Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM

PERKAWINAN DIHIBRID DAN RASIO FENOTF FILIALNYA

Disusun Oleh : NRANGWESTHI WIDYANINGRUM 12308144019

PROGRAM STUDI BIOLOGI SWADANA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012

A. Judul : Perkawinan Dihibrid dan Rasio Fenotif Filialnya B. Tujuan : 1. Dapat menunjukkan rasio fenotif dari perkawinan monohibrid, baik dengan dominasi penuh maupun tidak penuh. 2. Dapat menunjukkan rasio fenotip dari perkawinan dihibrid, baik dengan dominasi penuh maupun tidak penuh. C. Latar Belakang Perkembangan mutakhir dalam bidang genetika telah dibahas secara meluas tidak saja dalam berbagai majalah ilmiah, tetapi juga dalam setiap jenis media massa, dari cerita dan berita di halaman surat kabar. Luasnya jangkauan permasyarakatan kemajuan dalam bidang genetika ini disebabkan genetika merupakan suatu ilmu yang bagian bagian dalam banyak hal yang mempunyai potensial menyentuh manusia dan masyarakat secara langsung. Orang pertama yang melakukan percobaan perkawinan silang adalah Gregor Mendel, seorang rahib Australia yang hidup pada tahun 1822 1884 di sebuah biara laki laki di kota kecil. Pada tahun 1857 mendel mengumpulkan beberapa jenis ercis (Pisum sativum) untuk dipelajari perbedaannya satu dengan yang lainnya dan melakukan percobaan perkawinan silang pada tanaman ercis itu. Setelah kurang lebih tujuh tahun mengadakan pengamatan secara teliti dan seksama itu, maka pada tahun 1865 ia membawakan hasil percobaannya pada pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Pengetahuan Alam di Brunn. Pada tahun 1866 karya ilmiah Mendel itu dicetak oleh perhimpunan tersebut, tapi baru pada awal abad ke - 20 publikasi Mendel diakui kebenarannya. Mendel telah memilih tanaman ercis untuk percobaannya karena : tanaman ercis hidupnya tak lama, memiliki bunga sempurna, tanaman ini mempunyai tujuh sifat dengan perbedaan yang mencolok. Sewaktu Mendel hidup belum dikienal tentang bentuk dan susunan sifat keturunan. Mendel menyebut bahan keturunan itu adalah faktor penentu. Tetapi faktor penentu itu sekarang dikenal dengan istilah gen. Diwaktu Mendel mengawinkan tanaman ercis berbatang tinggi dengan berbatang kerdil, maka semua tanaman keturunan pertama seragam berbatang tinggi. Suatu tanda bahwa sifat tinggi menglahkan sifat kerdil. Sifat demikian disebut sifat diminan, dan sifat yang dikalahkan disebut sifat resesif. Ketika tanaman tanaman keturunan pertama tadi dibiarkan menyerbuk sendiri didapatkan tanaman tanaman keturunan kedua yang memperlihatkan pemisahan dengan perbandingan kira kira batang tinggi : batang kerdil. Dalam percobaan kali ini untuk memberi pemahaman tentang salah satu cara pewariasn sifat melalui proses perkawinan dan terbentuknya varian-varian yang berbeda dengan induknya, disini dilakukan degan cara observasi dengan model genetka kancing baju. D. Dasar Teori Perkawinan monohybrid dapat disebut dengan pewarisan gen tunggal.

Pengertiannya adalah persilangan antar dua tetua dengan salah satu sifat yang dapat membedakan keduanya. Diharapkan keturunan pertamanya (generasi F1) akan memiliki sifat dengan salah satu tetua jika sifat tersebut dipengaruhi oleh alel

dominan dan resesif serta tidak ada tautan seperti yang ditemukan Mendel pada tanaman kapri (Pisum sativum). ( Dwijoseputro. 1997 : 43) Mendel menggunakan tanaman kapri karena mudah dipelihara, dapat menghasilkan banyak biji (banyak keturunan), mempunyai sifat-sifat yang dapat dibedakan antar varietas, dapat diperbanyak secara selfing atau disilangkan, dan mudah tumbuh di daerah tempat tinggal Mendel. Sebagai tanaman model untuk menunjukkan hasil persilangan monohibrid di daerah tropis seperti Indonesia dapat digunakan tanaman kacang panjang dengan alasan yang sama dengan Mendel dan mudah tumbuh di daerah tropis. Kacang panjang digunakan sebagai tanaman model pengganti kapri karena lebih mudah tumbuh di Indonesia, dapat menghasilkan banyak biji, mempunyai beberapa sifat yang membedakan antar varietas dan dapat disilangkan. Tanaman kacang panjang juga termasuk famili yang sama dengan kapri sehingga mempunyai struktur bunga yang serupa ( Kistinnah,2009 : 67). Klasifikasi Kacang Panjang
Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Fabales : Fabaceae : Vigna : Vigna unguiculata

