Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA
PERSILANGAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID
Dosen Pengampu: Dr. Ir. Harini Nurcahya, M.Si

OLEH :

DINI AGUSTIN WIDYATI

(216201516019)

LABORATORIUM MIKROTIKA
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gen ditemukan pertama kali oleh Thomas Hunt Morgan, ahli Genetikadan Embriologi
Amerika Serikat (1911), yang mengatakan bahwa substansihereditas yang dinamakan gen
terdapat dalam lokus, di dalam kromosom.Menurut W. Johansen, gen merupakan unit terkecil
dari suatu makhluk hidupyang mengandung substansi hereditas, terdapat di dalam lokus gen.
Gen terdiridari protein dan asam nukleat (DNA dan RNA), berukuran antara 4 – 8 m (mikron).

Fungsi gen antara lain:


• Menyampaikan informasi kepada generasi berikutnya
• Sebagai penentu sifat yang diturunkan.
• Mengatur perkembangan dan metabolism.

Simbol – Simbol Gen

1. Gen dominan, yaitu gen yang menutupi ekspresi gen lain sehingga sifat yang
dibawanya terekspresikan pada turunnya (suatu individu).
2. Gen resesif, yaitu gen yang terkalahkan (tertutupi) oleh gen lain (gen dominan)
sehingga sifat yang dibawanya tidak terekspresikan pada keturunannya.
3. Gen heterozigot, yaitu dua gen yang merupakan perpaduan dari sel sperma (A) dan sel
telur (a).
4. Gen homozigot dominan, yaitu dua gen dominan yang merupakan perpaduan dari sel
kelamin jantan dan sel kelamin betina. Misalnya genotIpe AA
5. Gen homozigot resesif, yaitu dua gen resesif yang ,erupakan hasil perpaduan dual sel
kelamin. Misalnya aa
6. Kromosom homolog, yaitu kromosom yang berasal dari induk betina berbentuk serupa
kromosom yang berasal dari induk jantan.
7. Fenotipe, yaitu sifat-sifat keturunan pada F1,F2, dan F3 yang dapat dilihat seperti
tinggi,rendah, warna dan bentuk.
8. Genotipe, yaitu sifat-sifat keturunan yang tidak dapat dilihat. Misalnya AA, Aa, aa.
Tiap sifat makhluk hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunanyang dikenal dengan
nama gen. Sepasang gen ini satu berasal dari induk jantandan yang lainnya dari induk betina. Gen
yang satu pasang ini disebut sebagaigen yang satu alela. Menurut Mendel gen yang satu alela akan
memisah padawaktu pembentukan gamet, yang selanjutnya dikenal dengan prinsip
segregasisecara bebas dan gen akan berpasangan kembali pada waktu fertilisasi sehinggasetiap
individu akan diploid (Widianti, 2015).

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum yang mengatur pewarisan sifatsecara genetik dari
satu organisme kepada keturunannya. Hukum ini didapatdari hasil penelitian Gregor Johann
Mendel, seorang biarawan Austria. Hukumtersebut terdiri dari dua bagian :

1. Hukum Pertama Mendel (hukum pemisahan atau segregation)


Isi dari hukum segregasi :
Pada waktu berlangsung pembentukan gamet, setiap pasang gen akandisegregasi ke dalam
masing-masing gamet yang terbentuk.
2. Hukum Kedua Mendel (hukum berpasangan secara bebas atau independent assortment)
Isi dari hukum pasangan bebas :
Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangangen lainnya,
sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadipemilihan kombinasi gen-gen
secara bebas.Hukum Mendel adalah salah satu hukum terpenting dalam
perkembanganilmu genetika di dunia. Namun, tidak banyak orang yang menyadari
bahwapenelitian Mendel didasari pada ilmu Matematika Diskrit ( Fransisca, 2010 ).

Hukum Segregasi

Jika model percampuran dari pewarisan sifat adlah benar, hibrid F1 daripersilangan antara
ercis berbunga ungu dan berbunga putih seharusnya memiliki bunga ungu pucat, sifat intermediet
antara sifat-sifat pada generasi P.Namun ternyata semua keturunan F1 memiliki bunga yang
seungu indukberbunga ungu. Ketika Mendel membiarkan tanaman F1 menyerbuk sendiridan
menanam biji yang dihasilkan, siat bunga putih muncul kembali padagenerasi F2.

Mendel menggunakan ukuran sampel yang sangat besar dan mencatathasilnya dengan
akurat. Mendel mendeskripsikan empat konsep terkait yangmenyusun model Mendel.

1. Versi alternatif gen menyebabkan variasi dalam karakter yang diwarisi.


2. Untuk setiap karakter, organisme mewarisi dua alel, satu dari masing-masing induk.
3. Jika dua alel pada suatu lokus berbeda, maka slah satunya, alel dominan,menentukan
kenampakan organisme; yang satu lagi, alel resesif, tidakmemiliki efek pada kenampakan
organisme.
4. Hukum segregasi, dua alel untuk suatu karakter terwariskan bersegregasi(memisah) selama
pembentukan gamet dan akhirnya berada dalam gamet-gamet yang berbeda (Campbell,
2010).

Perbandingan fenotip yang ditemukan dalam persilangan monohibrid tidak sepenuhnya


merupakan perbandingan yang pasti. Dalam kejadian nyataterdapat penyimpangan atau deviasi.
Perbandingan hasil persilangan di dalamkenyataan berbeda atau memiliki selisih dengan
perhitungan. Maka dari ituperlu diadakan evaluasi. Cara evaluasi tersebut adalah dengan
mengadakan chi-square test (χ2) (Suryo, 1990).

B. Tujuan
1. Membuktikan perbandingan hukum mendel pada F2 persilangan monohibrid itu
genotipenya 1:2:1 atau 3:1
2. Membuktikan hukum mendel 2 pada persilangan dihibrid
3. Untuk mengetahui cara menggunakan analisis chi -kuadrat agar
mengetahui penyimpangan yang terjadi dari hasil yang diamat i.
BAB II
METODE DAN PENGAMATAN
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini ada kertas, pulpen, pensil, pengapus
Dan dalam praktikum ini yang digunakan ialah jagung ( Zea mays )
B. Cara kerja
1. Pada persilangan monohibrid terdiri dua macam biji jagung bewarna ungu dan kuning.
2. Setelah itu barulah di hitung masing-masing warnanya. Lalu sudah diketahui warna ungu
berjumlah 523 dan kuning 166 keseluruhan berjumlah 689.
3. Barulah di hitung dengan rumus yang sudah diketahui.
4. Pada persilangan dihybrid juga terdiri 4 macam biji jagung yang berwarna ungu bulat,
kuning bulat, ungu kisut dan kuning kisut.
5. Lalu barulah di hitung masing-masing warna, sudah di hitung barulah ditulis yang
didapatkan yaitu ungu bulat 346, kuning bulat 151, ungu kisut 115 dan kuning kisut 51
jumlah keselurahan biji jagung yaitu 663.
6. Setelah itu sama seperti cara kerja persilangan monohibrid. Barulah dihitung dengan
menggunakan rumus yang sudah diketahui.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAAN
A. Hasil

Gambar 1. Hasil Perhitungan Monohibrid


Gambar 2. Hasil Perhitungan Dihibrid
B. Pembahasaan
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gen-gen berpasangan dalam
persilangan. Persilangan ini hanya melihat satu sifat beda atau disebut monohybrid sedangkan
persilangan hanya melihat dua sifat yang berbeda disebut dihibrid. Biji-biji jagung digunakan
sebagai pengganti gen. Biji jagung yang digunakan ada dua warna, menggunakan biji berwarna
ungu dan kuning. Dimana gen biji jagung warna ungu dominan terhadap gen biji jagun berwarna
kuning.Banyaknya biji jagung yang digunakan ada 689 biji , 523 terhadap biji jagung warna ungu
dan 166 pada biji jagung warna kuning yang terdapat di persilangan monohybrid. Sedangkan pada
persilangan dihybrid menggunakan biji jagung juga tetapi ada 4 macam keturunan yaitu ungu
bulat, kuning bulat, ungu kisut dan kunig kisut dimana jumlah keseluruhan biji jagung terdapat
663 biji yang dimana ungu bulat 346, kuning bulat 151, ungu kisut 115 dan kuning kisut 5.

Hukum pewarisan mengikuti pola yang teratur dan terulang dari generasi ke generasi.
Dengan mempelajari cara pewarisan gen tunggal akan di mengerti mekanisme pewarisan suatu
sifat dan bagaimana suatu sifat tetap ada dalam populasi. Demikian juga akan dimengerti
bagaimana pewarisan dua sifat atau lebih. Banyak sifat pada tanaman, binatang dan mikrobia yang
diatur oleh satu gen. Gen-gen dalam individu diploid berupa pasangan-pasangan alel dan masing-
masing orang tua mewariskan satu alel dari satu pasangan gen tadi kepada keturunannya.
Pewarisan sifat yang dapat dikenal dari orang tua kepada keturunannya secara genetik disebut
hereditas (Crowder, 1990).

Semua gamet individu diketahui, maka genotipe individu itu juga akan diketahui. Suatu uji
silang monohibrida menghasilkan ratio fenotipe 1:1, menunjukkan bahwa ada satu pasang faktor
yang memisah. Suatu uji silang dihibrida menghasilkan ratio 1:1:1:1, menunjukkan bahwa ada dua
pasang faktor yang berpisah dan berpilih secara bebas (Johnson, 1983).

Monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan satu sifat yang
berbeda. Persilangan monohybrid ini sangat berkaitan dengan hukum mendel 1 atau yang disebut
dengan hukum segregasi. Hukum ini berbunyi “ Pada pembentukan gamet untuk gen yang
merupakan pasangan akan ndisegresikan ke dalam dua anakan”. Mendel pertama kali mengetahui
sifat monohybrid pada saat melakukan percobaan penilangan pada kacang ercis (Pisum sativum).
Sehingga sampai saat ini di dalam persilangan monohybrid selalu berlaku hukum mendel 1.
Sesungguhnya di masa hidup mendel belum diketahui sifat keturunan modern, belum
diketahui adanya sifat kromosom dan gen apalagi asam nukleat yang membinan bahan genetic.
Mendel menyebut bahan genetic itu hanya faktor penentu (determinant) atau di dingkat dengan
faktor. Hukum mendel 1 berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki genotif heterozigot.
Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu gametogenesis gen sealel
akan terpisah, masing-masing pergi ke satu gamet (Yasin, 2005).

Mendel mempunyai suatu hukum yaitu hukum segregasi. Hukum mendel I yang dikenal
dengan Hukum Pemisahan Gen yang Sealel dinyatakan bahwa dalam pembentukan gamet,
pasangan alel akan memisah secara bebas. Peristiwa pemisahan ini terlihat ketika pembetukan
gamet individu yang memiliki genotif heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu
alel tersebut. Hukum segregasi yang berdasarkan percobaan persilangan dua individu yang
mempunyai satu karakter yang berbeda. Persilangan dengan satu sifat beda akan menghasilkan
perbandingan fenotif 12, yaitu ekspresi gen dominan : resesif = 3 : 1. Individu hasil perkawinan
tidak didominasi oleh salah satu induknya. Sifat dominasi tidak muncul secara penuh, dan
peristiwa ini menunjukkan adanya sifat intermedier (Suprihati, 2007).

Persilangan dihibrid adalah persilangan antara individu untuk 2 gen yang berbeda.
Eksperimen Mendel dengan bentuk biji dan warna ercis adalah sebuah contoh dari persilangan
dihibrid. Metode Punnett kuadrat menentukan rasio fenotipe dan genotipenya. Metode ini pada
dasarnya sama dengan persilangan monohibrid. Perbedaan utamanya ialah masing-masing gamet
sekarang memiliki 1 alel dengan 1 atau 2 gen yang berbeda (Johnson, 1983).

Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Mendel menggunakan kacang ercis untuk
dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat beda, yaitu soal bentuk dan warna biji. Hukum ini
berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub
ketika meiosis. B untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K untuk warna kuning dan k untuk warna
hijau. Jika tanaman ercis biji bulat kuning homozygote (BBKK) disilangkan dengan biji kisut hijau
(bbkk), maka semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Apabila tanaman F1 ini dibiarkan
menyerbuk kembali, maka tanaman ini akan membentuk empat macam gamet baik jantan ataupun
betina masing-masing dengan kombinasi BK, Bk,Bk, bk. Akibatnya turunan F2 dihasilkan 16
kombinasi.yang terdiri dari empat macam fenotip, yaitu 916 bulat kuning, 316 bulat hijau, 316
kisut kuning dan 116 kisut hijau. Dua diantara fenotip itu serupa dengan induknya semula dan dua
lainnya merupakan fariasi baru (Gooddenough, 1984)

Percobaan – percobaan yang George Mendel lakukan, tidak hanya berhenti sampai
persilangan monohidrid saja. Dia juga melakukan persilangan dengan dua sifat yang berbeda yang
disebut dengan persilangan dihibrid. Persilangan dihibrid ini membahas dua sifat yang berbeda
secara bersamaan, yang masing – masing sifat dispesifikan oleh sepasang gen autosoma berbeda
yang berpasangan secara bebas (dengan kata kata lain, gen – gen pada kromosom – kromosom
berbeda yang bukan kromosom seks). Persilangan yang melibatkan analisis dua sifat yang saling
bebas disebut persilangan dihibrid. Persilangan ini merupakan tipe dari hukum Mendel II yang
disebut juga hukum berpasangan bebas. Bunyi dari hukum Mendel II yaitu “bila dua individu
berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat yang
sepasang tidak tergantung dari pasangan sifat yang lain”.

Pada persilangan dihibrid iniyang Mendel lakukan, menghasilkan keturunan F2 dengan


perbandingan 9:3:3:3:1. Susunan gen yang bebas dan seimbang inilah yang menyebabkan 4
perbandingan itu bias terjadi. Hasil perbandingan yang Mendel lakukan ini sesuai dengan hukum
probabilitas yang berbunyi “kesempatan munculnya dua peristiwa atau lebih secara bersama –
sama adalah hasil dari kesempatan untuk terjadinya pemisahan secara bebas”. Selain dari
perbandingan yang sama, Hukum probabilitas juga memiliki kesimpulan yang sama pula dengan
hukum Mendel II. Ratio fenotipe dihibrid yang di dadapat ini sesungguhnya baru ratio teoritis yang
di dapat dari perhitungan di atas kertas, dan melihat pada susunan fenotipe individu – individunya.
Pada praktikum sesungguhnya, rasio yang didapatkan tidak akan sesuai atau sama persis denngan
teori tersebut hanya saja mendekati perbandingan tersebut.

Dalam genetika, chi-square (chi kuadrat) sering digunakan untuk menguji apakah data
yang diperoleh dari suatu percobaan itu sesuai dengan ratio yang kita harapkan atau tidak. Di dalam
suatu percobaan jarang sekali kita memperoleh data yang sesuai dengan yang di harapkan (secara
teoritis). Hampir selalu menjadi penyimpangan, penyimpangan yang kecil relative lebih dapat
diterima pada penyimpangan yang besar. Selain itu, apabila penyimpangan tersebut semakin sering
terjadi dapat dikatan semakin normal dan cenderung lebih dapat diterima daripada penyimpangan
yang jarang terjadi. Observed (o) adalah hasil pengamatan, sedangkan Expected (e) adalah data
yang diharapkan secara teoritis, dan Ʃ jumlah dari nilai X² untuk setiap kategori. Semakin kecil
nilai X² menunjukan bahwa data yang diamati semakin tipis perbedaannya dengan yang
diharapkan. Sebaliknya semakin besar X² menunjukkan semakin besar pula penyimpangannya.
Batas penyimpangan yang dapat diterima hanya satu kali dalam 20 percobaan (peluang 1/20 =
0,05) maka pada P = 0,05 adalah atau ditolaknya data percobaan, selain itu data juga dapat
dianalisis melalui distribusi tipe kelahiran, rataan jumlah anak per kelahiran, bobot lahir, dan bobot
sapih serta melalui analisis statistic berupa rataan sifat, koefisien varians, analisis ragam dan
keunggulan relative (Dedi, 2006).

Dari uji chi-square atau chi kuadrat untuk genotip didapatkan bahwa percobaan terdapat
persilangan monohibrid yang dilakukan dengan hukum mendel 1. X² hitung yang di dapatkan
sebesar 0, 301 sedangkan X² tabel dengan œ = 0,05 dan df = 1 adalah 3,84. Karena X² hitung lebih
kecil dari X² tavel maka dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan yang dilakukan dengan
menggunakan biji jagung sesuai dengan hukum mendel 1 atau Ho diterima.

Sedangkan persilangan dihybrid dengan uji chi-square atau cji kuadrat juga bahwa
percobaan yang dilakukan dengan hukum mendel 2, X² hitung yang di dapatkan 10,577 sedangkan
X² tabel dengan œ = 0,05 dan df = 3 adalah 7,82. Karena X² hitung > X² tabel maka dapat
disimpulkan bahwa hasil percobaan ini tidak memenuhi hukum mendel 2.
BAB IV

KESIMPULAN

1. Monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan satu sifat yang
berbeda.
2. Persilangan dihibrid adalah persilangan antara individu untuk 2 gen yang berbeda.
3. Pada hasil pengamatan persilangan monohibrid tersebut bahwa sesuai dengan hukum
mendel 1 apabila nilai X² hitung lebih kecil dibandingan X² tabel yang didapatkan yaitu
0,301 < 3, 84 dengan œ = 0,05. Sedangkan pada hasil pengamatan dihybrid disimpulkan
bahwa hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan hukum mendel 2 karena X² hitung > X²
tabel yang di dapatkan 10,577 > 7, 84 dengan œ = 0,05.
DAFTAR PUSTAKA

Aini, Arifah Nur dan Sari, Nur H.P, 2015. Simulasi Persilangan Monohibrida FMIPA. Universitas
Negeri Semarang: Semarang.

Campbell, dkk. 2010. Biologi Jilid 1. Alih bahasa oleh Damaring Tyas W.Jakarta: Erlangga

Crowder, L.V. 1999. Genetika Tumbuhan. Diterjemahkan L. Kusdiarti. Universitas Gadjah Mada:
Yogyakarta.

Dedi, Rahmat. 2006. Evaluasi Perfoma Domba Persilangan Barbados dengan Domba.

Fransisca C. 2010. Kombinatorial Dalam Hukum Pewarisan Mendel.

Gooddenough, U. 1984. Genetika. Diterjemahkan oleh Sumartono Adisoemarto. Erlangga:


Jakarta.

Johnson, L.G. 1983. Biology. Wm. C. Brown Company Publishers. Iowa. Kimball, J.W. 1983.
Biologi. Jilid I Edisi Kelima. Diterjemahkan oleh S.S.

Louise, Apriliane S. 2014. Laporan Genetika Tumbuhan Persilangan Monohibrid Fakultas


Pertanian. Universitas Jenderal Soedirman.

Masithoh et al, 2014. Simulasi Persilangan Dihibrida Fakultas MIPA. Universitas Negeri
Semarang: Semarang.

Suryo. 1990. Genetika. Universita Gadjah Mada Press: Yogyakarta.

Suprihati. 2007. Genetika. Diterjemahkan oleh Machidin Apandi. Erlangga

Widianti, Tuti dan Noor Aini H. 2015. Buku Ajar Genetika. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA
Unnes

Yasin et al, 2005. Uji Kesesuaian Hukum Mendel Memilih Benih Jagung Opaque. Jurnal
Informatika Pertanian. Vol 14 No: 1.

Anda mungkin juga menyukai