HUKUM MENDEL 1
Kelompok : 5
Asisten :
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS PERTANIAN
AGROTEKNOLOGI
2021
Tugas Pendahuluan 1
Gregor Mendel (1822-1884) merupakan anak dari pasangan petani yang tinggal di
Eropa Tengah. Pada usia 21 tahun dia masuk menjadi anggota biara katolik di kota
Brunn. Di biarah inilah dia mulai melakukan percobaan genetika dengan berbagai
tanaman kebun. Dari semua tanaman yang dipakai dalam penelitiannya, Mendel
memperoleh hasil yang memuaskan ketika dia menggunakan tanaman kacang ercis.
Hasil Mendel dipublikasikan di Society Prosiding 1866, namun kurang memperoleh
tanggapan dari ilmuwan kala itu. Pada tahun 1990 artikel yang ditulis Mendel dibaca
Kembali oleh tiga orang ahli botani yaitu Hugo de Vries, Carl Correns, dan Eric von
Tschermak Genetika Mendel. (Ida Bagus dan Wina Dian, 2018) (RANGGA)
Setengah dari hidupnya, Mendel lakukan pekerjaan permulaan ke dalam teori dari
bake, mempergunakan kelopak kacang polong sederhana. Mendel mempelajari tujuh
karakteristik dasar dari induk kelopak kacang polong. Dengan melacak karakteristik ini,
Mendel menemukan tiga hukum dasar yang mana urus jalan lintasan dari satu ciri dari
satu anggota dari satu jenis ke anggota lain dari jenis yang sama. Yang pertama hukum
menyatakan bahwa kelamin sel jenis dari satu induk mungkin berisi dua ciri berbeda,
tetapi bukan kedua ciri itu. Hukum detik menyatakan bahwa karakteristik adalah
terwarisi dengan mandiri dari lain (the basis for recessive and dominant gene
composition). Teori ketiga menyatakan bahwa masing-masing karakteristik terwarisi
ditentukan oleh dua faktor turun temurun (known more recently as genes) satu dari
masing-masing induk, putuskan yang apakah satu gen adalah dominan atau terdesak.
Dengan kata lain, kalau satu gen biji adalah terdesak, ini tidak akan memperlihatkan
pada induk, bagaimanapun, ciri dominan akan. Pekerjaannya Mendel dan teori,
kemudiannya menjadi landasan pembahasan dari hal azas keturunan modern, dan masih
dikenal dan hari ini terpakai. (Ahmad Syahir Bin Ismail, 2018) (RANGGA)
Hukum Mendel 1
Pada individu Dd, yang menghasilkan gamet D dan gamet d, akan terlihat bahwa gen
D dan gen d akan dipisahkan (disegregasi) ke dalam gamet-gamet yang terbentuk
tersebut. Prinsip inilah yang kemudian dikenal sebagai hukum segregasi atau hukum
Mendel I . 6,7
Hukum Segregasi :
Mendel memulai percobaannya dengan melakukan persilangan dua kacang ercis yang
memiliki satu perbedaan sifat, dikenal dengan persilangan monohibrid. Tujuan dari
percobaan ini adalah untuk menjawab sebuah pertanyaan dasar “apakah karakter ari
individu berasal dari salah satu orang tuanya atau merupakan campuran kedua orang
tuanya?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Mendel menyilangkan dua ercis galur
murni (homozigot) dengan karakteristik yang berbeda yaitu sati berbiji kuning dan
lainnya berbiji hijau. Kedua induk galur murni ini dikenal dengan istilah generasi
parental (P). Seluruh keturunan dari hasil persilangan tersebut, dikenal dengan filial 1
(F1) memiliki biji bulat. Fenotip F1 menunjukkan seolah-olah sifat dari individu hanya
berasal dari salah satu induknya saja. Untuk memastikan apakah benar sifat individu
hanya berasal dari salah stu induknya, Mendel kemudian menyilangkan sesama F1 dan
menghasilkan keturunan perbandingan fenotip ercis berbiji kuning. (Ida Bagus dan
Wina Dian, 2018) (FEBRYANTI)
Antara tahun 1856 – 1863 Mendel telah melakukan pengujian dan pembudidayaan
lebih dari 28.000 tanaman kacang. Ia menemukan bahwa suatu tanaman mewariskan
sifat-sifat keturunan yang berasal dari induknya. Dari hasil penelitiannya tentang
genetika tanaman kacang ercis, Ia mendapat julukan sebagai Bapak Genetika. Alasan
Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaannya, adalah karena tanaman ini
memiliki beberapa pasang sifat yang sangat mencolok perbedaannya, misalnya warna
bunganya mudah sekali untuk dibedakan antara yang ungu dan yang putih. Selain itu
Tugas Pendahuluan 1
DAFTAR PUSTAKA
Bagus Ida, Dian Wina. 2018. Dasar-dasar Genetika Mendel Dan Pengembangannya.
Yogyakarta
Meilinda. 2017. Teori Herediitas Mendel :Evolusi Atau Revolusi. Universitas Sriwijaya