Anda di halaman 1dari 83

Laporan Praktikum

Persilangan Monohibrid dan Persilangan Dihibrid

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Genetika oleh


dosen pengampu Ibu Dr. Frida Maryati Yusuf, M.Pd

Disusun Oleh :

Brenda Febrina Zusriadi 432419012


Adriansyah Ridwan Daeng Kuma 432419014
Anastasya Audrelia Deu 432419040
Triska Wahyuni Dawit 432419033

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perkawinan silang pertama kali ditemukan oleh George John Mendel


yang lahir di Heinzendeorf pada tahun 1822-1884 dan tinggal di Cekoslavia.
Gregor John Mendel adalah seorang pendeta, pada tahun 1851 ia dikirim ke
Universitas Wina untuk belajar ilmu pengetahuan alam, tetapi dia tidak
mendapatkan nilai baik untuk fisika dan matematika. Ketika ia kembali ke
kota Brunn mulailah ia pada tahun 1857 mengumpulkan beberapa jenis ercis
(pisum sativum). Dikebun biaranya, ia menanam tanaman ercis untuk
mempelajari perbedaan satu dengan yang lainnya dan melakukan
perkawinan silang pada tanaman tersebut. Dalam percobaannya Mendel
melakukan perkawinan silang dengan menyerbukkan sendiri antara dua
varietas ercis yang berbeda sebagai induk-induknya. Turunan hasil
perkawinan silang ini disebut hibrid, sedangkan prosesnya hibridisasi.
Setelah kurang lebih tujuh tahun lamanya ia mengadakan pengamatan
secara teliti dan seksama, maka pada tahun 1865 ia membawa hasil
percobaannya pada pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh
perhimpunan pengetahuan alam di brunn. Pada tahun 1866, karya ilmu
Mendel itu dicetak oleh perhimpunan tersebut yang kemudian
menyebarluaskannya keberbagai perpustakaan di Eropa dan Amerika.
Genetika merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang keturunan
dan pewaris sifat pada makhluk hidup. Dalam genetika terdapat gen yang
berfungsi menyampaikan informasi genetic pada keturunan berikutnya. Oleh
karena itu setiap keturunan akan mempunyai fenotip maupun genotip yang
hamper sama atau hasil campuran sifat-sifat induknya. Sifat yang dapat
diamati disebut fenotip, sedangkan yang tidak dapat diamati disebut genotip
yang berupa susunan genetic suatu individu.
Dalam ilmu genetika terdapat suatu istilah yang disebut sebagai
homozigot dan heterozigot. Homozigot adalah sifat suatu individu yang
genotipnya terdiri atas gen-gen yang sama dari tiap jenis gen, misalnya
RR,rr,MM,NN sedangkan Heterozigot adalah sifat suatu individu yang
genotipnya terdiri atas gen-gen yang berlainan dari tiap jenis gen, misalnya
Rr,Mm,Nn.
Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai
Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas
(independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua
Mendel. Mendel mengatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel
kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan
memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya
Sebagaimana bunyi hukum Mendel I, dan bunyi hukum Mendel II,
menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih
sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung
pada pasangan sifat yang lain.
Oleh karena itu, dilakukan percobaaan monohibrid dan dihibrid
Mendel dengan menggunakan metode chi-kuadrat untuk membandingkan
data percobaan yang sesuai dengan hipotesis untuk membuktikan hukum
Mendel I dan hukum Mendel II berlaku atau tidak.

1. 2 Tujuan
1. Melakukan latihan persilangan monohibrid dan dihibrid menggunakan
kancing genetika.
2. Mengamati nisbah segregasi fenotipe dalam persilangan monohibrid
dan dihibrid.
3. Membuat diagram persilangan monohibrid dan dihibrid.
4. Melakukan latihan penggunaan uji X2.

2
BAB II KAJIAN
PUSTAKA

Mendel melakukan serangkaian percobaan persilangan pada kacang ercis


(Pisum sativum). Dari percobaan yang di lakukannya selama bertahun-tahun
tersebut, Mendel berhasil menemukan prinsip-prinsip pewarisan sifat, yang
kemudian menjadi landasan utama bagi perkembangan genetika sebagai suatu
cabang ilmu pengetahuan. Berkat karyanya inilah, Mendel di akui sebagai bapak
genetika (Adisoemarto, 1998).
Genetika populasi merupakan salah satu cabang ilmu genetika yang
menguraikan secara matematis besarnya frekuensi gen dalam suatu
populasi.Penyebaran gen dapat terjadi jika ada persilangan atau perkawinan antar
individu dalam suatu populasi. Berdasarkan jumlah sifat yang disilangkan, terdapat
dua macam persilangan yaitu persilangan monohibrid dan persilangan dihibrid.
Persilangan monohibrid merupakan persilangan dengan satu sifat beda sedangkan
persilangan dihibrid merupakan persilangan dengan dua sifat beda. Persilangan
dihibrid ini lebih rumit dibandingkan dengan persilangan monohibrid karena pada
persilangan dihibrid melibatkan dua lokus. Konsep penting dalam genetika
populasi yang melibatkan dua lokus adalah adanya keterkaitan antar keduanya
(Wijayanto,dkk. 2013)
Monohibrid
Menurut Harahap dan Silitonga (1989), secara alamiah, semua individu dari
silangan populasi yang dihasilkan program hibridisasi susunan genetiknya akan
mengalami proses mendelisasi (fiksasi) pada setiap generasi. Oleh karena itu
kondisi heterogen – heterozigot dari suatu silangan populasi dengan keragaman
maksimum pada F2 akan beralih menjadi populasi yang heterogen – homozigot
pada F6 – F7. Generasi F2 tanaman akan mengalami segregasi sesuai dengan
hukum Mendel. Aksi dan interaksi gen yang berbeda akan membuat pola segregasi
berbeda. Tipe aksi gen dapat dibedakan menjadi dua yaitu interaksi antar alel pada
lokus yang berbeda (interlokus) dan interaksi antar alel pada lokus yang sama
(intralokus). Sifat yang dikendalikan oleh satu lokus dua alel perlokus maka
interaksi intralokus dominan akan menghasilkan perbandingan segregasi fenotipe 3
: 1 pada keturunan F2, sedangkan jika tidak ada dominansi menghasilkan nisbah 1 :
2 : 1 (Devina, dkk. 2019).
Dalam satu percobaan, Mendel menyilangkan tanaman kacang polong yang
murni (homozigot) untuk biji bundar dengan yang berbiak murni untuk benih
keriput. Generasi pertama persilangan ini disebut generasi P (orang tua). Setelah
menyilangkan dua varietas dalam generasi P, Mendel mengamati keturunan yang
dihasilkan dari persilangan. Untuk bentuk biji, fenotip berkembang segera setelah
benih matang karena sifat benih ditentukan oleh embrio yang baru terbentuk di
dalam biji. Untuk karakteristik yang terkait dengan tanaman itu sendiri, seperti
panjang batang, fenotip tidak berkembang sampai tanaman tumbuh dari biji; untuk
karakteristik ini, Mendel harus menunggu sampai musim semi berikutnya,
menanam benih, dan kemudian mengamati fenotip tanaman yang berkecambah
(Effendi, 2020)
Keturunan orang tua dalam generasi P adalah generasi F1 (anak 1). Ketika
Mendel memeriksa generasi F1 dari persilangan ini, ia menemukan bahwa mereka
hanya mengekspresikan satu dari fenotip yang ada dalam generasi orang tua:
semua benih F1 bulat. Mendel melakukan 60 persilangan seperti itu dan selalu
mendapatkan hasil ini. Dia juga melakukan persilangan timbal: dalam satu silang,
serbuk sari (gamet jantan) diambil dari tanaman dengan biji bundar dan, dalam
persilangan timbal baliknya, serbuk sari diambil dari tanaman dengan biji keriput.
Persilangan timbal balik memberikan hasil yang sama: semua benih F1
bulat.Mendel melakukan persilangan monohibrid untuk ketujuh karakteristik yang
ia pelajari di tanaman kacang, dan di semua persilangan ia memperoleh hasil yang
sama: semua F1 menyerupai hanya satu dari dua orang tua, tetapi kedua sifat
orangtua muncul di F2 dalam sebuah rasio perkiraan 3: 1 (Effendi, 2020)
Terdapat satu aspek lebih lanjut dari persilangan monohybrid Mendel.
Dalam setiap persilangan, pola pewarisan F1 dan F2 adalah serupa tanpa
memandang tanaman P1 mana yang berfungsi sebagai sumber serbuk sari (sperma)
dan yang berfungsi sebagai sumber sel telur (telur). Persilangan bisa dilakukan
dengan cara apa pun — penyerbukan tanaman kerdil oleh tanaman tinggi, atau
sebaliknya. Untuk menjelaskan hasil ini, Mendel mengusulkan keberadaan faktor
unit partikulat untuk setiap sifat. Dia menyarankan bahwa faktor-faktor ini
berfungsi sebagai unit dasar keturunan dan diturunkan tidak berubah dari generasi
ke generasi, menentukan berbagai sifat yang diungkapkan oleh masing-masing
tanaman individu. Menggunakan ide-ide umum ini, Mendel melanjutkan untuk
berhipotesis dengan tepat bagaimana faktor-faktor tersebut dapat menjelaskan hasil
persilangan monohibrid. Dengan menggunakan pola hasil yang konsisten dalam

4
persilangan monohybrid, Mendel menurunkan tiga postulat, atau prinsip, pewarisan
berikut:
a) Faktor unit berpasangan
Karakter genetik dikendalikan oleh faktor-faktor unit yang ada berpasangan
dalam organisme individu. Pada persilangan monohibrid yang melibatkan batang
tinggi dan kerdil, faktor unit spesifik ada untuk setiap sifat. Setiap individu diploid
menerima satu faktor dari masing-masing orang tua. Karena faktor-faktor tersebut
terjadi berpasangan, tiga kombinasi dimungkinkan: dua faktor untuk batang tinggi,
dua faktor untuk batang kerdil, atau satu dari masing-masing faktor. Setiap
individu memiliki satu dari tiga kombinasi ini, yang menentukan tinggi batang
b) Dominan / Resesif
Ketika dua faktor unit yang berbeda yang bertanggung jawab untuk satu
karakter hadir dalam satu individu, satu faktor unit dominan terhadap yang lain,
yang dikatakan resesif. Dalam setiap persilangan monohibrid, sifat yang
diekspresikan dalam generasi F1 dikendalikan oleh faktor unit dominan. Sifat yang
tidak diekspresikan dikendalikan oleh faktor unit resesif. Istilah dominan dan
resesif juga digunakan untuk menunjuk sifat. Dalam hal ini, batang tinggi
dikatakan lebih dominan daripada batang kerdil resesif.
c) Segregasi
Selama pembentukan gamet, faktor-faktor unit berpasangan terpisah, atau
terpisah, secara acak sehingga masing-masing gamet menerima satu atau yang
lainnya dengan kemungkinan yang sama. Jika seseorang berisi sepasang faktor unit
yang serupa (mis., Keduanya spesifik untuk tinggi), maka semua gametnya
menerima salah satu dari faktor unit yang sama (dalam kasus ini, tinggi). Jika
seorang individu mengandung faktor unit yang tidak sama (mis., Satu untuk tinggi
dan satu untuk katai), maka setiap gamet memiliki kemungkinan 50 persen untuk
menerima faktor satuan tinggi atau kerdil (Effendi, 2020)
Dihibrid
Mendel memperoleh hukum segregasi dari eksperimen di mana ia hanya
mengikuti satu karakter, seperti warna bunga. Semua keturunan F1 yang dihasilkan
dalam persilangannya dari orang tua yang benar-benar berkembang biak adalah
monohibrid, yang berarti bahwa mereka heterozigot untuk satu karakter tertentu
yang diikuti dalam salib. Mendel kemudian menyusun hukum waris kedua dengan
menyilangkan dua karakter secara bersamaan, seperti warna biji dan bentuk biji.
Biji (kacang polong) bisa berwarna kuning atau hijau dan biji berbentuk bulat

5
(halus) atau berkerut. Dari persilangan karakter tunggal, Mendel tahu bahwa alel
untuk biji kuning dominan (Y), dan alel untuk biji hijau resesif (y). Untuk karakter
bentuk biji, alel untuk bulat dominan (R), dan alel untuk keriput bersifat resesif (r)
(Reece et al, 2017).
Mendel menguji tujuh karakter kacang polanya dalam berbagai kombinasi
dihibrid dan selalu mengamati rasio fenotipik 9: 3: 3: 1 pada generasi F2. Hasil
percobaan dihibrid Mendel adalah dasar untuk apa yang sekarang kita sebut hukum
Asortasi Bebas (Hukum Mendel II), yang menyatakan bahwa: “Dua atau lebih gen
bergaul secara independen — yaitu, setiap pasang alel memisah secara
independen dari pasangan alel lainnya — selama pembentukan gamet.” .
( Effendi,2020)
Hukum ini hanya berlaku untuk gen (pasangan alel) yang terletak pada
kromosom yang berbeda (yaitu, pada kromosom yang tidak homolog) atau, sebagai
alternatif, untuk gen yang sangat berjauhan pada kromosom yang sama. Semua
karakter kacang yang dipilih Mendel untuk analisis dikendalikan oleh gen pada
kromosom yang berbeda atau berjauhan pada kromosom yang sama; situasi ini
sangat menyederhanakan interpretasi persilangan multi karakter kacang polong.
Semua contoh yang kami pertimbangkan dalam sisa bab ini melibatkan gen yang
terletak pada kromosom yang berbeda (Effendi,2020).
Penyimpangan semu Hukum Mendel adalah penyimpangan yang tidak
keluar dari aturan hukum Mendel, meskipun terjadi perubahan rasio F2 nya
karena gen memiliki sifat berbeda-beda. Pada penyimpangan semu hukum
Mendel, terjadinya suatu kerja sama berbagai sifat yang memberikan
fenotipe berlainan, tetapi masih mengikuti hukum-hukum perbandingan
genotipe dari Mendel. Penyimpangan semu ini terjadi karena adanya dua
pasang gen atau lebih saling memengaruhi dalam memberikan fenotipe pada
suatu individu (Astarini, 2018).
Ada beberapa penyimpangan Hukummendel diantaranya dominansi tidak
sempurna merupakan alel dominan yang tidak bisa menutup ekspresi alel resesif
secara sempurna. Hal ini mengakibatkan munculnya fenotipe campuran.
Kodominan merupakan ekspresi dua alel secara bersamaan yang kemudian
menghasilkan fenotipe berbeda. Alel-alel kodominan ditulis dengan huruf kapital
dengan tambahan huruf lain di atasnya. Contoh kodominan adalah alel yang
mengatur golongan darah MN dan warna bulu pada sapi (Freeman, 2014).

6
Metode Chi-Square dalam genetika sering kali digunakan untuk menguji
apakah data yang diperoleh dari suatu percobaan itu sesuai dengan ratio yang kita
harapkan atau tidak. Menurut Suryo (dalam Maulida, 2019), metode Chi Square
(X2) digunakan untuk menevaluasi kebenaran atau tidaknya hasi penelitian yang
dibandingkan dengan yang diharapkan. Setelah ditemukan hasilnya per karakter
kualitatif, maka diperhatikan pula derajat bebas nya (db= n-1). Selanjutnya dilihat
pada tabel X2. Dalam genetika, chi-square (chi kuadrat)
2
Rumus X adalah :

BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
a. Persilangan Monohibrid

1. Kancing genetika diumpamakan sebagai gamet (merah = R, dan putih =


r)
2. Kantong sebaiknya dari kain supaya tidak mudah robek, dan isinya
tidak dapat terlihat dari luar.
b. Persilangan Dihibrid
1. Kancing genetika diumpamakan sebagai gamet (Merah-Hijau (RB) =
Bunga merah, Buah bulat; Merah-Hitam (Rb) = Bunga merah, Buah
Oval; Putih-Hijau (rB) = Bunga Putih, Buah bulat; Putih-Hitam (rb) =
Bunga putih, Buah Oval.
2. Kantong sebaiknya dari kain supaya tidak mudah robek, dan isinya
tidak dapat terlihat dari luar.
3.2 Prosedur Kerja
a. Persilangan Monohibrid
Monohibrid

Menyediakan kancing genetika 12 buah, 6 yang


berwarna merah (M) dan 6 yang berwarna putih
(m)

Memasukan kancing genetika ke dalam dua


kantong plastik yang berbeda, masing-masing 6
buah yang berwarna merah dan 6 buah yang
berwarna putih

Mencampurkan kancing genetika ke dalam


masing-masing kantong plastik sampai merata

Mengambil masing-masing satu kancing


genetika dari kedua kantong secara serentak
sampai 4 kali pengambilan kemudian
mengembalikan dan mencampur kembali
kancing genetika setiap pengambilan

Mengamati model gen yang terambil, dan


mencatat kode susunan gen itu ke dalam tabel
hasil pengamatan

Hasil Pengamatan
b. Persilangan Dihibrid
Dihibrid

Menyediakan kancing genetika 16 buah, 4


kancing Merah-Hijau (RB) (merah, bulat), 4
kancing Merah-Hitam (Rb) (merah oval), 4
kancing Putih-Hijau (rB) = (putih, bulat), 4
kancing Putih-Hitam (rb) = (putih, oval).

Memasukan model gen kedalam dua kantong


plastik , masing-masing kantong plastik diisi
dengan 8 model gen yang berbeda

Menampurkan keempat model gen ke dalam


masing masing kantong plastik sampai merata

Mengambil masing-masing satu kancing


genetika dari kedua kantong secara serentak
sampai 6 kali pengambilan kemudian
mengembalikan dan mencampur kembali
kancing genetika setiap pengambilan.

Mengembalikan model gen tersebut ke dalam


saku, lalu me lakukan percobaan ini sebanyak
80 kali

Mengamati model gen yang terambil, dan


mencatat kode susunan gen itu ke dalam table
hasil pengamatan

Hasil Pengamatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil Pengamatan
1) Persilangan Monohibrid
a. Tabel 1. Hasil Perorangan
Nama : Brenda Febrina Zusriadi
Pengambilan ke RR (Merah) Rr (Merah) rr (Putih)
1 √
2 √
3 √
4 √
Jumlah 1 2 1

Nama : Anastasya Audrelia Deu


Pengambilan ke RR (Merah) Rr (Merah) rr (Putih)
1 √
2 √
3 √
4 √
Jumlah 2 1 1

Nama : Adriansyah Ridwan Daeng Kuma


Pengambilan ke RR (Merah) Rr (Merah) rr (Putih)
1 √
2 √
3 √
4 √
Jumlah 0 2 2
Nama : Triska Wahyuni Dawit
Pengambilan ke RR (Merah) Rr (Merah) rr (Putih)
1 √
2 √
3 √
4 √
Jumlah 1 2 1

b. Tabel 2. Hasil Kelompok


No. Urut
RR (Merah) Rr (Merah) rr (Putih)
Praktikan
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
Total 4 7 5
2
3. Tabel uji X (Chi – Square)
a. Hasil Perorangan
Nama : Brenda Febrina Zusriadi
Kelas Fenotipe O (Hasil) E (Harapan) [(O-E)]2
E
RR 1
1/4x4=1
( )
Rr 2
2/4x4=2
( )
Rr 1
1/4x4=1
( )
2
Total 4 4 Xh = 0
Dk = n -1 Kolom peluang = 0,05
= 3 -1 X ² tabel = 5,99
=2 X ² hitung =0
Data yang didapatkan dalam tabel tergolong baik. Dilihat pada tabel
chi-square, maka critical value pada 0,05 adalah 5,991 (untuk dK=2), dan
2 2
karena nilai x hitung < x tabel, yaitu 0, maka hasil yang diobservasi
tersebut tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan (H0 berlaku) sehingga
berlaku hukum Mendel I sesuai dengan perbandingan 1 : 2 : 1.

Nama : Anastasya Audrelia Deu


Kelas Fenotipe O (Hasil) E (Harapan) [(O-E)]2
E
RR 2
1/4x4=1
( )
Rr 1
2/4x4=2
( )
Rr 1
1/4x4=1
( )
2
Total 4 4 Xh = 1,5
Dk = n -1 Kolom peluang = 0,05
= 3 -1 X ² tabel = 5,99
=2 X ² hitung = 1,5
Data yang didapatkan dalam tabel tergolong baik. Dilihat pada
tabel chi-square, maka critical value pada 0,05 adalah 5,991 (untuk dK=2),
2 2
dan karena nilai x hitung < x tabel, yaitu 1,5, maka hasil yang diobservasi
tersebut tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan (H0 berlaku) sehingga
berlaku hukum Mendel I sesuai dengan perbandingan 1 : 2 : 1

Nama : Adriansyah Ridwan Daeng Kuma


Kelas Fenotipe O (Hasil) E (Harapan) [(O-E)]2
E
RR 0
1/4x4=1
( )
Rr 2
2/4x4=2
( )
Rr 2
1/4x4=1
( )
2
Total 4 4 Xh = 2
Dk = n -1 Kolom peluang = 0,05
= 3 -1 X ² tabel = 5,99
=2 X ² hitung =2
Data yang didapatkan dalam tabel tergolong baik. Dilihat pada
tabel chi-square, maka critical value pada 0,05 adalah 5,991 (untuk dK=2),
2 2
dan karena nilai x hitung < x tabel, yaitu 2, maka hasil yang diobservasi
tersebut tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan (H0 berlaku) sehingga
berlaku hukum Mendel I sesuai dengan perbandingan 1 : 2 : 1

Nama : Triska Wahyuni Dawit


Kelas Fenotipe O (Hasil) E (Harapan) [(O-E)]2
E
RR 1
1/4x4=1
( )
Rr 2
2/4x4=2
( )
Rr 1
1/4x4=1
( )
2
Total 4 4 Xh = 0
Dk = n -1 Kolom peluang = 0,05
= 3 -1 X ² tabel = 5,99
=2 X ² hitung =0
Data yang didapatkan dalam tabel tergolong baik. Dilihat pada
tabel chi-square, maka critical value pada 0,05 adalah 5,991 (untuk dK=2),
2 2
dan karena nilai x hitung < x tabel, yaitu 0, maka hasil yang diobservasi
tersebut tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan (H0 berlaku) sehingga
berlaku hukum Mendel I sesuai dengan perbandingan 1 : 2 : 1.

b. Hasil Kelompok
Kelas Fenotipe O (Hasil) E (Harapan) [(O-E)]2
E
RR 4
1/4x16=4
( )
Rr 7
2/4x16=8
( )
Rr 5
1/4x16=4
( )
2
Total 16 16 Xh = 0,375
Dk = n -1 Kolom peluang = 0,05
= 3 -1 X ² tabel = 5,99
=2 X ² hitung = 0,375
Data yang didapatkan dalam tabel tergolong baik. Dilihat pada
tabel chi-square, maka critical value pada 0,05 adalah 5,991 (untuk dK=2),
2 2
dan karena nilai x hitung < x tabel, yaitu 0,375 , maka hasil yang
diobservasi tersebut tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan (H0
berlaku) sehingga berlaku hukum Mendel I sesuai dengan perbandingan 1 :
2 : 1.
2) Persilangan Dihibrid
a. Tabel 1. Hasil Perorangan
Nama : Brenda Febrina Zusriadi
Pengambilan R-B- R-bb rrB- Rrbb
Ke Merah Bulat Merah Oval Putih Bulat Putih
Oval
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
Total 2 3 1 0

Nama : Anastasya Audrelia Deu


Pengambilan R-B- R-bb rrB- Rrbb
Ke Merah Bulat Merah Oval Putih Bulat Putih
Oval
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
Total 1 2 3 0
Nama : Adriansyah Ridwan Daeng Kuma
Pengambilan R-B- R-bb rrB- Rrbb
Ke Merah Bulat Merah Oval Putih Bulat Putih
Oval
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
Total 4 1 0 1

Nama : Triska Wahyuni Dawit


Pengambilan R-B- R-bb rrB- Rrbb
Ke Merah Bulat Merah Oval Putih Bulat Putih
Oval
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
Total 2 1 2 1

b. Hasil Kelompok
R-B- R-bb rrB- Rrbb
Merah Bulat Merah Oval Putih Bulat Putih Oval
9 7 6 2
2
3. Tabel uji X (Chi – Square)
a. Hasil Perorangan
Nama : Brenda Febrina Zusriadi
Kelas O (Hasil) E (Harapan) [(O-E)]2
Fenotipe E
R-B- 2
9/16x 6= 3,375
( )
R-bb 3
3/16x6= 1,125
( )
rrB- 1
3/16x6= 1.125
( )
rrbb 0
1/16x6= 0,375
( )
2
Total 6 6 Xh = 4,08
Dk = 4 -1 Kolom peluang = 0,05
= 4 -1 X ² tabel = 7,815
=3 X ² hitung = 4,08
Data yang didapatkan dalam tabel tergolong baik. Dilihat pada
tabel chi-square, maka critical value pada 0,05 adalah 7,815 (untuk dK=3),
2 2
dan karena nilai x hitung < x tabel, yaitu 4,08, maka hasil yang
diobservasi tersebut tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan (H0
berlaku) sehingga berlaku hukum Mendel II sesuai dengan perbandingan 9 :
3 : 3 : 1.

Nama : Anastasya Audrelia Deu


Kelas O (Hasil) E (Harapan) [(O-E)]2
Fenotipe E
R-B- 1
9/16x 6= 3,375
( )
R-bb 2
3/16x6= 1,125
( )
rrB- 3
3/16x6= 1.125
( )
Rrbb 0
1/16x6= 0,375
( )
2
Total 6 6 Xh = 5,856
Dk = 4 -1 Kolom peluang = 0,05
= 4 -1 X ² tabel = 7,815
=3 X ² hitung = 5,856
Data yang didapatkan dalam tabel tergolong baik. Dilihat pada
tabel chi-square, maka critical value pada 0,05 adalah 7,815 (untuk dK=3),
2 2
dan karena nilai x hitung < x tabel, yaitu 5,856, maka hasil yang
diobservasi tersebut tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan (H0
berlaku) sehingga berlaku hukum Mendel II sesuai dengan perbandingan 9 :
3 : 3 : 1.

Nama : Adriansyah Ridwan Daeng Kuma


Kelas O (Hasil) E (Harapan) [(O-E)]2
Fenotipe E
R-B- 4
9/16x 6= 3,375
( )
R-bb 1
3/16x6= 1,125
( )
rrB- 0
3/16x6= 1.125
( )
rrbb 1
1/16x6= 0,375
( )
2
Total 6 6 Xh = 2,299
Dk = 4 -1 Kolom peluang = 0,05
= 4 -1 X ² tabel = 7,815
=3 X ² hitung = 2,299
Data yang didapatkan dalam tabel tergolong baik. Dilihat pada
tabel chi-square, maka critical value pada 0,05 adalah 7,815 (untuk dK=3),
2 2
dan karena nilai x hitung < x tabel, yaitu 2,299, maka hasil yang
diobservasi tersebut tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan (H0
berlaku) sehingga berlaku hukum Mendel II sesuai dengan perbandingan 9 :
3 : 3 : 1.

Nama : Triska Wahyuni Dawit


Kelas O (Hasil) E (Harapan) [(O-E)]2
Fenotipe E
R-B- 2
9/16x 6= 3,375
( )
R-bb 1
3/16x6= 1,125
( )
rrB- 2
3/16x6= 1.125
( )
rrbb 1
1/16x6= 0,375
( )
2
Total 6 6 Xh = 2,294
Dk = 4 -1 Kolom peluang = 0,05
= 4 -1 X ² tabel = 7,815
=3 X ² hitung = 2,294
Data yang didapatkan dalam tabel tergolong baik. Dilihat pada
tabel chi-square, maka critical value pada 0,05 adalah 7,815 (untuk dK=3),
2 2
dan karena nilai x hitung < x tabel, yaitu 2,294, maka hasil yang
diobservasi tersebut tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan (H0
berlaku) sehingga berlaku hukum Mendel II sesuai dengan perbandingan 9 :
3 : 3 : 1.

b. Hasil Kelompok
Kelas O (Hasil) E (Harapan) [(O-E)]2
Fenotipe E
R-B- 9
9/16x 24= 13,5
( )
R-bb 7
3/16x24= 4,5
( )
rrB- 6
3/16x24= 4,5
( )
rrbb 2
1/16x24= 1,5
( )
2
Total 24 24 Xh = 3,57
Dk = 4 -1 Kolom peluang = 0,05
= 4 -1 X ² tabel = 7,815
=3 X ² hitung = 3,57
Data yang didapatkan dalam tabel tergolong baik. Dilihat pada
tabel chi-square, maka critical value pada 0,05 adalah 7,815 (untuk dK=3),
2 2
dan karena nilai x hitung < x tabel, yaitu 3,57, maka hasil yang
diobservasi tersebut tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan (H0
berlaku) sehingga berlaku hukum Mendel II sesuai dengan perbandingan 9 :
3 : 3 : 1.
4.2 Pembahasan
a. Monohibrid
Persilangan Monohibrid adalah perkawinan antara dua individu dari
spesies yang sama yang memiliki satu sifat berbeda. Persilangan
monohibrid sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang disebut
dengan hukum segregasi yang berbunyi ―Pada pembentukan gamet untuk
gen yang merupakan pasangan akan disegresikan ke dalam dua anakan‖
Keturunan pertamanya (generasi F1) akan memiliki sifat sama dengan salah
satu induk, hal ini dipengaruhi jika dipengaruhi oleh alel dominan dan
resesif (Akbar, 2015).
Dalam percobaan ini dilakukan persilangan antara kancing genetika
(model gen) yang berwarna merah dan putih. Warna merah dan putih ini
menunjukkan satu sifat beda yakni dari segi warna. Pada saat pengambilan
acak, apabila mendapatkan warna merah keduanya berarti bersifat
homozigot dominan atau RR, ketika mendapatkan warna putih keduanya
berarti bersifat homozigot resesif atau rr, dan ketika mendapatkan dua warna
yaitu merah dan putih berarti bersifat heterozigot atau Rr (merah muda).
Hasil pengamatan yang didapatkan dihitung dengan metode Chi-
kuadrat untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari hasil
persilangan dengan hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara
2
teoritis. Dari perhitungan di atas, didapatkan bahwa nilai hitung x untuk
data kelompok sebesar 0,375 dan nilai tabel chi square 5,99. Adapun,
derajat kebebasan sebesar 2 Karena ada tiga kelas fenotip {yaitu Merah-
2
merah, Merah-putih, putih-putih), Jadi, karena nilai x hitung lebih kecil
2
dari nilai x tabel chi square maka hasil yang diobservasi tersebut tidak
berbeda nyata dengan sebaran harapan (Ho berlaku) sehingga berlaku
hukum Mendel I dengan rasio genotip 1 : 2 : 1 dan rasio fenotip 3 : 1.
Adapun, hasil percobaan dapat dinyatakan dalam bentuk tabel sebagai
berikut :
P = ♂ RR x ♀ rr
(merah) (putih)
Gp = ♂R x ♀r
F1 = Rr (merah)
F2 = ♂ RR x ♀ rr
GF1 = R, r
F2