Persilangan rnonohibrid dibedakan menjadi dua macam, yaitu persilangan monohibrid dominan dan monohibrid intermediate :
1. Persilangan Monohibrid Dominan

Persilangan monohibrid dominan adalah persilangan dua individu sejenis yang memperhatikan satu sifat beda dengan gen-gen yang dominan. Sifat dominan dapat dilihat secara mudah, yaitu sifat yang lebih banyak muncul pada keturunan dari pada sifat lainnya yang sealel. Persilangan monohibrid sudah diteliti oleh Mendel. Dari hasil penelitiannya dengan tanaman kacang kapri. Jika tumbuhan berbatang tinggi disilangkan dengan tumbuhan sejenis berbatang pendek menghasilkan F, tumbuhan berbatang tinggi, dikatakan bahwa batang tinggi merupakan sifat dominan, sedangkan batang pendek merupakan sifat resesif. Jadi, pada F, dihasilkan keturunan yang mempunyai sifat sama dengan sifat induk yang dominan. Rasio/perbandingan genotipe

pada F2 = 1 : 2 : 1, sedangkan rasio fenotipenya = 3 : l. ( Kimball, John W. 1998) 2. Persilangan Monohibrid Intermediat Persilangan monohibrid intermediat adalah persilangan antara dua individu sejenis yang memperhatikan satu sifat beda dengan gen-gen intermediat. Jika tumbuhan berbunga merah disilangkan dengan tumbuhan sejenis berbunga putih menghasilkan F, tumbuhan berbunga merah muda, dikatakan bahwa bunga merah bersifat intermediat. Dengan cara persilangan seperti pada persilangan monohibrid dominan di atas. dapat diketahui bahwa rasio genotipe dan fenotipe F, pada persilangan monohobrid intermediat sama, yaitu 1 :2 : l ( Kimball, John W. 1998) Perkawinan dihibrid Dihibrid merupakan bagian dari hukum Mendel II, yaitu pengelompokan gen secara bebas (Independent Assortment of Genes). Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid dan polihibrid, yakni persilangan dari individu yang memiliki 2 atau lebih karakter berbeda. Disebut juga Hukum Asortasi (Yatim, 1983). Dua sifat beda yang dipelajari Mendel yaitu bentuk dan warna kapri. Pada penelitian terdahulu diketahui bahwa biji bulat (W) dominan terhadap biji berkerut (w), dan menghasilkan nisbah 3:1. Pada keturunan F2, Mendel juga mendapatkan bahwa warna biji kuning (G) dominan terhadap biji hijau (g), dan segregasi dengan nisbah 3:1. Persilangan kapri dihibrida berbiji kuning bulat dan berbiji hijau berkerut menghasilkan nisbah fenotipe 9:3:3:1. Nisbah genotipenya dapat diperoleh dengan menjumlahkan genotipe-genotipe yang sama di antara 16 genotipe yang terlihat dalam segitiga Punnett (Crowder, 1999). Prinsip segregasi berlaku untuk kromosom homolog. Pasangan-pasangan kromosom homolog yang berbeda mengatur sendiri pada khatulistiwa metafase I dengan cara bebas dan tetap bebas selama meiosis. Sebagai akibatnya, gen-gen yang terletak pada kromosom nonhomolog, dengan kata lain, gen-gen yang tidak terpaut mengalami pemilihan bebas secara meiosis (Goodenough, 1984). Mendel memperoleh hasil yang tetap sama dan tidak berubah-ubah pada pengulangan dengan cara penyilangan dengan kombinasi sifat yang berbeda. Pengamatan ini menghasilkan formulasi hukum genetika Mendel kedua, yaitu hukum pilihan acak, yang menyatakan bahwa gen-gen yang menentukan sifat-sifat yang berbeda dipindahkan secara bebas satu dengan yang lain, dan sebab itu akan timbul

lagi secara pilihan acak pada keturunannya. Individu-individu demikian disebut dihibrida atau hibrida dengan 2 sifat beda (Pai, 1992). Dihibrida membentuk empat gamet yang secara genetik berbeda dengan frekuensi yang kira-kira sama karena orientasi secara acak dari pasangan kromosom nonhomolog pada piringan metafase meiosis pertama. Bila dua dihibrida disilangkan, akan dihasilkan 4 macam gamet dalam frekuensi yang sama baik pada jantan maupun betina. Suatu papan-periksa genetik 4 x 4 dapat digunakan untuk memperlihatkan ke-16 gamet yang dimungkinkan. Rasio fenotipe klasik yang dihasilkan dari perkawinan genotipe dihibrida adalah 9:3:3:1. Rasio ini diperoleh bila alel-alel pada kedua lokus memperlihatkan hubungan dominan dan resesif (Stansfield, 1991). Mendel melakukan persilangan ini dan memanen 315 ercis bulat-kuning, 101 ercis keriput-kuning, 108 bulat-hijau dan 32 ercis keriput-hijau. Ciri khas karya Mendel yang cermat ialah bahwa ia lalu menanam semua ercis ini dan membuktikan adanya genotipe terpisah di antara setiap ercis dengan kombinasi baru ciri-cirinya. Hanyalah 32 ercis keriput-hijau yang merupakan genotipe tunggal. Hasil-hasil ini membuat Mendel mendirikan hipotesisnya yang terakhir (hukum Mendel kedua): Distribusi satu pasang faktor tidak bergantung pada distribusi pasangan yang lain. Hal ini dikenal sebagai hukum pemilihan bebas (Kimball, 1983). Berkenaan dengan ciri biji hasil persilangan pada F2, Mendel sudah mempertimbangkan dua kemungkinan, yaitu: a. Ciri-ciri yang berasal dari satu induk akan diwariskan secara bersama-sama b. Ciri-ciri yang berasal dari satu induk akan diwariskan secara bebas satu sama lain. Hasil persilangan yang tampak pada F2 memperlihatkan rasio yang mendekati 9:3:3:1, sebagaimana yang diharapkan pada kemungkinan b. Atas dasar kenyataan ini, Mendel menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang menentukan karakter-karakter berbeda diwariskan secara bebas satu sama lain. Kesimpulan inilah yang merupakan pernyataan pada hukum pemilihanbebas Mendel (Otto dan Towle, 1965). Mendel memperoleh bukan hanya dua tipe induk, tetapi juga dua tipe baru sebagai hasil dari pencampuran karakter dari kedua induk. Ini menunjukkan bahwa kedua faktor tersebut tidak cenderung tinggal bersama dalam kombinasi yang sama dengan di mana mereka ditemukan pada induk asli, P1 nya. Pemisahan kelakuan di antara gen-gen inilah yang dinamakan hukum pemilihan bebas (Winchester, 1958). Pada persilangan dihibrid pada tanaman kapri, yaitu memiliki sifat warna kuning dan bentuk biji bulat (dominan) dengan biji berkerut dan warna hijau

(resesif). Jika F1 diturunkan sesamanya menghasilkan F2, jika X2hitung <>2 tabel maka hasil percobaan sesuai dengan Hukum Mendel (Hasyim, 2005). Metode chi kuadrat adalah cara yang dapat kita pakai untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari persilangan dengan hasil yang diharapkan (Kusdiarni, 1999).

Hukum-hukum Mendel : 1. Hukum Mendell I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan: Pada pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan dalam dua sel anak. Hukum ini berlaku untuk persilangan monohibrid (persilangan dengan satu sifat beda). Contoh dari terapan Hukum Mendell I adalah persilangan monohibrid dengan dominansi. Persilangan dengan dominansi adalah persilangan suatu sifat beda dimana satu sifat lebih kuat daripada sifat yang lain. Sifat yang kuat disebut sifat dominan dan bersifat menutupi, sedangkan yang lemah / tertutup disebut sifat resesif. Perhatikan contoh berikut ini : Disilangkan antara mawar merah yang bersifat dominan dengan mawar putih yang bersifat resesif.

Persilangan monohibrid dengan kasus intermediet. Sifat intermediet adalah sifat yang sama kuat, jadi tidak ada yang dominan ataupun resesif. Contoh: disilangkan antara mawar merah dengan mawar putih

2. Hukum Mendell II / Hukum Berpasangan Bebas

Hukum Mendell II dikenal dengan Hukum Independent Assortment, menyatakan: Bila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak bergantung pada sifat pasangan lainnya. Hukum ini berlaku untuk persilangan dihibrid (dua sifat beda) atau lebih. Contoh: disilangkan ercis berbiji bulat warna kuning (dominan) dengan ercis berbiji kisut warna hijau (resesif).

Konsep Backcross dan Testcross Backcross (silang balik) adalah langkah silang antara F1 dengan salah satu induknya. F1 x salah satu induk (P)

Testcros (uji silang) adalah persilangan antara suatu individu yang genotifnya belum diketahui dengan individu yang telah diketahui bergenotif homozigot resesif. Gunanya untuk mengetahui apakah genotif suatu individu tersebut homozigot ataukah heterozigot. ? x homozigot resesif

Persilangan Resiprok Persilangan resiprok adalah suatu persilangan dimana sifat induk jantan dan betina bila dibolak-balik/dipertukarkan tetapi tetap menghasilkan keturunan yang sama. Penyimpangan Semu Hukum Mendel :

1.

Polimeri

Polimeri merupakan bentuk interaksi gen yang bersifat kumulatif (saling menambah). Polimeri terjadi akibat adanya interaksi antara dua gen atau lebih, sehingga disebut juga gen ganda, peristiwa polimeri mirip dengan persilangan dihibrid dominan tidak penuh (intermediat). Hasil temuan : biji gandum berwarna merah disilangkan dengan gandum berwarna putih menghasilkan variasi warna warna gandum yang sangat beragam. Diagram persilangan tanaman gandum

Berdasarkan persilangan di atas, terbentuknya gradasi warna biji gandum disebabkan banyak sedikitnya akumulasi gen-gen dominan, sehingga rasio fenotip nya adalah Merah : putih = 15 : 1.
2. Kriptomeri Kriptomeri adalah peristiwa dimana gen dominan yang karakternya akan muncul jika bersama-sama dengan gen dominan lainnya. Jika gen dominan berdiri sendiri, maka karakternya akan tersembunyi (kriptos) ~ kriptomeri pertama kali ditemukan oleh Correns ~ Interaksi antar gen-gen dominan akan menimbulkan karakter baru ~ hasil temuan: Hasil persilangan antara bunga Linnaria marocana merah dengan putih ...dihasilkan F1 seluruhnya berwarna ungu

Diagram persilangan bunga Linaria marocana

erdasarkan persilangan di atas, sifat yang tersembunyi (warna ungu) muncul karena adanya gen dominan yang berinteraksi, sehingga diperoleh perbandingan fenotip = ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4 3. Epistasis Hipostasis

Epistasis-hipostasis merupakan suatu peristiwa dimana suatu gen dominan menutupi pengaruh gen dominan lain yang bukan alelnya. Gen yang menutupi disebut epistasis, dan yang ditutupi disebut hipostasis. Contoh: persilangan antara jagung berkulit hitam dengan jagung berkulit kuning. P : hitam HHkk x kuning hhKK

F1 : HhKh = hitam Perhatikan bahwa H dan K berada bersama dan keduanya dominan. Tetapi karakter yang muncul adalah hitam. Ini berarti hitam epistasis (menutupi) terhadap kuning/kuning hipostasis (ditutupi) terhadap hitam P2 : HhKk F2 x HhKk

: 9 H-K- : hitam 3 H-kk : hitam 3 hhK- : kuning

1 hhkk : putih

Rasio fenotif F2 hitam : kuning : putih = 12 : 3 : 1


4. Komplementer

Merupakan interaksi gen yang saling melengkapi. Jika satu gen tidak muncul, maka sifat yang dimaksud juga tidak muncul atau tidak sempurna ~ Gen-gen komplementer pertama kali ditemukan oleh W. bateson dan RC Punnet ~ Pada bunga lathyrus odoratus terdapat dua gen yang saling berinteraksi dalam memunculkan .. pigmen bunga Gen C : membentuk pigmen warna Gen c : tidak membentuk pigmen warna Gen P : membentuk enzim pengaktif Gen p : tidak membentuk enzim pengaktif Berdasarkan karakter gen-gen tersebut, maka warna bunga hanya akan muncul jika kedua gen (penghasil pigmen dan penghasil enzim) bertemu. Jika tidak bertemu maka warna bunga yang terbentuk adalah putih

Berdasarkan hasil persilangan di samping, rasio fenotip = ungu : putih = 9 : 7


5. Interaksi alel Interaksi alel merupakan suatu peristiwa dimana muncul suatu karakter akibat interaksi antar gen dominan maupun antar gen resesif. Contoh: mengenai pial/jengger pada ayam

R-pp

: pial Ros/Gerigi

rrP- : pial Pea/Biji

R-P- : pial Walnut/Sumpel rrpp : pial Single/Bilah P : Ros x Pea R-pp rrPF1 : RrPp Walnut P2 : RrPp X RrPp F2 : 9 R-P- : Walnut 3 R-pp : Ros 3 rrP- : Pea 1 rrpp : Single Pada contoh di atas ada 2 karakter baru muncul: - Walnut : muncul karena interaksi 2 gen dominan - Singel : muncul karena interaksi 2 gen resesif

Rasio fenotif F2 Walnut : Ros : Pea : Single = 9 : 3 : 3 : 1

E. Alat dan Bahan - Manik-manik (kancing) berwarna - Kantong plastik gelap (kotak genetika) - Alat tulis F. Cara Kerja 1. Perkawinan Monohibrid

Menyiapkan 2 macam manik-manik (2 warna merah dan putih) masing-masing 50 keping. Kode huruf M untuk Merah dan m untuk putih Menyediakan 2 kantong plastik hitam, menandai sebagai kotak I dan II Membagi 2 manik-manik ke dalam 2 kantong, sehingga pada tiap kantong berisi 25 keping M dan 25 keping m Mengocok manik-manik tersebut sampai benar-benar tercampur

Memasukkan tangan kanan ke kantong I dan tangan kiri ke kantong II, secara bersamaan mengambil masing-masing satu keping manik-manik dari kantongkantong itu dengan acak. begitu seterusnya hingga habis manik-manik dalam kantong Mencatat pasangan warna/kode manik-manik yang terambil dalam lembar pencatatan

Jumlahkan masing-masing pasangan warna yang diperoleh. lalu tentukan rasio antar pasangan warna yang diperoleh
2. Perkawinan Dihibrid

Menyiapkan 4 macam manik-manik (4 warna merah, putih, Kuning dan hitam) masing-masing 24 keping. Kode huruf M : Merah, m : kuning, H : hitam, dan h : putih.

Menggabungkan 2 warna dari manik-manik itu yang menggambarkan gabungan antara warna yang ada, ialah MH : merah hitam, Mh : merah putih, mH : kuning hitam, mh : kuning putih, sehingga masing-masing 12 pasang
tiap gabungan manik-manik dibagi menjadi dua kemudian dimasukkan dalam kantong plastik I dan II. Memasukkan tangan kanan ke kantong I dan tangan kiri ke kantong II, secara bersamaan mengambil masing-masing satu gabungan manik-manik dari kantong-kantong itu dengan acak. begitu seterusnya hingga habis manikmanik dalam kantong habis Mencatat pasangan warna/kode manik-manik yang terambil dalam lembar pencatatan

G. Data Pengamatan 1. Perkawinan Monohibrid Gamet M : Merah M : putih Jumlah Genotipe MM Mm mM Mm

25 25 50 Persilangan 1 10 15 16 9

25 25 50 Persilangan 2 15 10 10 15 = 100

Observed Expected

: :

Merah Putih Merah Putih

= 76 = 24 = x 100 = 75 = x 100 = 25

2. Perkawinan Dihibrid Gamet MH Mh mH Mh Jumlah

12 12 12 12 48

12 12 12 12 48

Genotip MMHH MMHh MMhh MmHH MmHh Mmhh mmHH mmHh Mmhh Jumlah Fenotip Merah hitam Merah putih Kuning hitam Kuning putih Jumlah Observed : Merah hitam Merah putih Kuning hitam Kuning putih Merah hitam Merah putih Kuning hitam Kuning putih

Persilangan 1 2 4 2 9 16 9 1 4 2 48 Persilangan 1 31 10 5 2 48 = 58 = 20 = 14 =4

Persilangan 2 3 5 3 6 13 7 4 5 2 48 Persilangan 2 27 10 9 2 48

Expected

9 x 96 = 54 16 3 = x 96 = 18 16 3 = x 96 = 18 16 1 = x 96 = 6 16
=

H. Pembahasan I. J. K. L. Jawaban Pertanyaan Pengembangan Kesimpulan Diskusi Daftar Pustaka

Suryo, Ir. 2005. Genetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Crowder, L.V. 2006.Genetika Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Dwijoseputro. 1997. Pengantar Genetika. Jakarta: Bharata. Kimball, John W. 1998. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai