Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR II

ACARA PRAKTIKUM KE : I

PEWARISAN SIFAT

Nama : Tazky Firnanda Isnaini

NIM : 24020121140203

Kelompok : 5 (Lima)

Hari, tanggal : Senin, 28 Februari 2022

Asisten : Rohadatul Aisy

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam dunia biologi teknologi informasi banyak digunakan para
ilmuwan untuk melakukan penelitian. Salah satunya adalah pewarisan sifat
pada tanaman maupun hewan. Materi genetik memegang peranan penting
dalam proses pewarisan sifat. Warna kulit, bentuk hidung, dan perubahan
fisik lainnya. Secara biologis, seorang anak selalu mewarisi gen dari ayahnya.
Gen tersebutlah yang membawa sifat-sifat tertentu, baik yang tampak secara
fisik, maupun yang tidak tampak secara fisik. Prinsip tentang gen dan
pewarisan sifat modern pertama kali dikemukakan oleh Gregor Mendel.
Mendel mempelajari 7 jenis sifat yang diturunkan pada tanaman buncis dan
menemukan teori persilangan untuk gen-gen yang independen. Teori tersebut
menyatakan bahwa gen dari anak merupakan perpaduan (persilangan) dari
gen-gen kedua orang tuanya (Tosida, 2011).
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum yang mengatur pewarisan sifat
secara genetik dari satu organisme kepada keturunannya. Hukum tersebut
terdiri dari dua bagian yaitu Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II Sebelum
Mendel melakukan percobaan penyilangan dengan tanaman kapri (Pisum
sativum) para ahli telah mempunyai pemikiran tentang adanya kehidupan
yang berkesinambungan, yang membawa faktor keturunan dari generasi ke
generasi. Tetapi mereka tidak melakukan percobaan seperti yang dilakukan
oleh Mendel dan disamping itu peralatan ilmiah yang dapat dipakai untuk
membuktikan pemikiran mereka belum ada. Hal ini yang melatar belakangi
praktikum mengenai pewarisan sifat (Effendi, 2020).

I.2 Tujuan
I.2.1 Mahasiswa mempelajari dasar-dasar mekanisme pewarisan sifat
menurut Mendel.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kacang Ercis

Gambar 2.1 Kacang Ercis


(Ucihadiyanto, 2021)

Kacang kapri atau ercis (kacang polong) dengan nama ilmiah Pisum
sativum L. merupakan tanaman penghasil polong yang dikonsumsi sebagai
sayur. Kacang ercis dikonsumsi dalam bentuk segar, dibekukan,
dikeringkan, maupun diolah dalam kaleng. Tanaman ini banyak ditemukan
pada masakan China ataupun Eropa. Tanaman ini merupakan model tanaman
pilihan untuk penemuan hukum warisan Mendel. Kacang ercis merupakan
legum penting yang ditanam sebagai tanaman kebun dan ladang di seluruh
daerah beriklim sedang di dunia; itu juga ditanam sebagai tanaman Rabi di
Bangladesh. Kacang polong dihargai terutama karena kualitas nutrisi
bijinya. Hal ini menjadikan Pisum sativum L. sebagai bagian dari dasar
genetika modern (Khan, 2017).
Tanaman ercis memiliki manfaat yang besar bagi kesehatan yaitu baik
untuk meremajakan kulit, menurunkan kolestrol, dan mencegah
osteoporosis. Selain tanaman kacang ercis baik untuk kesehatan, tanaman
ercis juga baik untuk menjaga kesuburan tanah. Tanaman ercis dapat
bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium. Selain itu juga. dapat mengikat
Nitrogen bebas dari udara. Tanaman ercis juga dapat meningkatkan
kesuburan tanah, terutama kandungan Nitrogen (dalam bintil akar tanaman)
yang tersedia dalam tanah (Damara, 2020).
2.2 Hukum Mendel I

Gambar 2.2 Hukum Mendel I


(Utami, 2020)
Hukum Mendel I menyatakan bahwa pewarisan sifat dari kedua gen
induk yang berupa pasangan alel yang akan mengalami pemisahan.
Pemisahan tersebut akan diterima oleh setiap gamet dengan jumlah satu gen
induk yang diterimanya. Hukum Mendel I dapat disebut dengan Hukum
Segregasi bebas yang menyatakan pewarisan sifat induk pada pembentukan
gamet keturunan akan melalui pembelahan gen induk yakni terjadi pada
persilangan monohibrid. Monohibrid adalah persilangan antar dua individu
dengan spesies yang sama tetapi memiliki satu sifat yang berbeda (Akbar et
al 2015).
Sebelum melakukan suatu persilangan monohybrid. Setiap individu
menghasilkan gamet-gamet yang kandungan gennya separuh dari kandungan
gen pada individu. Sebagai contoh, individu DD akan membentuk gamet D,
dan individu dd akan membentuk gamet d. Pada individu Dd, yang
menghasilkan gamet D dan gamet d, akan terlihat bahwa gen D dan gen d
akan dipisahkan (disegregasi) ke dalam gamet-gamet yang terbentuk
tersebut. Prinsip inilah yang kemudian dikenal sebagai hukum segregasi atau
hukum Mendel ( Effendi, 2020).
2.3 Hukum Mendel II

Gambar 2.3 Hukum Mendel II


(Utami, 2020)
Hukum ini hanya berlaku untuk gen (pasangan alel) yang terletak pada
kromosom yang berbeda (yaitu, pada kromosom yang tidak homolog) atau,
sebagai alternatif, untuk gen yang sangat berjauhan pada kromosom yang
sama. Semua karakter kacang yang dipilih Mendel untuk analisis
dikendalikan oleh gen pada kromosom yang berbeda atau berjauhan pada
kromosom yang sama. situasi ini sangat menyederhanakan interpretasi
persilangan multi karakter kacang polong. Hasil percobaan dihibrid Mendel
adalah dasar untuk apa yang sekarang kita sebut hukum Asortasi Bebas
(Hukum Mendel II), yang menyatakan bahwa:Dua atau lebih gen bergaul
secara independen — yaitu, setiap pasang alel memisah secara independen
dari pasangan alel lainnya — selama pembentukan gamet (Reece et al .,
2017).
Mendel memperoleh hukum segregasi dari eksperimen di mana ia
hanya mengikuti satu karakter, seperti warna bunga. Semua keturunan F1
yang dihasilkan dalam persilangannya dari orang tua yang benar-benar
berkembang biak adalah monohibrid, yang berarti bahwa mereka heterozigot
untuk satu karakter tertentu yang diikuti dalam salib. Mendel kemudian
menyusun hukum waris kedua dengan menyilangkan dua karakter secara
bersamaan, seperti warna biji dan bentuk biji. Mendel tahu bahwa alel untuk
biji kuning dominan (Y), dan alel untuk biji hijau resesif (y). Untuk karakter
bentuk biji, alel untuk bulat dominan (R), dan alel untuk keriput bersifat
resesif (r) (Reece et al., 2017).
2.4 Persilangan Monohibrid

Gambar 2.4 Persilangan Monohibrid


(Rohmadi, 2018)
Monohibrid adalah persilangan antar dua individu dengan spesies
yang sama tetapi memiliki satu sifat yang berbeda. Monohibrid
menghasilkan keturunan pertama (F1) yang seragam. Persilangan
monohibrida adalah dasar untuk ilmu genetika Mendel. Informasi terkait
yang berhubungan dengan pemisahan genetik seperti yang muncul dalam
kombinasi monohibrida. Persilangan semacam itu dapat terjadi dalam semua
kelompok organisme utama yang bereproduksi secara seksual (Firdauzi,
2014)
Keturunan pertama (F1) monohibrid mempunyai fenotip yang serupa
dengan induknya yang dominan Pemisahan alel terjadi saat keturunan
pertama (F1) heterozigot membentuk gamet-gamet yang akan menyebabkan
gamet hanya memiliki salah satu alel saja. Persilangan yang hanya
menyangkut pola pewarisan satu macam sifat seperti yang dilakukan oleh
Mendel tersebut di atas dinamakan persilangan monohibrid. Mendel
melakukan persilangan monohibrid untuk enam macam sifat lainnya, yaitu
warna bunga (ungu-putih), warna kotiledon (hijau-kuning), warna biji (hijau-
kuning), bentuk polong (rata-berlekuk), permukaan biji (halus-keriput), dan
letak bunga (aksial-terminal) ( Firdauzi, 2014).
2.5 Persilangan Dihibrid

Gambar 2.5 Persilangan Dihibrid


(Rohmadi, 2018)
Persilangan dihibrid adalah persilangan dengan dua sifat beda. Mendel
juga melakukan persilangan dihibrid, yaitu persilangan yang melibatkan pola
perwarisan dua macam sifat seketika. Mendel menyilangkan kacang ercis
galur murni yang mempunyai sifat beda, yaitu antara kacang ercis berbiji
bulat berwarna kuning dengan kacang ercis berbiji keriput berwarna hijau.
Dua sifat beda adalah perbedaan bentuk biji dan perbedaan warna biji. Sifat
biji bulat dominan terhadap keriput (resesif) dan sifat biji warna kuning
dominan terhadap warna hijau (resesif), maka keturunan pertamaya (F1)
seluruhnya berbiji bulat dan berwarna kuning (Sartini, 2014).
Pada persilangan dihibrid Mendel menyilangkan dua varietas kacang
polong sejati yang berbeda dalam kedua karakter ini persilangan antara
tanaman dengan biji bundar kuning (YYRR) dan tanaman dengan biji
keriput hijau (yyrr). Orang tua (F1) akan bersifat dihibrid, individu
heterozigot untuk dua karakter yang diikuti dalam salib (YyRr). Tanaman
F1, dari genotip YyRr, menunjukkan kedua fenotip dominan, biji kuning
dengan bentuk bulat, tidak peduli hipotesis mana yang benar. Langkah kunci
dalam percobaan adalah untuk melihat apa yang terjadi ketika pabrik F1
melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan keturunan F2 (Effendi,
2020).
III. METODE PENELITIAN
3.1 Alat
3.1.1 Alat tulis
3.1.2 Laptop /Handphone
3.1.3 Aplikasi Microsoft Teams
3.1.4 Buku panduan praktikum biologi dasar II
3.1.5 Power Point “Pewarisan Sifat”
3.2 Bahan
3.2.1 Soal monohibrid pada PPT dengan soal sebagai berikut.
Tikus hitam (HH) disilangkan dengan tikus putih (hh), dimana tidak
ada gen yang bersifat dominan. Jika tikus F1 disilangkan dengan
sesamanya akan menghasilkan F2. Tentukan perbandingan fenotipe
dan genotype F2 nya.
3.1.1 Soal dihibrid pada PPT dengan soal sebagai berikut.
Diketahui padi dengan sifat bulir bulat berbatang tinggi (BBTT)
disilangkan dengan padi bulir panjang berbatang pendek (bbtt) ( gen
bulir bulat dan batang tinggi memiliki sifat dominan). Jika tanaman
F1 disilangkan dengan sesamanya maka akan didapatkan tanaman
F2. Tentukan presentase tanaman F2 yang memiliki sifat bulir bulat
berbatang pendek.
3.1.2 Soal dihibrid pada PPT dengan soal sebagai berikut
Bila gen b adalah gen letal, berapa presentase keturunannya yang
hidup dari hasil persilangan AaBb x aaBb.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Alat dan bahan disiapkan
3.3.2 Laptop dan aplikasi Microsoft Teams dibuka
3.3.3 Penuntun praktikum dan PPT dipelajari
3.3.4 Dikerjakan soal pada PPT
IV. HASIL PENGAMATAN
V. PEMBAHASAN
Praktikum Biologi Dasar II acara I yang berjudul “Pewarisan sifat” telah
dilaksanakkan pada Senin, 28 Februari 2022 pukul 13.00-15.50 WIB secara
virtual via Microsoft Teams. Tujuan praktikum yaitu mahasiswa mempelajari
dasar-dasar mekanisme pewarisan sifat menurut Mendel. Alat yang digunakan
meliputi alat tulis, aplikasi Microsoft Teams, Handphone/ laptop, buku
praktikum biologi dasar II, Power Point “Pewarisan Sifat”. Bahan yang
digunakan meliputi 1 soal monohibrid dan 2 soal dihibrid. Cara kerja pada
praktikum ini meliputi alat tulis disiapkan, aplikasi Microsoft Teams dibuka,
penuntun praktikum dan PPT dipelajari, dikerjakan soal pada PPT.

5.1 Monohibrid
Persilangan monohibrid adalah persilangan yang dilakukan antara dua
individu dengan spesies yang sama dengan satu sifat yang sama. Hal ini
sesuai dengan pendapat Akbar et al (2015) yang menyatakan bahwa
monohybrid merupakan persilangan antar dua individu dengan spesies yang
sama tetapi memiliki satu sifat yang berbeda. Monohibrid menghasilkan
keturunan pertama (F1) yang seragam. Keturunan pertama (F1) monohibrid
mempunyai fenotip yang serupa dengan induknya yang dominan jika
dominansi tampak sepenuhnya.
Cara kerja pada praktikum ini dilakukan dengan persilangan monohibrid.
Persilangan dilakukan dilakukan antara tikus hitam (HH) dengan tikus putih
(hh), dimana tidak ada gen yang bersifat dominan dan menghasilkan FI yaitu
tikus hitam (Hh) lalu persilangan yang kedua dilakukan dengan
menyilangkan sesamanya yang menghasilkan F2 yaitu HH, Hh, Hh, dan hh.
Dari hasil persilangan tersebut didapatkan rasio fenotipe keturunan F2 yaitu
tikus hitam (HH):tikus abu-abu(Hh): tikus putih (hh) = 1:2:1. Hal ini sesuai
dengan penelitian Huda (2015) yang menyatakan bahwa persilangan pada
kasus dominansi penuh akan terjadi apabila sifat gen yang satu lebih kuat
dibandingkan dengan sifat gen yang lainnya. Sehingga sifat gen yang
dominan dapat menutupi sifat yang resesif Hitam dominan terhadap putih,
misalkan H adalah gen untuk bulu hitam, maka h adalah gen untuk bulu
putih. Galur murni berarti genotipenya merupakan homozigot, sehingga
genotipe untuk marmot jantan berbulu hitam adalah HH dan marmot betina
berbulu putih adalah hh.
5.2 Persilangan Dihibrid
Persilangan dihibrid merupakan persilangan antara dua indivdu yang
sejenis dengan satu sifat yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat
Wijayanto (2013) yang menyatakan bahwa persilangan dihibrid merupakan
persilangan dengan dua sifat beda. Persilangan dihibrid ini lebih rumit
dibandingkan dengan persilangan monohibrid karena pada persilangan
dihibrid melibatkan dua lokus. konsep penting dalam genetika populasi yang
melibatkan dua lokus adalah adanya keterkaitan antar keduanya.
Cara kerja pada praktikum ini dilakukan dengan persilangan dihibrid.
Persilangan yang pertama dilakukan diantara padi dengan sifat bulir bulat
berbatang tinggi (BBTT) dengan padi bulir panjang berbatang pendek (bbtt)
yang menghasilkan F1 dengan sifat padi bulir bulat batang tinggi (BbTt).
Kemudian disilangakn dengan sesamanya dan didapatkan F2 dengan hasil
BBtt, Bbtt,Bbtt yang memiliki sifat padi bulir bulat berbatang pendek yang
memiliki presentase berjumlah 18, 75%. Persilangan kedua dilakukan pada
gen b yang memiliki sifat letal, dan persilangan dilakukan dengan
menyilangkan AaBb x aaBb yang didapatkanl F1 dengan hasil 6 yang
bersifat hidup yaitu AABB. AaBb, aaBB, aaBb, AaBb, , dan aaBb dan 2
yang bersifat letal yaitu Aabb dan aabb sehingga presentase keturunannya
yang hidup berjumlah 75%. Hal ini sesuai dengan pendapat Sartini (2014)
yang menyatakan bahwa Pada saat mendel melakukan percobaannya dengan
menyilangkan galur murni kacang ercis berbiji bulat dengan galur murni
kacang ercis berbiji keriput, ternyata semua keturunannya adalah kacang
ercis berbiji bulat. Dengan demikian ada sifat yang muncul (dominan) dan
ada sifat yang tersembunyi (resesif). Mendel menjelaskan bahwa tanaman
berbiji bulat yang menjadi induk (P2) mempunyai faktor bulat (B) dan
keriput (b), jika dikawinkan keturunannya ada yang mempunyai dua faktor
keriput (bb).
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
terdapat dua hukum pewarisan sifat menurut Mendel yaitu Hukum Mendel I dan
Hukum Mendel II. Hukum Mendel I dapat disebut dengan Hukum Segregasi
bebas yang menyatakan pewarisan sifat induk pada pembentukan gamet
keturunan akan melalui pembelahan gen induk yakni terjadi pada persilangan
monohibrid. Hukum Mendel II dapat disebut dengan Hukum Asortasi Bebas
yang menyatakan bahwa dua atau lebih gen bergaul secara independen yaitu,
setiap pasang alel memisah secara independen dari pasangan alel lainnya selama
pembentukan gamet. Hukum Mendel II dibuktikan dengan adanya persilangan
dihibrid.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar R. T, Hardhienata S, Maesya A. 2015. Implementasi Sistem Hereditas


Menggunakan Metode Persilangan Hukum Mendel Untuk Identifikasi
Pewarisan Warna Kulit Manusia. Jurnal Online Mahasiswa (JOM). Vol.
1(1): 1- 13.
Damara, Hera., dkk. 2020. Keragaman dan Kolerasi Karakteristik Fisik Biji
dengan Perkecambahan dan Karakter Hasil pada Kacang Ercis (Pisum
sativum L.). Journal of Agricurtular Science. Vol. 5(1) :74-84.
Effendi, Yunus. 2020. Buku Ajar Genetika Dasar. Magelang : Pustaka Rumah
Cinta.
Firdauzi, Nirmala. 2014. Rasio Perbandingan F1 dan F2 pada Persilangan Starin
N x b dan Strain N x TX Serta Resiproknya. Jurnal Biology Science &
Education. Vol. 3 (2) : 197-204.
Huda, D. N. 2015. Aplikasi Pembelajaran Persilangan Berdasarkan Hukum
Mendel. Jurnal Bangkit Indonesia, 4(2), 45.
Khan, M. R. A, F. Mahmud, M. A. Reza, M. M. Mahbub, B. J. Shirazy dan M.
M. Rahman. 2017. Genetic Diversity, Correlation and Path Analysis for
Yield and Yield Components of Pea (Pisum sativum L.). World Journal
of Agricultural Sciences. 13(1): 11-16.
Reece, J. B. et al. 2017. Campbell Biology. 11th edn, Campbell Biology. 11th
edn. New York: Pearson. doi: 10.1007/s13398-014-0173-7.2.
Sartini. 2014. Pengaruh Penerapan Media Kancing Genetika Berbasis Inquri
Materi Pewarisan Sifat pada Makhluk Hidup Terhadap Kemandirian dan
Hasil Belajar Siswa di Kelas IX Semester I MTs Darul Ulum Palangka
Raya. Undergraduate thesis. IAIN Palangka Raya.
Tosida. Eneng., Utami, Dian. 2011. Pemodelan Sistem Pewarisan Gen Manusia
Berdasarkan Mendel dengan Algoritma Branch and Bound. Jurnal
Ekologia. Vol.11 (1) : 44. 52.
Wijayanto, Dwi., et al. 2013. Penerapan Model Persamaan Diferensi dalam
Penentuan Probabilitas Genotip Keturunan dengan Dua Sifat Beda.
Jurnal Ilmu Dasar. Vol. 4 (3) : 79-84.
LEMBAR PENGESAHAN

Gresik , 28 Februari 2022

Mengetahui,
Asisten Praktikan

Rohadatul Aisy Tazky Firnanda Isnaini


NIM. 24020119120026 NIM. 24020121140203
LAMPIRAN

Jurnal nasional
Jurnal internasional

Anda mungkin juga menyukai