R r

R RR Rr
R Rr Rr

Rasio Genotipe = 1 : 2 : 1 (RR, Rr, rr)


Rasio Fenotipe (dominansi penuh) = 3 : 1 (merah, putih)
Rasio Fenotipe (dominansi tak penuh) = 1 : 2 : 1 (merah, merah muda,
putih)
Rasio Fenotipe Percobaan = 4 : 7 : 5
Pada diagram persilangan monohibrid diatas, berlaku hukum I mendel
atau hukum segregasi karena gen yang sudah terpisah akan mengelompok
dengan gen dari induk pasangannya seperti Rr, gen R akan berpisah dengan
gen r lalu kemudian R dan r yang sudah terpisah akan bergabung dengan
gen dari pasangannya sehingga terbentuk sifat individu baru (Rr).

b. Dihibrid
Persilangan Dihibrid adalah perkawinan antara dua individu dari
spesies yang sama yang memiliki dua sifat berbeda. Persilangan Dihibrid
sangat berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi ―independent
assortment of genes‖ atau pengelompokan gen secara bebas. Hukum ini
berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke
masing-masing kutub ketika meiosis. Hukum Mendel II disebut juga hukum
asortasi. Sama halnya dengan monohibrid, dihibrid pun mengenal sifat
dominan dan intermediet (Akbar, 2015).
Dalam percobaan ini dilakukan persilangan antara kancing genetika
(model gen) yang berwarna merah-hijau (RB), merah-hitam (Rb), putih-
hijau (rB), dan putih-hitam (rb). Warna merah dan hijau mewakili warna

23
bunga, sedangkan warna hijau hitam mewakili bentuk buah.sehingga
persilangan ini menunjukkan dua sifat beda. Pada saat pengambilan acak,
apabila mendapatkan warna merah-hijau keduanya berarti bersifat
homozigot dominan (RRBB), mendapatkan kancing berwarna putih-hitam
keduanya berarti bersifat homozigot resesif (rrbb). Sedangkan, apabila
dalam salah satu kantong di dapatkan kancing berwarna merah-hitam
(R_bb) dan putih-hijau (rrb_) berarti bersifat heterozigot.
Hasil pengamatan yang didapatkan dihitung dengan metode Chi-
kuadrat untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari hasil
persilangan dengan hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara
2
teoritis. Dari perhitungan di atas, didapatkan bahwa nilai hitung x untuk
data kelompok sebesar 3,57 dan nilai tabel chi square 7,815. Adapun,
derajat kebebasan sebesar 3 Karena ada 4 kelas fenotip (merah-hijau,
2
merah-hitam, putih-hijau, dan putih-hitam), Jadi, karena nilai x hitung lebih
2
kecil dari nilai x tabel chi square maka hasil yang diobservasi tersebut tidak
berbeda nyata dengan sebaran harapan (Ho berlaku) sehingga berlaku
hukum Mendel II dengan rasio genotip 1 : 2 : 1 : 2 : 4 : 2 : 1 :2 :1 dan rasio
fenotip 9 : 3 : 3 : 1.
Adapun, hasil percobaan dapat dinyatakan dalam bentuk tabel sebagai
berikut :
P = ♂ RRBB x ♀ rrbb
(bunga merah buah bulat) (bunga putih buah oval)
GP= ♂RB x ♀rb
F1 : RrBb (merah bulat) x RrBb (merah bulat)
G: Rr Rr
Bb Bb
F2 :
Gamet RB Rb rB rb
RB RRBB RRBb RrBB RrBb
Rb RRBb RRbb RrBb Rrbb
rB RrBB Rrbb rrBB rrBb
rb RrBb Rrbb rrBb rrbb
Rasio Genotip : 1 : 2 : 1 : 2 : 4 : 2 : 1 :2 :1 (RRBB : RRBb : RrBB : RrBb :
RRbb : Rrbb : rrBB : rrBb : rrbb)
Rasio fenotip (dominansi penuh) : 9 : 3 : 3 : 1 (R B : R_rbb : rrB_, rrbb)
Rasio fenotip (dominansi tidak penuh) : 1 : 2 : 1 : 2 : 4 : 2 : 1 :2 :1
Rasio Fenotipe Percobaan = 9 : 7 : 6 : 2
Percobaan dihibrid ini sesuai dengan hukum Mendel II, segregasi alel
R dan r tidak bergantung pada segregasi alel B dan b. Hal ini dapat terjadi
karena alel untuk bentuk buah dan alel untuk warna bunga awalnya ada di
masing-masing induk, terpisah satu sama lain, dan ditransmisikan secara
independen. Nantinya, dua alel akan diurutkan menjadi gamet secara
terpisah satu sama lain. Sehingga, hasil akhir ada 9 genotipe keturunan yang
berbeda dan 4 fenotip

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang


sama dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan
dengan hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segregasi dimana
selama proses meiosis berlangsung pasangan-pasangan kromosom homolog
saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Hasil percobaan menunjukkan
2 2
x hitung (0,375) < x (5,99) tabel , maka hasil pengujian bersifat signifikan
yang artinya pengujian sesuai dengan teori Hukum Mendel I.
Persilangan dihibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama
dengan dua sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan
hukum Mendel II atau yang disebut dengan hukum asortasi yang berbunyi
―independent assortment of genes‖ atau pengelompokam gen secara bebas
Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara
bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis. Hasil percobaan
2 2
menunjukkan x hitung (3,75) < x tabel (7,815) , maka hasil pengujian
bersifat signifikan yang artinya pengujian sesuai dengan teori Hukum
Mendel II.
DAFTAR PUSTAKA

Adisoemarto, S.1988, Genetika Edisi Ketiga, Jakarta : Erlangga.

Akbar., Rinaldi Taufik., Soewarto Hardhienata, Aries Masya. 2015. Implementasi


Sistem Hereditas Menggunakan Metode Persilangan Hukum Mendel
Untuk Identifikasi Pewarisan Warna Kulit Manusia. Journal Online
Mahasiswa Bidang Ilmu Komputer/ Informatika. Vol. 1 (1) : 1-13

Astarini, Dwi. 2018. Peningkatan Pemahaman Materi Penyimpangan Semu


Hukum Mendel Melalui Alat Bantu Baling-Baling Genetika Pada Siswa
Kelas XII IPS 2 SMAN 1 Baturetno Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurnal
JARLITBANG Pendidikan. Vol.3 (2) :439-446.

Devina,Christabel Elisa.,dkk. 2019. Studi Pola Segregasi Karakter Morfologi –


Agronomi Tanaman Padi Hasil Persilangan Kultivar Pandan Ungu x Roti
Pada F2. Jurnal Agroekoteknologi Tropika Lembab. Vol. 1 (2) : 88-92.
ISSN: 2622-3570.E-ISSN: 2621-394X.

Effendi,Yunus.2020. Buku Ajar Genetika Dasar. Magelang Jawa Tengah: Pustaka


Rumah Cinta.ISBN: 978-623-7961-58-1 E-ISBN: 978-623-7961-59-8.

Freeman. 2014. Biological Science. New York : Pearson Hill.

Maulidha, Aditya., Sugiharto, Arifin. 2019. Pengaruh Kombinasi Persilangan


Jagung (Zea mays L.) terhadap Karakter Kualitatif pada Hibdridanya
(F1). Jurnal Produksi Tanaman. Vol. 7 (5) : ISSN: 2527-8452.

Reece, Jane, dkk. 2011. Campbell Biology Ninth Edition. USA : Pearson Hill.

Wijayanto.,dkk.2013.Penerapan Model Persamaan Diferensi dalam Penentuan


Probabilitas Genotip Keturunan dengan Dua Sifat Beda. Jurnal ILMU
DASAR. Vol. 14 (2) : 78-84.

27
1

LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA 1


Nama : Brenda Febrina Zusriadi
NIM : 432419012
Kelas :B
Semester :3

LKM 1 – 01 : Orientasi dan Eksplorasi


A. Petunjuk
1. Tuliskan jawaban Anda pada bagian yang telah disiapkan!
2. Ajukan pertanyaan kepada dosen jika ada hal-hal yang masih kurang dapat
dipahami!

B. Tujuan Pembelajaran
1. Disajikan gambar fenomena perempuan berambut lurus, dan laki-laki
berambut keriting, hasil perkawinan laki-laki dan perempuan yang memiliki
rambut lurus, dan memiliki kakek dan nenek yang memiliki rambut lurus,
mahasiswa dapt mengidentifikasi fakta-fakta, disertai alasan dengan benar.
2. Mahasiswa mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan berdasarkan
fenomena yang disajikan.
3. Mahasiswa mampu merumuskan jawaban sementara berdasarkan masalah dari
fenomena yang disajikan.
4. Mahasiswa mampu melakukan persilangan dengan menggunakan kancing
genetika, untuk dapat menjelaskan fenomena tersebut.
5. Mahasiswa mampu membedakan Hukum Mendel 1 dan Hukum Mendel 2,
berdasarkan riset yang dikerjakan.
2

Menggunakan strategi scaffolding melalui tahap Guided Discovery


C. Menciptakan Konflik Kognitif
1. Menurut pendapat teman Anda, hidung Anda sama dengan hidung bapak
Anda, mata Anda sama dengan mata ibu Anda.
Bagaimana pendapat Anda? Tuliskan jawaban Anda!
Jawab :
Saya setuju dengan pendapat teman saya. Hidung saya sama dengan
hidung bapak saya, mata saya sama dengan mata ibu saya. Menurut saya, hal
ini dipengaruhi oleh gen yang terdapat di dalam kromosom. Gen itu sendiri
dibedakan menjadi dua. Pertama, gen dominan yakni gen yang menutupi
ekspresi gen lainnya sehingga sifat yang dibawanya terekspresikan pada
keturunannya. Kedua, gen resesif yakni gen yang tertutupi sifatnya oleh gen
dominan.
Dua jenis gen tersebut dapat dikaitkan dengan bentuk hidung dan
mata saya. Kromosom saya berisi setengah bagian yang berasal dari sel ibu
saya dan setengah bagian lagi dari sel ayah saya. Sesuai dengan hukum
Mendel I dan Mendel II maka terjadi segregasi secara bebas dan asortasi
secara bebas sehingga muncul kombinasi alel secara bebas atau acak.
Sama halnya dengan hidung saya mirip dengan ayah saya, itu terjadi
karena gen ayah saya bersifat dominan dibandingkan gen dari ibu saya
(resesif) sehingga bentuk hidung ayah saya terekspresikan kepada saya.
Sedangkan, mata saya mirip dengan ibu saya karena gen ibu saya bersifat
dominan dibandingkan gen dari ayah saya (resesif) sehingga bentuk atau
warna mata ibu saya terekspresikan kepada saya.
Sekarang perhatikan gambar yang ditunjukkan dosen!
Catatlah hasil pengamatan Anda, berdasarkan sifat yang tampak!
Jawab :
Pada gambar tersebut, sifat yang nampak adalah perbedaan bentuk
rambut. Bentuk rambut pada kakek, nenek, ayah, ibu, dan saudara
perempuannya adalah lurus. Sedangkan, pada anak laki-laki bentuk
rambutnya keriting.
3

2. Menurut Anda, apa yang menarik pada gambar tersebut?


Jawab :
Hal yang menarik pada gambar tersebut adalah ada seorang anak laki-
laki yang memiliki perbedaan fisik dengan keluarganya. Anak laki-laki
tersebut memiliki rambut keriting. Padahal ayah, ibu, kakek, nenek, dan
saudara perempuannya memiliki berambut lurus.

3. Mengapa dalam satu keturunan, memiliki persamaan sekaligus perbedaan?


Jawab :
Dalam satu keturunan, persamaan sekaligus perbedaan dapat muncul
karena peranan dari gen yang mengendalikan sifat-sifat hereditas suatu
organisme. Setiap satu gen mengendalikan satu sifat tertentu sehingga satu
individu memiliki ribuan sifat. Alel adalah pasangan gen yang terletak dalam
lokus yang bersesuaian pada kromosom homolog. Sesuai dengan hukum
Mendel I, pasangan alel terpisah secara bebas satu sama lain selama proses
produksi sel telur dan sel ovum. Karena pasangan alel terpisah selama
produksi gamet, sperma atau sel telur hanya membawa satu alel untuk setiap
sifat yang diturunkannya. Ketika kedua sel gamet bertemu saat pembuahan,
masing-masing menyumbangkan alel kepada keturunannya.Ada gen yang
melemah, menguat, bahkan ada yang menjadi tidak nampak sama sekali.
Namun, kedua alel tidak berarti bahwa setiap sifat akan diekspresikan
kepada individunya. Jika dua alel dari pasangan diwariskan berbeda (kondisi
heterozigot) maka sifat ditentukan oleh alel dominan sedangkan sifat yang
tidak nampak akan tertutupi dan disebut alel resesif. Inilah yang membedakan
suatu keturunan. Sedangkan, adanya persamaan dapat terjadi karena dua alel
dari pasangan bersifat homozigot dominan atau homozigot resesif.
4

D. Identifikasi Pengetahuan Awal Mahasiswa


1. Berdasarkan pengamatan Anda pada gambar tersebut, bagaimana bentuk
rambut dari keturunan kedua?
Jawab :
Bentuk rambut dari keturunan kedua ada dua bentuk yakni bentuk
rambut lurus pada anak perempuan dan bentuk rambut keriting pada anak laki-
laki. Keturunan kedua merupakan hasil perkawinan laki-laki dan perempuan
yang memiliki rambut lurus, serta memiliki kakek dan nenek yang memiliki
rambut lurus.

2. Mengapa keturunan kedua memiliki bentuk rambut yang berbeda?


Jawab :
Perbedaan dapat terjadi karena pasangan alel terpisah selama produksi
gamet, sperma atau sel telur hanya membawa satu alel untuk setiap sifat yang
diturunkannya. Ketika kedua sel gamet bertemu saat pembuahan, masing-
masing menyumbangkan alel kepada keturunannya.Ada gen yang melemah,
menguat, bahkan ada yang menjadi tidak nampak sama sekali.
Namun, kedua alel tidak berarti bahwa setiap sifat akan diekspresikan
kepada individunya. Seperti kasus pada gambar di atas, sifat rambut keriting
itu dominan dan disimbolkan dengan KK atau Kk. Sedangkan, sifat rambut
lurus resesif disimbolkan dengan kk. Anak laki-laki tersebut memiliki bentuk
rambut keriting karena kemungkinan mewarisi gen rambut lurus dari
leluhurnya atau merupakan hasil mutasi gen yang unik. Mengapa demikian?
hal ini terjadi karena rambut lurus merupakan gen resesif. Kecil kemungkinan
orang tua yang berambut lurus melahirkan anak yang keriting kecuali terjadi
mutasi gen.
5

3. Mengapa salah satu dari mereka memiliki bentuk rambut yang berbeda dari
kedua orang tuanya?
Jawab :
Perbedaan dan persamaan sifat yang diwariskan tergantung dari gen
itu sendiri ada gen yang melemah, menguat, bahkan ada yang menjadi tidak
nampak sama sekali. Salah satu dari mereka memiliki bentuk rambut yang
berbeda dari kedua orangtuanya karena dipengaruhi oleh gen yang terdapat di
dalam kromosom anak laki-laki tersebut. Umumnya, masing-masing orang tua
menyumbangkan setengah kromosom pada anak laki-laki tersebut. Namun,
pada fenomena di atas, sifat yang terekspresikan berbeda dengan kedua
orangtuanya. Kecil kemungkinan orang tua yang berambut lurus melahirkan
anak yang keriting. Kemungkinan penyebab anak laki-laki tersebut memiliki
rambut keriting diantaranya karena terjadi mutasi gen dan diwarisi gen rambut
keriting dari para leluhut yang mungkin tidak diketahui. Sifat rambut lurus
hanya terekspresikan pada saudara perempuan.

E. Penelusuran Informasi melalui Buku Teks dan Website


1. Lakukanlah kajian buku teks dan website untuk materi Mendelisme (Tuliskan
sumber)
2. Tuliskan konsep-konsep yang Anda temukan.
Jawab :
a) Hukum Mendel I : Segregasi Bebas dan Empat Model Mendel
b) Istilah Homozigot, Heterozigot, Fenotip, dan Genotip
c) Hipotesis Mendel : Testcross atau Uji Silang
d) Hukum Mendel II : Hukum Berpasangan Secara Bebas atau Independent
Assortment
e) Dominasi Tidak Sempurna dan Kodominan
f) Alel Ganda
g) Atavisme
h) Norma Reaksi : Hubungan Antara Pola Pewarisan Sifat dan Lingkungan
6

3. Pilihlah konsep-konsep yang Anda dapat!


a. Nama konsep: Hukum Mendel I : Segregasi Bebas dan Model Mendel
1) Tuliskan definisinya!
Hukum Pertama Mendel (Hukum Pemisahan atau Segregation)
berbunyi bahwa pada waktu berlangsung pembentukan gamet setiap
pasang gen akan disegregasi ke dalam masing-masing gamet yang
terbentuk (Cahyono, 2010).
Segregasi disebut juga sebagai hukum Mendel 1 dan berbunyi
bahwa “alel yang biasanya muncul berpasangan akan berpisah pada saat
pembentukan gamet; dimana satu alel akan memasuki setiap gamet.
Setelah itu secara acak akan bersatu dengan gamet dari jenis kelamin
lainnya (Pintar, 2020).
Sumber :
1. Cahyono, Fransisca. 2010. Kombinatorial dalam Hukum Pewarisan
Mendel. Makalah II2092 Probabilitas dan Statistik.
2. Pintar, Kelas. 2020. Pewarisan Sifat pada Hukum Mendel”.
(https://www.google.com/amp/s/www.kelaspintar.id/blog/tips-
pintar/pewarisan-sifat-pada-hukum-mendel-2995/amp/). Diakses pada
tanggal 24 Oktober 2020 Pukul 19.59 WITA.
2) Tuliskan contohnya!

Gambar persilangan monohibrid yang dilakukan Gregor Mendel


(sekitar 1860). Gregor Mendel menyilangkan bunga pada tanaman kacang
polong. Persilangan terjadi antara bunga berwarna ungu dan bunga
7

berwarna putih (persilangan disimbolkan dengan x). Pada generasi F1


dihasilkan bunga yang warnanya ungu semua. Hibrida F1 yang dihasilkan
dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri atau penyerbukan silang dengan
hibrida F1 lainnya. Pada generasi F2 dihasilkan 705 bunga berwarna ungu
dan 224 bunga berwarna putih dengan perbandingan kurang lebih 3: 1.
Kesimpulannya adalah faktor yang diwariskan untuk sifat resesif (bunga
putih) tidak hancur, terhapus, atau tercampur pada generasi F tetapi hanya
tertutupi oleh adanya ciri dominan.
Sumber :
Reece, Jane, dkk. 2011. Campbell Biology Ninth Edition. USA : Pearson
Hill.
3) Berikan penjelasanmu!
Pada gambar di atas dapat kita lihat bahwa percobaan tersebut
menghasilkan hasil yang sangat berbeda. Semua keturunan F1 memiliki
bunga yang sama ungu seperti induknya yang berbunga ungu. Tetapi, pada
keturunan F2 muncul bunga yang berwarna putih. Hal ini dapat terjadi
karena faktor bunga putih sebenarnya tersembunyi atau tersamarkan
ketika faktor bunga ungu hadir. Sejalan dengan terminologi Mendel,
warna bunga ungu merupakan sifat yang dominan, dan warna bunga putih
merupakan sifat resesif. Munculnya kembali tumbuhan berbunga putih
pada generasi F2 merupakan bukti bahwa faktor keturunan penyebab
bunga putih tidal dimusnahkan tetapi muncul bersamaan dengan faktor
bunga ungu pada hibrida F1.
Dalam buku Campbell edisi kesembilan dijelaskan bahwa ada
empat model pewarisan sifat monohibrid dengan rasio 3 : 1.
a) Pertama: Setiap sifat yang diturunkan dapat memiliki beberapa variasi
yang disebut sebagai alel. Dalam kasus persilangan sifat warna bunga
ini, dapat ada variasi warna ungu dan putih. (alel A dan alel B)
b) Kedua: Ada alel yang bersifat dominan dan resesif. Dalam kasus
persilangan warna bunga ini, tampak bahwa warna bunga ungu
dominan terhadap warna putih.
8

c) Ketiga: untuk setiap karakter, organisme mewarisi dua salinan gen,


satu dari setiap orang tua. Setiap sifat yang dibawakan alel, selalu
berpasangan dengan alel lainnya. Pasangan antara alel yang bersifat
dominan dan resesif akan mendefinisikan sifat-sifat yang dibentuk.
d) Keempat dan terakhir dari model Mendels, hukum segregasi,
menyatakan bahwa dua alel untuk karakter yang diwariskan
memisahkan (terpisah satu sama lain) selama pembentukan gamet dan
berakhir di gamet yang berbeda. Jadi, sel telur atau sperma hanya
mendapat salah satu dari dua alel yang ada di sel somatic organisme
yang membuat gamet.

b. Nama konsep: Homozigot, Heterozigot, Fenotip, Genotip


1) Tuliskan definisinya!
Fenotipe adalah suatu karakteristik, baik struktural, biokimiawi,
fisiologis dan perilaku yang dapat diamati dari suatu organisme yang
diatur oleh genotipe dan lingkungan serta interaksi keduanya. Pengertian
ini mencakup berbagai tingkat dalam ekspresi gen dari suatu organisme
yang dapat dilihat/diamati/diukur, seperti warna mata, berat badan atau
ketahanan terhadap suatu penyakit tertentu.
Genotipe merupakan istilah yang dipakai untuk menyatakan
keadaan genetik dari suatu individu atau sekumpulan individu populasi
yang merujuk pada keadaan genetik suatu lokus maupun keseluruhan
bahan genetik yang dibawa oleh kromosom “genom”. Genotipe dapat
berupa sebagai berikut:
i. Homozigot ialah apabila suatu individu memiliki pasangan alel yang
sama.
ii. Heterozigot ialah apabila suatu individu memiliki pasangan alel yang
berbeda.
9

Sumber :
Pendidikan, Dosen. 2020. Pengertian Fenotip,dan Genotip.
(https://www.dosenpendidikan.co.id/fenotip-adalah/) diakses pada tanggal
24 Oktober 2020 pukul 21.08 WITA
2) Tuliskan contohnya!

Genotipe vs Fenotip. Pengelompokkan keturunan F2 dari


penyilangan monohibrid untuk warna bunga menghasilkan fenotipe
dengan rasio 3 :1 . Berdasarkan genotip, ternyata ada dua kategori
tanaman berbunga ungu PP : (homozigot) dan Pp (heterozigot).
Sumber :
Reece, Jane, dkk. 2011. Campbell Biology Ninth Edition. USA : Pearson
Hill
3) Berikan penjelasanmu!
Pada gambar di atas tanaman kacang ungu bersifat homozigot
untuk alel dominan (PP), sedangkan tanaman putih homozigot untuk alel
resesif (pp). Jika kita menyilangkan homozigot dominan dengan
homozigot resesif, setiap keturunan akan memiliki dua alel Pp yang
berbeda dalam kasus hibrida F1 dari percobaan warna bunga kita.
Organisme yang memiliki dua alel berbeda untuk suatu gen
dikatakan heterozigot untuk gen tersebut. Tidak seperti homozigot,
10

heterozigot menghasilkan gamet dengan alel berbeda, sehingga tidak


berkembang biak secara nyata. Misalnya, gamet yang mengandung P dan
/p keduanya diproduksi oleh hibrida F1. Dengan demikian, penyerbukan
sendiri hibrida F1 menghasilkan keturunan bunga ungu dan bunga putih.
Karena pengaruh alel dominan dan resesif yang berbeda, sifat suatu
organisme tidak selalu menunjukkan komposisi genetiknya. Dalam kasus
warna bunga pada tanaman kacang polong, PP dan tanaman Pp memiliki
fenotipe yang sama (ungu) tetapi genotipe berbeda.

c. Nama konsep: Hipotesis Mendel Testcross atau Uji Silang


1) Tuliskan definisinya!
Testcross adalah perkawinan antara F1 dengan salah satu induk
yang resesif. Testcross disebut juga perkawinan pengujian (uji silang)
karena bertujuan untuk mengetahui apakaha suatu individu bergenotip
homozigot (galur murni) atau heterozigot.
Sumber :
Susilowati, Eko. 2019. Pewarisan Sifat Pada Tumbuhan. Semarang :
Alpirin.
2) Tuliskan contohnya!

Contoh testcross untuk mengetahui genotip induk. Organisme yang


menunjukkan sifat dominan, seperti bunga ungu pada tanaman kacang
polong, dapat homozigot untuk alel dominan atau heterozigot. Untuk
11

mengetahui genotipe organisme, ahli genetika dapat melakukan uji silang.


Dalam uji silang, individu dengan genotipe tidak diketahui disilangkan
dengan individu homozigot yang mengekspresikan sifat resesif (bunga
putih dalam contoh ini), dan kotak Punnett digunakan untuk memprediksi
kemungkinan hasil. Mencocokkan hasil dengan salah satu prediksi akan
mengidentifikasi genotipe induk yang tidak diketahui (baik PP atau Pp
dalam contoh ini).
Sumber :
Sadava, David. 2014. LIFE: The Science of Biology, Tenth Edition. USA :
Sinauer.
3) Berikan penjelasanmu!
Dalam merumuskan hukum pewarisan sifat, Mendel
mengembangkan serangkaian hipotesis dan kemudian merancang
eksperimen untuk mengujinya. Salah satu hipotesis tersebut adalah bahwa
ada dua kemungkinan kombinasi alel (RR atau Rr) untuk benih dengan
fenotipe bulat.
Untuk dapat membuktikan hipotesis tersebut, Mendel melakukan
uji persilangan dengan bunga F1 yang berasal dari berbagai persilangan
lainnya. Uji silang digunakan untuk menentukan apakah individu
menunjukkan sifat dominan homozigot atau heterozigot. Individu tersebut
disilangkan dengan individu yang homozigot untuk sifat resesif.
Homozigot resesif untuk gen warna bunga memiliki warna putih
dan genotipe pp. Individu yang diuji awalnya dapat digambarkan sebagai
P_ karena kita belum mengetahui identitas alel kedua. Kita dapat
memprediksi dua hasil yang mungkin:
a) Jika individu yang diuji dominan homozigot (PP) maka semua
keturunan hasil persilangan uji adalah Pp dan menunjukkan sifat
dominan (warna ungu).
b) Jika individu yang diuji heterozigot (Pp), maka kurang lebih separuh
keturunan hasil persilangan uji akan heterozigot dan menunjukkan
12

sifat dominan (Pp), dan setengah lainnya akan menjadi homozigot


untuk sifat resesif (pp).

d. Nama konsep: Hukum Mendel II : Hukum Berpasangan Secara


Bebas atau Independent Assortment
1) Tuliskan definisinya!
Hukum kedua mendel berbunyi bahwa segregasi suatu pasangan
gen tidak tergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya, sehingga di
dalam gaemt-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-
gen secara bebas.
Sumber :
Cahyono, Fransisca. 2010. Kombinatorial dalam Hukum Pewarisan
Mendel. Makalah II2092 Probabilitas dan Statistik.
2) Tuliskan contohnya!
13

Persilangan antara tanaman ercis berbiji bulat dan berwarna hijau


dengan tanaman ercis berbiji keriput dan berwarna kuning menghasilkan
keturunan dengan fenotip 9 : 3 : 3 :1.
Sumber :
Freeman. 2014. Biological Science. New York : Pearson Hill..
3) Berikan penjelasanmu!
Pada gambar di atas, Mendel menyilangkan induk galur murni
yang bulat dan berwarna kuning dengan induk galur murni yang keriput,
berwarna hijau. Persilangan atau perkawinan antara dua individu sejenis
yang melibatkan dua sifat beda disebut persilangan dihibrid. Eksperimen
Mendel sebelumnya telah menetapkan alel itu untuk biji kuning dominan
terhadap alel biji hijau; alel-alel ini diberi tanda Y untuk kuning dan y
untuk hijau. Sedangkan alel untuk biji bulat adalah R dan biji keriput
adalah r. Hasil dari F1 akan menghasilkan biji dengan dua sifat beda.
Seperti yang ditunjukkan oleh gambar di atas segregasi alel R dan r
tidak bergantung pada segregasi alel Y dan y. Hal ini dapat terjadi karena
alel untuk bentuk biji dan alel untuk warna biji awalnya ada di masing-
masing induk terpisah satu sama lain dan ditransmisikan secara
independen. Nantinya, dua alel akan diurutkan menjadi gamet secara
terpisah satu sama lain. Sehingga, hasil akhir berdasarkan diagram Punnet
adalah ada 9 genotipe keturunan yang berbeda dan 4 fenotipe yakni
kuning-bulat, hijau-bulat, kuning fenotipe keriput, dan keriput hijau. Sifat-
sifat tersebut ada dalam frekuensi 9/16, 3/16, 3/16, dan 1/16, atau rasio 9:
3: 3: 1.
14

e. Nama konsep: Dominansi Tidak Sempurna dan Kodominan


1) Tuliskan definisinya!
Dominasi tidak sempurna merupakan alel dominan yang tidak bisa
menutup ekspresi alel resesif secara sempurna. Hal ini mengakibatkan
munculnya fenotipe campuran. Kodominan merupakan ekspresi dua alel
secara bersamaan yang kemudian menghasilkan fenotipe berbeda. Alel-
alel kodominan ditulis dengan huruf kapital dengan tambahan huruf lain di
atasnya. Contoh kodominan adalah alel yang mengatur golongan darah
MN dan warna bulu pada sapi. Adapun contoh persilangannya ditunjukkan
oleh tabel berikut.
Sumber :
Sereliciouz. 2019. Penyimpangan Hukum Mendel.
(https://www.quipper.com/id/blog/mapel/biologi/penyimpangan-hukum
mendel-kelas-12/) diakses pada 26 Oktober 2020 pukul 04.00 WITA.
2) Tuliskan contohnya!

Gambar di atas merupakan gambar dominasi tidak sempurna dari


bunga snapdragon. Ketika snapdragon merah disilangkan dengan
snapdragon putih maka hasilnya adalah bunga snapdragon merah muda.
Ketika F1 disilangkan maka rasio fenotipnya menjadi 1 : 2 : 1
15

Gambar kodominasi pada golongan darah manusia. Golongan hasil


kodominasi adalah golongan darah AB.
Sumber :
1. Reece, Jane, dkk. 2011. Campbell Biology Ninth Edition. USA :
Pearson Hill.Campbell
2. Hisman, Suryana. 2020. Pengertian dan Contoh Kodominan.
(https://hisham.id/pengertian-dan-contoh-kodominan.html) diakses
pada 25 Oktober 2020 pukul 05.00 WITA
3) Berikan penjelasanmu!
Pada gambar di atas, ketika heterozigot menunjukkan fenotipe yang
menengah di antara dua homozigot, gen tersebut dikatakan diatur oleh
dominasi yang tidak lengkap. Dengan kata lain, tidak satu pun dari kedua
alel itu dominan.
Variasi lain pada hubungan dominasi antara alel disebut
kodominan; dalam variasi ini, keduanya alel masing-masing
mempengaruhi fenotipe secara terpisah. Contoh kodominansi yang terjadi
pada manusia adalah golongan darah. Ada tiga versi gen yang berbeda
untuk protein yang muncul di luar sel-sel darah kita dan membantu tubuh
kita untuk mengidentifikasi sel sebagai sel mereka sendiri. Alel-alel ini
adalah A, B, dan O. Alel “O” sebenarnya tidak mengkode untuk protein
16

sama sekali, sehingga orang dengan “O” kekurangan sifat baik protein A
dan B. Protein A dan B, di sisi lain, adalah kode untuk dua protein yang
berbeda. Protein ini, seperti warna yang berbeda dalam bunga, dapat
muncul bersama.
Seseorang yang mewarisi alel A dari satu orangtua dan alel B dari
yang lain akan mengekspresikan kedua protein secara kodominan,
menghasilkan golongan darah AB. Ciri “O”, di sisi lain, adalah contoh
yang baik dari hubungan dominan / resesif: jika A atau B diekspresikan,
sifat “O” tidak ditampilkan.

f. Nama konsep: Alel Ganda


1) Tuliskan definisinya!
Alel ganda merupakan gen yang memiliki alel lebih dari dua. Alel
ini ada apabila dalam satu lokus terdapat lebih dari satu pasang alel. Alel
ganda adalah beberapa alel lebih dari satu gen yang menempati olkus sama
pada kromosom homolognya.
Sumber :
Sereliciouz. 2019. Penyimpangan Hukum Mendel.
(https://www.quipper.com/id/blog/mapel/biologi/penyimpangan-hukum
mendel-kelas-12/) diakses pada 26 Oktober 2020 pukul 04.00 WITA.
2) Tuliskan contohnya!

Alel ganda yang terdapat dalam sistem A-B-O golongan darah pada
manusia.
17

Sumber :
1. Reece, Jane, dkk. 2011. Campbell Biology Ninth Edition. USA :
Pearson Hill.Campbell
2. Hisman, Suryana. 2020. Pengertian dan Contoh Kodominan.
(https://hisham.id/pengertian-dan-contoh-kodominan.html) diakses
pada 25 Oktober 2020 pukul 05.00 WITA
3) Berikan penjelasanmu!
Meskipun dalam percobaan Mendel hanya melibatkan dua bentuk
alel. Tetapi, sistem golongan darah A-B-O pada manusia ada tiga alel
dalam satu gen : IA,IB, dan i. Huruf-huruf tersebut merujuk pada dua
karbohidrat A dan B yang dapat ditemukan pada permukaan sel darah
merah. Seseorang bisa saja memiliki karbohidrat A (golongan darah
A), karbohidrat B (golongan darah B), dan kedua karbhohidrat
(golongan darah AB), atau tidak memiliki sama sekali karbohidrat
(golongan darah O), seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas.

g. Nama konsep: Atavisme


1. Tuliskan definisinya!
Atavisme yaitu interaksi beberapa gen, sehingga dihasilkan
fenotipe baru. Atavisme ini dapat ditemukan pada tipe jengger atau pial
ayam. Terdapat empat tipe jengger ayam, yaitu rose (R-pp), pea (rrP-),
walnut (R-P-), dan bilah/single (rrpp). Adapun bentuk persilangan
atavisme dapat dilihat pada tabel berikut.
Sumber :
Sereliciouz. 2019. Penyimpangan Hukum Mendel.
(https://www.quipper.com/id/blog/mapel/biologi/penyimpangan-hukum
mendel-kelas-12/) diakses pada 26 Oktober 2020 pukul 04.00 WITA.
18

2) Tuliskan contohnya!

Persilangan yang terjadi antara ayam dengam pial berbeda dan


menghasilkan bentuk yang bervariasi.
Sumber :
1. Freeman. 2014. Biological Science. New York : Pearson Hill.

3) Berikan penjelasanmu!
Pada gambar di atas, interaksi antara dua gen berbeda dapat
mengontrol satu sifat (bentuk pial). Jika ayam memiliki alel R, fenotipnya
bergantung pada kehadiran alel P di dalam gen. Interaksi gen ke gen
sangatlah umum dan memiliki peranan penting dalam genetika manusia.

h. Nama konsep: Norma Reaksi : Hubungan Antara Pola Pewarisan


Sifat dan Lingkungan
1. Tuliskan definisinya!
Norma rekasi adalah penggambaran pola ekspresi fenotipik dari
satu genotipe di berbagai lingkungan. Salah satu penggunaan norma reaksi
adalah dalam mendeskripsikan bagaimana spesises yang berbeda
merespon lingkungan yang berbeda.
Sumber :
Reece, Jane, dkk. 2011. Campbell Biology Ninth Edition. USA : Pearson
Hill.Campbell
19

2. Tuliskan contohnya!

Gambar diatas adalah hasil suatu genotipe terletak dalam norma reaksinya,
kisaran fenotipe yang bergantung pada lingkungan tempat genotipe
tersebut diekspresikan. Misalnya, bunga hydrangea dari varietas genetik
yang sama memiliki warna yang bervariasi dari biru-ungu hingga merah
muda, dengan naungan dan intensitas warna tergantung pada keasaman
dan kandungan aluminium dari tanah.
Sumber :
Freeman. 2014. Biological Science. New York : Pearson Hill.
3. Berikan penjelasanmu!
Penyimpangan lain dari genetika Mendel yang sederhana muncul
ketika fenotipe untuk suatu karakter juga bergantung pada lingkungan
sebagai genotipe. Sebatang pohon, pada genotipe yang diwariskan,
memiliki daun yang bervariasi dalam ukuran, bentuk, dan kehijauan,
tergantung tentang paparan angin dan matahari. Bagi manusia, nutrisi
mempengaruhi tinggi badan, olahraga, berjemur menggelapkan kulit, dan
pengalaman yang meningkatkan kinerja kecerdasan. Ciri-ciri lain, seperti
jumlah sel darah merah dan putih, bervariasi sedikit, tergantung faktor-
faktor seperti ketinggian, tingkat kebiasaan aktivitas fisik, dan keberadaan
agen penular. Lingkungan berkontribusi pada sifat kuantitatif karakter ini,
seperti yang telah kita lihat di kontinu variasi warna kulit. Ahli genetika
merujuk pada karakter seperti multifactorial, artinya banyak faktor,
keduanya genetik dan lingkungan, secara kolektif mempengaruhi fenotipe.
20

F. Perencanaan Proyek Penelitian


1. Menentukan Masalah
Apakah dengan mengamati fenomena yang terjadi pada persilangan
monohibrid dan dihibrid, dengan menggunakan kancing genetika, dapat
menjelaskan Hukum Mendel 1 dan Hukum Mendel 2?

2. Menetapkan Tujuan
a. Melakukan latihan persilangan monohibrid pada kancing genetika.
b. Mengamati nisbah segregasi fenotipe dalam Persilangan monohibrid
2
c. Melakukan latihan penggunaan uji X .

3. Merencanakan Metode
a. Menentukan alat dan bahan yang akan digunakan
1) Kancing genetika, diumpamakan sebagai gamet.
2) Kantong sebaiknya dari kain supaya tidak mudah robek, dan isinya
tidak dapat terlihat dari luar.
b. Menentukan metode dari proyek penelitian
Proyek penelitian ini menggunakan metode penelitian ekspose facto.
Data yang diperoleh dari persilangan monohibrid dan dihibrid,
dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat.

4. Memilih Solusi Alternatif


a. Melakukan perkawinan silang dengan satu sifat beda, menggunakan
kancing genetika.
b. Melakukan perkawinan silang dengan dua sifat beda, menggunakan
kancing genetika.
c. Melakukan uji Chi-Kuadrat untuk mengetahui besarnya penyimpangan
nisbah Mendelian.
LKM 1-02a : Observasi dan Kolaborasi
Menggunakan strategi scaffolding melalui tahap Guided Discovery

PERSILANGAN MONOHIBRID

I. Latar Belakang
Persilangan monohibrid terjadi pada perkawinan dengan satu sifat beda. Dalam
hal ini berlaku hukum Mendel I (hukum segregasi), yang menyebutkan bahwa kedua gen
alelik yang mengatur pemunculan suatu sifat akan dipisahkan (disegregasi) satu sama lain
dan dimasukkan ke dalam masing-masing gamet yang terbentuk. Generasi F1 hasil
perkawinan monohibrid berupa individu-individu yang fenotipenya sama, sedang pada
generasi F2 akan terlihat adanya nisbah fenotipe 3 : 1. Adakalanya nisbah fenotipe
mendelian untuk persilangan monohibrid ini mengalami penyimpangan semu akibat
adanya beberapa peristiwa, misalnya semi dominansi, kodominansi, dan gen letal. Selain
itu, nisbah tersebut sebenarnya hanya merupakan nisbah teoretis yang tidak selalu
terpenuhi pada hasil perkawinan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengujian menggunakan metode statistika terhadap besarnya penyimpangan nisbah
2
Mendelian. Uji yang lazim dilakukan adalah uji X atau sering disebut juga uji Chi-
square.

II. Tujuan
1. Melakukan latihan persilangan monohibrid menggunakan kancing genetika.
2. Mengamati nisbah segregasi fenotipe dalam persilangan monohibrid.
3. Membuat diagram persilangan monohibrid.
2
3. Melakukan latihan penggunaan uji X .

III. Bahan dan Alat


1. Kancing genetika diumpamakan sebagai gamet (merah = R, dan putih = r),.
2. Kantong sebaiknya dari kain supaya tidak mudah robek, dan isinya tidak dapat terlihat
dari luar.

1
IV. Prosedur
Masukkan masing-masing kantong dengan 6 kancing merah (M) = bunga warna
merah dan 6 kancing putih (m) = bunga warna putih.

6 kancing 6 kancing
merah + X merah + Ambil masing-
6 kancing 6 kancing masing 1 kancing
putih putih

Pertemuan dari kancing di kedua belah tangan anda itu merupakan zigot. Ada tiga
kemungkinan yang anda hadapi, yaitu :
 Mendapatkan dua kancing merah, yang berarti bahwa zigotnya mempunyai Genotip
RR, dan fenotipnya merah.
 Mendapatkan satu kancing merah dan satu kancing putih, berarti bahwa zigotnya
heterozigotik Rr, dan fenotipnya merah.
 Mendapatkan dua kancing putih, yang berarti bahwa zigotnya homozigot resesif rr,
dan fenotipnya putih.

RR Rr rr
F1

4 7 5

Ulangi percobaan itu sampai 4 kali dengan mengocok kantong tersebut terlebih
dahulu setiap kali sebelum mengambil kancing, supaya kancing-kancing yang berada di
dalam kantong itu bercampur. Ujilah hasil perhitungan dengan uji X2 (Chi – Square)
V. Hasil Pengamatan
Buatlah tabel dari hasil percobaan anda selama empat kali, sbb :

Tabel 1. Hasil Perorangan


Nama : Brenda Febrina Zusriadi
Pengambilan ke RR (Merah) Rr (Merah) rr (Putih)
1 √
2 √
3 √
4 √
Jumlah 1 2 1

Nama : Anastasya Audrelia Deu


Pengambilan ke RR (Merah) Rr (Merah) rr (Putih)
1 √
2 √
3 √
4 √
Jumlah 2 1 1

Nama : Adriansyah Ridwan Daeng Kuma


Pengambilan ke RR (Merah) Rr (Merah) rr (Putih)
1 √
2 √
3 √
4 √
Jumlah 0 2 2
Nama : Triska Wahyuni Dawit
Pengambilan ke RR (Merah) Rr (Merah) rr (Putih)
1 √
2 √
3 √
4 √
Jumlah 1 2 1

Setelah selesai dengan empat kali percobaan, maka masing-masing


praktikan mengumpulkan hasilnya percobaannya, sehingga diperoleh hasil
kelompok, sbb :
Tabel 2. Hasil Kelompok
No. urut praktikan RR (Merah) Rr (Merah) rr (Putih)
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
Total 4 7 5
2
Lakukan pengujian X terhadap hasil perorangan maupun hasil kelompok.
Bagaimana kesimpulan anda mengenai kedua macam hasil itu, dapatkah dinyatakan baik
ataukah jelek?
2
Cantumkan hasil pengamatan pada tabel uji X (Chi – Square)
a. Hasil Perorangan
Nama : Brenda Febrina Zusriadi
Kelas Fenotipe O (Hasil) E (Harapan) [(O-E)]2
E
RR 1
1/4x4=1
( )
Rr 2
2/4x4=2
( )
Rr 1
1/4x4=1
( )
2
Total 4 4 Xh = 0
Dk = n -1 Kolom peluang = 0,05
= 3 -1 X ² tabel = 5,99
=2 X ² hitung =0
Kesimpulan
Data yang didapatkan dalam tabel tergolong baik. Dilihat pada tabel chi-square, maka
2 2
critical value pada 0,05 adalah 5,991 (untuk dK=2), dan karena nilai x hitung < x tabel,
yaitu 0, maka hasil yang diobservasi tersebut tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan
(H0 berlaku) sehingga berlaku hukum Mendel I sesuai dengan perbandingan 1 : 2 : 1.

Nama : Anastasya Audrelia Deu


Kelas Fenotipe O (Hasil) E (Harapan) [(O-E)]2
E
RR 2
1/4x4=1
( )
Rr 1
2/4x4=2
( )
Rr 1
1/4x4=1
( )
2
Total 4 4 Xh = 1,5
Dk = n -1 Kolom peluang = 0,05
= 3 -1 X ² tabel = 5,99
=2 X ² hitung = 1,5
Kesimpulan
Data yang didapatkan dalam tabel tergolong baik. Dilihat pada tabel chi-square, maka
2 2
critical value pada 0,05 adalah 5,991 (untuk dK=2), dan karena nilai x hitung < x tabel,
yaitu 1,5, maka hasil yang diobservasi tersebut tidak berbeda nyata dengan sebaran
harapan (H0 berlaku) sehingga berlaku hukum Mendel I sesuai dengan perbandingan 1 : 2 :
1
Nama : Adriansyah Ridwan Daeng Kuma
Kelas Fenotipe O (Hasil) E (Harapan) [(O-E)]2
E
RR 0
1/4x4=1
( )
Rr 2
2/4x4=2
( )
Rr 2
1/4x4=1
( )
2
Total 4 4 Xh = 2
Dk = n -1 Kolom peluang = 0,05
= 3 -1 X ² tabel = 5,99
=2 X ² hitung =2
Kesimpulan
Data yang didapatkan dalam tabel tergolong baik. Dilihat pada tabel chi-square, maka
2 2
critical value pada 0,05 adalah 5,991 (untuk dK=2), dan karena nilai x hitung < x tabel,
yaitu 2, maka hasil yang diobservasi tersebut tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan
(H0 berlaku) sehingga berlaku hukum Mendel I sesuai dengan perbandingan 1 : 2 : 1
Nama : Triska Wahyuni Dawit
Kelas Fenotipe O (Hasil) E (Harapan) [(O-E)]2
E
RR 1
1/4x4=1
( )
Rr 2
2/4x4=2
( )
Rr 1
1/4x4=1
( )
2
Total 4 4 Xh = 0
Dk = n -1 Kolom peluang = 0,05
= 3 -1 X ² tabel = 5,99
=2 X ² hitung =0
Kesimpulan
Data yang didapatkan dalam tabel tergolong baik. Dilihat pada tabel chi-square, maka
2 2
critical value pada 0,05 adalah 5,991 (untuk dK=2), dan karena nilai x hitung < x tabel,
yaitu 0, maka hasil yang diobservasi tersebut tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan
(H0 berlaku) sehingga berlaku hukum Mendel I sesuai dengan perbandingan 1 : 2 : 1.

b. Hasil Kelompok
Kelas Fenotipe O (Hasil) E (Harapan) [(O-E)]2
E
RR 4
1/4x16=4
( )
Rr 7
2/4x16=8
( )
Rr 5
1/4x16=4
( )
2
Total 16 16 Xh = 0,375
Dk = n -1 Kolom peluang = 0,05
= 3 -1 X ² tabel = 5,99
=2 X ² hitung = 0,375
Kesimpulan
Data yang didapatkan dalam tabel tergolong baik. Dilihat pada tabel chi-square, maka
2 2
critical value pada 0,05 adalah 5,991 (untuk dK=2), dan karena nilai x hitung < x tabel,
yaitu 0,375 , maka hasil yang diobservasi tersebut tidak berbeda nyata dengan sebaran
harapan (H0 berlaku) sehingga berlaku hukum Mendel I sesuai dengan perbandingan 1 : 2 :
1.

VI. Diskusi
1. Diskusikan dengan temanmu dalam kelompok! Apakah perbandingan merah dan
putih yang dihasilkan sesuai dengan prinsip Mendel?
Jawab :
Ya, sesuai dengan prinsip mendel I. Berdasarkan percobaan di atas dihasilkan
perbandingan sebesar 4 : 7 :5 (RR :Rr :rr) hasil genotip ini jika disederhanakan
hampir menunjukkan rasio 1 : 2 :1. Namun secara manual jika dihitung hasil tidak
sama persis dengan rasio, hanya mendekati sehingga dilakukan uji Chi-Square.
Hasilnya, perbandingan 4 : 7 : 5 sesuai dengan teori perbandingan karena
2 2
menghasilkan nilai 0,375 (x hitung < x tabel).

2. Diskusikan dengan temanmu dalam kelompok!


Bagaimana anda menjelaskan fenomena tersebut?
Jawab :
Fenomena tersebut sesuai dengan hukum I mendel atau hukum segregasi karena gen
yang sudah terpisah akan mengelompok dengan gen dari induk pasangannya seperti
Rr, gen R akan berpisah dengan gen r lalu kemudian R dan r yang sudah terpisah
akan bergabung dengan gen dari pasangannya sehingga terbentuk sifat individu baru.
R r
R RR Rr
r rR rr
Ket: RR (Merah)
Rr (Merah)
rr (Putih)
Apabila terjadi dominansi penuh, akan dihasilkan rasio fenotip = 3:1 (bunga merah
dan putih). Jika terjadi dominansi tidak penuh (intermediet) maka akan muncul
fenotipe baru pada Rr yaitu merah muda sehingga rasio perbandingannya menjadi 1:
2 : 1 (bunga merah, bunga merah muda, dan bunga putih.

3. Diskusikan dengan temanmu dalam kelompok!


Bagaimana fenotip dan ratio fenotip, jika terjadi dominansi penuh?
Jawab :
Jika terjadi dominansi penuh maka individu F1 akan memiliki fenotip seperti
induknya yang dominan. apabila dilanjutkan dengan menyilangkan individu
sesama F1 akan menghasilkan keturunan F2 dengan tiga macam genotipe dan dua
macam fenotipe dengan perbandingan 3:1 ( 3 berwarna merah dan 1 berwarna putih)

4. Diskusikan dengan temanmu dalam kelompok!


Bagaimana fenotip dan ratio fenotip, jika terjadi dominansi tidak penuh?
Jawab :
Jika terjadi dominasi tidak penuh maka persilangan individu sesama (F1) akan
menghasilkan keturunan (F2) dengan tiga macam genotip dan tiga macam fenotipe
dengan perbandingan 1:2:1 (1 berwarna merah, 2 berwarna merah muda dan 1
berwarna putih)
5. Diskusikan dengan temanmu dalam kelompok! Bagaimana hasil uji Chi-Kuadrat dari
percobaan (dominansi penuh) yang Anda lakukan?
Jawab :
Hasil uji Chi-Kuadrat dari percobaan (dominansi penuh) menghasilkan rasio fenotip
11 : 5 (11 bunga berwarna merah dan 5 bunga berwarna putih). Rasio ini jika
disederhanakan sesuai dengan rasio fenotip 3 : 1 (berdasarkan hukum Mendel I).

6. Diskusikan dengan temanmu dalam kelompok! Bagaimana hasil uji Chi-Kuadrat dari
percobaan (dominansi tidak penuh) yang Anda lakukan?
Jawab :
Hasil uji Chi-Kuadrat dari percobaan (dominansi tidak penuh) menghasilkan rasio
fenotip 4 : 7 : 5 (4 bunga berwarna merah, 7 bunga berwarna merah muda, dan 5
bunga berwarna putih). Rasio ini jika disederhanakan sesuai dengan rasio fenotip 1 : 2
: 1 (berdasarkan hukum Mendel I). Namun secara manual jika dihitung hasil tidak
sampa persis dengan rasio, hanya mendekati sehingga dilakukan uji Chi-Square.
Hasilnya, perbandingan 4 : 7 : 5 sesuai dengan teori perbandingan karena
2 2
menghasilkan nilai 0,375 (x hitung < x tabel).

7. Diskusikan dengan temanmu dalam kelompok!


Untuk apa penggunaan uji Chi-Kuadrat?
Jawab
Uji Chi Square berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel
nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel
nominal lainnya (C = Coefisien of contingency). Tujuan penggunaan uji Chi-kuadrat
adalah untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari hasil persilangan
dengan hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teoritis Jadi, pada
praktikum persilangan monoihibrid, penggunaan uji Chi-kuadrat bertujuan untuk
membandingkan data percobaan yang diperoleh dari hasil persilangan monohibrid
dengan hasil yang diharapkan sesuai hukum Mendel I.
Selain itu, penggunaan uji chi-square juga bertujuan untuk menghilangkan
keraguan terhadap hasil percobaan persilangan yang dilakukan sekaligus melihat
apakah peristiwa tersebut merupakan suatu kebetulan ataupun dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain. Hal ini akan memudahkan peneliti untuk dapat melakukan dugaan
sementara terkait hasil yang diharapkan dari proses perkawinan atau persilangan yang
dilakukan.

8. Diskusikan dengan temanmu dalam kelompok!


Buatlah bagan persilangan dari kegiatan yang telah Anda lakukan dan jelaskan!
P: genotipe : RR x rr
fenotipe : Merah Putih
gamet : R dan R r dan r

F1 : genotipe : Rr
fenotipe : Merah
F1 X F1 (disilangkan sesamanya):
genotipe : Rr x Rr
fenotipe : merah merah
gamet : R dan r R dan r
F2 :
Gamet R r
R RR Rr

r Rr rr

Pada F1 dihasilkan individu yang seluruhnya berbunga merah dan berfenotipr rr


karena adanya dominasi penuh dari sifat warna merah terhadap putih. pada F2
dihasilkan individu-individu yang terdiri atas 3 macam genotip yaitu RR,Rr, dan
rr dengan perbandingan 25% : 50% : 25% atau 1: 2: 1 dan dihasilkan dua macam
fenotipe yaitu merah dan putih dengan perbandingan 75% : 25% atau 3:1
9. Diskusikan dengan temanmu dalam kelompok!
Prinsip (hukum) Mendel mana yang dapat menjelaskan hasil persilangan ini?
Kaitkan dengan kajian literatur!
Jawab :
Prinsip Mendel 1 adalah prinsip yang sesuai dengan hasil persilangan tersebut karena
hukum mendel I dikaji dari persilangan monohidbrid.hukum mendel I dikenal sebagai hukum
segregasi yang dimana selama proses meiosis berlangsung pasangan-pasangan kromosom
homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di
dalam suatu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas ini dikenal dengan segregasi bebas
(Sadava, 2014). Mendel menyatakan bahwa unit pewarisan ada dalam pasangan, memisah
secara independen selama pembentukan gamet dan satu dari setiap orang tua membentuk
pasangan baru pada keturunannya.(Arumingtyas, 2016)
Karena pasangan alel terpisah selama produksi gamet, sperma atau sel telur
hanya membawa satu alel untuk setiap sifat yang diturunkannya. Ketika kedua sel
gamet bertemu saat pembuahan, masing-masing menyumbangkan alel kepada
keturunannya. Nantinya, akan ada gen yang melemah (resesif), menguat, bahkan ada
yang berbeda dari parentalnya.
Pada percobaan ini, apabila terjadi dominansi penuh maka dihasilkan rasio fenotip
11 : 5 (11 bunga berwarna merah dan 5 bunga berwarna putih). Hal ini dapat terjadi karena
faktor dominansi penuh sehingga bunga putih sebenarnya tersembunyi atau tersamarkan
ketika faktor bunga merah hadir. Sejalan dengan terminologi Mendel, warna bunga merah
merupakan sifat yang dominan, dan warna bunga putih merupakan sifat resesif.
Pada percobaan ini, apabila terjadi dominansi tidak penuh maka dihasilkan rasio
fenotip 4 : 7 : 5 (4 bunga berwarna merah , 7 bunga berwarna merah muda, dan 5 bunga
berwarna putih). Hal ini terjadi karena dominansi tidak sempurna merupakan peristiwa
alel dominan yang tidak bisa menutup ekspresi alel resesif secara sempurna. Hal ini
mengakibatkan munculnya fenotipe campuran (Reece, 2011).
Sumber :
Arumingtyas,Estri Larras. 2016. Genetika Mendel. UB press. Malang ISBN : 978-602-432-
065-2
Reece, Jane, dkk. 2011. Campbell Biology Ninth Edition. USA : Pearson Hill
Sadava, David. 2014. LIFE: The Science of Biology, Tenth Edition. USA : Sinauer.
VII. Kesimpulan
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan
satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau
yang disebut dengan hukum segregasi dimana selama proses meiosis berlangsung pasangan-
pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Hasil percobaan
2 2
menunjukkan x hitung (0,375) < x (5,99) tabel , maka hasil pengujian bersifat signifikan
yang artinya pengujian sesuai dengan teori Hukum Mendel I.

LKM 1-02b : Observasi dan Kolaborasi


Menggunakan strategi scaffolding melalui tahap Guided Discovery

PERSILANGAN DIHIBRID

I. Latar Belakang
Persilangan dihibrid terjadi pada perkawinan dengan dua sifat beda. Dalam hal ini
berlaku hukum Mendel II (hukum pemilihan bebas), yang menyebutkan bahwa segregasi
gen pada suatu lokus tidak bergantung kepada segregasi gen pada lokus yang lain
sehingga gen-gen akan bertemu dengan bebas pada gamet-gamet yang terbentuk. Sebagai
contoh, individu dihibrid dengan genotipe AaBb dapat membentuk gamet AB, Ab, aB, dan
ab dengan peluang sama besar. Seperti halnya pada persilangan monohibrid, generasi F1
hasil perkawinan dihibrid berupa individu-individu yang fenotipenya sama, tetapi pada
generasi F2 akan terlihat adanya nisbah fenotipe 9 : 3 : 3 : 1. Adakalanya nisbah fenotipe
mendelian untuk Persilangan dihibrid ini mengalami penyimpangan semu akibat adanya
berbagai macam peristiwa epistasis. Selain itu, seperti halnya pada Persilangan
monohibrid, nisbah tersebut sebenarnya hanya merupakan nisbah teoretis yang tidak
selalu terpenuhi pada hasil perkawinan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, perlu
2
dilakukan uji X terhadap besarnya penyimpangan nisbah mendelian yang terjadi.

II. Tujuan
1. Melakukan latihan persilangan dihibrid menggunakan kancing genetika.
2. Mengamati nisbah segregasi fenotipe dalam Persilangan dihibrid.
3. Membuat diagram persilangan dihibrid.
2
4. Melakukan latihan penggunaan uji X .

III. Bahan dan Alat


1. Kancing genetika diumpamakan sebagai gamet (Merah-Hijau (RB) = Bunga merah,
Buah bulat; Merah-Hitam (Rb) = Bunga merah, Buah Oval; Putih-Hijau (rB) =
Bunga Putih, Buah bulat; Putih-Hitam (rb) = Bunga putih, Buah Oval.
2. Kantong sebaiknya dari kain supaya tidak mudah robek, dan isinya tidak dapat terlihat
dari luar.

IV. Prosedur
Masukkan masing-masing kantong dengan 4 kancing Merah-Hijau (RB) = Bunga
merah, Buah bulat; 4 kancing Merah-Hitam (Rb) = Bunga merah, Buah Oval; 4 kancing
Putih-Hijau (rB) = Bunga Putih, Buah bulat; 4 kancing Putih-Hitam (rb) = Bunga putih,
Buah Oval.

4 kancing RB + 4 kancing RB +
4 kancing Rb + X Ambil masing-
4 kancing Rb +
4 kancing rB + masing 1 kancing
4 kancing rB +
4 kancing rb 4 kancing rb

Pertemuan dari kancing di kedua belah tangan anda itu merupakan zigot. Ada
sembilan kombinasi yang akan anda peroleh:
 Mendapatkan satu kancing warna merah hijau dan satu kancing warna merah hijau,
yang berarti bahwa zigotnya mempunyai genotip RRBB, dan fenotipnya bunga
merah buah bulat.
 Mendapatkan satu kancing warna merah hijau dan satu kancing warna merah hitam,
yang berarti bahwa zigotnya mempunyai genotip RRBb, dan fenotipnya bunga
merah buah bulat.
 Mendapatkan satu kancing warna merah hitam dan satu kancing warna merah hitam,
yang berarti bahwa zigotnya mempunyai genotip RRbb, dan fenotipnya bunga
merah buah oval.
 Mendapatkan satu kancing warna merah hijau dan satu kancing warna putih hijau,
yang berarti bahwa zigotnya mempunyai genotip RrBB, dan fenotipnya bunga
merah buah bulat.
 Mendapatkan satu kancing warna merah hijau dan satu kancing warna putih hitam,
yang berarti bahwa zigotnya mempunyai genotip RrBb, dan fenotipnya bunga
merah buah bulat.
 Mendapatkan satu kancing warna merah hitam dan satu kancing warna putih hitam,
yang berarti bahwa zigotnya mempunyai genotip Rrbb, dan fenotipnya bunga
merah buah oval.
 Mendapatkan satu kancing warna putih hijau dan satu kancing warna putih hijau,
yang berarti bahwa zigotnya mempunyai genotip rrBB, dan fenotipnya bunga
putih buah bulat.
 Mendapatkan satu kancing warna putih hijau dan satu kancing warna putih hitam,
yang berarti bahwa zigotnya mempunyai genotip rrBb, dan fenotipnya bunga
putih buah bulat.
 Mendapatkan satu kancing warna putih hitam dan satu kancing warna putih hitam,
yang berarti bahwa zigotnya mempunyai genotip rrbb, dan fenotipnya bunga
putih buah oval.

Kesembilan kombinasi ini, dapat diperkecil menjadi empat kombinasi,


berdasarkan genotip dan fenotip, sebagai berikut:
 R-B- : Bunga berwarna merah dan buah berbentuk bulat.
 R-bb : Bunga berwarna merah dan buah berbentuk oval.
 rrB- : Bunga berwarna putih dan buah berbentuk bulat.
 Rrbb : Bunga berwarna putih dan buah berbentuk oval
R-B- R-bb rrB- Rrbb
F1

9 7 6 2

Ulangi percobaan itu sampai enam kali dengan mengocok kantong tersebut terlebih
dahulu setiap kali sebelum mengambil kancing, supaya kancing-kancing yang berada di
dalam kantong itu bercampur.
V. Hasil Pengamatan
Buatlah tabel dari hasil percobaan enam kali itu, sbb :
Tabel 3. Hasil Perorangan
Nama : Brenda Febrina Zusriadi
Pengambilan R-B- R-bb rrB- Rrbb
Ke Merah Bulat Merah Oval Putih Bulat Putih Oval
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
Total 2 3 1 0
Nama : Anastasya Audrelia Deu
Pengambilan R-B- R-bb rrB- Rrbb
Ke Merah Bulat Merah Oval Putih Bulat Putih Oval
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
Total 1 2 3 0

Nama : Adriansyah Ridwan Daeng Kuma


Pengambilan R-B- R-bb rrB- Rrbb
Ke Merah Bulat Merah Oval Putih Bulat Putih Oval
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
Total 4 1 0 1

Nama : Triska Wahyuni Dawit


Pengambilan R-B- R-bb rrB- Rrbb
Ke Merah Bulat Merah Oval Putih Bulat Putih Oval
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
Total 2 1 2 1

Keterangan : Tanda ( - ) pada Genotip dapat ditempati oleh huruf besar atau huruf kecil
Setelah selesai dengan enam kali percobaan, maka masing-masing praktikan
mengumpulkan hasilnya percobaannya, sehingga diperoleh hasil kelompok, sbb :

Tabel 6. Hasil Kelompok


R-B- R-bb rrB- Rrbb
Merah Bulat Merah Oval Putih Bulat Putih Oval
9 7 6 2
2
Lakukan pengujian X terhadap hasil perorangan maupun hasil kelompok. Bagaimana
kesimpulan anda mengenai kedua macam hasil itu, dapatkah dinyatakan baik ataukah
jelek?
2
Cantumkan hasil pengamatan pada tabel uji X (Chi – Square)
a. Hasil Perorangan
Nama : Brenda Febrina Zusriadi
Kelas Fenotipe O (Hasil) E (Harapan) [(O-E)]2
E
R-B- 2
9/16x 6= 3,375
( )
R-bb 3
3/16x6= 1,125
( )
rrB- 1
3/16x6= 1.125
( )
rrbb 0
1/16x6= 0,375
( )
2
Total 6 6 Xh = 4,08

Dk = 4 -1 Kolom peluang = 0,05


= 4 -1 X ² tabel = 7,815
=3 X ² hitung = 4,08
Kesimpulan
Data yang didapatkan dalam tabel tergolong baik. Dilihat pada tabel chi-square, maka
2 2
critical value pada 0,05 adalah 7,815 (untuk dK=3), dan karena nilai x hitung < x tabel,
yaitu 4,08, maka hasil yang diobservasi tersebut tidak berbeda nyata dengan sebaran
harapan (H0 berlaku) sehingga berlaku hukum Mendel II sesuai dengan perbandingan 9 : 3
: 3 : 1.

Nama : Anastasya Audrelia Deu


Kelas Fenotipe O (Hasil) E (Harapan) [(O-E)]2
E
R-B- 1
9/16x 6= 3,375
( )
R-bb 2
3/16x6= 1,125
( )
rrB- 3
3/16x6= 1.125
( )
Rrbb 0
1/16x6= 0,375
( )
2
Total 6 6 Xh = 5,856
Dk = 4 -1 Kolom peluang = 0,05
= 4 -1 X ² tabel = 7,815
=3 X ² hitung = 5,856
Kesimpulan
Data yang didapatkan dalam tabel tergolong baik. Dilihat pada tabel chi-square, maka
2 2
critical value pada 0,05 adalah 7,815 (untuk dK=3), dan karena nilai x hitung < x tabel,
yaitu 5,856, maka hasil yang diobservasi tersebut tidak berbeda nyata dengan sebaran
harapan (H0 berlaku) sehingga berlaku hukum Mendel II sesuai dengan perbandingan 9 : 3
: 3 : 1.
Nama : Adriansyah Ridwan Daeng Kuma
Kelas Fenotipe O (Hasil) E (Harapan) [(O-E)]2
E
R-B- 4
9/16x 6= 3,375
( )
R-bb 1
3/16x6= 1,125
( )
rrB- 0
3/16x6= 1.125
( )
rrbb 1
1/16x6= 0,375
( )
2
Total 6 6 Xh = 2,299
Dk = 4 -1 Kolom peluang = 0,05
= 4 -1 X ² tabel = 7,815
=3 X ² hitung = 2,299
Kesimpulan
Data yang didapatkan dalam tabel tergolong baik. Dilihat pada tabel chi-square, maka
2 2
critical value pada 0,05 adalah 7,815 (untuk dK=3), dan karena nilai x hitung < x tabel,
yaitu 2,299, maka hasil yang diobservasi tersebut tidak berbeda nyata dengan sebaran
harapan (H0 berlaku) sehingga berlaku hukum Mendel II sesuai dengan perbandingan 9 : 3
: 3 : 1.

Nama : Triska Wahyuni Dawit


Kelas Fenotipe O (Hasil) E (Harapan) [(O-E)]2
E
R-B- 2
9/16x 6= 3,375
( )
R-bb 1
3/16x6= 1,125
( )
rrB- 2
3/16x6= 1.125
( )
rrbb 1
1/16x6= 0,375
( )
2
Total 6 6 Xh = 2,294
Dk = 4 -1 Kolom peluang = 0,05
= 4 -1 X ² tabel = 7,815
=3 X ² hitung = 2,294
Kesimpulan
Data yang didapatkan dalam tabel tergolong baik. Dilihat pada tabel chi-square, maka
2 2
critical value pada 0,05 adalah 7,815 (untuk dK=3), dan karena nilai x hitung < x tabel,
yaitu 2,294, maka hasil yang diobservasi tersebut tidak berbeda nyata dengan sebaran
harapan (H0 berlaku) sehingga berlaku hukum Mendel II sesuai dengan perbandingan 9 : 3
: 3 : 1.

b. Hasil Kelompok
Kelas Fenotipe O (Hasil) E (Harapan) [(O-E)]2
E
R-B- 9
9/16x 24= 13,5
( )
R-bb 7
3/16x24= 4,5
( )
rrB- 6
3/16x24= 4,5
( )
rrbb 2
1/16x24= 1,5
( )
2
Total 24 24 Xh = 3,57
Dk = 4 -1 Kolom peluang = 0,05
= 4 -1 X ² tabel = 7,815
=3 X ² hitung = 3,57
Kesimpulan
Data yang didapatkan dalam tabel tergolong baik. Dilihat pada tabel chi-square, maka
2 2
critical value pada 0,05 adalah 7,815 (untuk dK=3), dan karena nilai x hitung < x tabel,
yaitu 3,57, maka hasil yang diobservasi tersebut tidak berbeda nyata dengan sebaran
harapan (H0 berlaku) sehingga berlaku hukum Mendel II sesuai dengan perbandingan 9 : 3
: 3 : 1.

VI. Diskusi
Diskusikan dengan temanmu dalam kelompok!
1. Apakah perbandingan warna kancing yang diperoleh sesuai dengan prinsip
Mendel?
Jawab :
Ya, sesuai dengan prinsip mendel. Berdasarkan percobaan di atas dihasilkan
perbandingan sebesar 9 : 7 :6 : 2 (bunga merah buah bulat, bunga merah buah oval, bunga
putih buah bulat, dan bunga putih buah oval). Hasil genotip ini jika disederhanakan
hampir menunjukkan rasio 9 : 3 : 3 : 1. Namun secara manual jika dihitung hasil tidak
sama persis dengan rasio, hanya mendekati sehingga dilakukan uji Chi-Square. Hasilnya,
perbandingan 9 : 7 : 6 : 2 sesuai dengan teori perbandingan karena menghasilkan nilai
2 2
3,57 (x hitung < x tabel).

2. Bagaimana anda menjelaskan fenomena tersebut?


Jawab :
Fenomena tersebut sejalan dengan hukum mendel II atau disebut juga hukum
asortasi karena penyilangan tersebut merupakan penyilangan dengan dua sifat berbeda.
Mendel menggunakan kacang ercis untuk persilangan ini. yang pada bijinya terdapat dua
sifat berbeda yaitu soal bentuk dan warna biji. B untuk biji bulat b untuk biji kisut, K
untuk warna kuning dan k untuk warna hijau. jika tanaman ercis biji bulat kuning
homozigot (BBKK) disilangkan dengan biji kisut hijau (bbkk) maka semua tanaman F1
berbiji bulat kuning. apabila tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk kembali maka tanaman
ini akan membentuk 4 macam gamet baik jantan ataupun betina masing-masing dengan
kombinasi BK, Bk, bK, bk.Akibatnya turunan F2 dihasilkan 16 kombionasi. yang terdiri
dari empat macam fenoti, yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan
1/16 kisut hijau. dua diantara fenotip itu serupa dengan induknya semula dan dua lainnya
merupakan variasi baru.
Namun, dalam percobaan ini digunakan kancing genetika yang diumpakan sebagai
bunga. Akibatnya, ketika disilangkan akan dihasilkan 16 kombinasi. yang terdiri dari
empat macam fenotip, yaitu 9/16 merah bulat, 3/16 merah oval, 3/16 putih bulat dan 1/16
putih oval. Dua diantara fenotip itu serupa dengan induknya semula dan dua lainnya
merupakan variasi baru

3. Bagaimana fenotip dan ratio fenotip, jika terjadi dominansi penuh?


Jawab :
Jika terjadi dominasi penuh maka rasio fenotip yang dihasilkan dari persilangan
tersebut adalah 9:3:3:1 rasio ini diperoleh dari alel-alel kedua lokus memperlihatkan
hubungan dominan dan resesif. rasio ini dapat dimodifikasi jika atau kedua lokus
mempunyai alel-alel dominan dan alel lethal.

4. Bagaimana fenotip dan ratio fenotip, jika terjadi dominansi tidak penuh?
Jawab :
Jika terjadi dormansi tidak penuh (incomplete dominance) maka rasio fenotip yang
dihasilkan dari persilangan tersebut adalah 1 : 2 : 1 : 2 : 4 : 2 : 1 :2 :1. Perbedaan
pesilangan dihibrid jika terjadi dominansi tidak penuh dengan persilangan monohibrid
adala adanya sifat tambahan pada suatu objek dengan adanya sifat intermediet.

5. Diskusikan dengan temanmu dalam kelompok! Bagaimana hasil uji Chi-Kuadrat


dari percobaan (dominansi penuh) yang Anda lakukan?
Jawab :
Hasil uji Chi-Kuadrat dari percobaan (dominansi penuh) menghasilkan rasio fenotip 9 : 7
: 6 : 2 9 (bunga merah buah bulat, 7 bunga merah buah oval, 6 bunga putih buah bulat,
dan 2 bunga putih buah oval). Hasil fenotip ini jika disederhanakan hampir menunjukkan
rasio 9 : 3 : 3 : 1. Namun secara manual jika dihitung hasil tidak sama persis dengan
rasio, hanya mendekati sehingga dilakukan uji Chi-Square. Hasilnya, perbandingan 9 : 7 :
2 2
6 : 2 sesuai dengan teori perbandingan karena menghasilkan nilai 3,57 (x hitung < x
tabel).
6. Diskusikan dengan temanmu dalam kelompok! Bagaimana hasil uji Chi-Kuadrat
dari percobaan (dominansi tidak penuh) yang Anda lakukan?
Jawab :
Hasil uji Chi-Kuadrat dari percobaan (dominansi tidak penuh) menghasilkan rasio fenotip
yang sama dengan rasio genotip yakni 1 : 2 : 1 : 2 : 4 : 2 :1 :2 :1. Dalam hal ini,
dominansi tidak lengkap adalah kondisi ketika tidak ada faktor gen yang dominan dan
ada fenotipe individu heterozigot yang bercampur dengan sifat dominan dan resesif.
Dapat dilihat pada diagram punnet dibawah ini :
Gamet RB Rb rB rb
RB RRBB RRBb RrBB RrBb
Rb RRBb RRbb RrBb Rrbb
rB RrBB RrBb rrBB rrBb
rb RrBb Rrbb rrBb rrbb
Dari diagram punnet, dua diantara fenotip itu serupa dengan induknya semula dan dua
lainnya merupakan variasi baru. Variasi baru itulah yang disebabkan dominansi tidak
penuh yakni R_bb dan rrB_

7. Untuk apa penggunaan uji Chi-Kuadrat?


Jawab :
Tujuan penggunaan uji Chi-kuadrat adalah untuk membandingkan data
percobaan yang diperoleh dari hasil persilangan dengan hasil yang diharapkan
berdasarkan hipotesis secara teoritis Jadi, pada praktikum persilangan dihibrid,
penggunaan uji Chi-kuadrat bertujuan untuk membandingkan data percobaan yang
diperoleh dari hasul persilangan dihibrid dengan hasil yang diharapkan sesuai hukum
Mendel II.
Selain itu, penggunaan uji chi-square juga bertujuan untuk menghilangkan
keraguan terhadap hasil percobaan persilangan yang dilakukan sekaligus melihat apakah
peristiwa tersebut merupakan suatu kebetulan ataupun dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain. Hal ini akan memudahkan peneliti untuk dapat melakukan dugaan sementara terkait
hasil yang diharapkan dari proses perkawinan atau persilangan yang dilakukan.
8. Bagan persilangan dari kegiatan yang telah Anda lakukan dan jelaskan!
Jawab :
P : RrBb (merah bulat) x RrBb (merah bulat)
G: Rr Rr
Bb Bb
F2 :
Gamet RB Rb rB rb
RB RRBB RRBb RrBB RrBb
Rb RRBb RRbb RrBb Rrbb
rB RrBB Rrbb rrBB rrBb
rb RrBb Rrbb rrBb rrbb

Pada F2 dihasilkan individu dengan 9 genotip dengan rasio 1 : 2 : 1 : 2 : 4 : 2 : 1 :2 :1 dan


4 fenotip dengan rasio 9 : 3 : 3 : 1 (merah bulat (R_B_), merah oval (R_bb), putih bulat
(rrB_), dan putih oval (rrbb)) dengan perbandingan 56,25% : 18,75% : 18,75% dan
6,25%

9. Prinsip (hukum) Mendel mana yang dapat menjelaskan hasil persilangan ini?
Kaitkan dengan kajian literatur!
Jawab:
Hukum mendel II lah yang berkaitan dengan hasil persilangan dihibrid. Dalam hukum
mendel II atau dikenal dengan “The Law of Independent Assortment of genes atau hukum
pengelompokan gen secara bebas dinyatakan bahwa selama pembentukan gamet,gen-gen sealel
akan memisah secara bebas dan mengelompok dengan gen lain yang bukan alelnya
(Campbell,dkk 2016)
Dalam percobaan dihibrid ini, segregasi alel R dan r tidak bergantung pada segregasi
alel B dan b. Hal ini dapat terjadi karena alel untuk bentuk buah dan alel untuk warna
bunga awalnya ada di masing-masing induk, terpisah satu sama lain, dan ditransmisikan
secara independen. Nantinya, dua alel akan diurutkan menjadi gamet secara terpisah satu
sama lain. Sehingga, hasil akhir ada 9 genotipe keturunan yang berbeda dan 4 fenotip
(Reece, 2011).
Pada percobaan ini, dihasilkan 4 fenotipe yakni merah-bulat, merah-oval, putih-
bulat, dan putih-oval. Sifat-sifat tersebut ada dalam rasio 9 : 7 : 6 : 2 (bunga merah buah
bulat, bunga merah buah oval, bunga putih buah bulat, dan bunga putih buah oval). Hasil
fenotip ini jika disederhanakan hampir menunjukkan rasio 9 : 3 : 3 : 1. Namun secara
manual jika dihitung hasil tidak sama persis dengan rasio, hanya mendekati sehingga
dilakukan uji Chi-Square. Hasilnya, perbandingan 9 : 7 : 6 : 2 sesuai dengan teori
2 2
perbandingan karena menghasilkan nilai 3,57 (x hitung < x tabel).
Sumber :
Campbell,Neil A.,Reece,Jane B., simon,Eric J., Jaylor,Martha.2006. Biology 5th: Concepts and
Connections.New York .Benjamin-Cummings Publishing.ISBN : 0-8053-7160-5
Reece, Jane, dkk. 2011. Campbell Biology Ninth Edition. USA : Pearson Hill

VII. Kesimpulan
Persilangan dihibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan dua
sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel II atau
yang disebut dengan hukum asortasi yang berbunyi “independent assortment of genes” atau
pengelompokam gen secara bebas. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen
sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis. Hasil percobaan menunjukkan
2 2
x hitung (3,75) < x tabel (7,815) , maka hasil pengujian bersifat signifikan yang artinya
pengujian sesuai dengan teori Hukum Mendel II
Bentuk Laporan
Sebaiknya semua laporan mempunyai bentuk yang lebih kurang sama, yaitu dengan
susunan sbb :
1. PENDAHULUAN, uraian singkat mengenai problema secara umum, tujuan utama
kegiatan proyek dan Hipotesis yang akan diuji
2. KAJIAN TEORI, berisi uraian teori yang berkaitan dengan permasalahan
3. ALAT/BAHAN DAN CARA KERJA, apa yang akan dilakukan dalam percobaan
kegiatan proyek
4. HASIL DAN PEMBAHASAN, apa yang telah didapatkan dalam kegiatan proyek,
termasuk analisis dan evaluasi, dari data hasil pengamatan, selanjutnya dilakukan
pembahasan atas hasil yang diperoleh.
5. KESIMPULAN, ringkasan mengenai yang telah dilakukan dan hasilnya.
6. DAFTAR PUSTAKA, literatur dan sumber-sumber yang disebut dalam laporan.
PENYAJIAN HASIL KERJA KELOMPOK

1. Laksanakan diskusi untuk menyajikan hasil kerja kelompok.


2. Salah satu kelompok yang ditunjuk mempresentasikan hasil pekerjaannya.
3. Kelompok yang lain menanggapi hasil kerja kelompok yang sedang presentasi
Tuliskan semua yang berkaitan dengan jalannya diskusi.

4. Lakukan refleksi pada hasil kerja kelompok, dengan memperhatikan pertanyaan,


saran, dan tanggapan pada saat diskusi, serta kajian literatur.

5. Rumuskan Kesimpulan
LKM 1-03 : Aplikasi

Nama : Brenda Febrina Zusriadi


NIM : 432419012
Kelas :B
Semester :3

1. Bagaimana Anda dapat menjelaskan adanya persamaan dan perbedaan


sifat yang tampak dalam keluargamu berdasarkan konsep yang telah
dipelajari?
Jawab :
Persamaan dan perbedaan sifat yang tampak dalam keluarga
memiliki keterkaitan dengan konsep mendelisme. Kita ketahui bersama
bahwa pewarisan sifat dipengaruhi oleh gen yang terdapat di dalam
kromosom. Setiap satu gen mengendalikan satu sifat tertentu sehingga
satu individu memiliki ribuan sifat. Alel adalah pasangan gen yang
terletak dalam lokus yang bersesuaian pada kromosom homolog.
Sesuai dengan hukum Mendel I, yang berbunyi bahwa “alel
yang biasanya muncul berpasangan akan berpisah pada saat
pembentukan gamet; dimana satu alel akan memasuki setiap gamt.
Setelah itu secara acak akan bersatu dengan gamet dari jenis kelamin
lainnya”. Pasangan alel terpisah secara bebas satu sama lain selama
proses produksi sel telur dan sel ovum. Karena pasangan alel terpisah
selama produksi gamet, sperma atau sel telur hanya membawa satu alel
untuk setiap sifat yang diturunkannya.
Nantinya, sesuai dengan hukum Mendel II yang berbunyi bahwa
segregasi suatu pasangan gen tidak tergantung kepada segregasi
pasangan gen lainnya, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk
akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas. Kedua sel
gamet bertemu saat pembuahan, masing-masing menyumbangkan alel
kepada keturunannya secara bebas. Ada gen yang melemah, menguat,
bahkan ada yang menjadi tidak nampak sama sekali.
Namun, kedua alel tidak berarti bahwa setiap sifat akan
diekspresikan kepada individunya. Jika dua alel dari pasangan
diwariskan berbeda (kondisi heterozigot) maka sifat ditentukan oleh alel
dominan sedangkan sifat yang tidak nampak akan tertutupi dan disebut
alel resesif. Inilah yang membedakan suatu keturunan. Sedangkan,
adanya persamaan dapat terjadi karena dua alel dari pasangan bersifat
homozigot dominan atau homozigot resesif.
Dalam satu keturunan, persamaan sekaligus perbedaan dapat
muncul karena peranan dari gen yang mengendalikan sifat-sifat
hereditas suatu organisme. Setiap satu gen mengendalikan satu sifat
tertentu sehingga satu individu memiliki ribuan sifat. Alel adalah
pasangan gen yang terletak dalam lokus yang bersesuaian pada
kromosom homolog. Sesuai dengan hukum Mendel I, pasangan alel
terpisah secara bebas satu sama lain selama proses produksi sel telur dan
sel ovum. Karena pasangan alel terpisah selama produksi gamet, sperma
atau sel telur hanya membawa saru alel untuk setiap sifat yang
diturunkannya. Ketika kedua sel gamet bertemu saat pembuahan,
masing-masing menyumbangkan alel kepada keturunannya.Ada gen
yang melemah, menguat, bahkan ada yang menjadi tidak nampak sama
sekali.
Namun, kedua alel tidak berarti bahwa setiap sifat akan
diekspresikan kepada individunya. Jika dua alel dari pasangan
diwariskan berbeda (kondisi heterozigot) maka sifat ditentukan oleh alel
dominan sedangkan sifat yang tidak nampak akan tertutupi dan disebut
alel resesif. Inilah yang membedakan suatu keturunan. Sedangkan,
adanya persamaan dapat terjadi karena dua alel dari pasangan bersifat
homozigot dominan atau homozigot resesif. Saya banyak mewarisi sifat-
sifat dominan dari ayah saya. Contohnya sebagai berikut :
a) Hidung saya mirip dengan ayah saya, itu terjadi karena gen ayah
saya bersifat dominan dibandingkan gen dari ibu saya (resesif)
sehingga bentuk hidung ayah saya terekspresikan kepada saya.
b) Mata saya mirip dengan ibu saya karena gen ibu saya bersifat
dominan dibandingkan gen dari ayah saya (resesif) sehingga bentuk
atau warna mata ibu saya terekspresikan kepada saya.
c) Rambut saya bergelombang (keriting) karena saya mewarisi sifat
dominan rambut keriting dari ayah saya dibandingkan gen dari ibu
saya (resesif).
d) Saya memiliki bibir yang tebal sama dengan ayah saya karena saya
mewarisi sifat dominan bibir tebal dari ayah saya dibandingkan gen
dari ibu saya (resesif).

2. Kerjakan soal-soal yang terdapat di buku teks genetika yang


berhubungan dengan konsep Hukum Mendel dan Hukum Kemungkinan.
Jawab :
a) Pada tomat, warna merah lebih dominan disbanding warna kuning,
dan batang ungu lebih dominan dibandingkan batang hijau. Hasil
persilangan terdiri dari 305 buah berwarna merah berbatang ungu,
328 buah merah berbatang hijau, 110 buah berwarna kuning
berbatang ungu, dan 97 buah berwarna kuning berbatang hijau.
Bagaimana genotip dari kedua orangtuanya?

Jawaban :
Misalkan:
R = merah
r = kuning
P = batang ungu
p = batang hijau
Rasio persilangan nantinya bisa digunakan untuk mengetahui
genotip dari orangtuanya. Caranya dengan menjumlahkan jumlah
keturunan serta memperkirakan pendekatan rasio dari masing-masing
turunan. Total tanaman. ada 840 buah.
 Untuk buah merah, jika kita menjumlahkannya (305+328 = 633) dan
mencari peluangnya (633/840) hasilnya akan mendekati ¾.
 Untuk buah kuning, jika kita menjumlahkannya (110+97 = 207) dan
mencari peluangnya (207/840) hasilnya akan mendekati ¼ .
Sesuai dengan hukum Mendel dengan rasio fenotip 3 : 1 maka
persilangan yang terjadi adalah persilangan antara pasangan heterozigot.
Sehingga genotip dari warna buah masing-masing harus Rr.
 Untuk batang ungu, jika kita menjumlahkannya (305+110 = 415) dan
mencari peluangnya (415/840) hasilnya akan mendekati 1/1
 Untuk batang hijau, jika kita menjumlahkannya (328+97 = 425) dan
mencari peluangnya (425/840) hasilnya akan mendekati 1/1.
Sehingga perbandingannya menjadi 1 : 1 hal ini dapat terjadi jika
heterozigot disilangkan dengan homozigot resesif. Genotip orang
tuanya bisa Pp dan pp untuk warna batang.
Dapat disimpulkan bahwa hasil akhir test cross ini adalah : RrPP x Rrpp

b) Seorang laki-laki dengan golongan darah A menikah dengan


seorang wanita dengan golongan darah B. Anaknya memiliki
golongan darah O. Bagaimana genotip dari ketiga individu tersebut?
Bagaimana genotip dan peluang yang diharapkan pada persilangan
selanjutnya?
Jawab :
A o B o
Parental : Ayah I I x Ibu I I
A, o B, o
Gamet : I I I I

A o
I I
B o
B
IA IB I I
I
o o
o
IA Io I I
I
A o, B o
Genotip dari ketiga individu : ayahnya adalah I I ibunya I I , dan anak
o o.
pertamanya I I Adapun kemungkinan genotip lain untuk persilangan
A B A o B o o o
selanjutnya ada ¼ I I . ¼ I I , ¼ I I , dan ¼ I I .

c) Dua tanaman kacang polong yang bersifat heterozigot dengan


perbedaan bentuk dan warna disilangkan. Gambarkanlah diagram
punnet untuk menentukan rasio fenotip dari persilangan tersebut!
Jawab :
Misalkan :
I = warna hijau, i = warna kuning, G= bulat, g = keriput
Orang tua
GgIi x GgIi

Sperma

GI Gi gI gi

GI GGII GGIi GgII GgIi


GGii GgIi Ggii
Ovum Gi
GGIi
GgIi ggII ggIi
gI GgII
Ggii ggIi ggii
gi GgIi

Hasil Fenotip: 9 hijau-bulat, 3 hijau-keriput, 3 kuning bulat, 1 kuning-keriput

d) Seorang laki-laki mempunyai enam jari pada masing-masing tangannya


dan enam jari pada kedua kakinya. Istrinya dan anaknya mempunyai
jumlah jari yang normal. Ingatlah bahwa tambahan jumlah jari
merupakan sifat dominan. Bagaimana peluang anak mereka yang
nantinya mempunyai jari tambahan?
Jawab :
Diketahui :
Sifat polidaktil adalah dominan sehingga genotipnya Pp atau PP
Sementara sifat normal jari adalah resesif sehingga genotipnya pp
Parental : Ayah Pp (polidaktil) x Ibu pp (normal)
Gamet P,p p

P p

p Pp pp
o o
o
IA Io I I
I

Berdasarkan tabel punnet di atas, dapat disimpulkan bahwa peluang


anak mereka yang nantinya mempunyai jari tambahan adalah ½

e) Pedigree dibawah menunjukkan silsilah keturunan dari alkaptonuria,


kelainan biokimia. Alkaptonuria mempengaruhi individu sehingga
individu tidak dapat melakukan metabolisme alkapton yang berfungsi
mewarnai urin dan jaringan tubuh. Penderita alkaptonuria dapat dilihat
dengan lingkaran dan kotak yang berwarna. Apakah alkaptonuria
muncul disebabkan alel dominan atau resesif? Isilah genotip dari
individu yang ada di pedigree.

Jawab :
Alkaptonuria muncul disebabkan karena alel resesif. Dapat
dilihat pada pedigree tersebut bahwa alkaptonuria muncul pada
beberapa generasi, tetapi tidak mendominasi. Sifat resesif ini akan
muncul ketika terjadi perkawinan antara heterozigot dan heterozigot
serta homozigot resesif dan heterozigot. Mengenai genotipnya, semua
penderita alkaptonuria (Arlene, Tom, Wilma, and Carla) mempunyai
genotip yang homozigot resesif (aa). George memiliki genotip Aa atau
heterozigot, karena sebagian anaknya dengan Arlene menderita
alkaptonuria. Sam, Ann, Daniel, and Alan masing-masing memiliki
genotip Aa, karena mereka tidak menderita alkaptonuria, tetapi
memiliki satu orangtua yang menderita alkaptonuria. Michael juga
memiliki genotip Aa, karena dia mempunyai anak (Carla) dengan istri
(Ann) yang heterozigot. Sandra, Tina,dan Christopher kemungkinan
bisa memiliki genotype AA atau Aa.

f) Pada penyilangan bunga Linaria marocana bunga merah (AAbb)


dengan bunga putih (aaBB) menghasilkan bunga ungu (AaBb).
Apabila F1 disilangkan dengan bunga merah (Aabb), Berapakah
ratio fenotip F2nya antara ungu : putih : merah?
Jawab :
Dik :
Bunga merah = AAbb
Bunga putih = aaBB
Bunga ungu = AaBb
Bunga merah = Aabb
Dit :
Berapa rasio fenotip F2 antara ungu : putih : merah?
Peny :
P : ♀AAbb >< ♂aaBB
G : Ab aB
F1 : AaBb
P : ♀AaBb >< ♂Aabb
G : AB,Ab,aB,ab Ab, ab
F2 :
♀ AB Ab aB aB

AABb AAbb AaBb Aabb
Ab
Ungu Merah Ungu Merah
AaBb Aabb aaBb Aabb
ab
Ungu Merah Putih Putih

Jadi ratio fenotip F2nya adalah ungu 3: putih 2 : merah 3

g) Tanaman mangga berbuah besar dan batang tinggi (BbTt)


disilangkan dengan tanaman mangga berbuah kecil dan batang
pendek (bbtt). Keturunan pertama disilangkan sesamanya. Berapa
persen jumlah individu yang berbuah besar, berbatang pendek?
Jawab :
Dik :
Batang tinggi = BbTt
Batang pendek = bbtt
Dit :
Berapa % jumlah individu buah besar batang pendek?
Penye :
P : ♀ BbTt >< ♂ bbtt
G : BT,Bt,bT,bt bt
F1 : BbTt, Bbtt, bbTt, bbtt
P : BbTt >< BbTt
G : BT, Bt, bT, bt BT, Bt, bT, bt
F2 :
♀ BT Bt bT bt

BT BBTT BBTt BbTT BbTt
BBTt BBtt BbTt Bbtt
Bt
BBTt BBtt BbTt Bbtt
Bt
BbTt Bbtt bbTt bbtt
bt
Buah Besar Batang Tinggi : 9
Buah Besar Batang Pendek : 3
Buah Kecil Batang Tinggi : 3
Buah Kecil Batang Pendek : 1
Jadi jumlah individu yang berbuah besar, berbatang pendek
3/16 X 100% = 18.75%

Sumber :
a) Hartwell, Leland. 2008. Genetics: From Genes To Genomes, Fourth
Edition. USA : McGraw Hill.
b) Nusantari, Elya. 2014. Buku Genetika Belajar dengan Mudah dan
Komprehensif. Yogyakarta : Deepublish.
c) Reece, Jane, dkk. 2011. Campbell Biology Ninth Edition. USA :
Pearson Hill.Campbell

Anda mungkin juga menyukai