Dibuat Oleh :
Gamaliel Brianthama Putra
C1011191152
Aplikasi kultivar unggul padi dan gandum merupakan salah satu komponen penting
dalam Revolusi Hijau,[3] suatu paket penggunaan teknologi modern secara massal untuk
menggenjot produksi pangan dunia, khususnya gandum roti, jagung, dan padi. Dilihat dari
sudut pandang agribisnis, pemuliaan tanaman merupakan anggota dari
usaha perbenihan yang menempati posisi awal/hulu dari semuanya mata rantai
Dalam persiapan ini Mendel menumbuhkan bahan tanaman tersebut selama dua tahun
berturut-turut. Setiap varietas ditanam terpisah dari varietas lain untuk mencegah terjadinya
perkawinan silang antar varietas. Mendel berusaha memurnikan varietas-varietas tersebut
dengan cara membuang biji-biji yang berbeda dari tetuanya, sehingga pada akhirnya untuk
setiap varietas diperoleh biji yang seragam. Untuk menjamin keberhasilan persilangan ini,
Mendel melakukan penyerbukan buatan dengan tangan. Biji-biji hasil persilangan tersebut
dicatat dan disimpan secara terpisah berdasarkan pasangan tetuanya. Turunan hasil
persilangan (hibrida) yang dikenal sebagai filial pertama atau F1 dicatat berdasarkan sifat-
sifat yang dipakai sebagai pembeda tetuanya. Mendel kemudian menanam biji F1, dan
tanaman yang tumbuh selanjutnya dibiarkan menyerbuk sendiri dan menghasilkan biji
generasi berikutnya yaitu F2. Dari sifat-sifat yang muncul pada F2, Mendel menyusun
teorinya. Mendel melakukan pengamatan sampai generasi F7. Tanaman F2 merupakan hasil
perkawinan antar F1, selanjutnya F3 merupakan hasil perkawinan antar F2, generasi F4, F5
dan seterusnya diperoleh dari perkawinan individu-individu dari generasi sebelumnya.
Untuk tujuan pengujian, Mendel juga melakukan persilangan antar F1 dengan tetuanya.
Peneliti-peneliti sebelum Mendel banyak yang mencatat dari percobaannya kejadian
yang sama seperti yang ditemukan oleh Mendel, seperti munculnya pada generasi yang
lebih lanjut sifat-sifat tetua yang hilang pada generasi F1. Mereka tidak berhasil
menerangkan alasan munculnya kejadian tersebut. Keberhasilan Mendel dalam menjawab
persoalan ini adalah berkat ketajamannya dalam mengamati perbandingan sifat yang
muncul dan menyusun suatu hubungan matematik. Walaupun hanya sedikit mengetahui
teori peluang dan statistika, Mendel telah mengetahui pentingnya jumlah pengamatan yang
besar.
Mendel juga melakukan percobaan yang sama pada tanaman dari spesies lain, dengan tujuan
untuk menguji apakah hukum yang dihasilkan dari tanaman kapri juga berlaku pada spesies
lain. Selain membahas data untuk setiap sifat, Mendel juga menyusun hipotesis berdasarkan
data yang merupakan kombinasi dari dua sifat dan tiga sifat. Pengamatan berdasarkan satu
sifat beda disebut monohibrid, dua sifat beda disebut dihibrid, tiga sifat beda disebut
trihibrid dan banyak sifat beda disebut polihibrid.Untuk mengawinkan (hibridisasi) dua
varietas tanaman kacang ercis, Mendel menggunakan sebuah kuas untuk memindahkan
polen karrier sperma dari sebuah tanaman ke sel telur dari tanaman lain. Pada kasus ini,
karakter yang diamati adalah warna bunga dari varietas tersebut adalah bunga ungu dan
bunga putih. Perkecambahan biji menghasilkann hibrid generasi pertama yang semuanya
berwarna ungu. Hasilnya yang sama diperoleh untuk penyilangan kebalikannya, yaitu
pemindahan polen dari bunga ungu ke bunga putih
“Gen-gen dari suatu pasangan gen bersegregasi atau berpisah satu terhadap lainnya ke
dalam gamet-gamet, sehingga separuh gamet membawa salah satu gen dan separuh gamet
lainnya membawa satu gen lainnya dari pasangan gen tersebut.”
Dalam mempelajari sifat monohibrid pada kacang kapri, Mendel beruntung (atau cukup
cerdik) telah memilih sifat-sifat yang diatur oleh gen-gen yang terletak pada kromosom
yang terpisah atau letaknya cukup berjauhan sehingga tidak bertautan.
Penelitian Mendel menyangkut dua pasang alel atau lebih menghasilkan perumusan
hukumnya yang kedua yaitu hukum Pemisahan dan pengelompokkan secara bebas. “Pada
waktu pembentukan gamet segregasi salah satu pasangan gen bebas dari pasangan gen
lainnya.”
Dua sifat yang dipelajari Mendel yaitu bentuk dan warna kapri. Pada penelitian terdahulu
diketahui bahwa biji bulat dominan terhadap biji keriput dan menghasilkan nisbah 3
: 1 pada keturunan F2. Mendel juga mendapatkan bahwa warna biji kuning (G) dominan
terhadap warna biji hijau (g) dan segregasi dengan nibah 3 : 1. Penyerbukan sendiri tanaman
F1 atau persilangan dua tanaman F1 akan menghasilkan empat macam gamet, masing-
masing dengan kemungkinan ¼.
Penentuan populasi F2 dari persilangan di atas dapat dikerjakan dengan pembuatan segi
empat Punnet, akan menunjukkan bahwa ada sembilan macam genotipe diantara enam belas
keturunan F2. Karena satu anggota dari tiap pasang alel bersifat dominan, maka hanya
empat macam fenotipe yang tampak
Istilah gen diajukan oleh Johannsen (1903) seorang pemulia tanaman dari Swedia,
untuk memberi nama faktor penentu sifat yana dikemukakan oleh Mendel. Kata ini berasal
dari kata Yunani “genes” yang berarti dilahirkan, dan Johannsen mengartikannya sebagai
permulaan.
Lokus. Istilah yang menunjukkan posisi gen pada kromosom. Setiap gen yang
mengendalikan sifat tertentu akan mempunyai tempat atau lokus tertentu pada kromosom.
Misalnya gen-gen penentu bentuk biji akan mempunyai lokus yang berbeda dari gen-gen
penentu warna biji. Untuk membedakan gen dari lokus yang berbeda biasa digunakan huruf
yang berbeda, misal A dan B. Gen-gen yang mengendalikan ciri yang berbeda untuk sifat
atau lokus yang sama biasa diberikan huruf yang sama yang dibedakan oleh huruf besar dan
huruf kecil. Dalam penggunaan sehari-hari sering istilah gen, selain sebagai istilah umum
untuk materi penentu sifat, juga sering disetarakan denganlokus.
Istilah alel digunakan untuk menunjukkan perbedaan gen yang berada pada lokus yang
sama. Sebagai contoh pada lokus warna kulit biji terdapat dua alel yaitu B dan b yang
masing-masing mengadakan ciri kuning (dominan) dan hijau (resesif). Sering huruf yang
digunakan untuk memberi sandi alel mengambil huruf pertama salah satu ciri sifat (ciri
dominan atau resesif). Misalnya R untuk ciri dominan bundar/bulat (Round) dan alel untuk
ciri keriput digunakan r. Dalam suatu lokus ada kemungkinan terdapat lebih dari dua alel,
dan kasus seperti ini disebut alel ganda. Munculnya berbagai alel dalam satu lokus
merupakan hasil dari mutasi, yaitu perubahan struktur gen, misal dari A menjadi a. Fenotipe
dan Genotipe. Fenotipe mempunyai makna jenis penampilan luar, yang biasa dapat diamati
seperti morfologi tanaman, daya adaptasi, dsb. Sebagai contoh warna bunga, bentuk biji,
atau tinggi tanaman. Genotipe mempunyai jenis gen yang mengendalikan penampakan
fenotipe. Misalnya untuk fenotipe bentuk biji dominan bundar, terdapat dua genotipe yaitu
RR dan Rr sedangkan untuk fenotipe biji keriput dikendalikan oleh genotipe rr. Homozigot
dan heterozigot. Kedua istilah ini diajukan oleh Bateson dan Snowdon (1902) untuk
menunjukkan keadaan alel suatu lokus. Homozigot berarti pada suatu lokus terdapat dua
alel yang sama misal AA atau aa; sedangkan heterozigot adalah dalam satu lokus terdapat
alel yang berbeda, Aa.
Interaksi Gen dan Penampakkan Gen Setelah penemuan Mendel dan penelitian awal
tentang pewarisan secara bebas, diketahui bahwa tidak semua keturunan yang segregasi
dapat dipisahkan menjadi kelas-kelas yang jelas dengan nisbah yang sederhana. Keragaman
nisbah genetika Mendel dapat dijelaskan berdasarkan adanya interaksi gen yaitu pengaruh
satu alel terhadap alel lain pada lokus yang sama dan juga pengaruh satu gen pada satu lokus
terhadap gen pada lokus lain.
Aktivitas pemuliaan tanamna bisa diberitahukan sebagia tekana evolusi yang sengaja
dilakukan oleh manusia. Pada masa prasejarah, pemuliaan tanaman telah dilakukan orang
sejak dimulainya domestikasi tanaman, namun dilakukan tanpa dasar pengetahuan yang
jelas. Sisa-sisa biji-bijian dari situs-situs peninggalan arkeologi menolong menyingkap
masa prasejarah pemuliaan tanaman. Catatan-catatan pertama dalam jumlah besar mengenai
berbagai macam tanaman diperoleh dari karya penulis-penulis romawi teruatama Plinius.
Plasma nutfah adalah bahan baku dasar pemuliaan sebab di sini tersimpan
berbagai keanekaragaman sifat yang dipunyai oleh masing-masing nomor koleksi
(aksesi). Tanpa keanekaragaman, perbaikan sifat tidak mungkin dilakukan.Usaha
pencarian plasma nutfah baru berarti eksplorasi ke tempat-tempat yang secara
tradisional menjadi pusat keanekaragaman hayati (atau hutan) atau dengan melakukan
pertukaran koleksi. Lembaga-lembaga publik seperti IRRI dan CIMMYT menyediakan
koleksi plasma nutfah untuk publik secara lepas sama sekali bea, namun untuk
kepentingan bidang usaha diatur oleh perjanjian selang pihak-pihak yang terkait.
Apabila aksesi tidak ada satu pun yang memiliki suatu sifat yang diinginkan,
pemulia tanaman melakukan beberapa metode untuk merakit individu yang memiliki
sifat ini. Beberapa metode yang bisa dilakukan adalah introduksi bahan
koleksi, persilangan, manipulasi kromosom, mutasi dengan paparan radioaktif atau
bahan kimia tertentu, penggabungan (fusi) protoplas/inti sel, manipulasi urutan gen,
transfer gen, dan manipulasi regulasi gen.
Introduksi
Mendatangkan bahan tanam dari tempat lain (introduksi) merupakan metode
paling sederhana untuk meningkatkan keragaman (variabilitas) genetik. Seleksi
penyaringan (screening) dilakukan terhadap koleksi plasma nutfah yang didatangkan
dari berbagai tempat dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Pengetahuan
mengenai pusat keanekaragaman (diversitas) tumbuhan penting untuk penerapan
metode ini. Keanekaragaman genetik untuk suatu spesies tidaklah sama di semua tempat
di dunia. N.I. Vavilov, ahli botani dari Rusia, memperkenalkan teori "pusat
keanekaragaman" (centers of origin) untuk keanekaragaman tumbuhan. Contoh
pemuliaan yang dilakukan dengan metode ini adalah pemuliaan untuk berbagai macam
tanaman buah asli Indonesia, seperti durian dan rambutan, atau tanaman pohon lain yang
mudah digandakan secara vegetatif, seperti ketela pohon dan jarak pagar. Introduksi
bisa dikombinasi dengan persilangan.
Persilangan
Manipulasi kromosom
Yang termasuk dalam metode ini adalah semua manipulasi ploidi, elok
poliploidisasi (penggandaan genom) maupun pengubahan jumlah
kromosom. Gandum roti dikembangkan dari penggabungan tiga genom spesies yang
berbeda-beda. Semangka tanpa biji dikembangkan dari persilangan
semangka tetraploid dengan semangka diploid. Pengubahan jumlah kromosom (seperti
pembuatan galur trisomik atau monosomik) biasanya dilakukan sebagai alat analisis
genetik untuk menentukan posisi gen-gen yang mengatur sifat tertentu. Galur dengan
jumlah kromosom yang tidak berimbang seperti itu mengalami hambatan dalam
pertumbuhannya. Teknik pemuliaan ini sebenarnya juga mengandalkan persilangan
dalam praktiknya.
Transfer gen
Dalam transfer gen, fragmen DNA dari organisme lain (baik mikroba, hewan,
atau tanaman), atau bisa pula gen sintetik, disisipkan ke dalam tanaman penerima
dengan harapan gen "baru" ini akan terekspresi dan meningkatkan kelebihan tanaman
tersebut. Strategi pemuliaan ini banyak mendapat penentangan dari kelompok-
kelompok lingkungan sebab kultivar yang dihasilkan dianggap membahayakan
lingkungan jika dibudidayakan.
Identifikasi kelebihan
Usaha perluasan keanekaragaman akan menghasilkan banyak bahan yang harus
diidentifikasi. Pertimbangan sumber daya menjadi faktor pembatas dalam menguji
banyak bahan pemuliaan. Di masa lalu identifikasi dilakukan dengan pengamatan yang
mengandalkan naluri seorang pemulia dalam memilih beberapa individu unggulan.
Program pemuliaan modern mengandalkan rancangan percobaan yang diusahakan
seekonomis tetapi seakurat mungkin. Percobaan bisa dilakukan di laboratorium untuk
pengujian genotipe/penanda genetik atau biokimia, di rumah kaca untuk penyaringan
ketahanan terhadap hama atau penyakit, atau lingkungan di bawah optimal, serta di
lapangan buka. Tahap identifikasi bisa dilakukan terpisah maupun terintegrasi dengan
tahap seleksi.
Seleksi
Banyak metode seleksi yang bisa diterapkan, penggunaan masing-masing
dipilihkan oleh berbagai hal, seperti moda reproduksi (klonal, berpenyerbukan sendiri,
atau silang), heritabilitas sifat yang menjadi target pemuliaan, serta ketersediaan biaya
dan sarana, serta jenis kultivar yang akan diciptakan. Tanaman yang bisa digandakan
secara klonal merupakan tanaman yang relatif mudah babak seleksinya. Keturunan
pertama hasil persilangan bisa langsung diseleksi dan dipilih yang menunjukkan sifa-
sifat terbaik sesuai yang diinginkan.
Seleksi massa dan seleksi galur murni bisa diterapkan terhadap tanaman dengan
semua moda reproduksi. Hasil persilangan tanaman berpenyerbukan sendiri yang tidak
menunjukkan depresi silang-dalam seperti padi dan gandum bisa pula diseleksi secara
curah (bulk). Teknik modifikasi seleksi galur murni yang sekarang banyak dipakai
adalah keturunan biji tunggal (single seed descent, SSD) sebab bisa menghemat tempat
dan tenaga kerja.
Evaluasi (pengujian)
Bahan-bahan pemuliaan yang telah terpilih harus dievaluasi atau diuji terlebih
dahulu dalam kondisi lapangan sebab babak seleksi biasanya dilakukan pada lingkungan
terbatas dan dengan ukuran populasi kecil. Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah
kelebihan yang ditunjukkan sewaktu seleksi juga dipertahankan dalam kondisi lahan
pertanian buka dan dalam populasi besar. Selain itu, bahan pemuliaan terpilih juga akan
dibandingkan dengan kultivar yang sudah semakin dahulu dirilis. Yang dipersiapkan
menjadi kultivar yang tidak mampu mengungguli kultivar yang sudah semakin dahulu
dirilis akan dicoret dalam babak ini. Apabila bahan pemuliaan lolos tahap evaluasi,
beliau akan disiapkan untuk dirilis sebagai kultivar baru.
Dalam praktik, biasanya ada tiga jenis evaluasi atau pengujian yang diterapkan
sebelum suatu kultivar dilepas, yaitu uji pendahuluan (melibatkan 20-50 bahan
pemuliaan terseleksi), uji daya hasil pendahuluan (maksimum 20), dan uji
multilingkungan/multilokasi (atau uji daya hasil lanjutan, biasanya kurang dari 10).
Semakin lanjut tahap pengujian, ukuran plot percobaan semakin besar. Setiap negara
memiliki aturan tersendiri mengenai bakuan untuk masing-masing jenis pengujian dan
jenis tanaman.Yang dipersiapkan menjadi kultivar yang akan dirilis/dilepas ke publik
diajukan kepada badan pencatat (registrasi) perbenihan untuk disetujui pelepasannya
setelah pihak yang akan merilis memberi informasi mengenai ketersediaan benih yang
akan diperdagangkan.
Perbenihan
Benih kultivar unggul yang dirilis dikuasai oleh pemulia yang merakitnya dan
hak ini dinamakan "perlindungan varietas" atau "hak pemulia" (breeder's right). Benih
di tangan pemulia disebut benih pemulia ("breeder seed") dan terbatas jumlahnya. Benih
pemulia tersedia hanya terbatas dan perbanyakannya sepenuhnya dikontrol oleh
pemulia.
Tujuan
Tujuan dari domestikasi dan introduksi spesies baru adalah utk menambah
jumlah jenis komoditas akuakultur serta memperbanyak produksi perikanan
Tahapan Domestikasi
a. Pada tahap pertama tindakan domestikasi terpenting adalah merekayasa
lingkungan wadah pemeliharaan sehingga memiliki kualitas air yg bisa diterima
oleh spesies liar yg akan didomestikasi;
b. Pada tahap kedua, tindakan domestikasi yg utama adalah merekayasa pakan
sehingga secara kuantitatif dan kualitatif bisa mendukung pertumbuhan somatis;
c. Pada ketiga, tindakan domestikasi yg dominan adalah merekayasa pakan utk
mendorong terjadinya pertumbuhan generatif serta merekayasa lingkungan dan
hormonal yg berpengaruh terhadap proses vitelogenesis dan proses ovulasi.
Siklus hidup tanaman terdiri dari 3 fase yakni fase embrio, fase muda, dan fase
dewasa. Fase embrio saat terjadi peleburan gamet jantan dan gamet betina disebut zigot.
Fase muda pada saat berkecambahnya biji, pembentukan bibit disebut pertumbuhan
vegetative. Dan fase dewasa ialah fase masa reproduksi dan menghasilkan buah serta
biji. Semua makhluk hidup mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Hewan dan
manusia mengalami beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan dalam
kehidupannya. Proses Pertumbuhan merupakan bagian dari siklus hidup yang ditandai
dengan peningkatan ukuran tubuh. Proses Perkembangan merupakan bagian dari siklus
hidup yang ditandai dengan perubahan bentuk dan fungsi bagian tubuh.Tahapan
pertumbuhan dan perkembangan hewan membentuk sebuah siklus hidup atau daur
hidup.
Siklus hidup tanaman kacang hijau dimulai dari Biji Kacang Hijau -> Kecambah
Kacang Hijau -> Kacang Hijau Dewasa -> Bunga Kacang Hijau -> Biji Kacang
Hijau
3. Silus Hidup Apel
Buah apel yang sering kita makan memiliki biji. Biji tersebut jika ditanam, suatu
saat akan tumbuh akar dan tunas. Tunas tersebut akhirnya menjadi pohon apel kecil
yang lama-kelamaan menjadi besar dan berbunga. Bunga-bunga apel ini merupakan
cikal bakal buah apel yang sering kita makan. Di dalam buah apel terdapat biji yang
merupakan calon tanaman baru, jika biji tersebut ditanam akan menjadi tanaman apel.
Siklus hidup tanaman apel adalah : Biji Apel -> Pohon Apel Kecil -> Pohon Apel ->
Bunga dan Buah Apel -> Biji Apel
Mencangkok Tanaman
Siklus hidup tanaman dapat diperpendek dengan cara mencangkok tanaman .
Mencangkok tanaman tergolong dalam proses perkembangbiakan tanaman secara
vegetatif buatan. Hasil dari mencangkok tanaman kurang lebih akan sama dengan
induknya. Proses mencangkok merupakan cara menumbuhkan akar pada batang
tanaman. Biasanya mencangkok dilakukan dengan menggunakan cabang atau ranting
yang tidak terlalu besar. Misanya saja pada tanaman Mangga, Jeruk, dan Janbu air.
Pastikan sebelum mencangkok, tanaman induk harus memiliki kualitas dan mutu yang
baik. Agar hasil cangkokan sama baiknya seperti tanaman induknya. Langkah
mencangkok tanaman adalah sebagai berikut :
D. BIOLOGI BUNGA
Biologi bunga antara lain menjelaskan mengenai penyerbukan bunga dan lebih
lanjut mengenai pembentukan buah. Hal ini penting diketahui untuk memilih varietas-
varietas unggul yang harus dipertahankan dan varietas yang perlu disingkirkan.
Penyerbukan bunga ini penting untuk menghasilkan varietas-varietas baru dengan jalan
persilangan. Ilmu tumbuhan pada waktu sekarang telah mengalami kemajuan yang
demikian pesat, hingga bidang-bidang pengetahuan yang semula hanya merupakan
cabang-cabang ilmu. Tumbuhan saja, sekarang ini telah menjadi ilmu yang berdiri
sendiri-sendiri.
Dari berbagai cabang ilmu tumbuhan yang sekarang telah berdiri sendiri adalah
Morfologi Tumbuhan. Morfologi Tumbuhan yang mempelajari bentuk dan susunan
tubuh tumbuhanpun sudah demikian besar perkembangannya hingga dipisahkan
menjadi morfologi luar dan morfologi saja (morphology in sensu stricto = dalam arti
yang sempit) dan morfologi dalam atau anatomi tumbuhan.Bunga (flos) merupakan
salah satu organ tubuh tumbuhan yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan secara
generatif yang memiliki bentuk dan susunan yang berbeda-beda menurut jenisnya,
tetapi bagi tumbuhan yang berbiji, alat tersebut lazimnya merupakan bagian tumbuhan
yang kita kenal sebagai bunga. Jika kita memperhatikan suatu bunga, mudahlah
diketahui bahwa bunga adalah penjelmaan suatu tunas (batang dan daun-daun) yang
bentuk, warna dan susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan, sehingga
pada bunga ini dapat berlangsung penyerbukan dan pembuahan, dan akhirnya dapat
dihasilkan alat-alat perkembangbiakan.
Bunga terdiri atas sebuah sumbu yang padanya organ-organ bunga yang
lain tumbuh. Bagian dari sumbu yang merupakan ruas yang berakhir dengan
tangkai bunga (pedisel). Ujung distal pedisel ini mengembang dengan panjang
yang beragam dan bagian ini disebut reseptakael bunga (talamus). Organ-organ
bunga melekat pada reseptakel. Sebuah bunga yang khas mempunyai empat
macam organ.
Disebelah dalam sepal adalah corolla yang terdiri atas petal, pada
umumnya berwarna yang membentuk perhiasan bunga. Bila semua perhiasan
bunga itu sama, mereka disebut tepal. Di dalam perhiasan bunga dijumpai dua
macam organ reproduksi, yang sebelah luar disebut stamen yang bersma-sama
membentuk androsium, dan sebelah dalam di sebut karpel yang membentuk
ginesiumngandung biji-biji (Stace, 1980).
Fungsi Bunga
a. Dianggap sebagia ranting dengan daun-daun yang berubah fungsi
b. Organ reproduksi seksual pada tumbuhan
c. Produksi buah seperti makanan, pelindung, penghasil biji
d. Penarik serangga untuk polinasi
Bunga Tunggal :
Bunga Manjemuk :
Jika ujung ibu tangkai tak mendukung suatu bunga, tampknya seakan –
akan bunga majemuk ini tidak terbatas, lagi pula jika dilihat dari atas, nampak
bunga mulai mekar dari pinggir dan yang terakhir mekarnya ialah bunga yang
menutup ibu tangkainya. Karena yang mekar mulai dari pinggir menuju ke pusat
itulah maka bunga majemuk yang bersifat demikian ini di namakan
inflorescentia centripetala. Bunga majemuk tak terbatas terdapat misalnya pada
kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Swartz), mangga (Mangifera indica
L.) (Widya, 1989).
Melihat jumlah cabang pada ibu tangkai bunga majemuk terbatas di bedakan
dalam tiga macam (Sastrapradja, 1976):
1. Yang bersifat ”monochasial”, jika ibu tangkai hanya mempunyai satu cabang, ada
kalanya lebih (dua cabang), tetapi tidak pernah berhadapan, dan yang satu lebih
besar daripada yang lainnya. Cabang yang besar selanjutnya seperti ibu tangkai
setiap kali hanya mengeluarkan astu cabang saja. Bunga majemuk semacam ini di
temukan pada berbagai jenis tumbuhan yang berbiji
tunggal (Monocotyledoneae),kapas (Cossypium sp.).
2. Yang bersifat ”dichasial”, jika dari ibu tangkai keluar dua cabang yang
berhadapan, terdapat pada tumbuhan dengan bunga berbibir (Labiatae),
3. Yang bersifat ”pleiochasial”, jika dari ibu tangkai keluar lebih dari dua cabang
pada suatu tempat yang sama tingginya pada ibu tangkai tadi, misalnya pada bunga
oleander (Nerium oleander L.).
a) Mahkota (Petal)
b) Berwarna cerah
c) Pelindung stamen dan pistil
d) Penarik serangga
e) Petal banyak = corolla
1. Tangkai bunga (pedicellus),yaitu bagian bunga yang masih jelas bersifat batang,
padanya seringkali terdapat daun – daun peralihan, yaitu bagian – bagian yang
menyerupai daun, berwarna hijau, yang seakan – akan merupakan peralihan dari
daun biasa ke hiasan bunga.
2. Dasar bunga (receptaculum),yaitu ujung tangkai yang seringkali melebar, dengan
ruas – ruas yang amat pendek, sehingga daun – daun yang telah mengalami
metamorfosis menjadi bagian – bagian bunga yang duduk amat rapat satu sama lain,
bahkan biasanay lalu tampak duduk dalam satu lingkaran.
3. Hiasan bunga (perianthium),yaitu bagian bunga yang merupakan penjelmaan daun
yang masih tampak berbentuk lembaran dengan tulang – tulang atau urat – urat yang
masih jelas. Biasanya hiasan bunga dapat di bedakan dalam dua bagian yang masing
– masing duduk dalam satu lingkaran. Jadi bagian – bagian hiasan bunga itu
umumnya tersusun dalam dua bagian antara lain: kelopak (kalix) dan mahkota
bunga (corolla).
4. Alat – alat kelamin jantan (androecium),bagian ini sesungguhnya juga merupakan
metamorfosis daun yang menghasilkan serbuk sari. Androecium terdiri atas
sejumlah benang sari (stamen).
5. Alat kelamin betina (gynaecium),yang pada bunga merupakan bagian yang biasanya
disebut putik (pistilum), juga putik terdiri atas metamorfosis daun yang disebut daun
buah (carpella). Pada bunga dapat ditemukan satu atau beberapa putik, dan setiap
putik dapat terdiri atas beberapa daun buah.
Melihat bagian – bagian yang terdapat pada bunga maka bunga dapat di bedakan
dalam (Tjitrosoepomo, 1989):
a. Bunga lengkap (flos completusl),yang terdiri atas: lingkaran daun – daun kelopak,
lingkaran daun – daun mahkota, lingkaran benang – benang sari dan satu lingkaran
daun – daun buah.
b. Bunga tidak lengkap atau bunga tidak sempurna (flos incompletusl),jika salah satu
bagian hiasan bunga atau salah satu alat kelaminnya tidak ada. Jika bunga tidak
mempunyai hiasan bunga, maka bunga itu di sebut telanjang (nudus), juka hanya
mempunyai salah satu dari kedua macam alat kelaminnya, dinamakan berkelamin
tunggal (unisexualis).
Menurut Darjanto dan Satifah (1984), bunga lengkap mempunyai empat bagian
yaitu : kelopak (calyx), mahkota (corolla), benang sari (stamen), dan putik
(pistilum). Bunga dapat dipandang sebagai suatu batang atau cabang pendek yang
bedaun dan telah mengalami perubahan bentuk kuncup. Kelopak merupakan
rangkaian dari daun-daun bunga pertama dari bawah, yang pada kuncup bunga
terletak paling luar.
Adapun fungsi kelopak adalah untuk melindungi bagian-bangian bunga lainnya
dari gangguan luar sebelum kuncup bunga itu mekar. Rangkaian daun bunga yang
kedua dari bawah adalah corolla, yang biasanya lebih halus, lebih lemas, tidak kaku,
lebar, dan lebih indah warnanya. Rangkaian daun bunga yang ketiga semuanya
masih bergulung dan disebut benang sari. Benang sari adalah bagian bunga yang
berfungsi sebagai alat kelamin jantan pada bunga.
Benang sari yang normal mempunyai tangkai sari (bagian dari benang sari yang
biasanya berbentuk silinder dan cukup panjang) dan kepala sari (bagian dari benang
sari yang terletak pada ujung tangkai sari). Dan rangkaian daun yang keempat
disebut putik, yang berada paling ujung dan berlekatan menjadi empat bunga duduk
di atas dasar bunga (receptaculum), yaitu di ujung tangkai bunga yang biasanya
melebar.
Putik adalah bagian bunga yang berfungsi sebagai alat kelamin betina. Putik
terdiri atas kepala putik, tangkai putik (berupa sebuah pipa atau tabung yang panjang
dan merupakan tiang penghubung antara kepala putik dan bakal buah), dan bakal
buah (bagian dari putik yang terletak paling bawah dan duduk di atas dasar bunga).
Perkembangbiakan Bunga
Bunga terdiri atas aksis (sumbu), dan pada sumbu inilah muncul organ bunga.
Bagian bunga yangbmempunyai ruas (internodus) terdapat tangkai bunga yang
disebut pedisel. Ujung distal dari pedisel membengkak dan meluas disebut
reseptakulum atau thalamus. Organ bunga menempel pada reseptakulum. Bunga
mempunyai 4 macam organ.
Organ paling luar adalah sepala, yang secara bersamaan menyusun kaliks
(kelopak bunga) yang biasanya berwarna hijau, dan ditemukan paling bawah, tepat
diatas reseptakulum. Di sebelah dalam sepala adalah korola (mahkota bunga) yang
terdiri atas petala, yang biasanya berwarna. Kedua tipe organ ini bersama-sama
membentuk periantium (perhiasan bunga). Apabila semua organ periantium sama,
disebut petala. Di dalam periantium terdapat dua macam organ reproduksi. Organ
disebalah luar disebut stamen (benang sari) yang bersama-sama membentuk
androesium, dan organ disebelah dalam disebut karpela (daun buah) yang
membentuk ginoesium (Sri Mulyani, 2006).
Baik tanaman yang menyerbuk sendiri maupun tanaman yang menyerbuk silang
memiliki kemungking yang sama untuk terjadinnya penyerbukan yang
berkebalikan. Tanamna yang menyerbuk silang memiliki kemungkinan terjadinnya
penyerbukan sendiri sebesar 5 %. Begitu juga tanaman yang menyerbuk sendiri
memiliki peluang terjadinya penyerbukan silang sebesar 5 %. Terjadinnya
penyerbukan silang akan meningkatkan keragaman sifat dan genotip dari tanaman.
Sedangkan penyerbukan sendiri akan meningkatkan kehomogenitasan dari suatu
tanaman (Sunarto, 1997).
Beberapa bunga memiliki ciri morfologi khusus pada tiap spesiesnya yang
mengakibatkan perbedaan proses penyerbukan. Secara umum proses penyerbukan
pada tanaman dipengaruhi oleh beberapa proses sebagai berikut(Darjanto, 1990) :
Penyerbukan sendiri adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma pada bunga
yang sama atau stigma dari bunga yang lain pada tanaman yang sama atau klon yang
sama. Prinsipyang memungkinkan terjadinya penyerbukan penyerbukan sendiri adalah
kleistogami yaitu pada waktu terjadi penyerbukan bunga yang belum mekar atau tidak
terbuka, misalnya pada kedelai, padi, tembakau dan lain-lain (Nasir, 2001)
2. Komposit
Populasi dasar merupakan : campuran varietas unggul, hibrida dan galur (untuk galur
boleh ada boleh tidak)
Setiap dicampur terjadi persilangan terbuka kemudian diseleksi melalui seleksi massa.
3. Hibrida
Masalah : persilangan dan saat mencari galur penghasil benihnya.
Benih yang dihasilkan sedikit, usaha – usaha persilangan galur dengan varietas.
(Prasetyo, 2010).
Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia.
Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk
mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang disebut padi liar.
Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia setelah jagung dan
gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas
penduduk dunia (Plantus, 2008).
METODE SELEKSI
SELEKSI MASSA
a. Dari populasi dasar yang ditanam dipilih individu-individu terbaik berdasarkan fenotipe
yang sesuai dengan kriteria seleksi
b. Biji dari individu terpilih dipanen dan dicampur
c. Diambil sejumlah biji secara acak ditanam pada satu petak dipilih individu-
individu
terbaik sesuai dengan kriteria seleksi
d. Biji dari individu terpilih dipanen dan
dicampur
e. Diambil sejumlah biji secara acak → dita- nam pada satu petak → dipilih individu
individu terbaik sesuai dengan kriteria seleksi
f. Demikian seterusnya sampai diperoleh suatu populasi yang seragam dengan sifat-
sifat sesuai dengan kriteria seleksi yang telah ditentukan
Kelebihan
a. Varietas dapat beradaptasi luas karena lebih dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang beragam
b. Memberikan kestabilan hasil walaupun pada kondisi alam yang beragam
c. Lebih dapat bertahan terhadap kerusakan yang menyeluruh serangan suatu
penyakit
Kekurangan
a. Kurang menarik dibandingkan dengan varietas yang berasal dari galur murni
(seragam)
b. Lebih sulit untuk memberikan tanda pengenal diri pada program seleksi benih
c. Biasanya memberi hasil lebih rendah dari galur terbaik dalam campuran
d. Lingkungan mempengaruhi fenotip sehingga sulit diketahui apakah tanaman
superior (fenotipnya) dikarenakan faktor genetik atau lingkungan
Konsep Seleksi
a. Pemilihan berdasarkan fenotip
b. Keberhasilan tergantung ragam tanaman homosigot
c. Hasil seleksi berupa galur murni
d. Populasi campuran bahan seleksi dapat berupa varitas local
Kelebihan
Kelemahan
Kurang adaptif terhadap perubahan lingkungan
Prosedur Seleksi Galur
a. Tahap Pertama
Memilih individu-individu terbaik (sesuai dengan yang diinginkan) dari populasi
dasar → diadakan penyerbukan sendiri.
b. Tahap Kedua
a. Keturunan individu-individu terpilih ditanam terpisah dalam baris-baris
untuk diamati/dinilai
b. Penilaian dilakukan beberapa generasi (7 – 8 generasi).
c. Penilaian ditekankan pada :
a. galur dengan sifat tertentu yang terbaik
b. keseragaman dalam galur
c. Tahap ketiga
a. Jumlah galur sudah terbatas → diadakan pengujian berulangan
Hibridisasi
a. Untuk menggabungkan sifat dari sepasang atau lebih tetua
b. Diawali dengan pemilihan tetua berdasar tujuan program pemuliaan
c. Hibridisasi
1. Sepasang tetua
2. Lebih dari sepasang tetua
3. Persilangan campuran (polycross)
Metode pedigree
a. Disebut pedigree atau silsilah karena dilakukan pencatatan pada setiap anggota
populasi bersegregasi dari hasil persilangan
b. Seleksi dilakukan pada karakter yang memiliki heritabilitas tinggi
Prosedur Seleksi
1. Persilangan sepasang tetua homozigot yang berbeda diperoleh F1 seragam
2. Biji F1 ditanam disesuaikan dengan kebutuh- an pertanaman generasi F2
3. Sebagian benih F1 disimpan
4. Biji F2 ditanam, jumlah biji yang ditanam tergantung pada banyaknya famili F3
yang akan ditangani biasanya 10 : 1 atau 100 : 1.
5. Seleksi dilakukan pada individu terbaik.
6. Tanam biji F3. Masing-masing biji dari 1 tanaman ditanam dalam barisan. Pada
gene- rasi ini terlihat jelas ada perbedaan antar famili.
7. Tanaman yang dipilih adalah tanaman yang terbaik pada barisan yang lebih
seragam.
8. Generasi F4 – F5 banyak famili lebih homozigot.
9. varietas dan perbanyakan benih sebar. Seleksi di antara famili, dipilih 2 atau lebih
tanaman dari famili terbaik.
10. Generasi F6- F7 dilakukan uji daya hasil dengan varietas pembanding
11. Generasi F8 dilakukan uji multilokasi (pada beberapa lokasi dan musim)
12. Pelepasan
Keunggulan
a. Hanya keturunan-keturunan unggul yang dilanjutkan pada generasi
selanjutnya, tanaman yang tidak sesuai dibuang
b. Seleksi dilakukan tiap generasi, sehingga jumlah tanaman tidak terlalu banyak
c. Menghemat lahan, karena jumlah tanaman tiap generasi semakin sedikit
d. Silsilah dari suatu galur dapat diketahui
Kelemahan
a. Tiap generasi persilangan harus dilakukan pencatatan (sifat morfologi,
ketahanan hama dan penyakit, umur panen dll), sehingga perlu banyak catatan
dan pekerjaan
b. Kemungkinan ada galur potensial terbuang pada generasi segregasi akibat
seleksi
Metode Bulk
Kelemahan
a. Silsilah galur tidak tercatat sejak awal
b. Jumlah tanaman pada generasi lanjut sangat banyak sehingga memerlukan lahan
yang luas.
b. Panen dilakukan satu biji dari setiap tanaman, mulai F2 – F5, kemudian setiap
biji tersebut dicampur untuk ditanam pada generasi berikutnya
Keunggulan
d. Seleksi untuk sifat yang memiliki heritabilitas tinggi dapat dikerjakan lebih
efektif
e. Dimungkinkan menanam sejumlah generasi dlm satu tahun melalui
pengendalian lingkungan (mis. dalam rumah kaca)
Kelemahan
a. Seleksi untuk karakter-karakter yang bernilai heritabilitas rendah (mis. hasil)
tidak efisien
b. Identitas tanaman unggul F2 tidak diketahui
c. Bila seleksi pada awal generasi tidak tajam dalam pengamatan, dapat
mengakibatkan hilangnya tanaman superior karena tidak ikut terpilih.
Prosedur Seleksi
1. Persilangan pertama antara tetua penerima (R) dengan tetua pemberi (D)
menghasilkan F1
2. Silang balik pertama, F1 disilangkan dengan R untuk mendapatkan populasi
BC1. (F1 sebagai betina dan R sebagai tetua jantan)
3. Silang balik kedua, BC1 disilangkan dengan tetua R untuk mendapatkan BC2.
Tetua BC1 sebagai betina dan R sebagai tetua jantan.
4. Silang balik ketiga, BC2 disilangkan dengan tetua R untuk mendapatkan BC3.
Tetua BC2 sebagai betina dan R sebagai tetua jantan.
5. Silang balik keempat, BC3 disilangkan dengan tetua R untuk mendapatkan
BC4. Tetua BC3 sebagai betina dan R sebagai tetua jantan.
6. Populasi BC4 sudah mengandung kembali 93,75% gen R.
7. Pada akhir kegiatan, BC4 dikawinkan sendiri sehingga terjadi segregasi dan
diseleksi untuk mendapatkan galur harapan baru
Seleksi massa
a. Memilih individu dengan sifat yang dikehendaki dari populasi dasar
b. Seleksi didasarkan pada fenotip
c. Tidak ada kontrol persilangan
d. Tidak ada uji keturunan
e. Mendapatkan frekuensi genotip superior terbesar dalam populasi
f. Menghasilkan varietas bersari bebas (open pollinated varieties)
PROSEDUR SELEKSI
Seleksi tongkol-baris
PROSEDUR SELEKSI
a) dipilih individu superior → 200 – 300 individu
b) tanpa /sebagian kontrol persilangan
c) tongkol dari individu terpilih dipanen
d) sebagian benih dari tongkol terpilih ditanam dalam baris, sisanya disimpan dan
tidak dicampur
e) ditentukan baris-baris terbaik (uji keturunan)
f) sisa benih dari baris-baris terbaik dicampur
g) untuk ditanam pada siklus berikutnya
Seleksi berulang
a) Populasi dasar merupakan materi awal untuk seleksi berulang yang harus selalu
diperbaiki
b) Populasi dasar terbentuk dari persilangan beberapa tetua (genotipe/individu
superior)
c) Tetua harus menunjukkan penampilan yang baik à tetua potensial
d) Alel-alel berbeda akan meningkat dengan bertambahnya jumlah tetua dan dengan
perbedaan genetik tetua
e) Efisiensi seleksi berulang memerlukan tingkat keragaman genetik yang tinggi
PROSEDUR SELEKSI
Daya Gabung Umum (DGU) = General Combining Ability (GCA) = Kemampuan suatu
genotip yang menunjukkan kemampuan rata-rata keturunan bila disilangkan dengan
sejumlah genotip lain, atau bila disilangkan sendiri dengan genotip tersebut.
Tujuan : untuk perbaikan populasi tanaman menyerbuk silang
a) Didasarkan pada penampilan fenotipe keturunan evaluasi genotip
b) Terdapat kontrol persilangan
c) Terdapat uji keturunan di mana tetua penguji memiliki keragaman genetik yang luas
(varietas bersari bebas, var. hibrida ganda)
d) Penguji harus memiliki sifat yang tidak menonjol untuk karakter yang diperbaiki
e) Hasil / output : varietas sintetis, galur-galur potensial
PROSEDUR SELEKSI BERULANG UNTUK DGU
a) Pada generasi pertama (G1) menanam populasi dasar dan membuat sejumlah
penyerbukan sendiri sehingga dihasilkan sejumlah populasi S1
b) Pada generasi ke dua (G2), sebagian biji dari galur- galur S1 ditanam terpisah dalam
baris-baris dan sisa bijinya disimpan
c) Di samping itu juga ditanam populasi tetua penguji
d) Diadakan sejumlah persilangan antara galur- galur S1 tersebut dengan tetua penguji
e) Biji hasil persilangan pada generasi ke dua ditanam
f) dengan ulangan secukupnya (untuk uji keturunan)
g) Pada generasi ke tiga (G3) diadakan pemilihan galur S1
h) berdasarkan uji keturunannya
i) Galur S1 yang menghasilkan keturunan yang baik
j) dipilih untuk diteruskan pada generasi berikutnya
k) Pada generasi ke empat (G4), sisa bijigalur S1 terpilih dicampur dan ditanam.
Populasi ini dibiarkan kawin acak, shg terjadi rekombinasi.
l) Biji hasil kawin acak ini dicampur untuk digunakan pada siklus berikutnya
Seleksi berulang untuk daya gabung khusus
a) Prosedur seleksi sama dengan seleksi berulang untuk daya gabung umum, kecuali
pada varietas pengujinya
b) Varietas penguji memiliki variabilitas genetik yang sempit àgalur murni, hibrida
silang tunggal
c) Varietas yang dihasilkan : hibrida tunggal, ganda
Seleksi berulang timbal balik
h) Terdapat uji keturunan dengan tipe uji keturunan daya gabung umum dan khusus
j) Jenis Seleksi :
2. Musim Tanam Ke-1: Sejumlah 1000 benih hasil persilangan ditanam untuk memperoleh
Tanaman F1. Pada musim tanam ini mulai dilakukan seleksi untuk penampilan terbaik,
selanjutnya memperbanyak secara vegetatif tanaman terpilih untuk digunakan sebagai
Klon pengujian pada tahap berikutnya.
3. Musim Tanam ke-2 dan ke-3: Sejumlah 1000 klon hasil perbanyakan pada musim ke-1
ditanam untuk menghasilkan klon generasi ke-2. Seleksi dan perbanyakan vegetatif
terhadap 100 klon terbaik diteruskan penanaman pada musim ke-3. Seleksi pada musim
ke-3 memilih 10 klon yang memiliki penampilan terbaik. Penanaman dilakukan pada 2
lokasi berbeda.
Musim Tanam ke-4 sd ke-7; Sejumlah 10 klon unggulan hasil seleksi musim
sebelumnya ditanam sebagi plot-plot perlakuandengan disain tata ruang
percobaan,dengan ulangan dan lokasi berbeda dengan menyertakan kontrol
(pembanding). Selanjutnya Klon-klon terseleksi diperbanyak secara vegetatif sebagai
materi pengujian musim berikutnya. Musim Tanam ke-8 sd ke-10: Sejumlah klon
harapan hasil seleksi diperbanyak secara vegetatif diperbanyak dan dilepas sebagai
klon-klon ungul baru.
3. Seleksi genotipe unggul dalam klon yang sama tidak efektif, karena secara genetik
semua individu serupa, kecuali yg dikembangkan melalui induksi mutasi yg
memungkinkan terjadinya khimera maka perlu diseleksi.
5. Jumlah bibit atau tanaman yang ditanampada setiap tahap seleksi sangat bervariasi
tergantung kepada spesies tanaman yang akan dikembangkan dan sumberdaya yang
dimiliki.
6. Banyaknya generasi seleksi yang dilakukan dipengaruhi oleh umur tanaman dan spesies
yang dikembangkan, jumlah karakter yang diseleksi dan ekstensivita penggunan klon
unggul.
METODE PEMULIAAN TAHAN CEKAMAN HAMA PENYAKIT
Kultur jaringan tanaman tahan terhadap penyakit.
Pada dasarnya kultur jaringan merupakan teknik mengisolasi dan memelihara potongan
jaringan atau bagian tanaman (eksplan) pada medium buatan yang tepat. Teknik kultur
jaringan ini didasari oleh adanya teori sel yang dikemukakan oleh Schleiden(1838) dan
Schwann (1839) bahwa setiap sel yang menyusun satu individu secara tidak langsung
memiliki informasi genetis yang sama, sehingga pada prinsipnya, setiap sel dari individu
tanaman secara otonomik mempunyai kemampuan beregenerasi dan membentuk individu
baru yang utuh.
Kultur jaringan yang semula ditujukan untuk mendapatkan tanaman secara besar-
besaran dengan cara vegetatif, sekarang sudah berkembang pesat hingga dapat
dipergunakan untuk keperluan lain (Soeryowinoto, 1985). Kultur jaringan memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan dengan perbanyakan generatif dan vegetatif
konvensional antara lain membentuk tanaman yang bebas hama penyakit, tidak tergantung
pada waktu, iklim, dan musim, sehingga penanaman dapat dilaksanakan
setiap saat, tidak membutuhkan lahan yang luas, dan menghasilkan tanaman dalam jumlah
besar dalam waktu yang relatif pendek (Nurhadi, 1988). Berdasarkan bahan eksplan yang
digunakan, ada beberapa teknik kultur jaringan untuk mendapatkan tanaman tahan
penyakit, yaitu:
Kultur meristem.
Jaringan meristem terdapat di bagian ujung (apeks) pucuk. Pada sel meristem ini tidak
ditemukan partikel virus ataupun organisme patogen lainnya. Oleh karena itu, apabila sel
meristem diregenerasikan maka tanaman baru yang diperoleh tidak mengandung virus dan
penyakit. Kultur meristem ini telah banyak berhasil pada tanaman hortikultura seperti apel
dan strawberry.
METODE PEMULIAAN TAHAN CEKAMAN LINGKUNGAN
Bila dilihat dari pelakunya, kegiatan pemuliaan tanaman di tanah air, sebagian
besar masih dilakukan oleh institusi-institusi milik pemerintah, seperti lembaga penelitian
di bawah koordinasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen
Pertanian, antara lain: Puslitbang Tanaman Pangan/Hotikultura/ Perkebunan, Balai Besar
(BB) Penelitian Tanaman Padi Sukamandi, BB Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian Bogor, serta beberapa balai penelitian, seperti Balit Tanaman Sayuran Lembang,
Balit Tanaman Hias Cipanas, Balit Buah-buahan Solok, Balit Jagung dan Serelia lain
Maros, Balit Kacang-kacangan dan Ubi-ubian Malang. Juga terdapat Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) di hampir setiap provinsi.
Pentingnya interaksi genetic dan lingkungan dapat diketahuyi pada distribusi varietas baru
pada berbagai lokasi dan perbaikan manajemen untuk meningkatkan hasil dan
membandingkan hasil antara varietas lama dan varietas baru dalam satu percobaan tunggal
(Mattjik,2005). Apabila setiap galur memiliki tingkat resistensi yang sama terhadap cekaman
lingkungan biotik atau abiotic maka interaksi antara genotipe dan lingkungan akan berkurang
sebaliknya apabila galur meiliki tingkat perbedaan pada lingkungan yang bebrebda maka
interaksi genotipe dan lingkungan akan tinggi. analisis interaksi genetic dan lingkungna dapat
digunakan untuk seleksi ketahanan terhadap hama dan penyakit. Jika ada interaksi varietas dan
pathogen maka p[erlu untk mengidentifikasi suatu varietas yang memiliki resistensi umum dan
resistensi khusus.
Interaksi gfenetik dan lingkungan dapat digunakan untuk mendapatkan lingkungan yang
cocok dalam seleksi ketahanan terhadap antraknoosa pada cabai. Konsep tentang interaksi
genotipe dengan lingkungan (GxE) banyak digunakan dalam ilmu pemuliaan tanaman untuk
menganalisis respon atau perilaku suatu genotipe terhadap beragam kondisi lingkungan.
Konsep ini didasari oleh suatu teori yang menyatakan bahwa penampilan suatu fenotipe
merupakan resultante dari adanya perbedaan faktor genetik, faktor lingkungan, dan interaksi
dari kedua faktor tersebut (Falconer dan Mackay, 1996).
Sumber
Darjanto dan Siti Satifah. 1984. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik Penyerbukan
Silang Buatan. Gramedia, Jakarta. Halaman 154
Tjitrosomo, Siti Sutarmi dkk. 1999. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta