan juga bisa berpengaruh pada


keberhasilan persilangan. Pada sejumlah tanaman, seperti jagung, padi, dan Brassica
napus (rapa), penggunaan teknologi mandul jantan bisa menolong mengurangi
hambatan teknis sebab persilangan bisa dilakukan tanpa bantuan manusia. Semua
varietas unggul padi, jagung, dan kedelai yang ditanam di Indonesia saat ini dirakit
melalui persilangan yang diikuti dengan seleksi. Perkembangan dalam biologi
molekular memunculkan metode-metode pemuliaan baru yang ditolong
dengan penanda genetik dan dikenali sebagai pemuliaan dengan penanda.

Manipulasi kromosom
Yang termasuk dalam metode ini adalah semua manipulasi ploidi, elok
poliploidisasi (penggandaan genom) maupun pengubahan jumlah
kromosom. Gandum roti dikembangkan dari penggabungan tiga genom spesies yang
berbeda-beda. Semangka tanpa biji dikembangkan dari persilangan
semangka tetraploid dengan semangka diploid. Pengubahan jumlah kromosom (seperti
pembuatan galur trisomik atau monosomik) biasanya dilakukan sebagai alat analisis
genetik untuk menentukan posisi gen-gen yang mengatur sifat tertentu. Galur dengan
jumlah kromosom yang tidak berimbang seperti itu mengalami hambatan dalam
pertumbuhannya. Teknik pemuliaan ini sebenarnya juga mengandalkan persilangan
dalam praktiknya.

Pemuliaan dengan bantuan mutasi


Pemuliaan tanaman dengan bantuan mutasi (dikenal pula sebagai pemuliaan
tanaman mutasi) adalah teknik yang pernah cukup populer untuk menghasilkan variasi-
variasi sifat baru. Teknik ini pertama kali diterapkan oleh Stadler pada tahun 1924 tetapi
prinsip-prinsip pemanfaatannya untuk pemuliaan tanaman ditaruh oleh Åke Gustafsson
dari Swedia. Tanaman dipaparkan pada sinar radioaktif dari isotop tertentu (biasanya
kobal-60) dengan dosis rendah sehingga tidak mematikan tetapi mengubah
sejumlah basa DNA-nya. Mutasi pada gen akan bisa mengubah penampilan tanaman.
Pada tanaman yang bisa digandakan secara vegetatif, induksi jaringan kimera sudah
cukup untuk menghasilkan kultivar baru. Pada tanaman yang digandakan dengan biji,
mutasi harus terbawa oleh sel-sel reproduktif, dan generasi selanjutnya (biasa disebut
M2, M3, dan seterusnya) diseleksi.
Pemuliaan mutasi sejak penghabisan abad ke-20 telah dilakukan pula dengan
melakukan mutasi pada jaringan yang dibudidayakan (kultur jaringan) atau dengan
bantuan teknik TILLING. TILLING menolong mutasi secara semakin terarah sehingga
hasilnya semakin bisa diramalkan. Sampai tahun 2006 telah dihasilkan semakin dari
2300 kultivar tanaman dengan mutasi, 566 di selangnya adalah tanaman hias.

Manipulasi gen dan ekspresinya


Metode-metode yang melibatkan penerapan genetika molekular masuk dalam
gugusan ini, seperti teknologi antisense, peredaman gen (termasuk interferensi
RNA), rekayasa gen, dan overexpression. Meskipun teknik-teknik ini telah dikenali
sukses diterapkan dalam skala percobaan, belum ada kultivar komersial yang dirilis
dengan cara-cara ini.

Transfer gen

Alat biolistik untuk transfer gen.


Transfer gen sebagai alat untuk menghasilkan keragaman genetik tanaman mulai
dikembangkan sejak 1980-an, setelah orang menemukan enzim endonuklease restriksi
dan mengetahui metode menyisipkan fragmen DNA organisme asing ke dalam
kromosom penerima, dan diciptakannya alat sekuensing DNA. Teknik transfer gen juga
memerlukan keterampilan dalam budidaya jaringan untuk mendukung babak ini. Sebab
memerlukan biaya sangat tinggi, hanya industri agrokimia yang sanggup menggunakan
metode ini. Dampak dari hal ini berkembanglah isu "penguasaan gen" sebagai isu politik
baru sebab gen-gen "buatan" dan kultivar yang dihasilkan dikuasai oleh segelintir
perusahaan multinasional besar.

Dalam transfer gen, fragmen DNA dari organisme lain (baik mikroba, hewan,
atau tanaman), atau bisa pula gen sintetik, disisipkan ke dalam tanaman penerima
dengan harapan gen "baru" ini akan terekspresi dan meningkatkan kelebihan tanaman
tersebut. Strategi pemuliaan ini banyak mendapat penentangan dari kelompok-
kelompok lingkungan sebab kultivar yang dihasilkan dianggap membahayakan
lingkungan jika dibudidayakan.

Penyisipan gen dilakukan melalui berbagai cara: transformasi dengan


perantara bakteri penyebab puru tajuk Agrobacterium (terutama untuk tanaman non-
monokotil), elektroporasi terhadap membran sel, biobalistik (penembakan partikel), dan
transformasi dengan perantara virus.

Identifikasi dan seleksi terhadap bahan pemuliaan


Penyaringan adalah salah satu metode mengidentifikasi sifat yang dipunyai
bahan pemuliaan. Galur di sebelah kanan rentan terhadap kegaraman tinggi, sedangkan
di sebelah kiri toleran. Bahan atau materi pemuliaan dengan keanekaragaman yang lebar
selanjutnya perlu diidentifikasi sifat-sifat khas yang dibawanya, diseleksi berdasarkan
hasil identifikasi sesuai dengan tujuan program pemuliaan, dan dievaluasi kestabilan
sifatnya sebelum dinyatakan layak dilepas kepada publik. Dalam babak ini penguasaan
berbagai metode percobaan, metode seleksi, dan juga "naluri" oleh seorang pemulia
sangat diperlukan.

Identifikasi kelebihan
Usaha perluasan keanekaragaman akan menghasilkan banyak bahan yang harus
diidentifikasi. Pertimbangan sumber daya menjadi faktor pembatas dalam menguji
banyak bahan pemuliaan. Di masa lalu identifikasi dilakukan dengan pengamatan yang
mengandalkan naluri seorang pemulia dalam memilih beberapa individu unggulan.
Program pemuliaan modern mengandalkan rancangan percobaan yang diusahakan
seekonomis tetapi seakurat mungkin. Percobaan bisa dilakukan di laboratorium untuk
pengujian genotipe/penanda genetik atau biokimia, di rumah kaca untuk penyaringan
ketahanan terhadap hama atau penyakit, atau lingkungan di bawah optimal, serta di
lapangan buka. Tahap identifikasi bisa dilakukan terpisah maupun terintegrasi dengan
tahap seleksi.

Seleksi
Banyak metode seleksi yang bisa diterapkan, penggunaan masing-masing
dipilihkan oleh berbagai hal, seperti moda reproduksi (klonal, berpenyerbukan sendiri,
atau silang), heritabilitas sifat yang menjadi target pemuliaan, serta ketersediaan biaya
dan sarana, serta jenis kultivar yang akan diciptakan. Tanaman yang bisa digandakan
secara klonal merupakan tanaman yang relatif mudah babak seleksinya. Keturunan
pertama hasil persilangan bisa langsung diseleksi dan dipilih yang menunjukkan sifa-
sifat terbaik sesuai yang diinginkan.
Seleksi massa dan seleksi galur murni bisa diterapkan terhadap tanaman dengan
semua moda reproduksi. Hasil persilangan tanaman berpenyerbukan sendiri yang tidak
menunjukkan depresi silang-dalam seperti padi dan gandum bisa pula diseleksi secara
curah (bulk). Teknik modifikasi seleksi galur murni yang sekarang banyak dipakai
adalah keturunan biji tunggal (single seed descent, SSD) sebab bisa menghemat tempat
dan tenaga kerja.

Terhadap tanaman berpenyerbukan silang atau mudah bersilang, seleksi berbasis


nilai pemuliaan (breeding value) dianggap yang paling efektif. Berbagai metode, seperti
seleksi "tongkol-ke-baris" (beserta modifikasinya), seleksi saudara tiri, seleksi saudara
kandung, dan seleksi saudara kandung timbal-balik (reciprocal selection), diterapkan
apabila tanaman memenuhi syarat perbanyakan seperti ini. Metode seleksi timbal-balik
yang berulang (recurrent reciprocal selection) adalah program seleksi jangka panjang
yang banyak diterapkan perusahaan-perusahaan besar benih untuk
memperbaiki lungkang gen (gene pool) yang mereka miliki. Dua atau semakin lungkang
gen perlu dipunyai dalam suatu program pembuatan varietas hibrida.

Penggunaan penanda genetik sangat menolong dalam mempercepat babak


seleksi. Apabila dalam pemuliaan konvensional seleksi dilakukan berdasarkan
pengamatan langsung terhadap sifat yang dilihat dan dilihat, aplikasi pemuliaan
tanaman dengan penanda (genetik) dilakukan dengan melihat hubungan selang alel
penanda dan sifat yang dilihat dan dilihat. Agar agar teknik ini bisa dilakukan, hubungan
selang alel/genotipe penanda dengan sifat yang dilihat dan dilihat harus ditegakkan
terlebih dahulu.

Evaluasi (pengujian)
Bahan-bahan pemuliaan yang telah terpilih harus dievaluasi atau diuji terlebih
dahulu dalam kondisi lapangan sebab babak seleksi biasanya dilakukan pada lingkungan
terbatas dan dengan ukuran populasi kecil. Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah
kelebihan yang ditunjukkan sewaktu seleksi juga dipertahankan dalam kondisi lahan
pertanian buka dan dalam populasi besar. Selain itu, bahan pemuliaan terpilih juga akan
dibandingkan dengan kultivar yang sudah semakin dahulu dirilis. Yang dipersiapkan
menjadi kultivar yang tidak mampu mengungguli kultivar yang sudah semakin dahulu
dirilis akan dicoret dalam babak ini. Apabila bahan pemuliaan lolos tahap evaluasi,
beliau akan disiapkan untuk dirilis sebagai kultivar baru.

Dalam praktik, biasanya ada tiga jenis evaluasi atau pengujian yang diterapkan
sebelum suatu kultivar dilepas, yaitu uji pendahuluan (melibatkan 20-50 bahan
pemuliaan terseleksi), uji daya hasil pendahuluan (maksimum 20), dan uji
multilingkungan/multilokasi (atau uji daya hasil lanjutan, biasanya kurang dari 10).
Semakin lanjut tahap pengujian, ukuran plot percobaan semakin besar. Setiap negara
memiliki aturan tersendiri mengenai bakuan untuk masing-masing jenis pengujian dan
jenis tanaman.Yang dipersiapkan menjadi kultivar yang akan dirilis/dilepas ke publik
diajukan kepada badan pencatat (registrasi) perbenihan untuk disetujui pelepasannya
setelah pihak yang akan merilis memberi informasi mengenai ketersediaan benih yang
akan diperdagangkan.

Perbenihan

Benih kultivar unggul yang dirilis dikuasai oleh pemulia yang merakitnya dan
hak ini dinamakan "perlindungan varietas" atau "hak pemulia" (breeder's right). Benih
di tangan pemulia disebut benih pemulia ("breeder seed") dan terbatas jumlahnya. Benih
pemulia tersedia hanya terbatas dan perbanyakannya sepenuhnya dikontrol oleh
pemulia.

Kritik atas program pemuliaan tanaman


Pemuliaan tanaman masih menjadi salah satu tumpuan dalam usaha penyediaan
pangan dunia; meskipun demikian, sejumlah isu dan keprihatinan telah dilemparkan
terhadap program pemuliaan tanaman.

Penyempitan keanekaragaman genetic


Penyempitan keanekaragaman genetik merupakan isu mendasar yang telah
disuarakan dan disadari sejak permulaan pemuliaan tanaman modern. Dampak fokus
pada peningkatan produksi dan mutu hasil, sebagian kecil variasi genetik mendominasi
pertanaman. Seleksi yang dilakukan dalam program pemuliaan tanaman mengakibatkan
ketatnya keragaman genetik tanaman yang dibudidayakan. Keadaan diperparah dengan
sedikitnya pilihan kultivar yang ditanam petani sebab tuntutan konsumen akan
keseragaman produk.
Tanaman menjadi mudah terserang hama dan penyakit, sebab organisme
pengganggu semakin tinggi plasitisitas fenotipiknya daripada tanaman budidaya.
Beberapa wabah besar telah terjadi dampak hal ini, seperti hawar kentang, hawar
jagung, dan tungro pada padi (lewat perantara wereng coklat). Suatu kajian terhadap
kandungan gizi sejumlah kultivar tanaman sayuran kebun dari tahun 1950 sampai 1999
menunjukkan efek kompensasi penurunan sejumlah kandungan gizi dampak fokus
diberikan kepada hasil, termasuk 6% protein dan 38% riboflavin (vitamin
B2).[28] Ketatnya latar belakangan genetik juga akan menyebabkan stagnasi dalam
program pemuliaan. Untuk mengatasi hal ini, program pemuliaan modern memasukkan
persilangan dengan kerabat jauh atau bahkan spesies yang berbeda untuk memperluas
variabilitas. Selain itu, persyaratan kestabilan penampilan untuk sejumlah spesies
tanaman diperlunak sehingga kultivar yang bersifat spesifik lokasi juga bisa disetujui
untuk dirilis.

Penguasaan plasma nutfah


Biasanya kultivar tanaman masa kini dihasilkan oleh sebagian kecil perusahaan
benih, beberapa di selangnya bermodal kuat, transnasional, dan menguasai teknologi
tinggi. Masyarakat adat, yang sebelum terjadi industrialisasi pertanian menguasai benih
berangsur-angsur terdesak perannya dan petani lambat-laun tergantung pada pasokan
benih dari industri benih. Hal ini dipandang tidak adil oleh anggota gerakan anti-
globalisasi. Keadaan ini sedikit banyak merupakan dampak dari Revolusi Hijau, yang
berfokus pada peningkatan hasil, dan pemberlakuan prinsip Perlindungan Varietas
Tanaman (Hak Cipta Pemulia Tanaman).
`Salah satu pemecahan yang dinegosiasikan adalah menggunakan pemikiran
pemuliaan tanaman partisipatif (participatory plant breeding). Melalui metode ini,
plasma nutfah tetap dikuasai oleh masyarakat pemilik plasma nutfah, tetapi industri
benih juga mendapat keuntungan dari pemanfaatan sumber daya genetik ini

PLASMA NUTFAH, INTRODUKSI DAN DOMESTIFIKASI, SIKLUS HIDUP


TANAMAN, BIOLOGI BUNGA
A. PLASMA NUTFAH
Plasma nutfah adalah suatu substansi sebagai sumber sifat keturunan yang
terdapat dalam setiap kelompok organisme. Substansi ini berpotensi untuk
dikembangkan atau dirakit guna menciptakan kultivar-kultivar baru melalui pemuliaan
tanaman. Setiap populasi tumbuhan memiliki seperangkat sifat dan ciri khas yang
dikendalikan oleh suatu sistem genetika yang mantap, dan dalam tubuh masing-masing
individu yang menyusun populasi terkandung plasma nutfah yang merupakan substansi
pengantur perilaku kehidupannya secara turun temurun sehingga populasi tersebut
mempunyai sifat yang membedakannya dari populasi lain (Fatmawati, 2002).
Keragaman suatu populasi dapat ditinjau dari keragaman fenotipik dan genetik.
Keragaman fenotipik adalah keragaman yang dapat diukur atau dilihat langsung untuk
karakter-karakter tertentu. Suatu populasi memiliki keragaman fenotipik yang luas
belum tentu variabilitas genetiknya luas karena penampilan genetik melalui fenotipik
yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Fauza, 2015). Keragaman atau variabilitas
merupakan keragaman sifat individu setiap populasi tanaman.
Keragaman ini mempunyai arti yang sangat penting bagi pemuliaan tanaman.
Menurut Fauza dan Ferita (2005) nilai variabilitas yang luas sangat penting dalam
kegiatan pemuliaan tanaman, tanpa adanya variabilitas yang luas maka kegiatan
pemuliaan tidak akan berjalan efektif dalam upaya merakit kultivar unggul yang
diinginkan, upaya merakit kultivar baru akan mengalami kesulitan karena sumber
karakter-karakter unggul tertentu yang diinginkan sulit atau bahkan tidak dapat
ditemukan dalam plasma nutfah yang ada. Variabilitas yang sempit pada karakter
pengamatan morfologi tidak dapat dijadikan dasar untuk seleksi pada kegiatan
pemuliaan tanaman karena seleksi akan berhasil/efektif apabila populasi tanaman yang
akan diseleksi memiliki variabilitas yang luas. Sijunjung merupakan salah satu daerah
yang banyak dijumpai tumbuhan langsek. Di Sijunjung langsek sudah sangat dikenali
dan digemari masyarakat pada umumnya. Sijunjung termasuk salah satu sentral
produksi langsek di Indonesia yang berada di Sumatera Barat (Yulita, 2011) yang
dikenal sebagai langsek manih Sijunjung. Langsek manih merupakan tanaman buah
spesifik dan merupakan ikonnya Kabupaten Sinjunjung, dan pada saat ini kondisi
tanaman ini bila tidak dikembangkan kedepan akan punah. Permasalahan langsek manih
yaitu tanaman membutuhkan waktu yang lama untuk berbuah. kemudian sejak 13 tahun
terakhir rasanya banyak yang sudah berubah menjadi asam akibat serangan hama dan
penyakit serta perubahan iklim. Saat ini sedikit sekali populasi tanaman langsek manih
mengingat selama ini baik masyarakat maupun pemerintah tidak ada upaya
pembudidayaan. Hal ini ditandai dilapangan hanya dijumpai pohon langsek yang sudah
berumur lanjut serta disekitar batangnya dililit oleh benalu/parasit (Dinas Pertanian dan
Perkebunan Kabupaten Sijunjung, 2009).
Dalam menyelamatkan plasma nutfah ini dapat dilakukan konservasi jenis
tumbuhan berdasarkan : (1) informasi morfologi vegetatif dan generatif, (2) informasi
kimiawi, (3) informasi kromosom, (4) informasi sistem dan (5) informasi geografi dan
ekologi. Namun dengan alasan kemudahan dan kecepatan, ada kecenderungan untuk
tidak menggunakan informasi-informasi yang membutuhkan usaha besar dalam
mendapatkan informasi morfologi tanaman Langsek Manih tersebut. Berdasarkan hal
tersebut, informasi taksonomi yang paling banyak dan umum digunakan adalah
informasi yang berasal dari struktur morfologi organ vegetatif dan generatif.
Menurut Lamadji et al, (1999) pendekatan taksonomi klasik pada identifikasi
melalui karakter morfologi sangat berguna bagi pengelolaan plasma nutfah dengan
sumber daya manusia terbatas. Informasi morfologi bagi pemulia tanaman, tidak hanya
digunakan untuk melihat kesamaan antar kultivar, tetapi juga untuk mendapatkan
informasi genetik yang lebih mendasar yaitu hubungan keragaman genetik tanaman.
Pada tahun 2011 telah dilakukan penelitian oleh Satria, Irmansyah dan Suliansyah dan
didapatkan hasil karakterisasi marfologi pohon langsek yang memiliki rasa manis.
Daerah penghasil Langsek di Sijunjung yang berpotensi memiliki kadar gula yang tinggi
terletak di kecamatan IV Nagari, kecamatan Sijunjung, dan kecamatan Koto VII.
Sampel pohon langsek nomor 7,20, 23, 24, 25, 28, 33, 37, dan 38 berpotensi untuk
dijadikan pohon induk sebagai sumber bahan tanam untuk konservasi tanaman Langsek
Manih. Penelitian mengenai korelasi antara keanekaragaman fenotipik Langsek manih
ini dengan kadar gula belum ada. Hal ini berarti belum ada penanda secara visual
bagaimana buah langsek dilihat dari karakter fenotipik yang memiliki kadar gula yang
tinggi. Koleksi tanaman perlu dilakukan agar suatu varietas tidak punah dan menjadi
sumber genetik dalam menciptakan atau merakit varietas unggul baru. Data korelasi
karakter dengan kadar gula, maka ini bisa dijadikan rujukan bagi pemulia untuk merakit
varietas unggul. Seiring dengan semakin tingginya spesialisasi disiplin ilmu pemuliaan
dan genetika tanaman, dalam dua dekade terakhir terjadi diferensiasi ilmu teknologi
kegenetikaan menjadi pemuliaan konvensional, pemuliaan molekuler, pengelolaan
plasma nutfah, genetika klasik, genetika molekuler, sitogenik molekuler, molekuler-
genetik mapping, genetika transformasi, dan sebagainya. Di bidang genetikaaplikatif
yang secara keseluruhan disebut ilmu pemuliaan tanaman, juga terjadi diferensiasi
menjadi disiplin ilmu plasma nutfah tanaman, atau plant germplasm/plant genetic
resources, dan pemuliaan tanaman atau crop genetic improvement. Antara berbagai
subbidang ilmu tersebut terjadi pemisahan dan jarak yang sangat nyata, disebabkan oleh
adanya perbedaan kelembagaan, peneliti pelaku, lokasi penelitian, peralatan yang
digunakan, pendalaman ilmu spesialisasi, dan perbedaan jurnal sebagai wadah publikasi
hasil penelitian. Namun anehnya, sasaran akhir dari berbagai program penelitian
subbidang ilmu tersebut pada umumnya sama, yaitu diperolehnya “varietas unggul”
atau perbaikan genetic tanaman.
Para peneliti yang menangani subbidang teknologi kegenetikaan yang berbeda
tersebut pada dasarnya menyadari bahwa aspek yang berbeda hanya teknik
operasionalnya, tetapi objek penelitian saling terkait, dan tujuan akhir penelitian dapat
dikatakan sama. Tanpa sumber gen dari koleksi plasma nutfah, hasil pemuliaan tanaman
mengalami penyempitan kandungan genetik, atau terjadi gejala “leher botol genetik”,
disebabkan oleh rendahnya ragam genetik populasi sebagai bahan seleksi (Spillane dan
Gepts 2001).
Kondisi penelitian saat ini sangat berbeda dengan kondisi pada era sebelum
tahun 1990-an, yang pada umumnya penelitian berbagai aspek kegenetikaan dan
pengelolaan plasma nutfah dilakukan oleh pemulia tanaman, sebagai bagian integral
dari kegiatan program rutin pemuliaan tanaman. Penelitian genetika dan sitogenetika,
apabila dipandang perlu untuk dilakukan, juga dilakukan oleh staf peneliti pemulia
tanaman. Sistem kerja berbagai kegiatan dalam satu program tersebut memudahkan
terbangunnya kerja tim, mengefisiensikan sumber daya dan dana, serta mengefektifkan
pemanfaatan hasil penelitian. Nuansa kerja tim secara intrinsic terbangun dengan
sendirinya, karena semua peneliti bekerja dalam satu program.
Dengan adanya pemisahan berbagai subdisiplin ilmu kegenetikaan pada
berbagai Balai Penelitian dan Kelompok Penelitian sejak tahun 1990-an, dikhawatirkan
berakibat terjadinya divergensi program yang satu dengan lainnya tidak saling
komplementer, masing-masing subdisiplin membuat program secara terpisah. Hal
demikian akan mengurangi efektifitas penggunaan sumber daya dan dana yang semakin
terbatas (Zuraida dan Sumarno 2007, Cooper et al. 2001).
Dari sisi lain terdapat beberapa manfaat yang diperoleh dari pemisahan
pengelolaan plasma nutfah dari program pemuliaan, antara lain (1) penanganan
pengelolaan plasma nutah menjadi lebih intensif, (2) fasilitas kerja pengelolaan plasma
nutfah dapat lebih banyak tersedia, (3) peneliti melakukan penelitian plasma nutfah
secara penuh waktu, (4) ruang kerja menjadi terpisah dan lebih luas, sehingga tidak
terjadi percampuran benih terhadap koleksi plasma nutfah, dan (5) alokasi dana
penelitian menjadi lebih besar. Oleh karena itu, pemisahan kelembagaan penelitian
plasma nutfah dari pemuliaan tanaman lebih bertujuan untuk peningkatan mutu dan
intensitas, bukan harus terjadi pemisahan program penelitian dan arah pemanfaatan
materi plasma nutfah.
Keterpaduan antara penelitian pengelolaan plasma nutfah dengan program
pemuliaan merupakan satu kebutuhan bersama dengan tujuan yang sama, karena
pemuliaan memerlukan dukungan ketersediaan plasma nutfah (Cooper et al. 2001).
Secara faktual, integrasi dan keterpaduan program berbagai subbidang kegenetikaan
(pengelolaan plasma nutfah, genetika molekuler, pemuliaan tanaman) merupakan
keharusan karena masing-masing subbidang penelitian tersebut secara sendiri-sendiri
tidak mungkin dapat menghasilkan varietas unggul secara optimal.

B. INTRODUKSI DAN DOMESTIFIKASI


Domestikasi adalah pengadopsian dari kehidupan liar ked alma lingkungan
kehidupan sehari-hari manusia. Dalam arti yang sederhana domestikasi adalah
rposespernjinakan yang dilakukan gterhadap hewan liar. Perbedaannya adalah apabila
penjinakan lebih pada individu, domestikasi lebih mengarah pada populasi seperti
seleksi, pemuliaan atau perbaikan keturunan serta perubahan perilaku atau sifat
organisme yang menjadi objeknya.
Introdukis spesies ialah mendatangkan spesies akuakultur dari kawasan lain
untuk meningkatkan jumlah jenis komoditas dan perbaikan genetis. Spesies yang
dipilih untuk kegiatan tersebut memiliki potensi yang kuat sebagai kandidat komoditas
akuakultur melalui pertimbangan biologi, ekonomi dan pasar.
Beberapa pertimbangan utk mengintroduksi spesies baru adalah :
a. Spesies yg diintroduksikan hendaknya sesuai dgn kebutuhan , tujuan introduksi juga
harus jelas,
b. Tdk menyaingi spesies asli yg bernilai sehingga menyebabkan menurunnya bahkan
punahnya populasi spesies asli tsb,
c. Tidak terjadi kawin silang dgn spesies asli sehingga menghasilkan hibrid yg tdk
dikehendaki.

Tujuan
Tujuan dari domestikasi dan introduksi spesies baru adalah utk menambah
jumlah jenis komoditas akuakultur serta memperbanyak produksi perikanan

Tahapan Domestikasi
a. Pada tahap pertama tindakan domestikasi terpenting adalah merekayasa
lingkungan wadah pemeliharaan sehingga memiliki kualitas air yg bisa diterima
oleh spesies liar yg akan didomestikasi;
b. Pada tahap kedua, tindakan domestikasi yg utama adalah merekayasa pakan
sehingga secara kuantitatif dan kualitatif bisa mendukung pertumbuhan somatis;
c. Pada ketiga, tindakan domestikasi yg dominan adalah merekayasa pakan utk
mendorong terjadinya pertumbuhan generatif serta merekayasa lingkungan dan
hormonal yg berpengaruh terhadap proses vitelogenesis dan proses ovulasi.

Spesies Akuakultur Yang Sudah Umum


· Banyak spesies akuakultur yang sudah dikenal, baik untuk percobaan maupun untuk
produksi komersial Akan tetapi baru sebagian kecil, sekitar 20 -25 spesies saja yg
terlibat dlm kegiatan akuakultur dewasa ini.
C. SIKLUS HIDUP TANAMAN
Semua tumbuhan memiliki siklus hidup yang meliputi karakteristik silih
bergantinya generasi atau pergiliran keturunan. Tumbuhan akan mengalami pergantian
antara generasi haploid dan diploid. Silih bergantinya generasi memungkinkan untuk
melakukan dua jenis yaitu reproduksi aseksual dan seksual.
Dimulai dengan sporofit yang diploid, spora terbentuk dari meiosis. Reproduksi
aseksual dengan spora menghasilkan individu haploid disebut gametofit, yang
menghasilkan gamet haploid oleh mitosis. Reproduksi seksual dengan gamet dan
fertilisasi menghasilkan sporofit diploid. Siklus hidup Sebuah tumbuhan yang umum
telah digambarkan pada Gambar di bawah.
Tumbuhan awal direproduksi terutama dengan spora dan menghabiskan
sebagian besar siklus hidup mereka sebagai gametofit haploid. Untuk menghasilkan
spora dibutuhkan sedikit energi dan materi, dan mereka tumbuh menjadi individu baru
tanpa perlu fertilisasi. Siklus Hidup Tanaman. Diagram ini menunjukkan siklus hidup
yang umum pada tumbuhan
Sebaliknya, sebagian besar tumbuhan yang modern mereproduksi dengan gamet
menggunakan serbuk sari dan biji, dan mereka menghabiskan sebagian besar siklus
hidup mereka sebagai sporofit yang diploid. Banyak tumbuhan yang modern juga dapat
bereproduksi secara aseksual menggunakan akar, batang, atau daun. Ini disebut
reproduksi vegetatif. Salah satu cara ini dapat terjadi ditunjukkan pada Gambar di bawah
ini.Tumbuhan strawberry memiliki batang horisontal disebut stolon yang berjalan di
atas permukaan tanah. Akar mereka dapat membentuk tanaman baru. Siklus atau
daur hidup tumbuhan adalah pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dari kecil
hingga dewasa. Siklus tumbuhan merupakan salah satu proses yang menandai
perkembangan tumbuhan sejak awal kehidupannya di mulai hingga bereproduksi untuk
mempertahankan keberadaan jenisnya.

Siklus hidup tanaman terdiri dari 3 fase yakni fase embrio, fase muda, dan fase
dewasa. Fase embrio saat terjadi peleburan gamet jantan dan gamet betina disebut zigot.
Fase muda pada saat berkecambahnya biji, pembentukan bibit disebut pertumbuhan
vegetative. Dan fase dewasa ialah fase masa reproduksi dan menghasilkan buah serta
biji. Semua makhluk hidup mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Hewan dan
manusia mengalami beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan dalam
kehidupannya. Proses Pertumbuhan merupakan bagian dari siklus hidup yang ditandai
dengan peningkatan ukuran tubuh. Proses Perkembangan merupakan bagian dari siklus
hidup yang ditandai dengan perubahan bentuk dan fungsi bagian tubuh.Tahapan
pertumbuhan dan perkembangan hewan membentuk sebuah siklus hidup atau daur
hidup.

Siklus atau daur hidup tumbuhan adalah pertumbuhan dan perkembangan


tumbuhan dari kecil hingga dewasa. Siklus tumbuhan merupakan salah satu proses yang
menandai perkembangan tumbuhan sejak awal kehidupannya di mulai hingga
bereproduksi untuk mempertahankan keberadaan jenisnya.
Pada proses daur hidup tumbuhan akan terlihat perubahan bentuk luar yang
menandai fase perkembangan. Pertumbuhan pada tanaman dapat dilihat dari makin
bertambah tinggi dan besanya suatu tanaman karena bagian sel tumbuhan yang
bertambah banyak dan bertambah besar,
Siklus hidup tumbuhan berbeda-beda. Hal tersebut bergantung dari mana
tumbuhan tersebut berasal. Misalnya saja tumbuhan yang berasal dari biji akan
mengalami tahap siklus sebagai berikut.
1. Siklus hidup dimulai dari biji.
2. Biji akan berjatuhan ke tanah dan mengalami fase perkecambahan.
3. Kecambah tumbuh menjadi tumbuhan kecil.
4. Tumbuhan kecil lama-kelamaan akan berubah menjadi tumbuhan yang besar,
5. Selanjutnya tumbuhan akan berbunga, berbuah dan menghasilkan biji kembali.
6. Siklus hidup tumbuhan berbiji akan kembali berulang

Namun tidak semua tumbuhan berbiji menghasilkan bunga kemudian berubah


menjadi buah. Misalnya saja kacang hijau dan kedelai dari bunga tidak membentuk
buah, namun membentuk polong. Dalam polong terdapat biji yang akan menjadi
tumbuhan baru.

A. Siklus Hidup Tanaman Mangga


Daur hidup mangga dimulai dari biji yang ada dalam buah mangga. Buah
mangga yang sering kita makan pasti memiliki biji. Biji tersebut jika ditanam, suatu saat
akan tumbuh akar dan tunas. Tunas tersebut terus berkembang menjadi pohon mangga
yang masih kecil. Tanaman mangga kecil tersebut akan terus tumbuh menjadi pohon
mangga dewasa. Pohon manga dewasa tersebut bisanya akan menghasilkan bunga.
Bunga akan melakukan penyerbukan, setelah penyerbukan akan terbentuk buah mangga
kecil yang berbentuk bulat.
Buah mangga kecil ini merupakan cikal bakal buah mangga yang sering kita
makan. Buah mangga terus bertambah besar dan berubah warna dari hijau menjadi
keputih-putihan. Setelah buah mangga masak, dalam buah mangga tersebut terdapat biji
mangga yang merupakan calon tanaman mangga. Jika biji tersebut ditanam dalam tanah
akan tumbuh tunas yang merupakan calon tanaman mangga yang baru.

Siklus hidup tanaman mangga adalah sebagai berikut :


Pohon mangga - berbunga - berbuah - menghasilkan biji - biji tumbuh akar dan tunas
- pohon mangga kecil - pohon mangga
B. Siklus Hidup Kacang Hijau
Kacang hijau sering kali kita jadikan sebagai bahan seperti bubur kacang hijau
dan juga tauge, Pada kacang hijau yang ditanam di dalam tanah yakni bijinya, yang
kemudain akan tumbuh menjadi kecambah.
Kecambah inilah yang kemudian akan tumbuh menjadi tanaman kacang hiau
dewasa, dan kemudian pada kacang hijau dewasa akan berbunga. Bunga kacang hijau
yang mengalami penyerbukan akan menghasilkan biji kacang hijau yang merupakan
calon tumbuhan kacang hijau. Tauge sendiri adalah bagian daur hidup kacang hijau saat
masih dalam bentuk kecambah, Manusia memanfaatkan tauge sebagai bahan makanan.

Siklus hidup tanaman kacang hijau dimulai dari Biji Kacang Hijau -> Kecambah
Kacang Hijau -> Kacang Hijau Dewasa -> Bunga Kacang Hijau -> Biji Kacang
Hijau
3. Silus Hidup Apel
Buah apel yang sering kita makan memiliki biji. Biji tersebut jika ditanam, suatu
saat akan tumbuh akar dan tunas. Tunas tersebut akhirnya menjadi pohon apel kecil
yang lama-kelamaan menjadi besar dan berbunga. Bunga-bunga apel ini merupakan
cikal bakal buah apel yang sering kita makan. Di dalam buah apel terdapat biji yang
merupakan calon tanaman baru, jika biji tersebut ditanam akan menjadi tanaman apel.

Siklus hidup tanaman apel adalah : Biji Apel -> Pohon Apel Kecil -> Pohon Apel ->
Bunga dan Buah Apel -> Biji Apel

Mencangkok Tanaman
Siklus hidup tanaman dapat diperpendek dengan cara mencangkok tanaman .
Mencangkok tanaman tergolong dalam proses perkembangbiakan tanaman secara
vegetatif buatan. Hasil dari mencangkok tanaman kurang lebih akan sama dengan
induknya. Proses mencangkok merupakan cara menumbuhkan akar pada batang
tanaman. Biasanya mencangkok dilakukan dengan menggunakan cabang atau ranting
yang tidak terlalu besar. Misanya saja pada tanaman Mangga, Jeruk, dan Janbu air.
Pastikan sebelum mencangkok, tanaman induk harus memiliki kualitas dan mutu yang
baik. Agar hasil cangkokan sama baiknya seperti tanaman induknya. Langkah
mencangkok tanaman adalah sebagai berikut :

1. Pilihlah dahan tanaman yang cukup besar.


2. Sekeliling kulit dahan dikelupas sepanjang kurang lebih 10 cm
3. Bungkus bekas kulist yang dikelupas dengan tanah dan sabut kelapa.
4. Secara berkala siramlah cangkokan menggunakan air.
5. Setelah muncul akan potonglah dan tanaman siap untuk ditanam'

Kelebihan Mencangkok Tanaman


1. Kulitas tanaman hasil cangkokan sama dengan induknya.
2. Bibit hasil cangkokan bisa berbuah lebih cepat daripada tanaman yang berasal dari
biji.
3. Dapat ditanam di dalam pot jika tidak memiliki lahan yang luas.
4. Tanaman hasil cangkokan tidak terlalu tingggi.
5. Tingkat keberhasilanya lebih tinggi jika dibanding menggunakan metode
perbanyakkan lainya

Kekurangan Mencangkok Tanaman


1. Mencangkok dapat merusak tanaman induk jika dilakukan dalam jumlah besar.
2. Tanaman hasil cangkokan mudah roboh karena tidak memiliki akar tunggang.
3. Umur tanaman hasil cangkokan lebih pendek jika dibandingkan dengan induknya.
4. Mencangkok hanya dapat dilakukan pada tanaman berbiji belah (dikotil). dan
memiliki kambium.
5. Bagian tanaman induk yang hanya bisa dicangkok jumlahnya sedikit atau terbatas

Berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan siklus hidup


tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1. Tumbuhan semusim. Tumbuhan semusim dikenal dengan tumbuhan berumur pendek.
Tumbuhan semusim meyelsaikan siklus hidupnya kurang dari satu tahun. Contoh
tumbuhan semusim adalah jagung, kacang tanah, kedelai, dan lain-lain.
2. Tumbuhan dua musim. Ada juga tumbuhan yang hidup dalam waktu dua tahun.
Tumbuhan ini menyelsaikan siklus hidupnya dalam satu atau dua tahun. Contoh
tumbuhan dua musim adalah wortel, kubis, bawang bombay, dan lain sebagainya.
3. Tumbuhan tahunan. Tumbuhan tahunan adalah tumbuhan yang dapat hidup bertahun-
tahun. Tumbuhan tahunan juga berbunga dan berbuah terus menerus. Contoh
tumbuhan tahunan adalah kelapa, jambu biji, durian, dan lain sebagainya.

D. BIOLOGI BUNGA

Biologi bunga antara lain menjelaskan mengenai penyerbukan bunga dan lebih
lanjut mengenai pembentukan buah. Hal ini penting diketahui untuk memilih varietas-
varietas unggul yang harus dipertahankan dan varietas yang perlu disingkirkan.
Penyerbukan bunga ini penting untuk menghasilkan varietas-varietas baru dengan jalan
persilangan. Ilmu tumbuhan pada waktu sekarang telah mengalami kemajuan yang
demikian pesat, hingga bidang-bidang pengetahuan yang semula hanya merupakan
cabang-cabang ilmu. Tumbuhan saja, sekarang ini telah menjadi ilmu yang berdiri
sendiri-sendiri.
Dari berbagai cabang ilmu tumbuhan yang sekarang telah berdiri sendiri adalah
Morfologi Tumbuhan. Morfologi Tumbuhan yang mempelajari bentuk dan susunan
tubuh tumbuhanpun sudah demikian besar perkembangannya hingga dipisahkan
menjadi morfologi luar dan morfologi saja (morphology in sensu stricto = dalam arti
yang sempit) dan morfologi dalam atau anatomi tumbuhan.Bunga (flos) merupakan
salah satu organ tubuh tumbuhan yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan secara
generatif yang memiliki bentuk dan susunan yang berbeda-beda menurut jenisnya,
tetapi bagi tumbuhan yang berbiji, alat tersebut lazimnya merupakan bagian tumbuhan
yang kita kenal sebagai bunga. Jika kita memperhatikan suatu bunga, mudahlah
diketahui bahwa bunga adalah penjelmaan suatu tunas (batang dan daun-daun) yang
bentuk, warna dan susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan, sehingga
pada bunga ini dapat berlangsung penyerbukan dan pembuahan, dan akhirnya dapat
dihasilkan alat-alat perkembangbiakan.

Mengingat pentingnya bunga pada tumbuhan, pada bunga terdapat sifat-


sifat yang merupakan penyesuaian untuk melaksanakan tugasnya sebagai
penghasil alat perkembangbiakan yang sebaik-baiknya. Umumnya dari suatu
bunga sifat-sifat yang amat menarik ialah bentuk bunga seluruhnya dan bentuk
bagian-bagiannya, warnanya, baunya, ada dan tidaknya madu ataupun zat lain.
Bunga adalah alat pembiakan Angiospermae (spermatophyta biji tertutup, terdiri
dari monokotil dan dikotil). Terdapat dua jenis bunga yaitu bunga uniseksual
dan biseksual. Uniseksual yaitu jika pada satu bunga hanya ada salah satu jenis
alat pembiakan, disebut bunga jantan dan betina sedangkan bunga biseksual
yaitu jika pada satu bunga hadir kedua jenis alat pembiakan, berarti bunga jantan
dan betina gabung dalm satu bunga (Sujana, 2007). Bunga merupakan alat
perkembangbiakan generatif, tempat terjadinya peristiwa penyerbukan dan
pembuahan yang nantinya akan menghasilkan buah yang di dalamnya terdapat
biji. Biji inilah yang akan tumbuh menjadi tumbuhan baru (Machin dan Scopes,
2005).

Bunga terdiri atas sebuah sumbu yang padanya organ-organ bunga yang
lain tumbuh. Bagian dari sumbu yang merupakan ruas yang berakhir dengan
tangkai bunga (pedisel). Ujung distal pedisel ini mengembang dengan panjang
yang beragam dan bagian ini disebut reseptakael bunga (talamus). Organ-organ
bunga melekat pada reseptakel. Sebuah bunga yang khas mempunyai empat
macam organ.

Organ-organ yang paling luar adalah sepal yang secara bersama-sama


membentuk kaliks yang biasanya berwaran hijau dan ditemukan paling rendah
kedudukannya pada reseptakel. Disebelah dalam sepal adalah corolla yang
terdiri atas petal, pada umumnya berwarna yang membentuk perhiasan bunga.
Bila semua perhiasan bunga itu sama, mereka disebut tepal. Di dalam perhiasan
bunga dijumpai dua macam organ reproduksi, yang sebelah luar disebut stamen
yang bersma-sama membentuk androsium, dan sebelah dalam di sebut karpel
yang membentuk ginesium (Fahn, 1991).

Bunga adalah struktur pembiakan pada tumbuhan berbunga, yaitu


tumbuhan-tumbuhan dalam divisi Magnoliophyta. Bunga mengandung organ-
organ tumbuhan, dan fungsinya ialah untuk menghasilkan biji-biji melalui
pembiakan. Untuk tumbuhan-tumbuhan yang bertaraf lebih tinggi, biji-biji
merupakan generasi berikutnya, dan bertindak sebagai cara yang utama untuk
penyebaran individu-individu spesies secara luas.

Selepas persenyawaan, sebagian dari bunga itu akan berkembang


menjadi buah yang meBunga terdiri atas sebuah sumbu yang padanya organ-
organ bunga yang lain tumbuh. Bagian dari sumbu yang merupakan ruas yang
berakhir dengan tangkai bunga (pedisel). Ujung distal pedisel ini mengembang
dengan panjang yang beragam dan bagian ini disebut reseptakael
bunga (talamus). Organ-organ bunga melekat pada reseptakel. Sebuah bunga
yang khas mempunyai empat macam organ. Organ-organ yang paling luar
adalah sepal yang secara bersama-sama membentuk kaliks yang biasanya
berwaran hijau dan ditemukan paling rendah kedudukannya pada reseptakel.

Disebelah dalam sepal adalah corolla yang terdiri atas petal, pada
umumnya berwarna yang membentuk perhiasan bunga. Bila semua perhiasan
bunga itu sama, mereka disebut tepal. Di dalam perhiasan bunga dijumpai dua
macam organ reproduksi, yang sebelah luar disebut stamen yang bersma-sama
membentuk androsium, dan sebelah dalam di sebut karpel yang membentuk
ginesiumngandung biji-biji (Stace, 1980).

Fungsi Bunga
a. Dianggap sebagia ranting dengan daun-daun yang berubah fungsi
b. Organ reproduksi seksual pada tumbuhan
c. Produksi buah seperti makanan, pelindung, penghasil biji
d. Penarik serangga untuk polinasi

Bunga Tunggal dan Bunga Majemuk


Bunga merupakan organ reproduktif pada tumbuhan. Berdasarkan tipenya,
bunga dibagi menjadi bunga tunggal dan bunga majemuk. Pada bunga tunggal,
satu tangkai hanya mendukung satu bunga, sedangkan pada bunga majemuk,
satu tangkai mendukung banyak bunga (Fahn, 1991).

Bunga Tunggal :

Bagian-bagian bunga tunggal terdiri atas tangkai bunga (pedicel), dasar


bunga (receptacle), kelopak (calyx), mahkota (corolla), benang
sari (stamen), dan putik (pistil). Bagian-bagian bunga majemuk terdiri atas ibu
tangkai bunga (peduncle), daun pelindung (bract), daun
tangkai (bracteola), tangkai daun dan bunga (Stace, 1980).

Bunga Manjemuk :

Suatu bunga tunggalharus bisa dibedakan dari cabang yang mendukung


sejumlah bunga di ketiaknya. Pada suatu cabang dengan sejumlah bunga di
ketiak jelas kelihatan, bahwa diantara bunga-bunganya sendiri yang terdapat
pada cabang itu terdapat daun-daun biasa yang berguna untuk berasimilasi. Pada
suatu bunga majemuk sumbu yang mendukung bunga-bunga yang telah
berkelompok itu tidak lagi berdaun atau jika ada daunnya daun-daun tadi telah
mengalami metamorfosis dan tidak lagi berguna sebagai alat untuk asimilasi
(Tjitrosoepomo, 1985).

Bunga majemuk dapat dibedakan menjadi bunga majemuk terbatas dan


bunga majemuk tidak terbatas. Contoh bunga majemuk terbatas adalah
monochasium yang terdiri atas monochasium tunggal, sekrup, dan bercabang
seling; dichasium yang terdiri atas dichasium tunggal dan dichasium majemuk;
pleiochasium; bunga kipas dan bunga sabit (Widya, 1989).

Bunga majemuk tak berbatas (inflorescentia racemosa, inflorescentia


botryoides atau inflorescentia), yaitu bunga majemuk yang ibu tangkainya dapat
tumbuh terus, dengan cabang – cabang yang dapatbbercabang lagi atau tidak,
dan mempunyai susunan ”acropental” (semakin muda semakin dekat dengan
ujung ibu tangkai), dan bunga – bunga pada bunga majemuk ini mekar berturut
– turut dari bawah ke atas.

Jika ujung ibu tangkai tak mendukung suatu bunga, tampknya seakan –
akan bunga majemuk ini tidak terbatas, lagi pula jika dilihat dari atas, nampak
bunga mulai mekar dari pinggir dan yang terakhir mekarnya ialah bunga yang
menutup ibu tangkainya. Karena yang mekar mulai dari pinggir menuju ke pusat
itulah maka bunga majemuk yang bersifat demikian ini di namakan
inflorescentia centripetala. Bunga majemuk tak terbatas terdapat misalnya pada
kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Swartz), mangga (Mangifera indica
L.) (Widya, 1989).

Bunga majemuk berbatas (inflorescentia cymosa atau inflorescentia


centrifuga, inflorescentia definita), yaitu bunga majemuk yang ujung ibu
tangkainya selalu di tutup dengan suatu bunga, jadi ibu tangkai mempunyai
pertumbuhan yang terbatas. Ibu tangkai ini dapat pula bercabang – cabang, dan
cabang – cabang tadi seperti ibu tangkainya juga selalu mendukung suatu bunga
pada ujungnya. Pada bunga majemuk yang terbatas bunga yang mekar dulu ialah
bunga yang terdapat di sumbu pokok atau ibu tangkainya, jadi dari tengah ke
pinggir (jika di lihat dari atas), oleh sebab itu di namakan: inflorescentia
centrifuga (Fahn, 1991).

Melihat jumlah cabang pada ibu tangkai bunga majemuk terbatas di bedakan
dalam tiga macam (Sastrapradja, 1976):

1. Yang bersifat ”monochasial”, jika ibu tangkai hanya mempunyai satu cabang, ada
kalanya lebih (dua cabang), tetapi tidak pernah berhadapan, dan yang satu lebih
besar daripada yang lainnya. Cabang yang besar selanjutnya seperti ibu tangkai
setiap kali hanya mengeluarkan astu cabang saja. Bunga majemuk semacam ini di
temukan pada berbagai jenis tumbuhan yang berbiji
tunggal (Monocotyledoneae),kapas (Cossypium sp.).
2. Yang bersifat ”dichasial”, jika dari ibu tangkai keluar dua cabang yang
berhadapan, terdapat pada tumbuhan dengan bunga berbibir (Labiatae),
3. Yang bersifat ”pleiochasial”, jika dari ibu tangkai keluar lebih dari dua cabang
pada suatu tempat yang sama tingginya pada ibu tangkai tadi, misalnya pada bunga
oleander (Nerium oleander L.).

Bunga majemuk campuran (inflorescentia mixta), yaitu bunga majemuk yang


memperlihatkan baik sifat – sifat bunga majemuk berbatas maupun sifat bunga
majemuk tak berbatas(Sulasmi, 2004).
Bagian-Bagian Bunga

a) Mahkota (Petal)
b) Berwarna cerah
c) Pelindung stamen dan pistil
d) Penarik serangga
e) Petal banyak = corolla

Bunga sangat beragam strukturnya. Meskipun demikian, persamaan yang pokok


di antara tumbuhan itu lebih besar dibandingkan dengan kelainannya, karena semua
bunga mempunyai kerangka struktur dasar yang sama. Menurut botaniwan, bunga
adalah sepotong batang atau cabang dengan sekumpulan daun yang mengalami
metamorfosis yang behubungan dengan fungsinya untuk bereproduksi.(Tjitrosoma,
1984).
Menurut Dod (1979), bunga pada umumnya mempunyai bagian – bagian berikut :

1. Tangkai bunga (pedicellus),yaitu bagian bunga yang masih jelas bersifat batang,
padanya seringkali terdapat daun – daun peralihan, yaitu bagian – bagian yang
menyerupai daun, berwarna hijau, yang seakan – akan merupakan peralihan dari
daun biasa ke hiasan bunga.
2. Dasar bunga (receptaculum),yaitu ujung tangkai yang seringkali melebar, dengan
ruas – ruas yang amat pendek, sehingga daun – daun yang telah mengalami
metamorfosis menjadi bagian – bagian bunga yang duduk amat rapat satu sama lain,
bahkan biasanay lalu tampak duduk dalam satu lingkaran.
3. Hiasan bunga (perianthium),yaitu bagian bunga yang merupakan penjelmaan daun
yang masih tampak berbentuk lembaran dengan tulang – tulang atau urat – urat yang
masih jelas. Biasanya hiasan bunga dapat di bedakan dalam dua bagian yang masing
– masing duduk dalam satu lingkaran. Jadi bagian – bagian hiasan bunga itu
umumnya tersusun dalam dua bagian antara lain: kelopak (kalix) dan mahkota
bunga (corolla).
4. Alat – alat kelamin jantan (androecium),bagian ini sesungguhnya juga merupakan
metamorfosis daun yang menghasilkan serbuk sari. Androecium terdiri atas
sejumlah benang sari (stamen).
5. Alat kelamin betina (gynaecium),yang pada bunga merupakan bagian yang biasanya
disebut putik (pistilum), juga putik terdiri atas metamorfosis daun yang disebut daun
buah (carpella). Pada bunga dapat ditemukan satu atau beberapa putik, dan setiap
putik dapat terdiri atas beberapa daun buah.

Melihat bagian – bagian yang terdapat pada bunga maka bunga dapat di bedakan
dalam (Tjitrosoepomo, 1989):

a. Bunga lengkap (flos completusl),yang terdiri atas: lingkaran daun – daun kelopak,
lingkaran daun – daun mahkota, lingkaran benang – benang sari dan satu lingkaran
daun – daun buah.
b. Bunga tidak lengkap atau bunga tidak sempurna (flos incompletusl),jika salah satu
bagian hiasan bunga atau salah satu alat kelaminnya tidak ada. Jika bunga tidak
mempunyai hiasan bunga, maka bunga itu di sebut telanjang (nudus), juka hanya
mempunyai salah satu dari kedua macam alat kelaminnya, dinamakan berkelamin
tunggal (unisexualis).

Menurut Darjanto dan Satifah (1984), bunga lengkap mempunyai empat bagian
yaitu : kelopak (calyx), mahkota (corolla), benang sari (stamen), dan putik
(pistilum). Bunga dapat dipandang sebagai suatu batang atau cabang pendek yang
bedaun dan telah mengalami perubahan bentuk kuncup. Kelopak merupakan
rangkaian dari daun-daun bunga pertama dari bawah, yang pada kuncup bunga
terletak paling luar.
Adapun fungsi kelopak adalah untuk melindungi bagian-bangian bunga lainnya
dari gangguan luar sebelum kuncup bunga itu mekar. Rangkaian daun bunga yang
kedua dari bawah adalah corolla, yang biasanya lebih halus, lebih lemas, tidak kaku,
lebar, dan lebih indah warnanya. Rangkaian daun bunga yang ketiga semuanya
masih bergulung dan disebut benang sari. Benang sari adalah bagian bunga yang
berfungsi sebagai alat kelamin jantan pada bunga.

Benang sari yang normal mempunyai tangkai sari (bagian dari benang sari yang
biasanya berbentuk silinder dan cukup panjang) dan kepala sari (bagian dari benang
sari yang terletak pada ujung tangkai sari). Dan rangkaian daun yang keempat
disebut putik, yang berada paling ujung dan berlekatan menjadi empat bunga duduk
di atas dasar bunga (receptaculum), yaitu di ujung tangkai bunga yang biasanya
melebar.

Putik adalah bagian bunga yang berfungsi sebagai alat kelamin betina. Putik
terdiri atas kepala putik, tangkai putik (berupa sebuah pipa atau tabung yang panjang
dan merupakan tiang penghubung antara kepala putik dan bakal buah), dan bakal
buah (bagian dari putik yang terletak paling bawah dan duduk di atas dasar bunga).

Perkembangbiakan Bunga

Dari suatu tumbuhandapat diperoleh tumbuhan baru, dengan lain perkataan:


pertumbuhan dapat memperbanyak diri atau berkembang biak. Yang dapat menjadi
tumbuhan baru adalah suatu bagian tubuh tumbuhan, yang kemudian memisahkan
diri atau oleh manusia dengan sengaja dipisahkan dari tumbuhan yang lama. Bagian
tubuh tumbuhan yang kemudian dapat tumbuh menjadi individu baru itu
dinamakan: alat perkembangbiakan (organum reproductivum, diaspora, propagulun,
disseminulum). Alat perkembangbiakan yang generative atau seksual, yaitu alat
perkembangbiakan yang terjadinya didahului oleh peristiwa perkawinan (Gembong.
2011).
Bunga adalah alat perkembangbiakan secara generatif dari tumbuhan berbiji
(angiospermatophyta). Hal ini, karena bunga mempunyai alat kelamin betina
(carpel) dan alat kelamin jantan (stamen). Bunga sebenarnya suatu cabang yang
daun-daunnya telah berubah bentuk maupun fungsinya (Suroso Adi Yudianto,
1992).

Bunga terdiri atas aksis (sumbu), dan pada sumbu inilah muncul organ bunga.
Bagian bunga yangbmempunyai ruas (internodus) terdapat tangkai bunga yang
disebut pedisel. Ujung distal dari pedisel membengkak dan meluas disebut
reseptakulum atau thalamus. Organ bunga menempel pada reseptakulum. Bunga
mempunyai 4 macam organ.

Organ paling luar adalah sepala, yang secara bersamaan menyusun kaliks
(kelopak bunga) yang biasanya berwarna hijau, dan ditemukan paling bawah, tepat
diatas reseptakulum. Di sebelah dalam sepala adalah korola (mahkota bunga) yang
terdiri atas petala, yang biasanya berwarna. Kedua tipe organ ini bersama-sama
membentuk periantium (perhiasan bunga). Apabila semua organ periantium sama,
disebut petala. Di dalam periantium terdapat dua macam organ reproduksi. Organ
disebalah luar disebut stamen (benang sari) yang bersama-sama membentuk
androesium, dan organ disebelah dalam disebut karpela (daun buah) yang
membentuk ginoesium (Sri Mulyani, 2006).

Reproduksi tumbuhan merupakan proses alami pada tumbuhan dengan


menurunkan individu-individu baru untuk melestarikan jenisnya. (Rifa, 2004)
Reproduksi pada tumbuan dibedakan menjadi reproduksi aseksual (vegetatif) dan
reproduksi seksual (generarif). Dikenal ada organisme yang melakukan reproduksi
vegetatif saja, dan ada yang generatif saja, tetapi ada pula yang bergantian secara
vegetatif dan generatif berturut-turut(Sri Devita Anggraini, 1994).

Menurut Tjitrosoepomo (1999), berdasarkan alat kelaminnya bunga dapat


dibedakan menjadi:
a. Bunga berkelamin dua (hermaphroditus), bunga yang didalamnya terdapat benang
sari dan putik.
b. Bunga berkelamin tunggal (unisexsualis), dibagi menjadi dua bagian :
c. Bunga jantan (flos masculus), bunga yang mempunyai benang sari tetapi tidak
membentuk putik.
d. Bunga betina (flos femineus), bunga yang mempunyai putik tetapi tidak membentuk
benang sari.
e. Bunga mandul adalah bunga yang tidak ada benang sari maupun putiknya.

Pada tumbuhan biji, sebelum terjadi fertilisasi,terjadi peristiwa lain , yaitu


penyerbukan atau persarian. Penerbukan atau persarian adalah sampainya serbuk
sari pada tempat tujuannya (gymnosprmae pada tetes penyerbukan ; angiospermae
pada kepala putik) penyerbukan terbagi berdasarkan asal dan penyerbukannya.
Berdasarkan asal, yaitu penyerbukan sendiri (autogami), penyerbukan tetangga
(geitonogomi), penyerbukan silang (alogami), penyerbukan baster. Dan berdasarkan
penyebab, yaitu penyerbukan yang disebabkan oleh angin (anemogami),
penyerbukan yang disebabkan oleh air (hidrogami), penyrtbukan yang disebabkan
oleh hewan (zooidogami)(Soedarjatmo, 1991)

Penyerbukanadalah proses perpindahantepung sari ataukepala sari


kekepalaputik. Apabila perpindahan tersebut terjadi pada satu bunga atau bunga lain
pada satu tanaman, maka disebut dengan penyerbukan sendiri (self pollination). Bila
serbuk sari berasal dari bunga tanamn lain disebut dengan penyerbukan silang (cross
pollination).

Baik tanaman yang menyerbuk sendiri maupun tanaman yang menyerbuk silang
memiliki kemungking yang sama untuk terjadinnya penyerbukan yang
berkebalikan. Tanamna yang menyerbuk silang memiliki kemungkinan terjadinnya
penyerbukan sendiri sebesar 5 %. Begitu juga tanaman yang menyerbuk sendiri
memiliki peluang terjadinya penyerbukan silang sebesar 5 %. Terjadinnya
penyerbukan silang akan meningkatkan keragaman sifat dan genotip dari tanaman.
Sedangkan penyerbukan sendiri akan meningkatkan kehomogenitasan dari suatu
tanaman (Sunarto, 1997).

Beberapa bunga memiliki ciri morfologi khusus pada tiap spesiesnya yang
mengakibatkan perbedaan proses penyerbukan. Secara umum proses penyerbukan
pada tanaman dipengaruhi oleh beberapa proses sebagai berikut(Darjanto, 1990) :

1. Penyerbukan tertutup atau kleistogami (cleistogamie) yaitu proses penyerbukan


bunga yang terjadi ketika bunga masih kuncup. Proses penyerbukan biasanya
berupaautogamie.
2. Penyerbukanterbuka atau kasmogami (chasmogamie) yaitu proses penyerbukan
bunga yang terjadi ketika bunga telah mekar. Proses penyerbukan ini dapat
meyebabkan tanaman melakukan autogamie, geitonogamie, allogamie, dan
xenogamie.
3. Diogamie (dichogamie) merupakan proses masaknya putik dan serbuk sari
secara tidak bersamaan.
4. Herkogami (herkogamie) bunga dimana letak kepala sari dan putik saling
berjauhan sehingga sulit mengalami penyerbukan sendiri
5. Heterostili (heterostylie) merupakan bunga yang memiliki panjang putik dan
benang sari berbeda-beda.
6. Anemofili (anemophilie) merupakan bunga yang penyerbukan dibantu oleh
angin.
7. Entomofili (enthomophilie) merupakan bunga yang penyerbukan dibantu oleh
serangga.
8. Ornitofili (ornithophilie) merupakan bunga yang penyerbukan dibantu oleh
burung.
9. Kiropterofili (chiropterophilie) merupakan bunga yang penyerbukan dibantu
oleh kelelawar.
METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

Pemuliaan tanaman pada dasarnya adalah kegiatan memilih atau menyeleksi


dari suatu populasi untuk mendapatkan genotype tanaman yang memiliki sifat-sifat
unggul yang selanjutnya akan di kembangkan dan di perbanyak sebagai benih atau bibit
unggul. Namun demikian, kegiatan seleksi tersebut sering kali tidak langsung
diterapkan karna sifat-sifat keunggulan yang di maksud tidak seluruhnya terdapat pada
satu genotype saja, melainkan terpisah pada genotype yang lainnya, misalnya suatu
genotype yang mempunyai daya hasil yang tinggi tapi rentan terhadap penyakit,
sedangkan genotype lainya memiliki sifat-sifat lainya. Jika seleksi diterapkan secara
langsung maka kedua sifat unggul tersebut akan selalu terpisah pada genotype yang
berbeda. Oleh sebab itu untuk mendapatkan genotype yang baru yang memiliki kedua
sifat unggul tersebut perlu dilakukan penggabungan melalui rekombinasi gen.

Tanaman menyerbuk sendiri dapat dimuliakan antara lain melalui polinasi.


Polinasi atau persilangan bertujuan menggabungkan sifat-sifat baik dati kedua tetua atau
induknya sedemikian rupa sehingga sifat-sifat baik tersebut dimiliki keturunannya.
Sebagai dari hasil polinasi adalah timbulnya keragaman genetic yang tinggi inilah
pemuliaa tanaman yang akan memilih tanaman yang mempunyai sifat-sifat sesuai
dengan yang diinginkan.
Persilangan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan rekombinasi gen. secara
teknis, persilangan dilakukan dengan cara memindahkan tepung sari kekepala putik
pada tanaman yang diinginkan sebagai tetua baik pada tanaman yang menyerbuk sendiri
ataupun pada tanaman yang menyerbuk silang.
Tanaman menyerbuk sendiri dapat dimuliakan antara lain melalui hibridisasi.
Hibridisasi atau persilangan bertujuan menggabungkan sifat-sifat baik dari kedua tetua
atau induknya sedemikian rupa sehingga sifat-sifat baik tersebut dimiliki keturunannya.
Sebagai hasil dari hibridisasi adalah timbulnya keragaman genetik yang tinggi pada
keturunannya. Dari keragaman yang tinggi inilah pemulia tanaman akan memilih
tanaman yang mempunyai sifat-sifat sesuai dengan yang diinginkan (Sunarto, 1997).

Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari kekepala putik. Sedangkan pembuahan


adalah bergabungnya gamet jantan dan gamet betina. Kriteria klasifikasi yang
dipergunakan hanya berdasarkan tingkat penyerbkan sendiri dan penyerbukan silang.
Polonasi sendiri sudah barang tentu hanya merupakan salah satu system perbanyakan
tanaman dan hanya sebagai salah satu jalan dimana populasi dapat dikawinkan. (R.W.
Allard, 1992).

Penyerbukan sendiri adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma pada bunga
yang sama atau stigma dari bunga yang lain pada tanaman yang sama atau klon yang
sama. Prinsipyang memungkinkan terjadinya penyerbukan penyerbukan sendiri adalah
kleistogami yaitu pada waktu terjadi penyerbukan bunga yang belum mekar atau tidak
terbuka, misalnya pada kedelai, padi, tembakau dan lain-lain (Nasir, 2001)

Contoh Empat macam varietas menyerbuk sendiri:


1. Bersari bebas
Hasil seleksi massa, cirinya : Tidak selalu diketahui induk jantan dan betinanya. Jika
ingin meningkatkan hasil harus tahu peranan gen aditif sehingga perlu tahu salah satu
tetuanya.

2. Komposit
Populasi dasar merupakan : campuran varietas unggul, hibrida dan galur (untuk galur
boleh ada boleh tidak)
Setiap dicampur terjadi persilangan terbuka kemudian diseleksi melalui seleksi massa.

3. Hibrida
Masalah : persilangan dan saat mencari galur penghasil benihnya.
Benih yang dihasilkan sedikit, usaha – usaha persilangan galur dengan varietas.
(Prasetyo, 2010).

Penyerbukan silang pada bunga yang pada umumnya menyerbuk sendiri


bertujuan agar didapatkan tanaman dengan berbagai macam variasi genotip maupun
fenotip. Salah satu tanaman yang melakukan penyerbukan sendiri adalah padi. Oleh
karena itu diperlukan suatu metode unutk mencegah terjadinya penyerbukan sendiri
pada bunga padi. Penyerbukan sendiri pada bunga padi dapat dicegah dengan
melakukan kastrasi yaitu tidakan membuang semua benang sari yang masih muda atau
yang belum masak dari sebuah kuncup bunga suatu tanaman induk betina, dengan
maksud agar bunga tersebut tidak mengalami penyerbukan sendiri (Darjanto dan
Satifah, 1982).

Di alam penyerbukan silang terjadi secara spontan. Penyerbukan tersebut terjadi


dengan bantuan angin, serangga pollination dan binatang lainnya. Pada penyerbukan
alami tidak diketahui sifat-sifat dari pohon induk apakah sifat dari pohon induk baik
atau buruk sehingga tidak dapat dilakukan pengontrolan akibatnya hasilnya seringkali
mengecewakan. Oleh karena itu agar persilangan dapat dikontrol dan hasilnya sesuai
dengan yang diharapkan, maka manusia melakukan penyerbukan silang buatan (Wels,
1991).

Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia.
Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk
mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang disebut padi liar.
Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia setelah jagung dan
gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas
penduduk dunia (Plantus, 2008).

1. Pengertian pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri


Tanaman menyerbuk sendiri adalah suatu proses penyerbukan yang terjadi
dengan di awalinya penyatuan sel telur dan sel sperma yang berasal dari satu tanaman
yang sama. Pada hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri ini, dapat meningkatkan
proporsi homozigot bagi tanaman heterozigot. Penyebab terjadinya penyerbukan sendiri
ini secara genetik adalah kemampuan sel kelamin untuk cenderung bergabung.

2. Mengapa tanaman menyerbuk sendiri


Umum :
Alasan morfologi bunga :
a. Bunga jantan dan bunga betina berada satu pohon
b. Bunga jantan atau tepung sari lebih tinggi dari bunga betina atau kepala putik
c. Tepung sari dan kepala putik berada dalam satu bunga Kepala sari/anter
d. Masaknya kepala putik dan tepung sari hamper bersamaan/sama
e. Terjadi penyerbukan sebelum terbentuknya mahkota bunga

3. Teknik persilangan pada tanaman menyerbuk sendiri


a. Persilangan tunggal (single cross)
b. Persilangan tiga (three way crosses)
c. Persilangan ganda (double crosses)
d. Persilangan kembali (back crosses)
e. Persilangan berganti peran (reciprocal crossing)

Prosedur pemuliaan yang berupa pemilihan suatu genotip dari suatu


populasi.Metode untuk mempersempit variabilitas populasi genotip yang ada untuk
memperoleh genotip yang diinginkan.

METODE SELEKSI

Seleksi untuk populasi campuran:


1. Seleksi massa
2. Seleksi galur murni

B. Seleksi untuk populasi hasil hibridisasi (seleksi untuk menangani generasi


bersegregasi):
1. Metode silsilah (pedigree)
2. Metode curah (bulk)
3. Single Seed Descent (SSD)
4. Metode silang balik (back cross)

SELEKSI MASSA

Tujuan seleksi massa


1. Memurnikan varietas
a. Pengotoran dari percampuran,
b. persilangan alami dan mutasi alami dalam produksi benih.
c. Memperbaiki sifat-sifat dalam varietas lokal
d. Diperoleh varietas unggul yang merupakan campuran genotip dengan fenotip yang
seragam.
Teknik seleksi massa

Seleksi massa positif :


Pemilihan bahan tanam berdasarkan fenotip dalam suatu populasi, kemudian dipelihara
keturunannya

Seleksi massa negatif (roguing) :


individu yang memiliki fenotip menyimpang dari fenotip normal dibuang.

Prosedur seleksi massa

a. Dari populasi dasar yang ditanam dipilih individu-individu terbaik berdasarkan fenotipe
yang sesuai dengan kriteria seleksi
b. Biji dari individu terpilih dipanen dan dicampur
c. Diambil sejumlah biji secara acak  ditanam pada satu petak  dipilih individu-
individu
terbaik sesuai dengan kriteria seleksi
d. Biji dari individu terpilih dipanen dan
dicampur
e. Diambil sejumlah biji secara acak → dita- nam pada satu petak → dipilih individu
individu terbaik sesuai dengan kriteria seleksi
f. Demikian seterusnya sampai diperoleh suatu populasi yang seragam dengan sifat-
sifat sesuai dengan kriteria seleksi yang telah ditentukan
Kelebihan
a. Varietas dapat beradaptasi luas karena lebih dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang beragam
b. Memberikan kestabilan hasil walaupun pada kondisi alam yang beragam
c. Lebih dapat bertahan terhadap kerusakan yang menyeluruh serangan suatu
penyakit
Kekurangan
a. Kurang menarik dibandingkan dengan varietas yang berasal dari galur murni
(seragam)
b. Lebih sulit untuk memberikan tanda pengenal diri pada program seleksi benih
c. Biasanya memberi hasil lebih rendah dari galur terbaik dalam campuran
d. Lingkungan mempengaruhi fenotip sehingga sulit diketahui apakah tanaman
superior (fenotipnya) dikarenakan faktor genetik atau lingkungan

Seleksi galur murni


Galur : Individu-individu yang dikembangkan melalui penyerbukan sendiri dari
tanaman tunggal.
Galur murni: galur dianggap sebagai suatu populasi bergenotip tunggal
(populasi seragam karena homosigot)

Tujuan seleksi galur


Mendapatkan varitas yang dikembangkan dari individu homosigot superior

Konsep Seleksi
a. Pemilihan berdasarkan fenotip
b. Keberhasilan tergantung ragam tanaman homosigot
c. Hasil seleksi berupa galur murni
d. Populasi campuran bahan seleksi dapat berupa varitas local

Kelebihan

a. Lebih menarik karena lebih seragam baik genotip maupun fenotip


b. Lebih mudah diidentifikasi
c. Hasil biasanya lebih tinggi daripada hasil seleksi massa

Kelemahan
Kurang adaptif terhadap perubahan lingkungan
Prosedur Seleksi Galur

a. Tahap Pertama
Memilih individu-individu terbaik (sesuai dengan yang diinginkan) dari populasi
dasar → diadakan penyerbukan sendiri.
b. Tahap Kedua
a. Keturunan individu-individu terpilih ditanam terpisah dalam baris-baris
untuk diamati/dinilai
b. Penilaian dilakukan beberapa generasi (7 – 8 generasi).
c. Penilaian ditekankan pada :
a. galur dengan sifat tertentu yang terbaik
b. keseragaman dalam galur

c. Tahap ketiga
a. Jumlah galur sudah terbatas → diadakan pengujian berulangan
Hibridisasi
a. Untuk menggabungkan sifat dari sepasang atau lebih tetua
b. Diawali dengan pemilihan tetua berdasar tujuan program pemuliaan
c. Hibridisasi
1. Sepasang tetua
2. Lebih dari sepasang tetua
3. Persilangan campuran (polycross)
Metode pedigree
a. Disebut pedigree atau silsilah karena dilakukan pencatatan pada setiap anggota
populasi bersegregasi dari hasil persilangan
b. Seleksi dilakukan pada karakter yang memiliki heritabilitas tinggi

Prosedur Seleksi
1. Persilangan sepasang tetua homozigot yang berbeda diperoleh F1 seragam
2. Biji F1 ditanam disesuaikan dengan kebutuh- an pertanaman generasi F2
3. Sebagian benih F1 disimpan
4. Biji F2 ditanam, jumlah biji yang ditanam tergantung pada banyaknya famili F3
yang akan ditangani biasanya 10 : 1 atau 100 : 1.
5. Seleksi dilakukan pada individu terbaik.
6. Tanam biji F3. Masing-masing biji dari 1 tanaman ditanam dalam barisan. Pada
gene- rasi ini terlihat jelas ada perbedaan antar famili.
7. Tanaman yang dipilih adalah tanaman yang terbaik pada barisan yang lebih
seragam.
8. Generasi F4 – F5 banyak famili lebih homozigot.
9. varietas dan perbanyakan benih sebar. Seleksi di antara famili, dipilih 2 atau lebih
tanaman dari famili terbaik.
10. Generasi F6- F7 dilakukan uji daya hasil dengan varietas pembanding
11. Generasi F8 dilakukan uji multilokasi (pada beberapa lokasi dan musim)
12. Pelepasan
Keunggulan
a. Hanya keturunan-keturunan unggul yang dilanjutkan pada generasi
selanjutnya, tanaman yang tidak sesuai dibuang
b. Seleksi dilakukan tiap generasi, sehingga jumlah tanaman tidak terlalu banyak
c. Menghemat lahan, karena jumlah tanaman tiap generasi semakin sedikit
d. Silsilah dari suatu galur dapat diketahui

Kelemahan
a. Tiap generasi persilangan harus dilakukan pencatatan (sifat morfologi,
ketahanan hama dan penyakit, umur panen dll), sehingga perlu banyak catatan
dan pekerjaan
b. Kemungkinan ada galur potensial terbuang pada generasi segregasi akibat
seleksi

Metode Bulk

a. Merupakan metode untuk membentuk galur homozigot dari populasi


bersegregasi melalui selfing selama beberapa generasi tanpa seleksi.
b. Seleksi ditunda sampai generasi lanjut, biasanya pada generasi F5 dan F6.
c. Dari generasi F1 s/d F4 benih ditanam secara curah(bulk)
d. Pada generasi tersebut mengandalkan adanya seleksi alami
e. Seleksi dilakukan untuk karakter yang memiliki heritabilitas rendah sampai
sedang
Keunggulan
a. Relatif murah dan sederhana untuk memelihara populasi bersegregasi.
b. Pada generasi F1 – F4 pekerjaan tidak terlalu berat karena tidak ada kegiatan
seleksi.
c. Ekonomis untuk tanaman berumur pendek dan jarak tanam sempit seperti padi,
gandum dll.
d. Tanaman yang potensial tidak terbuang, karena tidak dilakukan seleksi pada
generasi awal.
e. Beberapa generasi dapat dilakukan pada tahun sama

Kelemahan
a. Silsilah galur tidak tercatat sejak awal
b. Jumlah tanaman pada generasi lanjut sangat banyak sehingga memerlukan lahan
yang luas.

Metode SSD Single Seed Descent

a. Banyak diterapkan pada tanaman berpolong

b. Panen dilakukan satu biji dari setiap tanaman, mulai F2 – F5, kemudian setiap
biji tersebut dicampur untuk ditanam pada generasi berikutnya
Keunggulan

a. Kebutuhan lahan sedikit

b. Waktu dan tenaga yang diperlukan saat panen lebih sedikit

c. Pencatatan dan pengamatan jauh lebih sederhana

d. Seleksi untuk sifat yang memiliki heritabilitas tinggi dapat dikerjakan lebih
efektif
e. Dimungkinkan menanam sejumlah generasi dlm satu tahun melalui
pengendalian lingkungan (mis. dalam rumah kaca)

Kelemahan
a. Seleksi untuk karakter-karakter yang bernilai heritabilitas rendah (mis. hasil)
tidak efisien
b. Identitas tanaman unggul F2 tidak diketahui
c. Bila seleksi pada awal generasi tidak tajam dalam pengamatan, dapat
mengakibatkan hilangnya tanaman superior karena tidak ikut terpilih.

Metode Back Cross


a. Back cross / Silang Balik : persilangan antara keturunan dengan salah satu
tetuanya.
b. Tujuan : untuk memperbaiki suatu sifat yang dikendalikan oleh gen tunggal dari
varietas unggul pada tanaman menyerbuk sendiri.
c. Perbaikan sifat kuantitatif melalui silang balik sulit dicapai.
d. Masalah yang paling besar dalam
e. pelaksanaan Metode Silang Balik adalah adanya pautan atau “linkage”
antara gen atau allel yang diinginkan dengan allel yang tidak diinginkan.
f. Galur pendonor gen (alel) → Tetua Donor (Donor Parent)
g. Galur yang menerima → Tetua Penerima (Recipient Parent atau
Recurrent Parent)

Prosedur Seleksi
1. Persilangan pertama antara tetua penerima (R) dengan tetua pemberi (D)
menghasilkan F1
2. Silang balik pertama, F1 disilangkan dengan R untuk mendapatkan populasi
BC1. (F1 sebagai betina dan R sebagai tetua jantan)
3. Silang balik kedua, BC1 disilangkan dengan tetua R untuk mendapatkan BC2.
Tetua BC1 sebagai betina dan R sebagai tetua jantan.
4. Silang balik ketiga, BC2 disilangkan dengan tetua R untuk mendapatkan BC3.
Tetua BC2 sebagai betina dan R sebagai tetua jantan.
5. Silang balik keempat, BC3 disilangkan dengan tetua R untuk mendapatkan
BC4. Tetua BC3 sebagai betina dan R sebagai tetua jantan.
6. Populasi BC4 sudah mengandung kembali 93,75% gen R.
7. Pada akhir kegiatan, BC4 dikawinkan sendiri sehingga terjadi segregasi dan
diseleksi untuk mendapatkan galur harapan baru

Persyaratan yang harus dipenuhi


a. Tersedianya tetua timbal-balik yang sesuai
b. Sifat-sifat yang dipindahkan dari tetua pendonor masih mungkin dipelihara
dengan intensitas yang tidak berkurang walaupun mengalami beberapa kali
persilangan balik
c. Untuk mendekati kemiripan sifat-sifat tetua timbal balik, kecuali sifat yang
diperbaiki tetap serupa dengan tetua pendonor (tetua donor), diperlukan
banyak persilangan balik
METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SILANG
a. Ada self incompatibility dan male sterility
b. Perbedaan waktu masak organ jantan dan betina
c. Tanaman berumah satu (monoecieous) atau berumah dua (dioecious)

1. SELEKSI MASSA (Mass selection)


2. SELEKSI TONGKOL – BARIS (Ear to Row Selection)

3. SELEKSI BERULANG (Recurrent Selection):


– SB sederhana/fenotipa

(Simple/Phenotypic Recurrent Selection)

– SB untuk Daya Gabung Umum (Recurrent

Selection for General Combining Ability)

– SB untuk Daya Gabung Khusus (Recurrent Selection for Specific


Combining Ability)
– SB timbal balik (Reciprocal Recurrent Selection)

Seleksi massa
a. Memilih individu dengan sifat yang dikehendaki dari populasi dasar
b. Seleksi didasarkan pada fenotip
c. Tidak ada kontrol persilangan
d. Tidak ada uji keturunan
e. Mendapatkan frekuensi genotip superior terbesar dalam populasi
f. Menghasilkan varietas bersari bebas (open pollinated varieties)

PROSEDUR SELEKSI

a. Tanam populasi dasar atau populasi campuran


b. Biji dari tanaman terpilih dipanen
c. Biji dari tanaman terpilih dengan jumlah yang sama dicampur dan ditanam untuk
siklus seleksi berikutnya
d. Pengaruh lingkungan dapat dikurangi (ketelitian ditingkatkan) dengan membagi
petak seleksi menjadi blok-blok berukuran kecil
e. Setiap blok dipilih tanaman terbaik dengan jumlah yang sama

Seleksi tongkol-baris

a. Perbaikan dari seleksi massa


b. Seleksi individu tanaman dengan sifat yang dikehendaki
c. Didasarkan pada fenotip
d. Tanpa atau sebagian kontrol persilangan
e. Dilakukan uji keturunan
f. Menghasilkan varietas bersari bebas

PROSEDUR SELEKSI
a) dipilih individu superior → 200 – 300 individu
b) tanpa /sebagian kontrol persilangan
c) tongkol dari individu terpilih dipanen
d) sebagian benih dari tongkol terpilih ditanam dalam baris, sisanya disimpan dan
tidak dicampur
e) ditentukan baris-baris terbaik (uji keturunan)
f) sisa benih dari baris-baris terbaik dicampur
g) untuk ditanam pada siklus berikutnya

Seleksi berulang

a) Untuk mengumpulkan gen-gen karakter kuantitatif pada populasi tanpa kehilangan


variabilitas genetik
b) Meningkatkan frekuensi gen-gen yang diinginkan dalam setiap siklus seleksi
Seleksi berulang-pengembangan populasi dasar

a) Populasi dasar merupakan materi awal untuk seleksi berulang yang harus selalu
diperbaiki
b) Populasi dasar terbentuk dari persilangan beberapa tetua (genotipe/individu
superior)
c) Tetua harus menunjukkan penampilan yang baik à tetua potensial
d) Alel-alel berbeda akan meningkat dengan bertambahnya jumlah tetua dan dengan
perbedaan genetik tetua
e) Efisiensi seleksi berulang memerlukan tingkat keragaman genetik yang tinggi

Seleksi berulang- evaluasi individu dalam populasi

a) Seleksi individu dalam populasi disesuaikan dengan tujuan pemuliaan tanaman


b) Seleksi dapat dilakukan sebelum pembungaan, atau sesudah panen
c) Seleksi individu dalam populasi bertujuan meningkatkan genotip superior di dalam
populasi
Seleksi berulang- seleksi individu duperior untuk tetua

• Individu terseleksi (genotipe) superior digunakan sebagai tetua untuk membentuk


populasi baru sebagai bahan seleksi berikutnya

Seleksi berulang sederhana

a) Dapat disejajarkan dengan seleksi massa


b) Seleksi didasarkan pada penampilan tetua jantan dan betina
c) Tidak ada uji keturunan
d) Terdapat kontrol persilangan
e) Bertujuan meningkatkan genotipa superior dalam populasi
f) Varietas yang dihasilkan adalah varietas bersari bebas

PROSEDUR SELEKSI

a) Suatu populasi ditanam sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk diadakan


seleksi secara individu
b) Dipilih individu-individu superior untuk sifat yang diinginkan, individu lain
dihilangkan
c) Diadakan persilangan di antara individu- individu terpilih
d) Hasil silangan dipanen dan biji dicampur
e) Biji hasil silangan → ditanam → diadakan pemilihan individu-individu superior
kembali
f) Demikian seterusnya, sampai diperoleh sifat yang diperbaiki sesuai dengan kriteria
seleksi
Seleksi berulang untuk daya gabung umum

Daya Gabung Umum (DGU) = General Combining Ability (GCA) = Kemampuan suatu
genotip yang menunjukkan kemampuan rata-rata keturunan bila disilangkan dengan
sejumlah genotip lain, atau bila disilangkan sendiri dengan genotip tersebut.
Tujuan : untuk perbaikan populasi tanaman menyerbuk silang
a) Didasarkan pada penampilan fenotipe keturunan evaluasi genotip
b) Terdapat kontrol persilangan
c) Terdapat uji keturunan di mana tetua penguji memiliki keragaman genetik yang luas
(varietas bersari bebas, var. hibrida ganda)
d) Penguji harus memiliki sifat yang tidak menonjol untuk karakter yang diperbaiki
e) Hasil / output : varietas sintetis, galur-galur potensial
PROSEDUR SELEKSI BERULANG UNTUK DGU
a) Pada generasi pertama (G1) menanam populasi dasar dan membuat sejumlah
penyerbukan sendiri sehingga dihasilkan sejumlah populasi S1
b) Pada generasi ke dua (G2), sebagian biji dari galur- galur S1 ditanam terpisah dalam
baris-baris dan sisa bijinya disimpan
c) Di samping itu juga ditanam populasi tetua penguji
d) Diadakan sejumlah persilangan antara galur- galur S1 tersebut dengan tetua penguji
e) Biji hasil persilangan pada generasi ke dua ditanam
f) dengan ulangan secukupnya (untuk uji keturunan)
g) Pada generasi ke tiga (G3) diadakan pemilihan galur S1
h) berdasarkan uji keturunannya
i) Galur S1 yang menghasilkan keturunan yang baik
j) dipilih untuk diteruskan pada generasi berikutnya
k) Pada generasi ke empat (G4), sisa bijigalur S1 terpilih dicampur dan ditanam.
Populasi ini dibiarkan kawin acak, shg terjadi rekombinasi.
l) Biji hasil kawin acak ini dicampur untuk digunakan pada siklus berikutnya
Seleksi berulang untuk daya gabung khusus

Daya Gabung Khusus (DGK) = Specific Combining Ability (SCA) =


Kemampuan satu kombinasi persilangan untuk menunjukkan penampilan keturunan
• Tujuan : Mencari kombinasi yang khas dan memperlihatkan perbaikan terbesar dari
suatu populasi.
• Galur murni-galur murni yang sifatnya lebih baik
dapat diturunkan dari populasi tersebut

a) Prosedur seleksi sama dengan seleksi berulang untuk daya gabung umum, kecuali
pada varietas pengujinya
b) Varietas penguji memiliki variabilitas genetik yang sempit àgalur murni, hibrida
silang tunggal
c) Varietas yang dihasilkan : hibrida tunggal, ganda
Seleksi berulang timbal balik

a) Gabungan dari SB DGU dan SB DGK


b) Setiap populasi berperan sebagai penguji untuk populasi lainnya à timbal–balik
c) Dua populasi dasar yang digunakan sebaiknya memperlihatkan diversitas yang cukup
besar
d) Perbaikan populasi dapat diharapkan pada setiap generasi

e) Seleksi berdasarkan keturunan dari tanaman

f) Terdapat kontrol penuh terhadap persilangan

g) Peran gen over dominan, dominan, aditif

h) Terdapat uji keturunan dengan tipe uji keturunan daya gabung umum dan khusus

i) Varietas yang terbentuk adalah Varietas Perbaikan Hibrida

j) Jenis Seleksi :

a. Seleksi saudara tiri (half-sibling)

Seleksi saudara kandung (ful-sibling


METODE PEMULIAAN TANAMAN MEMBIAK VEGETATIF DAN
BIOTEKNOLOGI TANAMAN

PROSEDUR PENGEMBANGAN KULTIVAR MEMBIAK VEGETATIF


(Poehlman dan Sleper, 1995)

1. Generasi Persilangan: Dilakukan persilangan antara Klon A dengan Klon B untuk


menghasilkan benih hasil rekombinasi kedua tetua pesilangan.

2. Musim Tanam Ke-1: Sejumlah 1000 benih hasil persilangan ditanam untuk memperoleh
Tanaman F1. Pada musim tanam ini mulai dilakukan seleksi untuk penampilan terbaik,
selanjutnya memperbanyak secara vegetatif tanaman terpilih untuk digunakan sebagai
Klon pengujian pada tahap berikutnya.

3. Musim Tanam ke-2 dan ke-3: Sejumlah 1000 klon hasil perbanyakan pada musim ke-1
ditanam untuk menghasilkan klon generasi ke-2. Seleksi dan perbanyakan vegetatif
terhadap 100 klon terbaik diteruskan penanaman pada musim ke-3. Seleksi pada musim
ke-3 memilih 10 klon yang memiliki penampilan terbaik. Penanaman dilakukan pada 2
lokasi berbeda.

Musim Tanam ke-4 sd ke-7; Sejumlah 10 klon unggulan hasil seleksi musim
sebelumnya ditanam sebagi plot-plot perlakuandengan disain tata ruang
percobaan,dengan ulangan dan lokasi berbeda dengan menyertakan kontrol
(pembanding). Selanjutnya Klon-klon terseleksi diperbanyak secara vegetatif sebagai
materi pengujian musim berikutnya. Musim Tanam ke-8 sd ke-10: Sejumlah klon
harapan hasil seleksi diperbanyak secara vegetatif diperbanyak dan dilepas sebagai
klon-klon ungul baru.

PRINSIP DASAR YG PERLU DIPERTIMBANGKAN:


1. Segregasi gen hanya terjadi pada populasi F1. Jika tidak ditemukan klon-klon unggul
yg diharapkan maka persilangan antar klon harus diulang /dengan kombinasi yg
berbeda.

2. Persilangan sendiri individu2 dalam satu klon yang heterosigos cenderung


mengakibatkan depresi inbreeding.

3. Seleksi genotipe unggul dalam klon yang sama tidak efektif, karena secara genetik
semua individu serupa, kecuali yg dikembangkan melalui induksi mutasi yg
memungkinkan terjadinya khimera maka perlu diseleksi.

4. Pengujian klon-klon pada pemuliaan tanaman membiak vegetatif didasarkan pada


penampilan tanaman tunggal. Karena setiap keturunan klon terseleksi memiliki
konstitusi genetik sama dg tetuanya, maka heritabilitas karakternya sangat tinggi
sehingga pada seleksi klonal umumnya tidak membutuhkan pengujian keturunan.Waktu
yang dibutuhkan untuk menghasilkn suatu klon unggul baru sangat tergantung pada
metode perbanyakan vegetatif dari spesies tanaman yang dikembangkan.

5. Jumlah bibit atau tanaman yang ditanampada setiap tahap seleksi sangat bervariasi
tergantung kepada spesies tanaman yang akan dikembangkan dan sumberdaya yang
dimiliki.

6. Banyaknya generasi seleksi yang dilakukan dipengaruhi oleh umur tanaman dan spesies
yang dikembangkan, jumlah karakter yang diseleksi dan ekstensivita penggunan klon
unggul.
METODE PEMULIAAN TAHAN CEKAMAN HAMA PENYAKIT
Kultur jaringan tanaman tahan terhadap penyakit.
Pada dasarnya kultur jaringan merupakan teknik mengisolasi dan memelihara potongan
jaringan atau bagian tanaman (eksplan) pada medium buatan yang tepat. Teknik kultur
jaringan ini didasari oleh adanya teori sel yang dikemukakan oleh Schleiden(1838) dan
Schwann (1839) bahwa setiap sel yang menyusun satu individu secara tidak langsung
memiliki informasi genetis yang sama, sehingga pada prinsipnya, setiap sel dari individu
tanaman secara otonomik mempunyai kemampuan beregenerasi dan membentuk individu
baru yang utuh.
Kultur jaringan yang semula ditujukan untuk mendapatkan tanaman secara besar-
besaran dengan cara vegetatif, sekarang sudah berkembang pesat hingga dapat
dipergunakan untuk keperluan lain (Soeryowinoto, 1985). Kultur jaringan memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan dengan perbanyakan generatif dan vegetatif
konvensional antara lain membentuk tanaman yang bebas hama penyakit, tidak tergantung
pada waktu, iklim, dan musim, sehingga penanaman dapat dilaksanakan
setiap saat, tidak membutuhkan lahan yang luas, dan menghasilkan tanaman dalam jumlah
besar dalam waktu yang relatif pendek (Nurhadi, 1988). Berdasarkan bahan eksplan yang
digunakan, ada beberapa teknik kultur jaringan untuk mendapatkan tanaman tahan
penyakit, yaitu:

Kultur meristem.
Jaringan meristem terdapat di bagian ujung (apeks) pucuk. Pada sel meristem ini tidak
ditemukan partikel virus ataupun organisme patogen lainnya. Oleh karena itu, apabila sel
meristem diregenerasikan maka tanaman baru yang diperoleh tidak mengandung virus dan
penyakit. Kultur meristem ini telah banyak berhasil pada tanaman hortikultura seperti apel
dan strawberry.
METODE PEMULIAAN TAHAN CEKAMAN LINGKUNGAN

Status kegiatan pemuliaan tanaman di tanah air

Bila dilihat dari pelakunya, kegiatan pemuliaan tanaman di tanah air, sebagian
besar masih dilakukan oleh institusi-institusi milik pemerintah, seperti lembaga penelitian
di bawah koordinasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen
Pertanian, antara lain: Puslitbang Tanaman Pangan/Hotikultura/ Perkebunan, Balai Besar
(BB) Penelitian Tanaman Padi Sukamandi, BB Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian Bogor, serta beberapa balai penelitian, seperti Balit Tanaman Sayuran Lembang,
Balit Tanaman Hias Cipanas, Balit Buah-buahan Solok, Balit Jagung dan Serelia lain
Maros, Balit Kacang-kacangan dan Ubi-ubian Malang. Juga terdapat Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) di hampir setiap provinsi.

Di lingkup Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, juga terdapat Puslit Kelapa


Sawit Medan, Puslit Kopi dan Kakao Jember, Puslit Teh dan Kina Gambung, Puslit
Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Pasuruan, Puslit Karet Sungei Putih, Balit Biotek
Perkebunan. Pada komoditas perkebunan yang lain, juga terdapat Balit Tembakau dan
Serat Malang, Puslit Tanaman Kelapa dan Palma lain Manado. Selain itu, kita juga
memiliki Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Departemen Kehutanan memilki Pusat Penelitian dan Pengembangan
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta, yang juga secara aktif
melakukan riset pemuliaan tanaman.
INTERAKSI GENOTIPE X LINGKUNGAN

Pentingnya interaksi genetic dan lingkungan dapat diketahuyi pada distribusi varietas baru
pada berbagai lokasi dan perbaikan manajemen untuk meningkatkan hasil dan
membandingkan hasil antara varietas lama dan varietas baru dalam satu percobaan tunggal
(Mattjik,2005). Apabila setiap galur memiliki tingkat resistensi yang sama terhadap cekaman
lingkungan biotik atau abiotic maka interaksi antara genotipe dan lingkungan akan berkurang
sebaliknya apabila galur meiliki tingkat perbedaan pada lingkungan yang bebrebda maka
interaksi genotipe dan lingkungan akan tinggi. analisis interaksi genetic dan lingkungna dapat
digunakan untuk seleksi ketahanan terhadap hama dan penyakit. Jika ada interaksi varietas dan
pathogen maka p[erlu untk mengidentifikasi suatu varietas yang memiliki resistensi umum dan
resistensi khusus.
Interaksi gfenetik dan lingkungan dapat digunakan untuk mendapatkan lingkungan yang
cocok dalam seleksi ketahanan terhadap antraknoosa pada cabai. Konsep tentang interaksi
genotipe dengan lingkungan (GxE) banyak digunakan dalam ilmu pemuliaan tanaman untuk
menganalisis respon atau perilaku suatu genotipe terhadap beragam kondisi lingkungan.
Konsep ini didasari oleh suatu teori yang menyatakan bahwa penampilan suatu fenotipe
merupakan resultante dari adanya perbedaan faktor genetik, faktor lingkungan, dan interaksi
dari kedua faktor tersebut (Falconer dan Mackay, 1996).
Sumber

Darjanto dan Siti Satifah. 1984. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik Penyerbukan
Silang Buatan. Gramedia, Jakarta. Halaman 154

Hardjoridomo, Soekirno. 1980. Bertanam Jagung. Bandung: Bina Cipta.

Hardjoridomo. 1982. Bertanam Padi. Bandung: Bina Cipta.

LIPI. 1979. Jenis-jenis Anggrek. Bogor:LIPI.

Mulyani Sri, 2004. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius

Rukmana, Rahmat. 1994. Tomat dan Chery. Kanisius, Yogyakarta

Soedarjatmo, 1991. Biologi II. Klaten : PT Intan Pariwara

Sunarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sutiyoso. 2002. Anggrek Potong Dendrohium. Jakarta:Penebar swadaya.

Tjitrosomo, Siti Sutarmi dkk. 1999. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta

Warisno. 2003. Budi Daya Pepaya.Yogyakarta:Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai